Você está na página 1de 6

PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD MUHAMMADIYAH SE SURABAYA

Yeni Ari Puspitaningsih1 dan Mochamad Nursalim2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah se Surabaya, pada khususnya untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konselingnya.subyek pada penelitian ini ditekankan pada koordinator BK, guru BK, kepala sekolah dan satu siswa dimasing masing sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dikarenakan penelitian ini mempercayai apa yang dilihat dan memahami fenomena sosial sehingga berusaha sejauh mungkin menjadi netral. Penelitian ini mengikuti konsep teori Miles dan Huberman yaitu menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan. Metode pengumpulan data yang digunakanadalah wawancara dan dokumentasi. Sedangkan tehnik keabsahan data atau kredibilitas data menggunakan triangulasi. Hasil yang didapatkan dari pengolahan data menunjukkan bahwa program layanan bimbingan dan konseling di SD Muhammadiyah se Surabaya menggunakan program yang diadopsi dari program umum pemerintah untuk sekolah menengah yaitu pola 17 plus, yang dikurang ataupun ditambah sesuai dengan kebutuhan anak didik di sekolah masing masing. Sedangkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling meliputi : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Dari tiap sekolah didapatkan hasil yang berbeda karena isi program dan pelaksanaannya pun berbeda di tiap sekolah, walaupun demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program layanan bimbingan dab konseling di SD Muhammadiyah se Surabaya sudah terprogram dan terencana meski belum berjalan dengan baik dan maksimal. Kata kunci: pelaksanaan, program bk Pendahuluan Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sekolah merupakan suatu sistim yang komponen komponen didalamnya terintegrasi dengan baik. BK adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain. Khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosisl masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Secara formal kedudukan BK dalam sistem pendidikan di Indonesia ada didalan undang undang No. 20 / 2003 tentang sistem pendidikan naisonal beserta perangkat peraturan pemerintahanya, sedagkan hal hal yang berhubungan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1999 tentang pendidikan dasar bab X. pada pasal 25 ayat I, dalam PP tersebut dikatakan bahwa : 1. bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan peribadi, mengenal ligkungan dan merencanakan masa depan. 2. bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Peraturan pemerintah tersebut mengisyaratkan bahwa layanan BK di sekolah dasar sangat penting untuk dilaksanakan secara khusus, terperogram dan ditangani

1 2

Alumni prodi BK FIP Unesa Staf pengajar prodi BK FIP Unesa

oleh orang orang yang berkompeten dalam hal itu, yaitu konselor atau guru pembimbing. Pentingnya BK disekolah dasar ini pun didasari atas banyaknya kasus kenakalan dan kriminaltas yang dilakukan oleh anak anak sekolah dasar serta permasalahan permasalahan yang menimpa mereka mengakibatkan terhambatnya perkembangan mereka, baik dalam akademis, peribadi maupun hubungan sosial. Seperti kasus yang dikisahkan oleh seorang guru di salah satu sekolah dasar negeri di Surabaya bagian selatan ada salah seorang siswinya yang tidak mau mengerjakan satupun soal ujian akhir nasional karna merasa sedih ayahnya mau menikah lagi dengan wanita lain dan ingin menceraikan ibunya, kasus lain mengisahkan tentang siswa sekolah dasar kelas VI diwilayah Bali yang tega memperkosa adik kandungnya sendiri kelas I sekolah dasar yang berumur 7 tahun karna melihat tayangan berita keriminal perkosaan di salah satu TV swasta (Sriwijaya post,2007), lain lagi kasus yang menimpa siswa salah satu sekolah dasar negeri di kelurahan Wiyung Surabaya yang mengalami retak tulang kaki karena memperatekan adegan di satu acara yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta dengan teman sekelasnya, selain kasus kasus di atas masih banyak lagi kasus lain yang melibatkan siswa siswi sekolah dasar. Dari observasi awal penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa perilaku mencontek dan pacaran pun sekarang sudah merambahi duni sekolah dasar. Terangkum dari permasalahan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan sangat dibutuhkan tenaga khusus BK di sekolah dasar. Kebutuhan akan BK di seolah dasar ini didukung pula oleh pernyataan dari beberapa guru BK di sekolah dasar dan beberapa kepala sekolah antara lain : guru pembimbing di sekolah dasar Kemala Bhayangkari I Surabaya dan kepala sekolahnya, guru pembimbing di sekolah dasar swasta lainnya menyatakan hal yang senada bahwa permasalahan permasalahan siswa sekolah dasar saat ini semakin beragam dan sangat diperlukan adanya BK secara khusus seperti di sekolah sekolah menengah. Didukung pula oleh temuan lapangan Kartadinata dkk (1992) menunjukkan bahwa : masalah masalah perkembangan siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi dan sosial masalah masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan BK di sekolah dasar. Meskipun sebagian SD sudah menggunakan BK secara khusus, namun masih banyak kendala kendala yang dihadapi. Seperti halnya kurangnya dana oprasional, fasilitas yang kurang memadahi, dan belum adanya tenaga ahli BK dari SI BK yang menjadi guru pembimbing di SD sehingga BK masih dijalankan dengan apa adanya dan hanya sebatas menungu permasalahan yang muncul sehingga BK menjadi kurang optimal. Berdasarkan keprihatinan akan keoptimalan perkembangan anak didik dan pentingnya Bimbingan dan Konseling di sekolah Dasar di atas maka akan diadakan penelitian tentang Pelaksanan Program Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Muhammadiyah Se Surabaya.. A. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, merencanakan masa depan. (Depdikbud, 1994). Selanjutnya Prayitno (1983) mendefinisikan bahwa: Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b)

menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri. Dengan pengertian bimbingan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis yang di lakukan oleh seorang guru pembimbing agar individu atau seseorang menjadi pribadi yang mandiri dan positif. Menurut Winkel (2004) Pengertian program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana dan terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Berdasarkan pendapat Marsudi (2003) program bimbingan dan konseling adalah sederet kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan bimbingandan konseling. Sederet kegiatan tersebut perlu di rencanakan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Sedangkan Berdasarkan kurikulum 2004 Program bimbingan dan konseling merupakan rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. (Depdikbud, 2004:19). Menurut SK Mendikbud No. 025/0/1995 butir 1: Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik atau siswa disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode tertentu, secara teratur dan berkesinambungan. Jenis-jenis program menurut satuan waktu yang ada pada bimbingan dan konseling berjumlah empat (4) program, yaitu: program tahunan, program bulanan, program mingguan dan program harian. Di bawah ini diuraukan keempat jenis program tersebut. Program Tahunan merupakan program yang akan dilaksanakan selama satu tahun ajaran pada tiap tingkatan kelas. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu tahun, yang terbagi menjadi program semesteran yang kemudian dibagi lagi menjadi laporan bulanan. Program Bulanan adalah program yang waktu pelaksanaannya selama satu bulan dan kegiatannya menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Program bulanan ini merupakan rincian dari program semesteran. Program mingguan adalah kegiatan yang akan dilakukan selama satu minggu, yang juga merupakan rincian dari program bulanan.Program harian adalah Program yang akan diberikan guru BK untuk siswa atau kelas asuh, yang biasanya terinci pada satuan layanan (satlan) dan atau satuan pendukung (satkung). Metode Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subyek penelitian ini adalah SD Muhammadiyah Se Surabaya yang memiliki program layanan bimbingan dan konseling. pemilihan subyek ini denganmengunakan random sampling. instrumen pengumpulan data mengunakan wawancara, obserfasi, dan dokumentasi. Pembahasan Dari hasil analisis data dapat diketahui secara garis besar bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SD Muhammadiyah Se- Surabaya sebagai berikut: Berdasarkan analisis data ditemukan jawaban dari pertanyaan penelitian yaitu bahwa program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan di SD Mhammadiyah Se Surabaya, 6 (enam) bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, bimbingan agama dan bimbingan keluarga. Untuk kegiatan layanan terbagi menjadi 9 ( Sembilan ) yaitu:

layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi. Untuk kegiatan layanan pendukung terdapat 5 ( lima ) kegiatan antaralain aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus, dan alih tangan kasus. Materi yang diberikan tiap-tiap sekolah berbeda-beda, mengikuti perkembangan jaman dan sesuai dengan kebutuhan anakdidik. Akan tetepi, pada SD Muhammadiyah 16 Surabaya tidak melaksanakan layanan karena tidak membuat program namun mereka melaksanakan kegiatan yang menyerupai layanan layanan yang ada pada program pada umumnya. Pada pelaksanaannya terjadi kendala pelaksanaan program, yaitu pada sekolah yang tidak memiliki jam khusus untuk guru BK untuk memberikan informasi langsung dikelas-kelas hal itu terjadi di tiga dari empat sekolah yaitu SD Muhammadiyah 6, SD Muhammadiyah 16, dan SD Muhammadiyah 5. Sehingga hasil dari kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang didapatkan dari sekolah tersebut belum memberikan hasil yang maksimal. Pelaksanaan layanan BK di SD Muhammadiyah se Surabaya telah dilaksanakan dengan terprogram, terencana dan terstruktur kecuali di SD Muhammadiyah 16 Surabaya yang tidak membuat program. Semua tertuliskan dalam dokumen yang sebelum dan sesudah pelaksanaan dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah. Secara keseluruhan program harian di sekolah dilaksanakan oleh guru BK yang dibantu oleh wali skelas dan guru bidang studi dalam hal-hal tertentu, seperti: informasi tentang siswa, himpunan data, berkomunikasi dengan orangtua atau wali siswa dan lain-lain. Disetiap sekolah pada awalnya siswa belum bisa merasakan manfaat dari kegiatan layanan. Kebanyakan siswa hanya mengetahui di sekolahnya terdapat bimbingan dan konseling tetapi mereka belum mengetahui fungsinya dan cenderung menganggap BK adalah tempatuntuk anak anak yang nakal. Untuk masalah materi layanan sebagaian besar sekolah tidak memberikan materi secara tatap muka di kelas baik dalam layanan informasi, layanan pembelajaran maupun layanan yang lain. Hal ini dikarenakan terlalu padatnya jadwal materi akademik siswa sehingga tidak ada waktu lagi untuk guru pembimbing memberikan materi di kelas, sehingga guru pembimbing dituntut untuk sekreatif mungkin dalam mengemas materi agar siswa tertarik. Untuk informasi yang diberikan diusahakan lebih berragam tidak monoton dan sesuai kebutuhan siswa. Secara personal semua guru BK di SD Muhammadiyah se Surabaya selalu memprioritaskan siswa yang membutuhkan bantuan. Namun, dikarenakan guru BK terbatas, tidak semua siswa dapat tertangani secara maksimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dalam pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di SD Muhammadiyah Se- Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan isi program, pelaksanaan program, serta karakter dari masing masing sekolah. Meskipun program ini sama sama di adopsi dari sumber yang sama yaitu program BK untuk sekolah menengah dari Dinas Pendidikan Kabupaten Surabaya. Simpulan dan saran Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Selama tahun ajaran 2008-2009, SD Muhammadiyah se -Surabaya, pada dasarnya menggunakan bimbingan dan konseling pola 17 plus yang terdiri dari: enam bidang bimbingan, sembilan kegiatan layanan, dan lima kegiatan pendukung. Namun dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan anak didik. Dalam halini yang paling berbeda adalah SD Muhammadiyah 16

Surabaya yang tidak membuat program secara konkrit dan tertulis hanyasaja melakukan kegiatan yang menyerupai semua kegiatan layanan dalam program pada umumnya. 2) Pelaksanaan layanan BK di SD Muhammadiyah se Surabaya ini pada beberapa sekolah mengalami kendala yang cukup berarti dalam pelaksanaan dimungkinkan juga karena latar belakang pendidikan dari guru BK bukan dari sarjana ke-BK-an melainkan dari sarjana psikologi murni dan jurusan lainnya, guru BK SD Muhammadiyah 6 misalnya dari latarbelakang kurikulum. 3) Pelaksanaan program bimbingan dan konseling tahun ajaran 2008-2009 pada kenyataannya tidak sama di tiap sekolah dikarenakan kegiatan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan keadaan lingkungan serta personil sekolah. Perbedaan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di tiap sekolah, meliputi: a) Tidak adanya jam khusus untuk konselor memberikan materi dikelas dialami oleh hampir di semua sekolah kecuali di SD Muhammadiyah 4 itupun hanya satu bulan sekali satu jam mata pelajaran. Masalah ini juga dianggap sebagai akar permasalahan tidak terlaksananya kegiatan dengan baik, b) Perbedaan dalam ketersediaan sarana dan prasarana serta personel yang berkompeten dibidangnya, c) Karakteristik sekolah mempengaruhi dalam pembuatan program dan pelaksanaan program layanan BK, d) Hasil atau output yang didapatkan juga tidak sama dalam tiap sekolah. Karakteristik siswa di sekolah masing-masing juga mempengaruhi hasil yang didapatkan. Berdasarkan hasil simpulan yang telah diuraikan di atas, maka akan dikemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yaitu: 1) Hasil penelitian dapat digunakan menjadi satu alternatif bantuan yang dapat diberikan konselor untuk meningkatkan kegiatan layanan yang terdapat dalam program. Guru BK hendaknya mengikuti seminar seminar atau diklat diklat tentang ke-BK-an sehingga pelaksanaan pada tahun mendatang terjadi peningkatan. Serta menghasilkan output yang lebih maksimal dan sesuai harapan dalam pengembangan diri siswa. 2) Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian serupa, diharapkan memperhatikan indikator-indikator yang belum terjangkau pada penelitian ini. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan serta dapat dikembangkan lagi oleh peneliti lain yang ingin meneliti pelaksanaan program bimbingan dan konseling. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin A. J. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996/1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Panduan Umum). Jakarta Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama Nursalim, Mochammad dan Suradi SA. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: UNESA University Press

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta Prayitno. 2004. Layanan Orientasi. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Informasi. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Penempatan dan Penyaluran. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Penguasaan Konten. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Individu. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Mediasi. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Layanan Konsultasi. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Aplikasi Instrumentasi. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Himpunan Data. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Konferensi Kasus. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Kunjungan Rumah. Padang: Universitas Negeri Padang Prayitno. 2004. Alih Tangan Kasus. Padang: Universitas Negeri Padang Rahman, S. Hibana. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta : UCY press Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. 2005. Bandung : Fokus Media Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA University Press Winkel, W.S dan M.M Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Você também pode gostar