Você está na página 1de 3

NAMA

: HENDRI ASRIN

KELOMPOK : V

METADON

Metadon merupakan suatu analgetika dan euforian karena bekerja pada reseptor opioid . Metadon merupakan agonis golongan morfin yang berasal dari bahan sintetik. Metadon ditemukan di Jerman pada perang dunia II sebagai obat penghilang rasa sakit. Metadon memberikan efek perubahan mood yang tidak begitu kuat dibanding heroin, tapi masa kerjanya lebih lama. Metadon juga dapat mengontrol emosi, memberikan efek sedatif/mengantuk, mengurangi batuk dan segala bentuk nyeri fisik. Efek yang lain namun jarang adalah mual dan muntah serta pernafasan yang cepat. Zat ini dapat dikonsumsi per oral atau parenteral. Absorbsinya baik melalui mukosa. Waktu paruh metadon adalah 15-31 jam atau ratarata 24 jam. Konsentrasi maksimal dicapai setelah waktu 2 jam setelah ditelan. Waktu ekskresi metadon akan berlanjut atau metabolitnya terdapat dalam air seni hingga 96 jam sesudah dosis tunggal. Konsentrasi metadon dalam jaringan otak dan organ dalam lain lebih tinggi dibandingkan kadarnya dalam darah. Ikatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi metadon dalam badan yang cukup lama bila seseorang berhenti menggunakan metadon. Metadon di metabolisir di hati dan eliminasinya melalui air seni dan tinja. Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman. Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat, selama memakai metadon, penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan mengurangi

risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan yang terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian. Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu. Tujuan kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan), yang memberikan metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw).

Bagaimana Metadon Dipakai? Metadon biasanya diberikan pada klien program dalam bentuk sirop yang diminum di bawah pengawasan di klinik setiap hari. Setiap klien membutuhkan takaran yang berbeda, karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan dan toleransi terhadap opiat. Beberapa waktu dibutuhkan untuk menentukan takaran metadon yang tepat untuk setiap klien. Pada awalnya, klien harus diamati setiap hari dan reaksi terhadap dosisnya dinilai. Jika klien menunjukkan gejala putus zat, takaran harus ditingkatkan. Umumnya program mulai dengan takaran 20mg metadon dan kemudian ditingkatkan 5-10mg per hari. Biasanya klien bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan penggunaan heroin dengan takaran metadon sedang hingga tinggi (60-100mg).

Apa Efek Samping Metadon? Walaupun metadon biasanya ditoleransi dengan baik, kadang klien mengalami efek samping: mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah beberapa hari sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu keringat: dapat muncul sebagai efek samping amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur libido: metadon dapat menurunkan gairah seksual kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran

Apakah Metadon Berinteraksi dengan Obat Lain? Tetapi beberapa obat dapat mempengaruhi efek metadon. Jadi petugas klinik metadon seharusnya selalu memantau penggunaan obat lain oleh kliennya. Bila setelah mulai memakai obat lain klien mengalami sakaw atau sedasi, sebaiknya

takaran metadon disesuaikan. Sebaliknya, setelah obat tersebut dihentikan, takaran metadon harus disesuaikan lagi.

Garis Dasar Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai untuk mengganti heroin. Terapi rumatan metadon merupakan program harm reduction atau pengurangan dampak buruk penularan HIV/AIDS melalui penggunaan narkotik suntik. Karena ada interaksi antara metadon dengan beberapa obat yang dipakai oleh Odha (Orang dengan HIV AIDs), petugas klinik metadon harus mengetahui bila klien mulai memakai obat baru, atau berhenti memakainya, agar takaran metadon dapat disesuaikan bila dibutuhkan.

Você também pode gostar