Você está na página 1de 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input terjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen terdiri atas manusia, uang, material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga tercapailah output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan dan staff yang kompeten dan ahli.

Pada hakikatnya manusia adalah pemimpin, karena dalam kehidupannya sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya. Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka perawat dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas sehingga perlu adanya perubahan dalam tatanan pelayanan keperawatan.

Dalam rangka tujuan pemebelajaran manajemen keperawatan yaitu suatu agen pembaharu untuk meningkaktkan kemampuan perawat dalam melaksanakan manajemen asuhan keperawatan, maka kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terdiri dari 6 orang melakukan praktik tersebut di ruang Shafa An-Nisa selama 4 Minggu, terhitung mulai dari tanggal 25 Juni-20 Juli. Dalam melakukan praktik, mahasiswa melakukan kegiatan dimulai dengan pengkajian untuk mengidentifikasi masalah sampai mahasiswa memepersiapkan perencanaan dan implementasi untuk meneyelesaikan masalah manajemen tersebut.

Dari hasil pengumpulan data melalaui wawancara, kuisioner dan observasi didapat beberapa masalah diantaranya belum optimalnya penggunaan media album orientasi pasien baru, belum optimalnya pelaksanaan metode tim, belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai, dan belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi change agent pada unit pelayanan kesehatan serta nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diruang rawat Shafa- An-Nisa RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

2. Tujuan Khusus Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan mahasiswa mampu: a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di tempat praktik. b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama kepala ruangan dan para perawat tempat praktek. c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing. d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing. e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan (input), aspek proses sampai dengan proses hasil (output).

C. Manfaat penulisan 1. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen secara nyata di lahan praktek maupun tempat bekerja nanti. 2. Bagi Rumah Sakit atau ruangan Mahasiswa dapat membantu memecahkan masalah dengan ilmu yang dimiliki selama menempuh di bangku kuliah dengan teknik pemecahan masalah pada konsep manajemen sehingga meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit. 3. Bagi pendidikan Dapat menjadi evaluasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran tentang manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalani praktik profesi pada program berikutnya

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN 1. Definisi Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, maka manajemen keperawatan sendiri diartikan secara singkat sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat ( Gillies, 1992 ). Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana didalam manajemaen tersebut mencakup koordinasi dan suverfisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massely, 1999). Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan pada perencanaan, karena melalui perencanaan pimpinan dapat cepat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan efek menurunkan yang terencana. b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif, manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik. Dan melaksanaan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan seorang manajer keperawatan tergantung pada penggunaan waktu yang efektif. c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan, berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.

d. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan ada 3 blok struktur organisasi yaitu: unit, sub bidang dan bidang. Adapun prinsip

pengorganisasian: 1) Pembagian tugas 2) Koordinasi 3) Komando 4) Kewenangan 5) Hubungan staf dan lini 6) Pengawasan Didalam keperawatan pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan cara ( Burgess dan Gillies, 1988 ): 1) Fungsional atau penugasan yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan oleh kepala ruangan. 2) Alokasi pasien yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk beberapa pasien atau satu pasien oleh satu perawat pada saat berjaga. 3) Perawatan group atau team nursing yaitu pelayanan keperawatan pada sekelompok pasien yang dipimpin oleh perawat register nurse. 4) Pelayanan keperawatan utama ( primary nurse ) yaitu pengorganisasian dengan pelayanan keperawatan sehingga satu orang ( register nurse ) bertanggung jawab dari klien masuk sampai klien keluar. 5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendekatan, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan perencanaan yang diorganisasikan. 6) Bidang keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan penampilan kerja yang baik. 7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. 8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat pelaksana menempati posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer meningkatkan pengetahuan karyawan. 9) Pengendalian merupakan elemen manajer keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan yang telah dibuat.

3. Proses Manajemen Keperawatan a. Pengkajian-pengumpulan data Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan proses manajemen seperti proses keperawatan, mencakup pengumpulan data, fakta-fakta, masalah-masalah diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan rencana-rencana dan evaluasi hasil. b. Perencanaan Dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai isi dan misi institusi yang telah ditetapkan. c. Pelaksanaan Karena manajemen membutuhkan kerja sama dengan orang lain, pelaksanaan langkah proses manajemen menyangkut pengarahan kelompok-kelompok perawat untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang telah direncanakan. Pengarahan karyawan mencakup pengarahan, komunikasi dan motivasi. d. Evaluasi Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanaan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

B. KEPEMIMPINAN 1. Definisi a. Stog dill Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. b. Gardner Kepemimpinan adalah suatu proses persuasive dan memberikan contoh sehingga individu atau pimpinan kelompok membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan kelompok. c. Mc. Grebor Kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti yang terjadi pada menejemen, serikat sekerja, atau kekuatan dari luar. 4 fariabel untuk memahami kepemimpinan: 1) Karakter pemimpin 2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik lain dari bawahan 3) Karakteristik dari organisasi 4) Keadaan sosial ekonomi, politik, lingkungan d. Talbott Kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna, dengan faktor faktor lingkungan yang ada, bagaimana mencapai tujuan yang dikehendaki. 2. Teori teori Kepemimpinan a. Teori sifat bawaan Disini praduga yang harus digaris bawahi adalah pemimpin itu dilahirkan tidak dibentuk. Sifat sifat pribadi bawaan antara lain intelektual, emosi, fisik. Kepribadian : 1) Mudah menyesuaikan diri 2) Keyakinan diri 3) Kreatif 4) Bisa menyatukan diri 5) Kemampuan

6) Sangat

sering

seorang

ditunjuk

karena

bakat/kemampuan

administrasi dan tekhnisnya, dia perlu mempunyai cukup kepopuleran, wibawa, ketrampilan diri dan mempersatukan anggota. b. Teori Perilaku Diantara teori teori, teori X dan teori Y dari Douglass Mc Gregor Teori X mempunyai ciri : 1) Umumnya anggota menolak dan tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan, kecendrungan menentang diri 2) Umumnya anggota agresif dan suka melanggar, disini mereka harus dipimpin dan harus diarahkan serta di awasi secara ketat. Teori Y mempunyai ciri : 1) Umumnya anggota senang hati dan mampu melaksanakan tugas bila tujuan tercapai 2) Umumnya anggota punya sifat inisiatif satu sama lain saling mengawasi dan mengendalikan diri 3) Disini mereka tidak perlu secara ketat dipimpin, di arahkan dan diawasi. 3. Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki pemimpin: 1. Autokratik a. Pemimpin membuat keputusan sendiri b. Lebih memperlihatkan hasil dari pada terhadap karyawannya c. Dapat menimbulkan permusuhan, agresifitas/sebaliknya menghilangkan inisiatif dan apatis 2. Demokratis a. Pengambilan keputusan melibatkan bawahan b. Berorientasi kepada bawahan dan menitik beratkan hubungan antar manusia dan kerja kelompok c. Dapat menimbulkan/meningkatkan produktifitas, inisiatif dan kepuasan kerja

3. Laissez faire a. Memberikan banyak kepuasan b. Pantang memberikan bimbingan c. Bermaksud setiap orang bebas dan senang d. Dapat menyebabkan: produktifitas rendah, karyawan frustasi, tidak ada pegangan 4. Kecakapan kepempipinan a. Kecakapan konvesional (konseptual skill) 1) Kemampuan keseluruhan 2) Hal ini penting pemimpin tingkat atas (top manger level) b. Kecakapan kemanusiaan (human skill) 1) Kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan kelompok 2) Untuk membangun suatu usaha koordinasi dalam suatu team dimana ia sebagai pemimpin c. Kecakapan teknis (technical skill) 1) Penting sebagai pimpinan tingkat middle menageman level dan pimpinan tingkat bawah ( supervisor/lower mangemen level) 5. Aspek jalinan kepemimpinan a. The leader (kepemimpinan) 1) Value 2) Skill : gaya kepemimpinan (pemahaman pola dasar perilaku saat bertindak dan kemampuan untuk memimpin) b. The followers 1) Pengikut disamping kepemimpinan 2) Hal yang penting mereka menerima kepemimpinannya 3) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga atau dalam merefrensikan harapan 4) Hal yang penting untuk menerima kepemimpinan 5) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga tahu dalam mereferensikan harapan mengetahui kebijaksanaan organisasi secara

c. The situation 1) Situasi spesifik yang ada disekeliling akibat dari kepemimpinan yang diberikan 2) Kebutuhan kerja dan system control 3) Angka struktur tugas 4) Tingkat interaksi 5) Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan: organisasi kultur dan etos kerja penting dalam pembuatan situasi d. The communication proses 1) Komunikasi dengan semua group digunakan chanel bagaimana harus berkomunikasi terbuka atau tertutup 2) Komunikasi dasar yang sangat bagus 3) Dengan komunikasi pemimpin dapatdisampaikan vision (cara pandang) dan pesannya untuk diikuti e. The goals ( tujuan) Organisasi memilih tujuan individu berkerja organisasi juga punya tujuan, tujuan bisa bersama atau tidak sejalan C. Change Agent/ Pengelolaan Perubahan 1. Definisi perubahan Menurut teori Lipitts (1973) perubahan adalah sesuatu yang direncanakan atau tidak direncanakan tahap status quo dalam individu, situasi atau proses dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, di susun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung statusquo, organisasi lain/situasi lain. Menurut pendapat kelompok, perubahan adalah proses yang terjadi pada individu/ kelompok menjadi sesuatu yang diharapkan melalui perencanaan programprogram tertentu. 2. Tiga tahap dalam perubahan (lewin, 1951) a. Pencarian Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk

berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-langkah nyata untuk berubah/melakukan perubahan b. Bergerak Bergerak menuju keadaan yang tingkat/tahap perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahu langkah-langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat/tahap baru c. Pembekuan Telah mencapai tingkat/tahap baru, mencapai keseimbangan baru, tingkat baru, yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran/ bergerak kembali pada tingkat perkembangan semula 3. Dua faktor kekuatan untuk terjadinya perubahan a. Kebutuhan dasar manusia 1) Kebutuhan dasar manusia Kebutuhan yang belum terpenuhi akan motivasi perilaku sebagimana teori kebutuhan dasar Maslow (1954) 2) Kebutuhan dasar interpersonal Kebutuhan untuk berkumpul/bersama-sama, kebutuhan untuk

mengendalikan/melakukan kontrol, keutuhan untuk dikasihi, kedekatan dan perasaan emosional b. Faktor penghambat Menurut Neu dan Courillard (1981) dalam Nursalam faktor penghambat terjadinya perubahan disebabkan oleh beberapa hal: mengancam kepentingan pribadi, persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologis, toleransi untuk berubah rendah 4. Alasan perubahan (Lewis, 1951) Alasan perubahan harus dilakukan oleh manager dalam merencanakan suatu perubahan: a. Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik b. Perubahan harus secara bertahap c. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis dan mendadak

d. Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan Menurut pendapat kelompok, alasan perubahan harus dilakukan adalah agar tercapainya tujuan yang diharapkan. Menurut teori Lipitts (1973) ada 7 tahap dalam proses perubahan: 1) Menentukan masalah Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari dikumpulkan 2) Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap proses perubahan tersebut 3) Mengkaji motivasi change agen dan sarana yang tersedia Manager harus mampu menunjukan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan 4) Menseleksi tujuan perubahan Harus disusun suatu kegiatan secara operasional, terorganisir dan berururtan, kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan 5) Memilik peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu Perubahan akan berhasil apabila antara manager dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan tersebut 6) Mempertahankan perubahan yang telah dimulai 7) Mengakhiri bantuan Selama proses mengakhiri perubahan, harus sesuai diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari manager 5. Strategi Membuat Perubahan Perubahan dalam organisasi mencakup 3 tingkatan yang berbeda yaitu: individu yang bekerjadiorganisasi tersebut, perubahan struktur dan system, perubahan hubungan interpersonal. terhadap kesimpulan, sebelum semua fakta dapat

Strategi membuat perubahan dikelompokan menjadi 4 hal, yaitu: a. Memiliki misi yang jelas Misi harus disusun secara ringkas, jelas, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh setiap orang b. Menciptakan iklim/budaya organisasi yang kondusif Menurut Potter dan OGrady ( 1986 ) upaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah: kebebasan untuk berfungsi secara efektif dukungan dari sejawat dan pimpinan, kejelasan harapan tentang lingkungan kerja, sumber yang tepat untuk praktik secara efektif, iklim organisasi yang terbuka. c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang perlu dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari informasi yang salah. d. Keterlibatan orang yang tepat Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana sudah tersusun 6. Kunci sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik. a. Mulai dari diri sendiri Perubahan dan pemenuhan terhadap diri sendiri, baik sebagai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai. b. Mulai dari hal-hal yang kecil Perubahan yang besar tidak akan berhasil, kalau tidak dimulai terhadap hal-hal yang kecil. c. Mulailah sekarang, jangan menunggu-nunggu Memanfaatkan kesempatan yang ada karena kesempatan tidak datang dua kali dengan kesempatan/tawaran yang sama.

7. Tahap pengelolaan perubahan Tahap Tahap I Penjelasan Mengidentifikasi tujuan perubahan, melakukan pengkajian pada orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan-bahan yang sudah dikembangkan dan secara konsisten menatap keadaan sesuai visi yang telah ditetapkan Tahap II Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan strategi organisasi Tahap III Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang yang terlibat didalamnya Tahap IV Menentukan siapa yang akan memimpin perubahan, pemimpin harus mengkomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang tatanan jabatan organisasi dan sebagai pelatih, mentor, pendengar dan mendukung kerja kelompok. Tahap V Tahap VI Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat Mengidentifikasi instrument tujuan yang spesifik yang dipergunakan sebagai tolak ukur mempunyai perubahan Tahap VII Membangun suatu sistem kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus mempunyai tanggungjawab yang jelas, mampu berkomunikasi dengan yang lainnya, dan juga harus mampu negosiasi dan penyelesaiaan masalah. TahapVII Melibatkan semua tim kesehatan yang terlibat dalam praktik keperawatan professional kepada pasien, dan tim tersebut harus mendukung dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh organisasi

D. Infeksi Nosokomial 1. Definisi Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme (agen infeksius) dalam tubuh penjamu. Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan (health care-associated infection / infeksi nosokomial) biasanya disebut infeksi didapat dari pelayanan kesehatan atau nosokomial, yaitu infeksi yang dihasilkan dari penyampaian pelayanan pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Perry potter, 2009). Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang invasive, pemakaian antibiotic adanya organisme yang resisten dengan berbagai obat, dan pelanggaran dalam kegiatan pencegahan infeksi. 2. Penyebab Adanya organisme patogenik belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi. Infeksi terjadi dalam suatu siklus yang tergantung pada adanya elemen berikut:

agen infeksius

tubuh penjamu

reservoir

jalur masuk

jalur keluar

jenis penularan

Gambar: Rantai Infeksi (Perry Potter, 2005)

a. Agen infeksius Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

Mikroorgaisme pada kulit ada yang bersifat flora permanen atau transien. Organisme permananen (flora normal) adalah yang tinggal menetap di kulit, di mana mereka bertahan hidup dan berkembang biak tanpa menyebabkan penyakit. Mikroorganisme transien menempel pada kulit ketika individu kontak dengan individu lain selama aktivitas normal. Contohnya seorang perawat menyentuh pispot atau pakaian yang terkontaminasi, maka bakteri transien melekat pada kulit perawat. Organisme melekat pada kulit melalui debu dan minyak atau di bawah kuku. Organisme tersebut dapat dengan mudah berpindah kecuali dihilangkan dengan mencuci tangan (Larson, 2005). Jika tangan terlihat kotor dengan materi proteinasius, gunakanlah sabun dan air untuk

membersihkannya. Jika tangan tidak terlihat kotor, maka penggunaan alcohol atau mencuci tangan dengan sabun dan air dapat digunakan sebagai desinfektan bagi tangan tenaga keseahatan (CDC, 2002). b. Reservoir Reservoir adalah suatu tempat dimana pathogen dapat bertahan hidup, tetapi atau tidak dapat berkembangbiak. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup dikulit dan berada dalam rongga, cairan dan cairan yang keluar dari tubuh. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan individu menjadi sakit.carier adalah individu yang menunjukkan tidak adanya gejala penyakit tetapi memiliki organisme pathogen pada atau dalam tubuhnya yang dapat ditransfer keindividu lain. c. Jalur keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat berupa darah, kulit, membran mukosa, traktus gastrointestinal, traktus genitourinarius, traktus respiratorius, dan transplansenta (ibu ke janin). d. Jenis penularan Setiap penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Jalur utama penularan pathogen yang ditemukan dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah tangan tenaga kesehatan yang tidak dicuci(CDC,2002 Cipriano,2007). Alat

yang digunakan di pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber penularan pathogen. Semua personel rumah sakit yang memberikan pelayanan langsung dan individu yang menjalankan fasilitas pendukung dan diagnostic harus mengikuti praktek pencegahan dan control infeksi untuk meminimalkan penyebaran infeksi. Karena banyak factor yang menyebabkan penyebaran infeksi pada klien, maka semua tenaga kesehatan harus rajin melaksanakan praktek pencegahan dan control infeksi, seperti membershakan tangan dengan dan meyakinkan bahwa peralatan yang dipakai telah dibersihkan, desinfeksi, dan sterilisasi sebelum digunakan lagi. e. Jalur masuk Organisme masuk ke tubuh melalui jalur yang sama saat mereka keluar. Eagai contoh, ketika jarum menusuk kulit klien organisme masuk ke tubuh jika persiapan kulit yang benar tidak dilakukan. f. Tubuh penjamu 3. Resiko Infeksi Nosokomial Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang di rawat di RS, dapat juga terjadi pada para petugas RS tersebut.Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. 4. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang diterintegrasi, monitoring dan program yang termasuk membatasi transmisi organisme atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, karena hygien tangan merupakan komponen yang paling mendasar dalam pencegahan suatu infeksi nosokomial di RS maka pada tahun 2002 CDC ( Central for Diseas Control) telah menetapkan sebuah panduan untuk hygien tangan pada pelayanan kesehatan. Kebersihan tangan a. Definisi Kebersihan tangan adalah suatu prosedur tibdakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air bersih yang mengalir (bila terkontaminasi darah dan cairan tubuh), hand rub berbasis alkohol (bila tidak tampak kotor).

b. Tujuan Tujuan kebersihan kontaminasi dari mikroba yang disebabkan karena kontak dengan pasien, terinfeksi, kontak dengan lingkungan serta menghilangkan bahan organik dari tangan.

c. Cara Tranmisi Mikroba Melalui Tangan Mikroba berada di kulit, lingkungan pasien. Transfer mikroba ke tangan petugas. Mikroba bertahan hidup di tangan. Mikroba bertahan sebagai transmisi, tidak efektif terhalau. Tangan terkontaminasi menjadi transmisi mikroba.

d. Cara Terpenting Mencegah Kontaminasi Silang Alkohol Hand rub Pemakaian hand rub sangat praktis, cepat dan aman untuk menurunkan flora kulit dapat menggantikan cuci tangan rutin dan setelah cuci tangan bedah bila tangan tidak tampak kotor. Kuku tidak panjang, tidak pakai cincin, gelang, jam tangan dan kuteks. Sarung tangan dipakai untuk tugas-tugas tertentu. Peningkatan kepatuhan dengan cara edukasi, supervisi, umpan balik, audit teratur, antiseptik berbasis alkohol ditepi tempat tidur. Kebersihan tangan merupakan komponen utama dari kemanan pasien yaitu sebagai indikator berkualitas. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pengahalang

pengendalian infeksi. Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS.

e. Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan Tangan a) Butuh dukungan seluruh petugas kesehatan b) Hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan Peraturan tertulis Fasilitas yang mudah dicapai (cuci tangan/hand rub) Promosi dan komunikasi

Informasi tentang kebersihan tangan Umpan balik penampilan, monitoring teknik Seleksi antiseptic yang tidak menimbulkan kerusakan kulit petugas

f. Rekomendasi Kebersihan Tangan a) Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan rutin dengan alkohol han rub b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan sesudah makan, setelah dari toilet dan setiap tangan tampak kotor. c) Jaga kuku selalu tampak pendek, bersih, dan tidak memakai perhiasan, kuku palsu, kutek. d) Jangan mencuci sarung tangan setelah kontak dengan pasien. e) Tidak dianjurkan memakai handuk yang berulang dan tissue rol. f) Pilih sabun antiseptik yang bersifat rendah iritatif g) Tidak boleh menambahkan sabun cair/ antiseptik sebelum benar-benar habis. h) Untuk menghilangkan resiko terbakar (kulit terasa panas), tangan harus benar-benar kering dari alkohol hand rub sebelum menyentuh pasien atau lingkungan/peralatan pasien.

g. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan tangan Sediakan hand rub dipintu masuk ruang rawat/ disisi tempat tidur pasien Penyuluhan petugas secara teratur tentang pentingnya kebersihan tangan, kapan dan cara melakukan dengan benar. Pasang poster prosedur cara mencuci tangan dengan air atau dengan alkohol hand rub. Monitoring kepatuhan petugas dan beri umpan balik pada petugas yang meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan. Evaluasi kepatuhan kebersihan tangan.

h. Alternatif mencuci tangan a) Hand rub berbasis alkohol 70% 1. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas 2. Tidak mahal, mudah di dapat dan mudah di jangkau 3. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2ml dengan 100 ml alkohol 70%)

4. Komposisi hand rub menurut WHO Etanol 96% Hidrogen peroksida 3% Gliserol 98% 833,3 ml 41,7 ml 14,5 ml

Isopropil alkohol 99,8% 751,5 ml Hidrogen peroksida 3% Gliserol 98% 41,7 ml 14,5 ml

Tambahkan formula tersebut dengan air distilasi/rebusan/dingin sampai mencapai 1000ml, campur hingga homogen. 5. Komposisi hand rub di RS Islam Jakarta Pusat Cempaka Putih Dalam 20 liter hand rub terdapat: Alkohol 70% Gliserin Parfum 20 liter 200 ml 8 ml

b) Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun harus dilakukan. c) Hand rub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan dengan dan air mengalir.

i. Contoh agen antiseptik a) Alkohol 60%-90% (etil dan isopropyl atau metil alkohol) b) Klorheksidin glukonat 2%-4% (hibiscrub, hibitane, hibiclens) c) Khloreksidin glukonat dan cetrimide (savlon) d) Yodium 3% e) Triclosan f) Iodofor 7,5%-10% (betadine)

j. Cuci Tangan Wajib Dilakukan Oleh: Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya (fisoterapi, teknisi). Setiap orang yang ada kontak denga pasien, meskipun tidak langsung seperti ahli gizi, farmasi, dan petugas laboratorium.

Setiap petugas yang berkontribusi dengan prosedur yang di lakukan terhadap pasien. Setiap orang yang bekerja di RS.

k. Waktu Untuk Mencuci Tangan a) Segera setelah tiba di RS. b) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien. c) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh pasien. d) Di antara kontak pasien satu dengan yang lainnya. e) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien. f) Sesudah dari toilet. g) Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. h) Bila tangan kotor. i) Sebelum meninggalkan RS. j) Segera setelah melepaskan sarung tangun. k) Sebelum dan sesudah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan.

l. Kapan Kita Pakai Hand Rub a) Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau. b) Fasilitias cuci tangan in adekuat. c) Saat ronde diruangan yang memerlukan desinfektan. d) Diantara tindakan keperawatan. e) Bukan pengganti cuci tangan. f) Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda taau cairan tubuh pasien.

m. Standar Operasional Prosedur Penggunaan Hand Rub Dengan antiseptik hand rub/ antiseptk berbahan dasar alkohol 1. Berikan antiseptik Hand rub/Antiseptik berbahan dasar alkohol. 2. Semprotkan cairan hand rub ke telapak tangan. 3. Lakukan 7 langkah : a. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan. b. Menggosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.

c. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan dan jari saling terkait. d. Membersihkan jari-jari sisi dalam dengan meletakkan punggung jari pada telapak tangan satunya dengan jari saling mengunci. e. Membersihkan ibu jari tangan kanan di gosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya. f. Membersihkan ujung-ujung jari tangan kiri dengan cara menguncup, gosok, memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan dan sebaliknya. g. Membersihkan perelangan tangan kiri dengan cara pegang

pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gerakan memutar dan sebaliknya.

BAB III ANALISA SITUASI

ANALISA SITUASI RUANGAN A. Keadaan ruangan Ruangan Shafa An-nisa RSIJ Cempaka Putih merupakan bangunan yang kokoh yang terdiri dari ruang persalinan dan rawat inap perawatan kelas I, II, III. Semua kasus Maternitas dan kasus Obstetri Gynekology dirawat diruangan ini. Adapun kondisi ruangan Shafa An-nisa terdiri dari : 1. Ruangan rawat inap a. Dengan kapasitas tempat tidur perawatan kelas I terdiri dari (5 tempat tidur), ruang perawatan kelas II terdiri dari (8 tempat tidur), kelas III terdiri dari (14 tempat tidur). b. Nurse station, VK/kamar bersalin, nurse station post partum. c. Ruang menyusui d. Ruang kepala ruangan e. Ruang ganti perawat f. Kamar one day care g. Kamar isolasi h. Ruang cuci spoolhok i. Ruang senam hamil j. Ruang Pantry k. Kamar mandi disetiap kamar pasien

2. Ruangan instrumental (semi steril) a. Kamar persiapan b. Kamar ganti c. Kamar bersalin : 3 kamar d. Kamar bersalin atau kamar isolasi e. Kamar CTG f. Kamar dokter

g. Kamar bayi observasi h. Kamar bayi isolasi

3. Peralatan a. CTG b. Alat pertolongan persalinan normal, ekstraksi vacum, ekstrasi forcef. c. Perforator d. Hpp Set e. O2 sentral f. Resusitasi bayiinkubator g. Transfer baby BOX

B. Analisa keadaan ruangan Shafa An-nisa Ruangan shafa annisa merupakan ruangan yang merawat pasien dengan kasus obstetric ginekologi, maternitas dan rooming in bayi sehat. Ruang shafa annisa memilki ruangan yang memadai untuk perawatan post partum yang terbagi dalam kelas I, II, III selain itu untuk menunjang pelayanan dalam tindakan bersalin ruang Shafa Annisa juga memiliki fasilitas VK serta foto terapi untuk bayi dengan hiperbilirubin. Ruang Shafa Annisa memiliki cukup sarana untuk membantu proses persalinan, perawatan post partum, perawatan kasus obgyn. Selain itu ruang Shafa Annisa juga memiliki ruang menyusui dalam upaya meningkatkan kesadaran ibu akan pentingnya ASI ekslusif. Dalam denah ruang shafa annisa tampak ruang perawatan kelas III cukup jauh dari station nurse, sehingga untuk pemantauan kurang optimal. Belum maksimal penggunaan meja tim yang ada di kelas III.

C. Ketenagaan Dari hasil pengamatan kondisi jumlah tenaga bidan/perawat di Shafa Annisa terdiri dari 36 orang yang terdiri dari: D4 kebidanan/SST (Sarjana Saint Terapan); 2 orang, D3 Kebidanan; 23 orang, D1 Kebidanan; 4, S1 Keperawatan; 1, D3 Keperawatan; 6. Pegawai di ruang Shafa An-nisa merupakan pegawai tetap dan PKWT, dimana pegawai PKWT ini setiap 3 bulan sekali dilakukan rotasi keruangan lain. Selain tenaga kesehatan ruangan juga ditunjang oleh perkarya 6 orang,

administrasi 1 orang dan inventaris ruangan 1 orang. Total di ruangan Shafa An-nisa 44 orang. D. Visi dan misi bidang keperawatan 1. Visi RSIJ Cempaka Putih sebagai rumah sakit kepercayaan masyarakat dan pusat perkaderan persyarikatan muhammadiyah bidang kesehatan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 2. Misi a. pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan bermutu dan tetap peduli pada kaum duafa. b. mampu memimpin pengembangan RS. Islam lainnya. 3. Falsafah Bidan keperawatan dalam memberi askep, perawat harus bersikap professional, dan islami, serta memegang teguh kode etik kprawatan dalam hubungan antara perawat dengan klien, perawat dengan masyarakat, perawat dengan perawat juga perawat dengan profesi dan profesi lain dan menjadikan sarana ibadah. 4. Motto Bekerja sebagai ibadah, ikhsan dalam pelayanan. 5. Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan masyarakat secara komprehensif baik bio-psiko-sosial-spiritual melalui pelayanan keperawatan professional dengan pendekatan promotif, prefentif,kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan per UUD serta tuntutan ajaran islam dengan tidak memandang perbedaan agama, golongan dan kedudukan. 6. Kebijakan dan prosedur organisasi Tersedia SOP supervisi dan SOP orientasi pasien baru, peraturan dan tata tertib untuk pasien. 7. Fungsi manajemen di ruang Shafa Annisa a. Fungsi Perencanaan Sudah terdapat visi dan misi, pelayanan kebidanan/keperawatan sudah berdasarkan kebutuhan dan kondisi klien. b. Fungsi Pengorganisasian

Diruangan shafa annisa sudah terdapat struktur organisaasi asuhan kebidanan dan keperawatan serta bagan metode TIM, terdapat jadwal dinas/shift, terdapat file materi pendidikan kesehatan. c. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan Ketua TIM melakukan pengecekkan dokumentasi asuhan yang dilakukan oleh anggotanya. d. Fungsi Pengendalian Bidan / perawat mengetahui SOP penerapan metode Tim serta asuhan kebidanan/keperawatan. 8. Struktur Organisasi ruang Shafa An-Nisa Ka. Ru

Ka.Tim Ruangan

Ka.Tim VK

Ka.Tim Bayi

Pelaksana

Pelaksana

Pelaksana

Pelaksana

ANALISA SWOT A. Strength (Kekuatan) Memiliki visi, misi dan motto rumah sakit. Memilki visi dan tujuan di ruangan Shafa An-Nisa. Ruangan Shafa An-nisa dengan kapasitas 27 tempat tidur, jumlah perawat 35 orang dengan kualifikasi pendidikan perawat minimal DI Kebidanan 4 orang, D3 Kebidanan 23 orang, D4 Kebidanan 2 orang, D3 Keperawatan 6 orang, S1 Keperawatan 1 orang, sehingga memudahkan untuk meningkatkan

pemahaman bidan/perawat terhadap pelayanan asuhan kebidanan/keperawatan dirumah sakit. Sudah adanya format pendokumentasian untuk bidan/perawat berupa pengkajian, rencana kebidanan/keperawatan, penegakkan prioritas masalah, dan catatan perkembangan semua teraplikasi dalam system SMART berupa perangkat lunak di komputerisasi. Terdapatnya standar operasional prosedur (SOP) diruangan yang sudah terakreditasi ISO.

Tersedianya fasilitas ruang menyusui yang memadai. Komunikasi antar Ka.ru, Ka.tim, perawat, bidan, pelaksana dengan petugas lainnya sudah baik. Bidan/perawat sudah melakukan penkes IMD, breast care pada ibu setelah persalinan. Bidan/perawat mengorientasikan pasien baru menggunakan media bantuan album orientasi pasien baru sesuai dengan format yang ada.

B. Weakness (Kelemahan) Belum tertibnya waktu kunjungan sehingga mengganggu waktu pelayanan ke pasien. Pemanfaatan ruang menyusui yang belum optimal. Metode tim sudah berjalan di ruang Shafa Annisa, namun pelaksanaannya belum optimal. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan. Belum optimalnya penggunaan hand rub sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb. Belum tersedianya fasilitas hand rub di setiap pintu masuk kamar pasien. Belum optimalnya fasilitas untuk pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di setiap troli.

C. Opportunity (Peluang) Ruang Shafa Annisa digunakan sebagai lahan praktik bagi mahasiswa S1 Keperawatan, DIII Kebidanan dan Kedokteran (coas) yang memungkinkan adanya transfer ilmu pengetahuan baru, baik dalam dunia keperawatan dan medis. Adanya kerja sama antar mahasiswa dengan kepala ruangan dan staff ruang Shafa Annisa. Adanya sertifikasi ISO, akreditasi yang mempunyai dampak baik bagi peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan. Adanya kerjasama antara institusi PSIK dengan rumah sakit.

D. Treat (Ancaman) Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat sehingga mengharuskan perawat/bidanuntuk dapat memberikan pelayanan secara profesional danIslami dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien. Konsumen semakin kritis dan siap menggugat rumah sakit atas kelalaian yang terjadi dalam melakukan tindakan. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan berlakunya undang-undang perlindungan konsumen, sehingga perawat/bidanperlu mengembangkan diri untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan/kebidanan yang benar-benar professional.

BAB IV PERENCANAAN

A. Identifikasi Masalah Dari hasil observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner yang dilakukan kelompok terkait dengan hasil masalah di ruang rawat Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai tanggal 25 Juni s/d 20Juli 2012 didapatkan :

No. 1.

Analisa Data

Masalah

Pelaksanaan orientasi pasien baru menggunakan media Penggunaan media album album orientasi pasien baru Wawancara Karu mengatakan, sudah dilaksanakannya orientasi pasien baru sesuai dengan format yang sudah ada dan menggunakan media album orientasi pasien baru. pengorientasian pasien baru lebih efektif dengan menggunakan album orientasi pasien baru. seluruh staff mendukung penggunaan album orientasi pasien baru dalam mengorientasikan pasien baru. Observasi Media album orientasi pasien baru sudah tersedia untuk memudahkan perawat/bidan dalam orientasi pasien baru sudah baik, namun masih kurang optimal.

mengorientasikan pasien baru. Pelaksanaan penggunaan album orientasi baru sudah berlangsung 70%. Hampir semua perawat/bidan sudah menggunakan media album orientasi pasien baru sesuai dengan format yang ada dalam mengorientasikan pasien baru

Kuesioner Dari 25 responden didapatkan data 100,00% perawat/bidan sudah mengorientasikan pasien baru menggunakan media album orientasi pasien baru. 2. Pelaksanaan metode tim Wawancara Karu mengatakan, pembagian tugas di ruang Shafa An-nisa sudah menggunakan metode tim. metode tim di ruang Shafa An-nisa sudah berjalan+ 3 bulan. materimetode tim sudah diberikan oleh mahasiswa PSIK Profesi Program B ketika praktik manajemen keperawatan + 3 bulan yang lalu. Observasi Metode tim di ruangan sudah berjalan, namun belum seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.

dilaksanakan oleh perawat/bidan. Kuesioner Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah melakukan metode tim secara optimal. 3 Tugas fungsi manajemen kepala ruangan Wawancara Karu mengatakan, Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya

Karu telah melakukan tugas dan wewenang sesuai belum dilaksanakan secara dengan fungsi manajemen. Observasi Karu selalu mengikuti serah terima dinas pagi Karu memberikan pengarahan dan umpan balik pada kinerja tim. Karu belum maksimal melakukan identifikasi tingkat ketergantungan pasien sehingga dalam optimal

penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum sesuai kondisi pasien. Dalam proses pemberian pengarahan karu belum maksimal punishmen Kuesioner 24 responden didapatkan data 68,57% karu telah melakukan jawabnya. 4 Jenjang karir Wawancara Belum optimalnya pengembangan jenjang tugasnya sesuai dengan tanggung dalam memberikan reward dan

Katim mengatakan jenjang karir yang terdapat di karir bidan/perawat ruang Shafa An-nisa diadakan 5 tahun sekali, untuk menaikkan golongannya. Observasi Adanya kebijakan kompetensi bagi bidan dan perawat. Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi bidan/perawat. Kuesioner Dari 24 responden didapatkan data 67,7%

bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6 bulan terakhir. Dari 24 responden didapatkan data 16,7 % pendidikan terakhir bidan adalah D1 Kebidanan 5 Pendidikan kesehatan Wawancara Karu mengatakan sudah dilakukan Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif penkes namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas

seminggu 2x pada ibu setelah persalinan Karu mengatakan ada petunjuk teknis (juknis) tentang pemberian penkes Karu mengatakan ada sarana dan prasarana untuk memberikan penkes (CD,Flipchart)

Observasi Sudah dilakukan penkes pada ibu setelah persalinan Penkes diberikan dengan media flipchart Pelaksanaan penkes dilakukan secara masal pada ibu setelah melahirkan Tidak adanya penyediaan media LCD, Laptop diruangan bila tidak ada mahasiswa yang praktek. Kuesioner 6 Pendokumentasian Wawancara Belum optimalnya pelaksanaan

Katim mengatakan pendokumentasian sudah sesuai pendokumentasian asuhan SAK Bidan/perawat pelaksana mengatakan yang dibuat asuhan hanya kebidanan/keperawatan

kebidanan/keperawatan

berdasarkan materi yang diberikan saat kuliah. Observasi Kurangnya pemahaman bidan/perawat dalam

perencanaan SAK di ruangan. SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim, Katim-Pelaksana.

Kuesioner 7 Hand hygiene dengan hand rub Wawancara Karu mengatakan, Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang

perawat/bidan sudah menggunakan hand rub, kurang memadai. namun kurang efektif karena fasilitasnya kurang memadai, yaitu belum adanya fasilitas hand rub di setiap pintu masuk kamar pasien. Observasi Perawat/ bidan tidak selalu menggunakan hand rub

sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb pada pasien. Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar pasien. Kuesioner Dari 25 responden didapatkan data 92,00%

sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan setelah kontak dengan pasien. 8 Pemisahan sampah pada troli Wawancara Karu mengatakan, Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda

perawat/bidan sudah memisahkan sampah medis, tajam di troli karena nonmedis dan benda tajam pada tempatnya setelah fasilitas yang kurang melakukan tindakan. perawat/bidansudah mengetahui dampak dan memadai.

fungsi pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam. Observasi Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli. Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli. Kuesioner Dari 25 responden didapatkan data80,00 % sudah melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.

B. Hasil Observasi 1. Belum optimalnya pelaksanaan metode tim. 2. Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaan belum dilaksanakan secara maksimal 3. Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat

4. Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas 5. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan 6. Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai. 7. Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di trolikarena fasilitas yang kurang memadai.

C. Prioritas Masalah No. 1 2 3 4 Masalah Belum optimalnya pelaksanaan metode tim. Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai. Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai. Mg 5 4 4 5 Sv 4 4 4 5 Mn 4 4 5 4 Nc 4 4 3 3 Af 5 3 5 3 Nilai 1600 768 1200 900 Prioritas II VII IV VI

5 6 7

4 4 4

4 4 4

4 5 4

5 5 4

4 5 4

1280 2000 1024

III I V

Keterangan 1. Mg 2. Sv 3. Mn 4. Nc 5. Af Rentang Nilai 1. Tidak sangat penting 2. Kurang penting 3. Cukup Penting 4. Penting 5. Sangat penting :Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah :Besar kemungkinan yang ditimbulkan :Bila dipecahkan :Berfokus pada keperawatan :Ketersediaan sumber daya

Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa-An-Nisa, dimana pera mahasiswa sebatas mengarahkan.

FISH BONE
INPUT PROSES OUTPUT

Metode tim di ruangan sudah berjalan.


Karu belum maksimal melakukan identifikasi tingkat ketergantungan pasien Belum ada kebijakan jenjang karir

Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah melakukan metode tim secara optimal. Dalam proses pemberian pengarahan karu belum maksimal dalam memberikan reward dan punishment Dari 24 responden didapatkan data 67,7% bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6 bulan terakhir. Kurangnya pemahaman bidan/perawat dalam perencanaan SAK di ruangan.

Belum seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim dilaksanakan oleh perawat/bidan.


Dalam penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum sesuai kondisi pasien. Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi bidan/perawat.

SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim, KatimPelaksana.

Pendokumentasian askep kurang maksimal

Tidak adanya penyediaan media untuk memberikan penkes Perawat/bidan tidak selalu menggunakan hand rub sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb pada pasien.

Penkes diberikan dengan media flipchart

Pemberian penkes belum maksimal

Dari 25 responden didapatkan data 92,00% sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan setelah kontak dengan pasien.

Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar pasien.

Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Dari 25 responden didapatkan data 80,00 % sudah melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.

Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Belum optimalnya pelaksanaan metode tim. Belum Tugas fungsi optimalnya manajemen karu penggunaan sudah baik namun media dalam album pelaksanaannya orientasi belum baru. pasien dilaksanakan secara optimal Belum optimalnya Belum optimalnya pengembangan jenjang karir pelaksanaan bidan/perawat metode tim. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasia Belum optimalnya n asuhan kebidanan/kepera penggunaan watan rub hand Pendidikan karena kesehatan berjalan fasilitas yang dengan efektif kurang namun minimalnya dalam memadai. penyediaan fasilitas Belum Belum optimalnya optimalnya penggunaan hand pemisahan rub karena fasilitas yang sampah kurang memadai. medis, non Belum optimalnya medis dan pemisahan benda tajam sampah medis, di troli non medis dan benda tajam di karena troli karenayang fasilitas fasilitas yang kurang kurang memadai.

D. Alternatif Penyelesaian Masalah No. 1. MASALAH Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai. ALTERNATIF PENYELESAIAN 1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/ juknis mengenai cuci tangan dan penggunaan hand rub. 2. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. 3. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di depan pintu kamar pasien. 4. Reward dan punishment untuk perawat/bidan pada aplikasi penggunaan hand rub. 2. Belum optimalnya pelaksanaan metode tim. 1. Evaluasi pelaksanaan metode penugasan tim. 2. Reward dan punishment pada perawat/bidan pada aplikasi pelaksanaan metode tim. 3 Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan 1. Diseminasi pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan 2. Monitoring pendokumentasian sesuai format yang ada. 3. Evaluasi hasil monitoring

Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat

1.

Bersama

tim

membuat

struktur

tenaga

keperawatan 2. Mengusulkan untuk pengembangan jenjang

karir bidan/perawat. 5 Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di trolikarena fasilitas yang kurang memadai. 2. 1. Mengoptimalkan pelaksnaan SOP/Juknis

tentang pemisahan sampah medis non medis dan benda tajam. Memberikan masukan penyediaan fasilitas pemisahan sampah medis non medis dan

benda tajam di troli. 3. Reward dan punishment pada perawat/bidan dalam aplikasi pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli.

Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas

1. Media pendidikan kesehatan. 2. Mengidentifikasi masalah di ruangan

Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal

1. Mereview tugas fungsi manajemen karu. 2. Identifikasi fungsi manajemen Karu dalam pelaksanaan metode tim. 3. Evaluasi tugas fungsi manajemen Karu

Kondisi di Ruangan Shafa An-Nisa dan waktu yang ada. Teknik yang digunakan dalam memprioritaskan masalah adalah pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek kecendrungan besar dan seringnya kejadian masalah (magnitude), besarnya kerugian yang akan ditimbulkan (severity), dapat diselesaikan/dikelola (manageability), berfokus pada kebidanan/keperwatan (nursing concern), ketersediaan sumber daya (affordability) (Pedoman Residensi FIKI-UI,2007).

Agar masalah lebih bias diselesaikan maka dilakukan pembobotan alternative penyelesaian masalah, dengan memperhatikan aspek: 1. Capability (C) : kemampuan melaksanakan alternative 2. Acessbility (A): kemudahan melaksanakan alternative 3. Readiness (R) : kesiapan dalam melaksanakan alternative 4. Leverage (L) : daya ungkit alternative dalam penyelesaian masalah

Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut: 1 = sangat kurang penting 2 = kurang penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting

E. Pembobotan Alternatif Penyelesaian Masalah Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai. No. Alternatif Penyelesaian Masalah 1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/ juknis mengenai penggunaan hand rub. 2. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di depan pintu kamar pasien. 3. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. 4. Reward dan punishment pada perawat/bidan dalam aplikasi penggunaan hand rub. Keterangan: Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa An-Nisa, dimana peran mahasiswa sebatas mengarahkan. C 5 5 4 4 A 5 4 4 4 R 4 4 4 4 L 4 3 5 4 Nilai 400 240 320 256

BAB V IMPLEMENTASI

Tahap implementasi merupakan tahap kegiatan penyelesaian masalah, dalam hal ini kita sebagai mahasiswa dituntut untuk menjadi change agent bagi kelompok yang berada di lahan praktek khususnya di ruang Shafa An-Nisa. Teori berubah yang kita gunakan adalah teori Lipitt ( 1973 ) yang mengatakan hal-hal yang terjadi pada proses berubah itu ada 7 tahap: 1. Menentukan masalah Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari terhadap kesimpulan, sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. 2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap proses perubahan tersebut. 3. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan. 4. Menseleksi tujuan perubahan Harus disusun suatu kegiatan secara operasional dan terorganisasi secara berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. 5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh change agent Perubahan akan berhasil apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan tersebut. 6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai. 7. Mengakhiri bantuan Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu diikuti perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Sesuai dengan perencanaan untuk mencapai proses perubahan yang baik kami memberikan pembaharuan dalam pelaksanaan dan media orientasi pasien baru. Kegiatan ini diaplikasikan dalam dua tahap dengan seorang manajer dalam hal ini kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana bisa mengikuti kegiatan tersebut. Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama Dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi pertemuan dimulai pada jam 13.00 sampai 14.00 WIB. Pertemuan dilakukan di Ruang

Senam Hamil Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 16 orang perwakilan terdiri dari pembimbing, petugas dinas pagi dan dinas sore (kepala ruangan, katim, perawat pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan refresing,

materi tentang hand rub, sosialisasi tentang petunjuk teknis mengenai penggunaan hand rub dan mendemonstrasikan tentang penggunaan hand rub. 2. Tahap kedua Dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi pertemuan dimulai pada jam 07.30 sampai 08.30 WIB. Pertemuan dilakukan di ruang Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 6 orang terdiri dari petugas dinas malam dan dinas pagi (kepala ruangan, katim, perawat pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan role play tentang penggunaan hand rub, sosialisasi tentang petunjuk teknis penggunaan hand rub dan pemasangan hand rub di pintu masuk kamar pasien.

BAB VI EVALUASI A. Evaluasi Kegiatan Refreshing 1. Kelengkapan alat dapat disiapkan sesuai rencana 2. Proses refreshing dapat berjalan dengan lancar. 3. Materi dapat disampaikan sesuai rencana dan seluruh peserta memperoleh handout. 4. Kehadiran peserta keseluruhan dengan jumlah 80% melebihi target dengan jumlah peserta yang direncanakan yaitu 75%. 5. Dalam proses Refreshing 50% peserta aktif bertanya atau mengemukakan pendapat atau diskusi. B. Evaluasi Aspek Kognitif Evalusi kognitif dilakukan dengan pre tes dan post tes, menggunakan soal pilihan ganda sederhana dan variasi sebanyak 8 item, mewakili seluruh materi yang diberikan. Secara garis besarnya dapat dilihat pada tabel berikut : No 1 2 Hasil Pre tes Post tes Terendah 30 70 Tertinggi 90 100 Rata-rata 63,5 88,5

Dari tabel di atas nampak bahwa nilai pre tes terendah 30, tertinggi 90, nilai rata-rata 63,5. Hasil Post tes terendah 70, tertinggi 100, nilai rata-rata 88,5. Peningkatan rata-rata nilai 25%. C. Evaluasi Aspek sikap Setelah dilakukan diseminasi tentang hand rub yang dihadiri oleh Kepala Ruangan, Pembimbing, Katim dan perawat pelaksana ruang Shafa An-Nisa sebanyak 16 orang petugas, didapatkan 80% katim dan perawat pelaksana dapat tersosialisasi. Evaluasi untuk aspek sikap dilakukan selama 2 hari dengan mengobservasi pelaksanaan penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sesuai dengan SOP. Evaluasi dilakukan 2 kali dalam satu shift pagi dan sore dimana belum ada perubahan sikap yang bermakna dari pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dengan SOP.

D. Aspek Psikomotor Sebelum diseminasi tentang penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien pre observasi penerapan penggunaan handrub sesuai SOP belum optimal. Setelah diseminasi penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sudah terjadi perubahan dalam melakukan cuci tangan dengan hand rub di ruang An-Nisa namun belum begitu bermakna.

E. Evaluasi terhadap pemberian informasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan susudah kontak dengan pasien Kelompok melakukan evaluasi selain melalui observasi juga dengan wawancara terhadap petugas yang ada di Ruang Shafa An-Nisa. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Manfaat pemberian informasi tentang penggunaan hand rub, menurut petugas Ruang Shafa An-Nisa sangat bermanfaat, baik bagi petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit. Selain itu juga dapat memberikan motivasi kepada petugas khususnya di Ruang Shafa An-Nisa untuk menerapkan pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan setelah kontak dengan pasien sesuai SOP secara optimal.

BAB VII PENUTUP Pada bab ini akan dipaparkan tentang kesimpulan dan saran dari proses pelaksanaan program change agent kelompok di ruang Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai 25 Juni 2012 20 Juli 2012. A. Kesimpulan B. Saran 1. Manajemen Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih 2. Teman Sejawat/ Bidan/Perawat Ruangan 3. Mahasiswa Praktek Manajemen

Você também pode gostar