Você está na página 1de 22

Management Airway

LATAR BELAKANG

Menurut American Society of Anasthaesiologists


(ASA) sumber terbesar dalam tuntutan malpraktek
banyak melibatkan tentang kesalahan penanganan
jalan nafas yaitu sebanyak 34% dari 1541 tuntutan
material
PERNAPASAN

Terdapat 4 proses pernapasan :


Ventilasi
Distribusi
Difusi
Perfusi
VENTILASI

Pertukaran udara keluar masuk paru-paru

Hipoventilasi terjadi P dan PCO2↑


O2 ↓

Hiperventilasi terjadi P
↓, tetapi PO2 tidak naik.
CO2

Hipoventilasi berat justru mengakibatkan apnea


paradoksal, yaitu penderita jadi apnea setelah diberi
oksigen
DISTRIBUSI

Pembagian udara ke cabang-cabang bronkus


Gangguan distribusi disebabkan oleh:
1. retensi sputum menyebabkan obstruksi
alveoli, bronkioli, hipoventilasi, dan
atelektasis.
2. aspirasi, masuknya benda asing ke jalan
nafas.
3. bronkospasme karena asma bronkiale atau
alergi.
DIFUSI

Peresapan masuknya oksigen dari alveoli ke darah


dan pengeluaran CO2 dari darah ke alveoli.
Edema menyebabkan jarak difusi oksigen menjauh
hingga kadar O2 dalam darah menurun
(hipoksemia).
PERFUSI

Aliran darah yang membawa O2 ke jaringan.


Masalah timbul jika terjadi ketidakseimbangan
antara ventilasi alveoli (VA) dengan perfusi (Q) yang
lazim disebut ketidakseimbangan VA/Q.
AXIS SALURAN PERNAPASAN

1. Posisi klasik dari Jackson


Kepala pasien harus dlm keadaan ekstensi
maksimal, dimana vertex ditekan ke
bawah, sehingga leher tertarik ke atas dan
oksiput berada sedekat mungkin dengan
vertebra servikalis
AXIS SALURAN PERNAPASAN

2. Posisi Amended
Kepala dinaikkan lebih tinggi dari meja
operasi dengan bahu tetap menempel di
meja operasi
Posisi seperti ini disebut “Posisi Menarik
Napas”.
PENILAIAN JALAN NAPAS

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Tambahan
ANAMNESA

Antara lain riwayat :


1. Trauma di cervical, daerah maksila, mandibula
atau daerah nasal.
2. Pemberian atau perlakuan anestesi sebelumnya.
3. Operasi kepala atau leher atau riwayat radiasi
sebelumnya.
4. Symptom spesifik yang berhubungan dengan
keadaan jalan nafas.
PEMERIKSAAN FISIK
 Hal –hal yang menyulitkan intubasi :
1. Ketidakmampuan membuka mulut
2. Gerak vertebra cervical.
3. Mikrognatia/ Makrognatia.
4. Prominant incisors.
5. Jarak atlanto-oksipital terlalu sempit
6. Tumor pada jalan nafas
7. Down syndrome
8. Skleroderma
9. Akromegali
10. Anomali kongenital
TES MALLAMPATY

Pasien dalam posisi duduk dengan kepala


menghadap lurus ke depan,Pasien diminta untuk
membuka mulut selebar-lebarnya sambil
menjulurkan lidah sejauh mungkin, tetapi tanpa
mengeluarkan suara
TEST MALLAMPATY

Class I
dinding orofaring, uvula, dan palatum mole terlihat semua
Class II
dinding orofaring dan uvula terlihat sebagian, sedangkan palatum
mole masih terlihat semua
Class III
dinding orofaring hanya terlihat sebagian kecil, uvula sudah tidak
terlihat, sedangkan palatum mole masih terlihat semua
Class IV
dinding orofaring dan uvula sudah tidak terlihat, sedangkan
palatum mole hanya terlihat sebagian
PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Pemeriksaan laringoskopi (direk/ indirek)


Pemeriksaan Rontgen thoraks dan cervical
Pemeriksaan Tracheal tomography.
 CT Scan
Spirometri, BGA
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Pada teknik ini, oksigen diinsuflasi via kateter


yang dipasang di rongga hidung.
Tergantung fenomena oksigenisasi apnea, yaitu
suatu proses di mana gas-gas masuk ke dalam
rongga alveoli pada saat apnea.
Dapat mensuplai oksigen yang cukup untuk
mendapatkan saturasi hemoglobin dalam jangka
waktu yang panjang
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Situasi yang ideal untuk melakukan intubasi adalah


sebagai berikut :
Mandibula yang mudah digerakkan tanpa adanya
batas pada TMJ
Mulut dapat membuka lebar
Penampakan dari mulut, faring, dan uvula terlihat
jelas
Ukuran rongga mulut dan lidah normal
Tidak ada kelainan patologis
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Indikasi intubasi endotrakeal :


Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, dan
tenggorokan
Pada beberapa operasi abdominal.
Pada operasi intrathorakal
Bila memerlukan kontrol ventilasi
Pada pasien yang mudah timbul laringospasme atau
terjadi obstruksi laring
Pencegahan aspirasi
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Keuntungan dilakukan intubasi :


Menghindari sumbatan jalan napas
Melindungi jalan napas dari benda asing/kotoran
Mengurangi dead space
Mengamankan jalan napas pada operasi-operasi di daerah
kepala dan leher
Mempermudah pelaksanaan ventilasi buatan dan mengontrol
tekanan intra pulmoner
Sebagai jalan masuk penghisapan sputum yang berada di trakea
Meniadakan ketegangan akibat spasme laring
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Kerugian dilakukan intubasi :


Bisa menyebabkan trauma di bibir, hidung,
tenggorokan dan laring.
Perlu penambahan pelumpuh otot
Perlu anestesi yang cukup dalam untuk melakukan
intubasi agar aman
Bisa terjadi respon simpatis saat intubasi maupun
ekstubasi
Bisa terjadi edema glottis/subglotis pada anak-anak
dan pada intubasi yang lama
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Alat-alat yang dipergunakan dalam suatu tindakan


intubasi endotrakeal:
1. Laringoskop
2. Pipa endotrakeal
3. Pipa orofaring / Nasofaring
4. Laringeal Mask Airway
5. Face mask
6. Plester
7. Stilet / Forcep Intubasi
TEKNIK INTUBASI

Você também pode gostar