Você está na página 1de 12

1

DANA PNBP

ARTIKEL HASIL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

PENYULUHAN PENENTUAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI TUMBUHAN BAWAH BAGI MAHSISWA BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.
OLEH

Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M.Si Drs. Ismail, MS Dra. Syamsiah, M.Si
Dibiayai oleh Anggaran Universitas Negeri Makassar Kontrak Nomor: 197/H36.10/PM/2010

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2010

PENYULUHAN PENENTUAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI TUMBUHAN BAWAH BAGI MAHASISWA BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR. Muhammad Wiharto, Ismail, Syamsiah Jurusan Biologi FMIPA UNM ABSTRAK Pemahaman mengenai struktur vegetasi tumbuhan bawah diperlukan dalam rangka menangani permasalahan lingkungan yang timbul akibat kerusakan yang terjadi pada vegetasi tumbuhan bawah. Pemahaman ini penting karena menyangkut pengetahuan mengenai aspek ekologi dari vegetasi tumbuhan bawah. Saat ini, dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang memahami pengetahuan tentang struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah, terutama dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati, perbaikan lingkungan, restorasi kawasan, maupun untuk tujuan-tujuan survey pada kegiatan amdal dan inventarisasi sumberdaya alam. Mahasiswa biologi merupakan salah satu unsur masyarakat yang perlu memiliki kemampuan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah, karena dari merekalah diharapkan dapat dilakukan berbagai kegiatankegiatan ekologi pada suatu kawasan yang dimulai dari penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuh bawah. Penyuluhan dalam bentuk pelatihan penentuan struktur dan komposis vegetasi tumbuhan bawah bagi mahasiswa biologi merupakan suatu langkah penting dalam menyiapkan tenaga-tenaga ahli yang diperlukan bagi penanganan vegetasi suatu kawasan. Metode kegiatan yang dilakukan adalah dengan pelatihan dan diskusi. Kegiatan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai metode penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah. Selanjutnya kegiatan diskusi dilakukan dengan tujuan untuk agar berbagai permasalahan yang ditemukan selama penyuluhan berlangsung yang berkaitan dengan materi yang disuluh, akan dibahas bersama. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta kegiatan ini dapat menentukan transek di lapangan dan selanjutnya meletakkan kuadrat-kuadrat pengamatan pada transek tersebut, juga mampu melaksanakan penentuan secara kuantitatif tumbuhan bawah yang terdapat di dalam kuadrat. Tumbuh-tumbuhan tersebut kemudian diidentifikasi oleh peserta, untuk selanjutnya didata dan dimanfaatkan untuk penentuan nilai kuantitatif vegetasi. Selanjutnya, bagaimana pola-pola distribusi tumbuhan bawah pada suatu kawasan, dan bagaimana interaksi diantara tumbuh-tumbuhan tersebut, dan juga kaitannya dengan berbagai faktor abiotik juga dapat dianalisa dengan baik. Kata Kunci: Lingkungan, penyuluhan, struktur vegetasi, , tumbuhan bawah.

COUNSELLING FOR DETERMINATION OF VEGETATION STRUCTURE AND COMPOSITION FOR BIOLOGY STUDENT OF MAKASSAR.STATE UNIVERSITY Muhammad Wiharto, Ismail, Syamsiah Dept. Of Biology, FMIPA, UNM ABSTRACT Understanding structure of undergrowth vegetation is required in order to overcome environmental's problems arising from the damage of undergrowth vegetation. This comprehension is important because it involves knowledge about the ecological aspects of undergrowth vegetation. Currently, experts that understand the structure and composition of vegetation are needed, especially in the field of biodiversity conservation, environmental improvement, restoration areas, and survey purposes on the environmental impact assesment, and natural resources inventory. Biology student's is one of society element that necessarily being able to determine the structure and composition of undergrowth vegetation, because they are expected to do a variety of ecological activities in an area that starts from determination structure and composition of undergrowth vegetation. Guidance in the form of training to determine the structure and composition of undergrowth vegetation for biology students is an important step in preparing skilled workers that needed for handling the vegetation of an area. An activity method is carried out with training and discussion. Training activities aimed to increase the knowledge of participants about method to determine the structure and composition of undergrowth vegetation. Further discussion of activities are undertaken with the aim to solve many problems found during the counseling which relating to the counseling material, will be discussed together. After following the counselling, the participants can determine the transect in the field and then put the qudrat on the observation's transect, also they will be able to perform quantitative determination of the plants contained in the square. Plants were then identified by the participants, to be recorded and used for subsequent determination of quantitative values of vegetation. Furthermore, the distribution and interaction patterns among these plants, and their relation to various abiotic factors can also be analyzed properly. Key Word: Counselling, Environment, Undergrowth plant, Vegetation Structure

I. PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali masalah-masalah lingkungan yang timbul dan terjadi karena rusaknya keanekaragaman hayati. Contoh sederhana adalah banjir yang hampir setiap tahun melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Kerusakankerusakan yang terjadi tersebut dapat mengakibatkan struktur dan komposisi vegetasi yang menyusun kawasan yang bersangkutan menjadi terganggu dan jika terus menerus dibiarkan akan mengakibatkan perubahan dan pada akhirnya vegetasi yang ada akan hilang dan diganti dengan vegetasi lain (IBSAP, 2003). Kawasan-kawasan bervegetasi alami saat ini di Indonesia sudah sangat jarang, sehingga perlu segera dilakukan antisipasi untuk mengatasi hal tersebut. (Ahmad, 2006). Menurut laporan IBSAP (2003), untuk daerah tropis, banyak sekali wilayah yang mengalami kerusakan terutama oleh ulah manusia. Tumbuhan bawah yang mencakup anakan pohon, semak, dan herba merupakan tumbuhan yang sangat peka terhadap gangguan (Sangat et al., 2000). Khusus bagi anakan pohon, gangguan-gangguan yang terjadi dapat mengakibat kelangsungan populasi suatu spesies dapat terganggu pada suatu kawasan. Pemahaman mengenai struktur vegetasi tumbuhan bawah diperlukan dalam rangka menangangi permasalahan lingkungan yang timbul akibat kerusakan yang terjadi pada vegetasi tumbuhan bawah. Pemahaman ini penting karena menyangkut pengetahuan mengenai aspek ekologi dari vegetasi tumbuhan bawah (Soepadmo, 1983). Saat ini, dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang memahami pengetahuan tentang struktur dan komposisi vegetasi tumbuh bawah, terutama dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati, perbaikan lingkungan , restorasi kawasan, maupun untuk tujuan-tujuan survey pada kegiatan amdal dan inventarisasi sumberdaya alam (Ahmad, 2006). Mahasiswa biologi merupakan salah satu unsur masyarakat yang perlu memiliki kemampuan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah, karena dari merekalah diharapkan dapat dilakukan berbagai kegiatankegiatan ekologi pada suatu kawasan yang dimulai dari penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuh bawah.

Saat ini banyak sekali terjadi gangguan pada suatu kawasan, yang berakibat pada rusaknya terganggunya kondisi ekologi kawasan yang bersangkutan. Kerusakan-kerusakan yang terjadi ini dapat diakibatkan oleh manusia maupun oleh alam. Kondisi ini seharusnya tidak dapat dibiarkan terus berlanjut karena dapat pada akhirnya akan membahayakan keseimbangan ekosistem dari kawasan yang rusak tersebut. Program studi biologi FMIPA UNM merupaka salah satu institusi yang memiliki tanggung jawab tinggi dalam menangani berbagai kerusakan vegetasi, dengan kapasitas tenaga pengajar yang dimiliki dan potensi mahasiswa yang dapat dibina untuk pelestarian lingkungan. Upaya penanganan dengan segera pada kawasan-kawasan yang rusak ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi vegetasi yang ada, khususnya vegetasi tumbuhan bawah yang memang sangat rentan terhadap gangguan. Penyuluhan dalam bentuk pelatihan penentuan struktur dan komposis vegetasi tumbuhan bawah bagi mahasiswa biologi merupakan suatu langkah penting dalam menyiapkan tenaga-tenaga ahli yang diperlukan bagi penanganan vegetasi suatu kawasan. II. METODE PELATIHAN Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah: a. Metode survei. Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi lapangan yang akan dikaji vegetasi tumbuhan bawah. Metode ini juga digunakan untuk mempersiapkan peserta memahami kondisi awal dari lapangan dalam rangka penentuan kondisi vegetasi lapangan tersebut. b. Metode ceramah, yang digunakan untuk menampaikan informasi singkat mengenai vegetasi tumbuhan bawah secara teoritis. Hal ini dimaksudkan agar peserta memiliki dasar-dasar ilmiah yang kuat dalam rangka menentukan struktur vegetasi tumbuhan bawah.

c. Metode demonstrasi, dimanfaatkan untuk memperlihatkan cara-cara penentuaan struktur tumbuhan bawah dan teknik-teknik pengolahan data-data vegetasi yang telah diperoleh. d. Metode pelatihan, dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai metode penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah. e. Metode diskusi, dilakukan dengan tujuan untuk agar berbagai permasalahan yang ditemukan selama penyuluhan berlangsung yang berkaitan dengan materi yang disuluh, akan dibahas bersama. Melalui kegiatan ini diharapkan akan tercipta suatu solusi maupunjawaban yang tepat. Materi teori yang disampaikan pada kegiatan in terdiri atas dua bagian yaitu, (1) Struktur Vegetasi , dan (2) Parameter Kuantitatif Vegetasi. Selanjutnya untuk penyampaian materi dilakukan dengan pelatihan dan diskusi. Kegiatan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai metode penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah. Selanjutnya kegiatan diskusi dilakukan dengan tujuan untuk agar berbagai permasalahan yang ditemukan selama penyuluhan berlangsung yang berkaitan dengan materi yang disuluh, akan dibahas bersama. Melalui kegiatan ini diharapkan akan tercipta suatu solusi maupunjawaban yang tepat. Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap Pertama: Kegiatan ini berlangsung di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar. Pada kegiatan ini, penyuluh memberikan dasar-dasar teori mengenai tumbuhan bawah, yang kemudian dilanjutkan dengan peyuluhan mengenai teknik pengambilan data tumbuhan bawah. Langkah berikutnya adalah melatih peserta dalam penentuan struktur dan komposis tumbuhan bawah. Tahap Kedua 1. Kegiatan tahap kedua mencakup persiapan peserta untuk melakukan kegiatan lapangan. Disini peserta diberi pengetahuan tentang perlunya persiapan kondisi fisik untuk melakukan kegiatan lapangan.

2.

Selanjutnya adalah menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk

kegiatan lapangan. Peralatan-peralat tersebut meliputi patok dan tali serta alat tulis menulis. Juga tidak ketinggalan peralatan untuk perlindungan terhadap hujan dan terik matahari. 3. 4. 5. Menentukan garis transek. Garis transek dibuat sepanjang 100 meter dengan Membangun kuadrat pada grais transek. Pada garis transek yang telah Melakukan pengambilan data pada kuadrat-kuadrat yang telah dibuat. memanfaatkan tali rafia. dibuat, dibentuk kuadrat ukuran 1 x 1 m. Jumlah kuadrat sebanyak 100 buah. Tahap Ketiga Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan penentuan kekerapan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan Indeks Nilai Penting tumbuhan bawah. III. PEMBAHASAN A. Kegiatan Kegiatan penyuluhan penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama adalah tahap memberikan wawasan mengenai tumbuhan bawah, teknik pengambilan data, dan analisis data Selanjutnya tahap kedua merupakan tahap kegiatan lapangan, dan diikuti oleh tahap ketiga berupa analisis data. Pada kegiatan tahap kedua dilakukan di lapangan. Berbagai kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pembentukan transek dan kuadrat, selanjutnya diikuti dengan pengambilan data-data vegetasi. Proses penentuan tumbuhan bawah dilakukan pada kuadrat-kuadrat yang telah dibentuk. Dalam menentukan kehadiran tumbuhan bawah, peserta mengamati setiap spesies yang ada sampai kepermukaan tanah. Melalui cara ini, tumbuhan bawah yang terkecil dan tersembunyi dapat diamati dengan jelas. Pelaksanaan kegiatan tahap ketiga mencakup analisis data. Setiap peserta kemudian menganalisis data-data yang mereka peroleh .Pada tahap ini, setiap peserta yang telah melakukan analisis data dengan memanfaatkan teknik olah data yang telah mereka peroleh selama masa penyuluhan tahap pertama.

Kegiatan pengabdian yang dilakukan baik di dalam laboratorium maupun di lapangan dapat dilaksanakan dengan baik. Seluruh peserta yang berjumlah 34 orang mengikuti seluruh tahapan kegiatan dengan antusias. Tahapan-tahapan kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam penentuan tumbuhan bawah dipahami dengan baik oleh peserta. Hasil tanya jawab yang dilakukan selama kegiatan ini berlangsung menunjukkan bahwa kegiatan ini sungguh bermanfaat, meningat sulitnya masyarakat sekarang memahami berbagai kondisi ekologi yang ada di lingkungannya. Melalui pemahaman yang baik terhadap kegiatan ini, para peserta berharap dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan-kegiatan mereka dimasyarakat. Hasil evaluasi pada saat pelatihan menunjukkan bahwa kegiatan dapat dilakukan dengan baik dan berjalan dengan lancar. Peserta dapat melaksanakan kegiatan tanpa ada hambatan yang berarti. Kegiatan ini memberi ilmu dan keterampilan baru bagi peserta, dan sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah lingkungan yang terkait dengan kerusakan vegetasi. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta kegiatan ini dapat melakukan kegiatan analisis vegetasi tumbuhan bawah mulai dari tahap pelaksanaan sampai kepada tahap analisis yang memerlukan penyelesaian masalah secara kuantitatif. Melalui kegiatan penyuluhan ini, peserta juga dapat memahami lebih baik teknik peletakan transek, dapat menentukan bagaimana menentukan transek di lapangan dan selanjutnya meletakkan kuadrat-kuadrat pengamatan pada transek tersebut. Peserta juga mampu melaksanakan penentuan secara kuantitatif tumbuhan bawah yang terdapat di dalam kuadrat. Tumbuh-tumbuhan tersebut kemudian diidentifikasi oleh peserta, untuk selanjutnya didata dan dimanfaatkan untuk penentuan nilai kuantitatif vegetasi. Selanjutnya, bagaimana pola-pola distribusi tumbuhan bawah pada suatu kawasan, dan bagaimana interaksi di antara tumbuhtumbuhan tersebut, dan juga kaitannya dengan berbagai faktor abiotik juga dapat dianalisa dengan baik.

Peserta kegiatan ini, sebagian besar belum pernah mendapatkan ilmu dan keterampilan dalam penentuan struktur vegetasi tumbuhan bawah, sehingga mereka sangat awam dan asing pada saat kegiatan baru mulai berlangsung. Namun peserta dapat dengan cepat memahami seluruh materi penyuluhan, karena adanya keinginan yang tinggi dari peserta untuk memahami materi yang disajikan. Terlaksananya kegiatan ini merupakan hasil dari kerjasama yang sangat erat di antara pemateri penyuluh, peserta, staf pengajar dan administrasi jurusan Biologi FMIPA UNM, dan juga dukungan yang sangat kuat dari lembaga pengabdian pada masyarakat Universitas Negeri Makassar. B. Materi Kegiatan 1. Kerapatan (Densitas) Kerapatan adalah jumlah individu suatu spesies per unit area. Misalnya 100 pohon kayu hitam (Diospyros celebica) di cagar alam Karaenta, atau 300 tumbuhan semak Ageratum conyzoides per ha di sebuah lembah. Nilai kerapatan diperoleh dengan hanya menghitung jumlah tumbuh-tumbuhan. Perhitungan kerapatan dilakukan pada kuadrat yang diletakkan beberapa kali di dalam vegetasi. 2. Kelimpahan (Abundance) Istilah kelimpahan sering disamakan dengan kerapatan, tetapi sesungguhnya merupakan hal yang berbeda. Kelimpahan merujuk pada pengertian kualitatif. Penggunaan kelimpahan biasanya digunakan untuk menaksir kerapatan secara kasar, yang umum dilakukan untuk kajian-kajian pendahuluan dengan tujuan dapat diperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat. Kelimpahan tumbuhan pada suatu tegakan dapat dibagi menjadi beberapa kelas menurut Daubenmire (1968), yaitu: (1) sangat jarang; (2) jarang; (3) kadangkadang; (4) melimpah; (5) sangat melimpah. Penentuan kelas-kelas kelimpahan dengan demikian bersifat subjektif sehingga sangat tergantung pada pengamat.

10

3. Dominansi Dominansi dalam pengertian ekologi vegetasi dapat merujuk pada : (1) penutupan (cover); (2) basal area (luas penampang melingtang batang); (3) produktivitas; dan (4) biomassa. Spesies tumbuhan yang dominan dapat menunjukkan bahwa spesies tumbuhan tersebut menempati areal yang paling luas pada suatu wilayah. Hal ini ditunjukkan oleh penutupan tajuk atau luas basal area. Juga dapat menunjukkan produktivitas tertinggi. Ide dari spesies tumbuhan dominan ini adalah bahwa, spesies tumbuh-tumbuhan itu menguasai sumberdaya paling banyak pada suatu wilayah. Penutupan adalah persentase proyeksi vertikal dari tajuk suatu spesies tumbuhan pada suatu areal. Pengukuran penutupan tajuk biasanya dilakukan pada tumbuhtumbuhan bawah seperti tumbuhan herba dan semak, sedangkan pada tumbuhan pohon pengukuran penutupan tajuk sangat jarang dipakai tetapi digunakan pengukuran basal area. Untuk keperluan praktis pada pengukuran tajuk, maka lubang-lubang yang mungkin terdapat pada suatu tumbuhan yang diamati dianggap tidak ada, dan tajuk-tajuk tersebut secara imajiner dianggap bulat. 4. Kekerapan (Frekuensi) Nilai Kekerapan diperoleh dengan mencatat hadir atau tidak hadirnya suatu spesies pada sejumlah kuadrat atau plot pengamatan. Idealnya kekerapan kehadiran suatu spesies tersebar secara acak pada seluruh plot pengamatan. Pengamatan kekerapan tidak melibatkan perhitungan jumlah individu sama sekali. 5. Nilai Penting Nilai penting suatu spesies merujuk pada sumbangan relatif suatu spesies kepada seluruh komunitas. Nilai penting diperoleh dari jumlah kerapatan relatif, dominansi relatif dan kekerapan relatif, namun nilai penting juga dapat dihitung jika salah satu atau hanya dua dari parameter ini ada.

11

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kegiatan penyuluhan penentuan struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah bagi mahasiswa biologi universitas negeri makassar berlangsung dengan baik dan lancar. 2. Peserta kegiatan dapat memahami materi dan kegiatan penyuluhan dengan baik, dan juga mampu melaksananakan semua materi di lapangan dengan baik. B. Saran. Kegiatan penyuluhan ini sebaiknya dilaksanakan lebih jauh dengan melibatkan lebih banyak lagi elemen-elemen masyarakat, yang dapat terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun Dinas-Dinas terkait seperti Dinas Kehutanan dan Pertanian maupun Lingkungan Hidup

12

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. 2006. Hubungan antara Struktur Komunitas Tumbuhan dengan Karakteristik Fasies Batuan Karbonat Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pasca Sarjana, UNHAS, Makassar. Barbour, M.G., J.H. Burk., & W.P. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The Benjamin/Cumming Publishing Company Inc. Menlo Park, Reading, California, Massachusetts, Singapore. Daniel, T.W., J.A. Helms., & F.S. Baker. 1979. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Edisi Kedua. Terjemahan. Gadjahmada University Press, Yogjakarta. IBSAB. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. Dokumen Nasional, Buku ke-1. BAPPENAS, Jakarta. Jennings, M., O. Loucks., R. Peet., D.F. Langendoen., D.G. Lewin., D. Grossman., A. Damman., M. Barbour., R. Pfister., M. Walker., S. Talnot., J. walker., G. Harstorn., G. Waggoner., M. Abrams., A. Hill., D. Roberts., D. Tart., & M. Rejmanek. 2002. Guidelines for Describing Associations and Alliances of The U.S. National Vegetation Classification. Version 3.0. The Ecological Society of America Vegetation Classification Panel. Washington, DC. Mueller-Dombois, D., & H. Ellenberg. 1974. Aims and Method of Vegetation Ecology. John Willey and Sons, New York. Sangat, H.M., E.A.M. Zuhud., dan E.K. Damayanti. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Soepadmo, E. 1983. Forest and Man. An Ecologycal Appraisal. An Inaugural Lecture delivered atau The University of Malaya. University of Malaya, Kuala Lumpur. Weaver, J. E., & F.E. Clements. 1980. Plant Ecology. Tata McGraw Hill Company Limited, New Delhi.

Você também pode gostar