Você está na página 1de 89

Materi epis Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat

proses melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil. Kadang ketakutan yang berlebih ini, justeru membuat proses persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut, ada baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi. Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus. Tujuannya untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat episotomi dilakukan tanpa anestesi lokal. Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika: . Dokter memperkirakan memang diperlukan, misanya jika bahu bayi tersangkut dan dokter atau bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan episiotomi. . Janin dalam keadaan stres dan dokter menginginkan persalinan berlangsung lebih cepat. . Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum. . Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga kemungkinan Anda akan mengalami luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri vagina) jika tidak dilakukan episiotomi. Episiotomi dilakukan menggunakan sepasang gunting khusus episiotomi, atau dengan pisau bedah. Ada dua tipe irisan: midline atau garis tengah, yang potongannya lurus ke bawah dengan anus atau mediolateral, yaitu agak rendah ke sudut. Irisan midline umum di Amerika. Di negara lain irisan mediolateral lebih populer. Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan yang luas dan tidak beraturan pada daerah perineum. Keuntungan dilakukannya episiotomi,

robeknya lebih mudah dijahit dan hasilnya lebih bagus. Sedangkan kerugiannya, ada kemungkinan terjadi robekan yang meluas sampai ke anus jika epsiotomi dalakukan tidak benar. Kemunginan lain adalah nyeri setelah melahirkan serta nyeri saat berhubungan intim. Dahulu episiotomi dilakukan secara rutin, namun tidak lagi saat ini. Banyak dokter dan beberapa studi klinik yang menunjukan bahwa episiotomi dilakukan untuk menghindari luka parineum yang lebih parah, tidak lagi diperlukan saat ini. Selain itu, luka yang terjadi jadi lebih mudah sembuh secara alami dibandingkan luka akibat episiotomi. Namun, ada beberapa dokter yang masih tetap melakukan episiotomi setiap kali ia menolong persalinan. Pertimbangan apakah akan dilakukan episiotomi atau tidak, tentunya tergantung pada keadaan Anda dan janin pada saat itu. Percayalah bahwa dokter akan melakukan hal terbaik bagi Anda. Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada saat proses melahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya adalah ada yaitu dengan melakukan pijatan perineum pada 2 bulan terakhir menjelang persalinan atau latihan Kegel (terutama pada fase relaksasi) dapat menghindari episiotomi. Kadang digunakan kompres hangat untuk membantu perineum relaks. Ketika bayi akan keluar, dokter atau bidan akan menahan perineum dengan jari mereka. Kemungkinan paling efektif menghindari tindakan episiotomi adalah dengan melakukan proses persalinan yang benar, misal perlahan mengeluarkan kepala bayi sesuai dengan tingkatan pembukaan vagina. Tunggulah refleks menekan secara alamiah yang akan Anda alami. Hindarilah tekanan yang terlalu dipaksakan. Materi letsu
Dalam istilah medis, dokter menyebut istilah "presentasi" untuk menggambarkan posisi terbawah janin di dalam rahim. Bagian tubuh janin yang berada tepat diatas mulut rahim adalah nantinya akan muncul ketika pertama kali lahir. Biasanya, bagian terbawah adalah kepala bayi, disebut presentasi sepalik. Posisi inilah yang terbaik karena bagian terbesar bayi, yaitu kepala, keluar pertama kali. Ketika bagian terbawah adalah bokong, maka disebut presentasi bokong, posisi yang beresiko jika persalinan secara pervaginam (persalinan normal). Istilah sungsang yang dimaksud oleh masyarakt umumnya adalah sama dengan janin dengan presentasi bokong. Dokter seharusnya dapat merasakan posisi janin dengan memeriksa perut Anda dengan menggunakan USG untuk memastikannya.

Sebelum kehamilan 34 minggu, jika bokong janin berada paling bawah, tidak terjadi masalah sebab janin masih bisa berubah posisi. 25% bayi berada dalam keadaan demikian sebelum 28 minggu. Pada 32 minggu, dari 7% janin presentasi bokong, 3-4% diantaranya tetap berada dalam presentasi bokong ketika bersalin. Sebenarnya pada usia kehamilan 32-34 minggu merupakan waktu yang baik bagi janin untuk berputar dan berubah posisi. Sedangkan setelah 36 minggu, tampaknya sudah sulit bagi janin untuk mengubah posisi karena semakin sempitnya rongga perut. Ada beberapa cara agar posisi janin yang awalnya presentasi bokong menjadi presentasi kepala/verteks. Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan :

Olahraga

Dimulai pada minggu ke-30 dan dilanjutkan selama 4-6 minggu (sampai janin berputar). Lakukan latihan tersebut 2x sehari dalam keadaan perut kosong.Letakan bantal dilantai. Baringkan tubuh Anda secara terlentang. Posisi bokong Anda ditepi bantal, dan bagian tengah punggung ditepi yang lain, sedangkan kepala dan bahu berada dilantai. Dengan demikian, panggul akan berada sekitar 9-11 inci lebih tinggi dari kepala. Dalam posisi seperti itu, diamlah selama 10 sampai 15 menit. Latihan ini terbukti membuat janin berputar menjadi posisi perteks dibagian terbawah. atau jika janin telah masuk kerongga panggul dalam keadaan presentasi bokong, latihan ini seolah akan "menarik" janin dari panggul.
Versi eksternal

Prosedur medis ini dilakukan oleh dokter, dengan memutar tubuh janin dari posisi bokong menjadi verteks melalui penekanan perut Anda.Sebelum dilakukan pemutaran/versi, dilakukan dulu pemeriksaan USG untuk memastikan posisi janin, disisi mana letak punggung janin dan mengetahui apakah jumlah cairan ketuban cukup banyak. Kemudian Anda siberikan suntikan / anestesi untuk melemaskan otot rahim dan perut. Lalu dokter melakukan tindakan versi eksternal, yaitu menekan perut dan melakukan pemutaran pada janin dengan kedua tangan sehingga posisi janin berubah. Versi eksternal ini dapat menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa,sehingga dokter harus melakukannya dengan lembut namun cukup untuk mengubah posisi janin. Selama proses ini berlangsung denyut jantung janin harus dimonitor dengan ketat dengan alat kardiotokografi (CTG) dan USG apakah terjadi percepatan atau perlambatan denyut jantung yang menandakan terjadinya gawat janin. Resiko tindakan ini adalah terlepasnya plasenta dari tempat menempelnya / implantasinya dirahim, yang dapat mengakibatkan gawat janin, sehingga janin harus segera dioperasi caesar. Untuk mengantisipasi hal ini, perlu diperhatikan kesiapan paru-paru janin saat tindakan ini dilakukan. Resiko ini terjadi pada 15% kasus. Selain itu, setelah dilakukan pemutaran janin dapat kembali pada posisi sungsang / presentasi bokong. Janin dalam persentasi bokong dapat diupayakan lahir pervaginam jika memenuhi kriteria berikut : . Penolong persalinan Anda sangat pengalaman dalam menolong persalinan pervaginam, dan persalinan ini akan dilakukan di rumah sakit : Sayangnya, karena semakin sedikit kasus dengan presentasi bokong yang dilahirkan pervaginam, semakin sedikit residen (dokter spesialis dalam masa pendidikan) yang melakukannya. Maka dari itu, Anda harus berkonsultasi dengan baik dengan dokter yang akan menolong persalinan Anda. Selain itu, sesuaikan rumah sakit yang Anda pilih dengan kondisi kehamilan Anda. . Janin berada dalam posisi bokong komplet : Prestasi bokong dibagi tiga macam. . Fleksi / menekuk sempurna, artinya tubuh janin melipat. Posisi ini yang paling sering ditemukan dan aman untuk persalinan melalui vagina (pervaginam) . Komplet artinya bokong janin mendekap kepamggul ibunya, dan lutut menempel pada dadanya.

. Posisi ini juga aman untuk persalinan pervaginam. . Inkomplet, atau "footling", disebut juga posisi sungsang dengan kaki sebagian bagian terbawah janin. Berarti pinggul dan lutut saling menempel seperti pada keadaan komplet, namun satu atau dua kaki ( tidak termasuk bokong), adalah bagian yang akan lahir lebih dulu. Posisi ini harus dilahirkan dengan operasi caesar. . Leher janin ekstensi atau kepala menengadah : jika leher mengalami ekstensi, persalinan perpaginam akan sangat berbahaya. Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk mengetahui posisi kepala janin. . Luas panggul Anda diperkirakan cukup untuk dilalui janin (adekuat) : dokter harus memastikan apakah rongga panggul Anda cukup luas untuk dilalui bayi. Hal ini lebih mudah diketahui jika Anda sudah pernah melahirkan sebelumnya. . Ukuran janin tidak terlalu besar. Agak sulit untuk memastikan berat janin pada akhir kehamilan. Maka dari itu, setiap dokter memiliki kriteria sendiri untuk menentukan apakah ukuran janin terlalu besar atau tidak, dan janin ini dapat dilahirkan pervaginam. . Proses persalinan berjalan baik : Persalinan seharusnya dilakukan tanpa terlalu banyak intervensi.
Resiko

Ada dua keadaan resiko yang dapat terjadi pada persalinan dengan janin letak sungsang, yaitu : . Prolaps tali pusat : Ketika selaput ketuban pecah, ada kemungkinan tali pusat keluar (prolaps) melalui mulut rahim. Jika ini terjadi, tali pusat akan kolaps (mengecil), sehingga aliran darah ke janin berkurang Prolaps tali pusat sangat kecil kemungkinannya terjadi pada presentasi kepala, sebab posisi kepala yang terletak pas diruang panggul tidak memungkinkan adanya celah/ ruang yang cukup untuk keluarnya tali pusat. Keadaan ini termasuk keadaan darurat, karena tali pusat yang terjepit dimulut rahim dapat terhenti aliran darahnya, sehingga suplai nutrisi dan oksigen terganggu dan dapat menyebabkan kematian janin dalam hitungan menit. Jika keadaan ini terjadi dan janin masih hidup, harus dilakukan tindakan opeerasi caesar segera. . Kepala bayi tersangkut : Setelah bokong lahir, lahirlah badan, diikuti leher dan kepala. Setelah bokong lahir, tali pusat sebagian telah keluar, namun kepala belum lahir. Setelah tali pusat lahir sebagian, proses persalinan untuk melahirkan kepala harus berlangsung cepat dalam hitungan empat menit, karena keterlambatan lahirnya kepala dan terjepitnya tali pusat dijalan lahir akan menyebabkan terhambatnya suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Karena kepala keluar paling akhir, dan merupakan bagian terbesar, maka terkadang terdapat kesulitan untuk melalui jalan akhir.

Materi 2 letsu

KEHAMILAN SUNGSANG
1. Pengertian Kehamilan Sungsang Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998).

2. Persalinan Letak Sungsang Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%( Sarwono Prawirohardjo,2002). Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme Maulage karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunytai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar (Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998).

3.Bentuk-Bentuk Letak Sungsang (Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998)). Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang sebagai berikut : A. Letak Bokong Murni 1. Teraba bokong 2. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi 3. Kedua kaki bertindak sebagai spalk B. Letak Bokong Kaki Sempurna 1. Teraba bokong 2. Kedua kaki berada di samping bokong C. Letak Bokong Tak Sempurna 1. Teraba bokong

2. Disamping bokong teraba satu kaki D. Letak Kaki 1. Bila bagian terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau lutut 2. Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut terendah Untuk menentukan berbagai letak sungsang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam, pemeriksaan foto abdomen, dan pemeriksaan ultrasonografi. Flexi pada paha, extensi pada lutut, ini merupakan jenis yang tersering dan meliputi hampir 2/3 presentasi bokong.

kong Kaki Sempurna Flexi pada paha dan lutut (Frant Greech).

urna / lutut Satu atau dua kaki dengan ekstensi pada kaki merupakan bagian terendah (Fn Complek Breech).

Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala.. Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 )

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari 1. Sudut Ibu a. Keadaan rahim

1) Rahim arkuatus 2) Septum pada rahim 3) Uterus dupleks 4) Mioma bersama kehamilan b. Keadaan plasenta 1) Plasenta letak rendah 2) Plasenta previa c. Keadaan jalan lahir

1) Kesempitan panggul

2) Deformitas tulang panggul 3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala 2. Sudut janin Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang : 1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat 2) Hedrosefalus atau anesefalus 3) Kehamilan kembar 4) Hidroamnion atau aligohidromion 5) Prematuritas

Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.

5.Mekanisme persalinan letak sungsang fisiologis Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut : a) Persalinan bokong b) Persalinan bahu c) Persalinan kepala ( Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, SPOG,1998) bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putaran paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya.

Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan /kematian bayi ( Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, SPOG,1998).

6.Diagnosa kedudukan 1. Pemeriksaan abdominal a. b. Letaknya adalah memanjang.

Di atas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas tulang-tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan kesalahan diagnostic.

c.

Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.

d.

Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada di bawah tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba terasa massa yang dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.

e.

Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan

2. Denyut jantung janin Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang-kadang denyut jantung janin terdengar di bawah umbilicus 3. Pemeriksaan vaginal 1) Bagian terendah teraba tinggi 2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal presentasi. 3) Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka. 4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh jarijari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang keras. 5) Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada diameter obligua kanan. 4. Pemeriksaan Sinar X

Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti hydrocephalus.

7.Konsep Penatalaksanaan Letak Sungsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002) Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan : Menurut Sarwono Prawirohardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi : 1.Persalinan Pervaginam a. Spontaneous breech (Bracht)

b. Partial breech extraction : Manual and assisted breech delivery c. Total breech extraction 2.Persalinan per abdominal : Seksio Sesaria

Pada Persalinan secara Bracht ada 3 tahap : 1. Fase Lambat (Bokong lahir sampai umbilikus / scapula anterior), 2. Fase Cepat (Dari umbilikus sampai mulut / hidung) 3. Fase Lambat (Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala)

Prosedur Persalinan Bayi Sungsang ( Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002) Langkah klinik 1.Persetujuan tindakan medik 2.Persiapan Pasien : a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan b) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium dengan antiseptik Instrumen : a) Perangkat untuk persalinan b) Perangkat untuk resusitasi bayi c) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin) d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)

e) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)

g) Alat-alat infus h) Povidon Iodin 10% i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi 3.Persiapan Penolong a) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung b) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir c) Keringkan tangan dengan handuk DTT d) Pakai sarung tangan DTT / steril e) Memasang duk (kain penutup) 4.Tindakan Pertolongan Partus Sungsang a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit. b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his. c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis. d) Melahirkan bayi : I. Cara Bracht 1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul). 2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin. 3) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada. 4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi. 5) Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala. 6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong. II. Cara Klasik (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002) Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. Prosedur : 1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.

2) Tali pusat dikendorkan. 3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas a. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang. b. Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang. 4) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi. 5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

III. Cara Muller Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. 1) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. 2) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang. IV. Cara Lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm) 1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. 2) Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal. 3) Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller. V. Ekstraksi Kaki Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan. 1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir. 3) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha. 4) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir. 5) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah. 6) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset. VI. Teknik Ekstraksi Bokong Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan. 1) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah. 2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir. 3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset. Cara Melahirkan Kepala Bayi Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht kepala belum lahir). 1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan). 2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila. 3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi 4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri. 5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut..

5.Manajemen Kala III 1. Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi. 2. Luka episiotomi atau robekan perenium dijahit. 3. Beri Uterustonika atau medikamentosa yang diperlukan. 4. Awasi kala IV. 5. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas. 6.Dokumentasi 7.Cuci tangan pasca tindakan a. 1.Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat intruksi bila diperlukan. 2.Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam kolom yang tersedia. b. Beri tahu pada pasien pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan dan masih memerlukan perawatan. c. Jelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal pengobatan dan pemantauan sejak gejalagejala yang harus diwaspadai. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002)

DAFTAR PUSTAKA 1.Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG;1998.Ilmu KebidananPenyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta,EGC. 2.Oxorn,Harry&Forte,William R;1996.Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi.Jakarta,Yayasan Essentia Medica. 3.Prawirohardjo, Sarwono;2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.

Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan Posted by M.P. Lubis at 6:47 PM
Letsu 3

A. Pengertian Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut : 1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki 3. Letak lutut 4. Letak kaki Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida. B. Etiologi Penyebab letak sungang : 1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan lain lain. 2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur). 3. Gemeli (kehamilan ganda) 4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri. 5. Janin sedah lama mati. 6. sebab yang tidak diketahui. C. Klasifikasi 1. Letak bokong (Frank Breech) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % ) 2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang ) 3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari : - Kadua kaki : Letak kaki sempurna Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna - Kedua lutut : Letak lutut sempurna Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi : 1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan) 2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan) 3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang) 4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang) D. Tanda dan Gejala 1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. 2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. 3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak. 4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat. E. Diagnosis 1. Palpasi Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan. 2. Auskultasi DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.

Ddj X djj X 3. Pemeriksaan dalam Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang kadang kaki (pada letak kaki) Bedakan antara : - Lubang kecil - Mengisap - Tulang (-) - Rahang Mulut - Isap (-) Anus - Lidah - Mekoneum (+)

- Tumit - Jari panjang - Sudut 90 0 Kaki - Tidak rata Tangan siku - Rata jari jari - Patella (-) - Patella Lutut - Poplitea 4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus
F. Patofisiologi

Bayi letak sungsang disebabkan : 1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi 2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul 3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
G. Penatalaksanaan

1. Sewaktu Hamil Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik : a. Sebagai persiapan : 1) Kandung kencing harus dikosongkan 2) Pasien ditidurkan terlentang 3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu 4) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor. b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar. d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.

e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan. 2. Pimpinan Persalinan a. Cara berbaring : - Litotomi sewaktu inpartu - Trendelenburg b. Melahirkan bokong : - Mengawasi sampai lahir spontan - Mengait dengan jari - Mengaik dengan pengait bokong - Mengait dengan tali sebesar kelingking. c. Ekstraksi kaki Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea) 3. Cara Melahirkan Pervaginam Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe) Waktumemimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase : Fase I : fase menunggu Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm Fase II : fase untuk bertindak cepat. Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid
H. Prognasis

1. Bagi ibu

Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. 2. Bagi anak : Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam waktu 8 menit. I. Proses Keperawatan Ibu Dengan Letak Sungsang 1. Pengkajian a. Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energi Letargi, penurunan penampilan b. Sirkulasi Tekanan darah dapat meningkat c. Eliminasi Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada d. Integritas ego Mungkin sangat cemas dan ketakutan e. Nyeri / Ketidaknyamanan Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder). Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah 8 jam), atau 14 jam pada multipara (rata rata adalah 5 jam). f. Keamanan Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)

Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara g. Seksualitas Dapat primigravida atau grand multipara Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas. h. Pemeriksaan Diagnosis - Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple - Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan formasi. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir b. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi 3. Intervensi Keperawatan a. Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri Intervensi : 1) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan (Rasional : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman) 2) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana (Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan. 3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan) 4) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu) (Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien) 5) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM (Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi) 6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi (Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus) Kriteria Evaluasi : - Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan - Tampak rileks diantara kontraksi - Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi b. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin Intervensi : 1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi (Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat) 2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan (Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama) 3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik (Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin) 4) Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin

(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama) 5) Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi (Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks) 6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen. (Rasional : Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik) 7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi (Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina) Kriteria Evaluasi : - Tidak terdapat cedera pada ibu c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin Intervensi : 1) Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan frekuensi dasar. (Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis) 2) Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia (Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos) 3) Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang (Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos) 4) Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong

(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria) 5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA (Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain verteks) Kriteria Evaluasi : - Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi Intervensi Keperawatan : 1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan (Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi) 2) Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan (Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional) 3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi (Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik) 4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi (Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping) 5) Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari (Rasional : Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif) Kriteria Evaluasi : - Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi - Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif

Kpd:

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan. Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atu disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM. Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM Insiden

PROM PPROM

: 6-19% kehamilan : 2% kehamilan

Etiologi

Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain : o Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal o Inkompetensi serviks o Infeksi vagina/serviks o Kehamilan ganda o Polihidramnion o Trauma o Distensi uteri o Stress maternal o Stress fetal o Infeksi o Serviks yang pendek o Prosedur medis

Diagnosa Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :

Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior

USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion Terdapat infeksi genital (sistemik) Gejala chorioamnionitis

Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang Cairan amnion Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar

Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern

Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5

Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test o Jadi biru (basa) : air ketuban o Jadi merah (asam) : air kencing

Prognosis/komplikasi Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah : Prognosis ibu

Infeksi intrapartal/dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

Infeksi puerperalis/ masa nifas Dry labour/Partus lama Perdarahan post partum Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC) Morbiditas dan mortalitas maternal

Prognosis janin

Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular

hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Morbiditas dan mortalitas perinatal

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga. Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur. Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten. Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi) Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak

direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama) Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 26 mg (2 hari) atau betametason 112 mg (2 hari) Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban) Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3250 mg, amoksisillin 3500 mg dan kortikosteroid KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC

POLIHIDRAMNION Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cept dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari Alabama, insisden hidramnion 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan. Etiologi Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :

Produksi air ketuban bertambah

Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus. Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.

Pengaliran air ketuban terganggu

Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus. Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18 Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat. Diagnosis 1. Anamnesis

Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu hanya bisa bernafas bila berdiri tegak Nyeri ulu hati dan sianosis Nyeri perut karena tegangnya uterus Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.

2. Inspeksi

Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar

3. Palpasi

Perut tegang dan nyeri tekan Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya Bagian-bagian janin sukar dikenali

4. Auskultasi

Denyut jantung janin sukar didengar

5. Pemeriksaan penunjang

Foto rontgen (bahaya radiasi) Ultrasonografi o Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG. o Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :

Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi. Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%. Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%. Weeks gestation 16 28 36 40

Fetus (gr) 100 1000 2500 3300

Placenta (gr) Amnionic fluid (ml) 100 200 200 1000 400 900 500 800

Fluid (%) 50 45 24 17

From Queenan (1991) Diagnosa banding


Gemelli (kembar) Asites

(pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut) Kista ovarium Kehamilan dengan tumor

Kpd 2 Definisi Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

Gambar 1. Ketuban Pecah Penyebab Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Inkompetensi serviks (leher rahim) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) Riwayat KPD sebelumya Kelainan atau kerusakan selaput ketuban Kehamilan kembar Trauma Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Gambar 2. Inkompetensi leher Rahim Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim. Komplikasi KPD Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu. Gambar 3. Keluarnya Tali Pusar Penanganan Ketuban Pecah di Rumah 1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit 2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar 3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam 4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur 5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

Terapi Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Risiko kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil. Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi. Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan. Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan pada janin, serta perdarahan pada otak. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari, berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir).

Pencegahan Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan. HYPEREMESIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan

oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007) Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum 2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum 3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum 4. Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum 5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum 6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

C. Manfaat Penulisan Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

D. RUMUSAN MASALAH Wanita hamil yang mengalami mual

E. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B. Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut : 1. faktor predisposisi : a. Primigravida b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa 2. Faktor organik : a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal b. Perubahan metabolik akibat hamil c. resistensi yang menurun dari pihak ibu. d. Alergi 3. faktor psikologis : a. Rumah tangga yang retak

b. Hamil yang tidak diinginkan c. takut terhadap kehamilan dan persalinan d. takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu e. Kehilangan pekerjaan

C. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. 1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. 2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang 3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan 4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.

D. Gejala dan Tanda Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi : 1. Tingkatan I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) Dehidrasi : turgor kulit turun 2) Nafsu makan berkurang 3) Berat badan turun 4) Mata cekung dan lidah kering b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit e. Tampak lemah dan lemas 2. Tingkatan II a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) Turgor kulit makin turun 2) Lidah kering dan kotor 3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler 1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit 2) Nadi kecil karena volume darah turun 3) Suhu badan meningkat 4) Tekanan darah turun

c. Liver 1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) Oliguria 2) Anuria 3) Terdapat timbunan benda keton aseton Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan e. Kadang kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss. 3. Tingkatan III a. Keadaan umum lebih parah b. Muntah berhenti c. Sindrom mallory weiss d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e. Terdapat ensefalopati werniche : 1) Nistagmus 2) Diplopia 3) Gangguan mental f. Kardiovaskuler

1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat g. Gastrointestinal 1) Ikterus semakin berat 2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam h. Ginjal 1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E. Diagnosis Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.

E. Pencegahan Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara : 1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik 2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. 3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering 4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat. 5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan 6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin 7. Defekasi teratur 8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

F. Penatalaksanaan Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan : 1. Obat obatan a. Sedativa : phenobarbital

b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks c. Anti histamin : Dramamin, avomin d. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit. 2. Isolasi a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. b. Catat cairan yang keluar masuk. c. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang kadang dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik 4. Cairan parenteral a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 3 liter/hari) b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C) c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik 5. Menghentikan kehamilan Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik. Solutio plasenta

Jenius itu 1% inspirasi & 99% keringat Stay updated via RSS

Tulisan-tulisan Terbaru
o

MEMORIANt In ANDALAS CITY 2008 2011

o o o o o o o o o o

RETENSIO PLASENTA SOLUSIO PLASENTA HIPER EMESIS GRAVIDARUM ABORTUS INKOMPLIT EFUSI PLEURA ANEMIA DALAM KEHAMILAN KEHAMILAN SEROTINUS DISTOSIA BAHU SISTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS Uncategorized (15)

Kategori

SOLUSIO PLASENTA
Posted: Juni 30, 2011 in Uncategorized Tag:kuliah ASKEB 4

0 I. Landasan Teori 1. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi). Penyulit terhadap ibu dalam bentuk: 1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah 2. Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan 3. Penderita tampak anemis 4. Dapat menimbulkan pembekuan darah 5. Menimbulkan perdarahan postpartum 6. Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim keras, padat, dan kaku 7. Menyababkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim 2. PENYEBAB SOLUSIO PLASENTA Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin. Penyebab solusio plasenta : 1. Trauma langsung terhadap uterus hamil Terjatuh terutama tertelungkup Tendangan anak yang sedang digendong 2. Tindakan kebidanan Setelah versi luar Setelah memecahkan ketuban Persalinan anak kedua hamil kembar

3. Tali pusat yang pendek Hamil pada usia tua Mempunyai tekanan darah tinggi Pre-eklampsi atau eklampsia Tekanan vena kava inferior yang tinggi Kekurangan asam folik 3. GAMBARAN KLINIK SOLUSIO PLASENTA Tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas. 1. Solusio plasenta ringan a. Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam 2. Solusio plasenta sedang a. Terlepasnya plasenta lebih dari tetapi belum mencapai 2/3 bagian b. Dapat menimbulkan gejala klinik Perdarahan dengan rasa sakit Perut terasa tegang Gerak janin berkurang Palpasi bagian janin sulit diraba Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol Dapat terjadi gangguan pembekuan darah 3. Solusio plasenta berat a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri c. Penyulit pada ibu : Terjadi syok dengan tekanan darah menurun , nadi, dan pernafasan meningkat Dapat terjadi gangguan pembekuan darah Penderita tampak anemis Saat dipalpasi janin susah untuk diraba Pemerikasaan dalam ketuban tegang dan menonjol 4. DIAGNOSIS SOLUSIO PLASENTA Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan : a. Anamnesa Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri Terjadi spontan atau karena trauma Perut terasa nyeri Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim b. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan fisik umum Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat Penderita tampak anemis 2. Pemeriksaan khusus a. Palpasi abdomen Perut tegang terus menerus

Terasa nyeri saat dipalpasi Bagian janin sukar ditemukan b. Auskultasi Denyut jantung janin bervariasi dan asfiksia ringan sampai berat c. Pemeriksaan dalam Terdapat pembukaan Ketuban tegang dan menonjol C. pemerikasaan penunjang, dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahn antara plasenta dan dinding abdomen 5. PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA 1. Solusio plasenta ringan Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan SC Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan premature dilakukan perawatan inap 2. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah : Pemasangan infuse dan transfusi darah Memecahkan ketuban Induksi persalinan atau dilakukan SC 3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat : Pemasangan infuse Tanpa melakukan pemerikasaan dalam Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolangan pertama 6. KOMPLIKASI SOLUSIO PLASENTA 1. Penyulit (komplikasi) ibu a. Perdarahan dapat menimbulkan Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma b. Gangguan pembekuan darah Masuknya tromboplasin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisis Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat menganggu pembekuan darah c. Oliguria Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin

berkurang d. Perdarahan postpartum Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga menganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan 2. Penyulit pada janin Perdarahan yang terimbun di belakang plasenta menganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim. Solusio plasenta Kejadian Hamil tua Inpartu Anamnesa Mendadak Terdapat trauma Perdarahn dengan nyeri Keadaan umum Tidak sesuai dengan perdarahan Anemis, tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat Disertai pre-eklampsi atau eklampsia Palpasi abdomen Tegang, nyeri Bagian janin sulit diraba DJJ Asfiksia samapai mati tergantung lepasnya plasenta Pemerikasaan dalam Ketuban tegang menonjol

PER

ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN DENGAN PRE EKLAMSIA RINGAN


TINJAUAN PUSTAKA KEHAMILAN PRE EKLAMSIA RINGAN A. Definisi Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000). B. Etiologi Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu

menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). C. Klasifikasi Pre-eklamsi Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan : Pre-eklamsia ringan : kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg. : kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg. : protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg. Pre-eklampsia berat : tekanan diastolik >110 mmhg : protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran. D. Patologi Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomipatologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainankelainan tersebut. E. Perubahan-perubahan pada organ : 1. Perubahan hati - Perdarahan yang tidak teratur - Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati - Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler 2. Retina - Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus - Ablasio retina (lepasnya retina) - Menyebabkan penglihatan kabur 3. Otak - Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis - Menimbulkan nyeri kepala yang berat 4. Paru-paru - Berbagai tingkat edema - Bronkopnemonia sampai abses Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis 5. Jantung - Perubahan degenerasi lemak dan edema - Perdarahan sub-endokardial - Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung 6. Aliran darah keplasenta - Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin - Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin 7. Perubahan ginjal - Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus

berkurang - Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam - Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain 8. Perubahan pembuluh darah - Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan - Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema - Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998). F. Gambaran Klinik Pre-Eklampsi Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut : - Sakit kepala terutama daerah frontal - Rasa nyeri daerah epigastrium - Gangguan penglihatan - Terdapat mual samapi muntah - Gangguan pernafasan sampai sianosis - Gangguan kesadaran G. Diagnosis Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997). H. Pencegahan Pre-Eklamsia Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia. (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif Media Aesculapius, Jakarta : 2000) I. Penanganan Tujuan utama penanganan ialah : - Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia - Melahirkan janin hidup - Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya. Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah

- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih. - Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang - Penambahan edema berlebihan tiba-tiba Penanganan pre-eklamsia ringan Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat. Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu. Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY. U DENGAN PRE EKLAMSIA RINGAN PADA KEHAMILAN DI BPS NY.S, GUNUNG SUGIH, LAMPUNG TENGAH I. Pengumpulan Data Dasar Tanggal 18 September 2007 A. Pengkajian 1. Identitas/ Biodata Nama Pasien : Ny. Umi Nama Suami : Tn.Alan Umur : 24 thn Umur : 25 thn Agama : Islam Agama : Islam Suku : Jawa Suku : Sunda Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jln. Tresno No. 301 Alamat : Jln. Tresno No. 301 G. Sugih, Lam-Teng G. Sugih, Lam-Teng 2. Anamnese Ibu datang dengan keluhan sering sakit kepala, nyeri perut, kadang pinggang, terasa sakit dan kaki bengkak.

Riwayat Kehamilan ini Riwayat Menstruasi a. HPHT : 30 Januari 2007 b. Haid sebelum : 28 Desember 2006 c. Lamanya : 5 7 hari d. Siklus : 28 hari e. Banyaknya : 2 x ganti pembalut f. Sifat darah : encer, kadang sedikit kental HPHT 30 Januari 2007 Tafsiran partus 6 November 2007 Tanda-tanda kehamilan (Trimester I) Hasil test kehamilan tanggal 10 Maret 2007 dengan hasil +, pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada kehamilan 24 minggu dan sampai sekarang masih dirasakan gerakan 10 15 kali 24 jam terakhir. Keluhan yang dirasakan a. Mual dan muntah yang lama : tidak ada b. Nyeri perut : ada c. Panas menggigil : tidak ada d. Sakit kepala : ada e. Penglihatan kabur : tidak ada f. Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada g. Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak ada h. Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada i. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada j. Oedema : ada Makan sehari-hari 2 3x sehari, porsi sepiring nasi,lauk pauk, sayur, buah dan susu. Pola Eliminasi BAB : Sebelum hamil : 1 x sehari Sesudah hamil : 1 x sehari BAK : Sebelum hamil : 7 8 x sehari Sesudah hamil : 9 10 x sehari Aktifitas sehari-hari Pola istirahat tidur : 5 6 jam Seksualitas : berkurang dari biasanya, 1 x seminggu Pekerjaan : melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari Imunisasi : TT1 pada kehamilan 16 minggu TT2 pada kehamilan 24 minggu Klien belum pernah menggunakan kontrasepsi 3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ibu belum pernah hamil dan melahirkan 4. a. Riwayat Kesehatan Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit yang serius seperti jantung, hipertensi, hepar, DM, anemia, campak, malaria, TBC, gangguan mental ataupun operasi b. Perilaku Kesehatan Klien tidak pernah minum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sejenisnya

serta klien tidak pernah merokok. Ibu tidak melakukan senam hamil dan breast care. Ibu melakukan pencucian vagina dengan sabun mandi setiap mandi, habis BAK dan BAB c. Riwayat Psikososial Klien menyatakan bahwa kehamilan ini direncanakan. Respon suami dan keluarga adalah senang. Klien dan suami secara resmi sebagai istri pertama, dengan lama perkawinan 1 tahun. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,persalinan dan nifas adalah tidak boleh menyiapkan perlengkapan bayinya sebelum hamil. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular maupun penyakit keturunan. B. Data Objektif a. Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg Nadi : 85x/menit Suhu : 36,70C RR : 20x/menit b. Pemeriksaan Keadaan umum : baik Keadaan emosional : klien terlihat senang c. Tinggi badan : 153 cm BB sebelum hamil : 40 kg BB saat hamil : 52 kg Kenaikan BB : 12 kg d. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala Ibu kadang-kadang merasa kepala nyeri. Tidak ada benjolan di kepala maupun tanda kelainan 2) Rambut Kulit kepala tidak berketombe, rambut tidak mudah rontok dan rambut tidak merah 3) Mata Bentuk mata kanan dan kiri simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva merah muda, sclera putih tidak ikterik. 4) Hidung Tidak terdapat polip dan tanda kelainan dan fungsi penciuman baik 5) Muka Pada daerah muka tidak ada chloasma gravidarum 6) Telinga Tidak terdapat serumen, peradangan pada lubang telinga, fungsi pendengaran baik 7) Mulut dan gigi Tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, tidak terdapat caries pada gigi, fungsi pengecapan baik, tidak ada pembesaran tonsil. 8) Leher Kelenjar thyroid : tidak terdapat pembesaran ataupun kelainan Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran dan tanda kebiruan Vena jugolaris : tidak ada pembesaran 9) Dada Bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur dan tidak ada kelainan. Jantung Bunyi jantung normal, tidak terdengar murmur Paru Bunyi paru normal, tidak terdengar wheezing atau ronchi

Payudara Ada pembesaran, hyperpigmentasi pada areola mammae, putting menonjol dan sedikit kotor, bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan dan rasa nyeri. Colostrum belum keluar, dan agak kotor. 10) Punggung dan pinggang Ada nyeri pinggang kadang-kadang, bentuk tulang punggung lordosis, 11) Ekstremitas Atas : bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, serta tidak ada kelainan Bawah : terdapat oedema, bentuk simetris, tidak ada ketegangan, varises dan refleks patela baik. 12) Genetalian eksternal Bagian vulva tidak ada oedema ataupun varises. Tidak terdapat keputihan yang disebabkan jamur. 13) Abdomen Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi maupun benjolan tanda kelainan. Leopold I : TFU pertengahan Px dan pusat atau 33 cm dan belum sering kontraksi, pada atas fundus teraba bagian yang bulat agak lunak dan tidak melenting berarti bokong Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan panjang, berarti punggung, perut sebelah kiri terdapat bagian kecil seperti mengumpul berarti ekstremitas Leopold III : Bagian terendah teraba keras seperti kepala belum ada penurunan kepala DJJ : 142 x/ menit, teratur Tidak ada strie Mc Donald : 33 cm TBJ : (33 11) x 155 = 3410 gram 3. Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb : 10,8 gr% Protein urine : +1 II. Interprestasi Data Dasar, diagnosa, masalah, dan Kebutuhan Diagnosa : Ibu G1P0A0,usia kehamilan 32 minggu 6 hari, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala dengan pre eklampsia ringan Dasar : HPHT30 Januari 2007,tafsiran partus 6 November 2007, bengkak pada ekstremitas bawah dan ditemukan protein urine +1, TD 140/80 mmHg Masalah : Kehamilan dengan pre eklampsi ringan Gangguan pola istirahat dan gangguan rasa nyaman Dasar : Ibu sering merasa nyeri kepala Ibu merasa nyeri pada bagian pinggang Bengkak pada ekstermitas bawah Ibu terlihat lemah Kebutuhan : Ibu dapat mengkonsumsi tablet Fe tiap harinya untuk kehamilannya dan obat antihipertensi Ibu perlu mengetahui kondisinya saat ini dan harus mulai melakukan anjuran yang diberi bidan. Ibu harus mengatur pola istirahat dan istirahat baring dan ibu perlu melakukan istirahat dengan posisi kaki lebih tinggi.

Ibu harus mengkonsumsi makanan rendah garam, tinggi protein, makan sayuran, buahbuahan dan perlu banyak minum Ibu perlu melakukan senam hamil untuk memperlancar persalinan. Ibu perlu mendapat dukungan psikologis dari pihak keluarga. III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Potensial akan terjadi pre eklamsia berat IV. Identifikasi Kebutuhan Terhadap Tindakan Dan Kolaborasi Lakukan pemantauan kehamilan dan kolaborasi jika dibutuhkan V. Rencana Asuhan 1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan a. Jelaskan kondisi ibu b. Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya rutin c. Libatkan keluarga memberi dukungan ibu 2. Pemberian informasi pola istirahat a. Jelaskan pentingnya istirahat bagi ibu hamil b. Anjurkan ibu untuk beristirahat siang hari minimal 1 jam c. Istirahat baring 3. Pemberian informasi senam hamil a. Jelaskan pentingnya senam hamil b. Jelaskan manfaat senam hamil c. Ajarkan teknik senam hamil d. Anjurkan untuk melakukan senam hamil dirumahnya e. Ajarkan teknik relaksasi f. Informasikan perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu g. Informasikan tandas bahaya, terutama pre eklamsia 4. Pemberian terapi pada ibu a. Beri ibu obat hipertensi b. Anjurkan ibu mengatur pola istirahat c. Anjurkan ibu untuk diet d. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe tiap hari VI. Pelaksanaan Asuhan 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan a. Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini mengalami pre eklamsia ringan b. Menganjurkan ibu untuk periksa kehamilan 2x/ minggu c. Melibatkan keluarga dalam memberi dukungan dalam pengawasan pada ibu 2. Memberikan informasi tentang pola istirahat a. Menjelaskan pentingnya istirahat bagi ibu hamil yaitu normalnya 6 8 jam. Untuk memperbaiki tekanan darah ibu b. Menganjurkan ibu untuk istirahat siang minimal 1 jam untuk mencukupi pola istirahat ibu hamil c. Menganjurkan ibu istirahat baring, walaupun tidak harus tidur namun tidak melakukan pekerjaan berat 3. Memberi informasi tentang senam hamil a. Menjelaskan pentingnya senam hamil pada ibu untuk memperlancar proses bersalin b. Menjelaskan manfaat senam hamil dalam persalinan, karena dapat memperlancar proses persalinan juga dapat melenturkan otot panggul perineum

c. Mengajarkan teknik senam hamil d. Minta ibu untuk melakukan senam hamil rutin dirumahnya terutama pada pagi dan saat ibu ada waktu e. Mengajarkan relaksasi sehingga dapat mengurangi keluhan ibu f. Memberikan informasi tentang tanda dan bahaya terutama pada ibu pre eklamsi yaitu dimungkinkan akan terjadi perdarahan pada saat bersalin dan menganjurkan pada ibu bila ada tanda bahaya segera harus dibawa untuk minta pertolongan 4. Memberi informasi pada ibu tentang terapi/ pengobatan pre eklamsi a. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola istirahat yaitu 6 8 jam dan ditambah istirahat siang minimal 1 jam, dan anjurkan ibu tirah baring dan posisi istirahat ibu yaitu kaki lebih tinggi untuk mengurangi pembengkakan ekstremitas b. Menganjurkan ibu untuk diit rendah garam, tinggi protein dan banyak makan sayuran serta buah-buahan dan banyak minum. c. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 tablet/ hari d. Minta ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu akan datang VII. Evaluasi 1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilan saat ini dan berkata akan menjaga kehamilannya agar mengurangi trauma pada saat bersalin 2. Ibu mengerti arti penting dan untuk apa melakukan senam hamil sehingga memperlancar proses persalinan 3. Ibu sudah dapat mengulang setiap gerakan senam hamil dan teknik relaksasi secara benar sesuai yang diberikan 4. Ibu mengerti pentingnya diet dan istirahat yang baik dan berjanji akan melaksanakan anjuran yang diberikan 5. Ibu berjanji untuk memeriksakan kehamilannya lagi 2x/ minggu dan melakukan kunjungan ulang minggu depan serta akan segera periksa kapan saja bila ada keluhan DAFTAR PUSTAKA Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA Yayasan Sarwono Prawihardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA PLASENTA PRIVEA
. Pengertian Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di sekitar segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (Dikutip dari : Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.2005.Jakarta) Secara klinis ada empat derajat abnormalitas plasenta yang diketahui, yaitu : a. Plasenta previa totalis adalah plasenta menutupi seluruh osteum uteri internum. b. Plasenta previa parsialis adalah osteum uteri internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta. c. Plasenta previa marginalis adalah tepi plasenta berada disekitar pinggir osteum uteri internum.

d. Plasenta letak rendah adalah plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai osteum uteri internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan osteum tersebut. (Dikutip dari : Buku Obstetri Williams edisi 18) 2. Etilologi Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh : a. Endometrium difundus uteri belum siap menerima implantasi b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi ke janin. c. Vili korealis pada khoiron leave yang persisten Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi padaa desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa di dapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Menurut Singh, dkk (1981), misalnya menemukan plasenta previa pada 3,9% wanita yang pernah mengalami persalinan sesarea bila dibandingkan dengan angka 1,9% untuk keseluruhan populasi obstetrik. Faktor lainnya adalah plasenta yang besar sehingga membentang dan meliputi daerah uterus yang luas sebagaimana terlihat pada eritoblastosis fetalis dan pada janin yang lebih dari satu. (Dikutip dari buku Obstetri Williams edisi 18) Kloosterman di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1973), mengatakan frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira empat kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun. (Dikutip dari buku Ilmu Kebidanan edisi 3)

3. Gejala dan Tanda Gejala utama dan pertama dari plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, dan biasa terjadi pada kehamilan usia sekitar 28 minggu atau mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya. Perdarahan ini biasanya terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat faal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir-hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta

yang berwarna kehitam-hitamaan. Sumber perdarahannya ada sinus uterus yang terobek karana terlepasnya plasenta dari dinding uterus. (Dikutip dari buku Obstetri Williams edisi 18)

4. Penatalaksanaan Plasenta dengan plasenra previa dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu : 1. Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melahirkan janin tersebut. 2. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang aterm 3. Kelompok yang berada dalam proses persalinan 4. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus dikosongkan meskipun janin masih imatur. Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur tetapi tahap perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnya bagi ibu maupun bayinya. Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan adalah migrasi. Plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahan utama. Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea dan pervaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua : 1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinkan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti. 2. Persalinan sesarea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan pervaginam pada plasenta previa totalis serta parsialis. Logika untuk melahirkan pervaginam adalah dengan harapan cara ini dapat menekan plasenta yang lepas pada tempat implantasi yang mengalami perdarahan selama persalinan dan dengan demikian menjadi tampan yang cukup baik bagi pembuluh darah yan ruptur sehingga perdarahan hebat bisa dicegah. Ada empat metode kompresi atau penamponan untuk persalinan pervaginam, meskipun hanya pemecahan ketuban secara sederhana pada kasus plasenta previa parsialis yang kini digunakan secara luas. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS

TERHADAP Ny. S DENGAN PERDARAHAN ANTE PARTUM (APH)

I. Pengumpulan Data Dasar tanggal 12-07-2006 A. Pengkajian 1. Identitas Nama : Ny. Susi Nama : Tn. Wanto Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun Pendidikan : SLTA Pendidikan : S1-Manajemen Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam Agama : Islam Suku : Jawa Suku : Jawa Alamat : Jl Dahlia No.23 Alamat : Jl. Dahlia No.23 15 Polos 15 Polos

2. Keluhan Utama Ibu datang jam 16.30 WIB. Ibu G1P0A0, hamil 30 minggu, datang dengan keluhan perdarahan pervaginam 250 cc, warna darah merah segar, perut tidak sakit.pukul 14.00 WIB

3. Riwayat Haid Menarche : Umur 12 tahun Siklus : 28 hari Banyaknya : Normal (3-4 x ganti softex) Lama haid : 5-7 hari Keluhan : tidak ada HPHT : 29-12-2005 HTP : 06-10-2006 4. Riwayat Kehamilan a. Trimester I ANC 2 x dirumah bidan (BPS) Keluhan : Mengalami ngidam yaitu perut mual, nafsu makan berkurang. b. Trimester II

ANC 2 x di BPS Keluhan : Tidak ada, hanya kontrol rutin Menurut bidan yang memeriksa, ibu dan bayi dalam keadaan sehat. c. Trimester III ANC 1 x saat ini 250 cc darah berwana merah segar, tidak ada nyeri pada abdomen.Keluhan : Ibu mengatakan perdarahan pervaginam

5. Riwayat Perkawinan Menikah : 1 kali Umur waktu menikah : 20 tahun Lama Perkawinan : 1 tahun

6. Riwayat Penyakit a. Riwayat Kesehatan ibu Ibu tidak pernah menderita penyakit berat yang membutuhkan perawatan khusus. b. Riwayat Kesehatan keluarga Dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi kehamilannya. Dalam keluarga istri atau suami tidak ada riwayat anak kembar.

7. Pola Kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Sebelum Hamil : Makan 3 x sehari, nasi, sayur, lauk-pauk, kadang-kadang susu. Sesudah Hamil : Nafsu makan biasa hanya porsi makan dikurangi terutama nasi, banyak makan sayur.

b. Eliminasi Sebelum Hamil : BAB 1 x/hari (pagi BAK 4-5 x/hari Sesudah Hamil : BAB 1 x/hari (pagi) BAK 6-8 x/hari c. Istirahat tidur

Sebelum Hamil : Tidur 7-8 jam/hari Sesudah Hamil : Tidur 5-6 jam/hari, terbangun karena BAK dan sulit tidur lagi karena badan terasa panas dan banyak keringat. d. Personal Hygiene Sebelum Hamil : Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian dalam 2 x sehari Sesudah Hamil : Ibu mandi 3 x sehari, ganti pakaian dalam 3 x sehari. e. Olahraga Ibu sering jalan pagi f. Seksualitas Sebelum Hamil : Hubungan seksual dilakukan 2-3 x dalam seminggu atau sesuai dengan kebutuhan bersama. Sesudah Hamil : Hubungan seksualita dilakukan 1-2 x dalam seminggu dengan posisi pilihan ibu.

g. Psikologis Ibu mengatakan cemas, karena pengeluaran darah segar dari kemaluannya dan tidak terasa sakit. h. Data sosial ibu : 1. Ibu masih tinggal di rumah mertua dengan keadaan ekonomi sedang. 2. Kehamilan ini direncanakan dan diinginkan 3. Respon terhadap kehamilan ibu dan keluarga senang dengan kehamilan ini. 4. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas tidak ada.

B. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg Pols : 80 x/menit Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 370 C Tinggi badan : 156 cm BB sebelum hamil : 50 kg BB sesudah hamil : 62 kg Pertambahan BB selama hamil : 12 kg

2. Pemeriksaan Kebidanan a. Inspeksi Rambut : Hitam, tidak rontok dan bersih tidak ada ketombe Mata : Tidak ada oedem, konjungtiva agak pucat, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sekret, fungsi penciuman baik Mulut : Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi Telinga : Bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis Payudara : Payudara membesar, simetris kanan dan kiri, tidak terdapat benjolan dan sudah mengeluarkan colostrum. Abdomen : Membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra, tidak ada nyeri abdomen. Ekstremitas atas : simetris kanan dan kiri, normal, tidak ada oedem Ekstremitas bawah : Simetris kanan dan kiri, normal, tidak ada oedem, tidak ada varises 250 ccGenetalia : Tampak ada perdarahan dengan warna merah segar, baunya amis dengan volumenya b. Palpasi 1. Leopold I : TFU 30 cm TBJ : (TFU-12) x 155 gram : (30-12) x 155 gram : 2790 gram 2. Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan memanjang, berarti puka (punggung kanan) 3. Leopold III : Bagian terendah janin adalah kepala dan belum masuk PAP, pada atas sympisis teraba bantalan yang mengalami kepala masuk PAP yaitu plasenta. 4. Leopold IV : Tidak dilakukan

c. Auskultasi DJJ terdengar antara pusat-sympisis sebelah kanan yaitu 128 x/menit dantidak teratur d. Perkusi Reflek patela kanan dan kiri baik

3. Pemeriksaan Laboratorium a. HB : 10 gr%

b. Golongan darah : Aa

4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG pada tanggal 13-07-2006 Plasenta berada di bagian bawah dan menutup sebagian jalan lahir yang biasa disebut plasenta previa parsialis.

II. Interpretasi Data Dasar 1. Diagnosa Ibu G1P0A0 hamil 37minggu, janin tunggal hidup, letak kepala, intra uterin dengan plasenta previa parsialis. Dasar : a. Ibu mengatakan hamil 8 bulan masuk 9 bulan b. Ibu mengatakan keluar darah segar pervaginam banyak dan perut tidak nyeri. Data Obyketif : a. Pada pemeriksaan palpasi Leopold I : TFU 30 cm Leopold II : Punggung kanan (puka) Leopold III : Kepala belum masuk PAP, pada atas sympisis teraba bantalan (plasenta) 250 cc, darah berwarna merah segar (tidak menggumpal) dan baunya amis.b. Tampak perdarahan banyak c. Perut tidak ada kontraksi d. Hasil pemeriksaan USG. 2. Masalah a. Cemas Dasar : Data subyektif : Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya karena 250 ccData Obyektif : Tampak ibu mengeluarkan darah segar pervaginam b. Anemia ringan Dasar : 250 ccData subyektif : Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluan Data Obyektif : 250 cca. Tampak perdarahan pervaginam b. Warna darah merah segar

c. Pemeriksaan HB 10 gr%

3. Kebutuhan a. Dukungan mental Dasar : DS : Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini DO : Ibu tampak cemas dan takut b. Pemenuhan cairan dan nutrisi 1. Pasang Infus 2. Pasang O2 c. Rujuk segera Dasar : DS : 250 cc dan tidak ada nyeri abdomen.a. Ibu mengatakan mengeluarkan darah segar DO : a. G1P0A0 hamil 37 minggu 250 ccb. Perdarahan pervaginam c. Warna darah merah segar d. DJJ 128 x/menit, tidak teratur

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial a. Potensial terjadi shock hypovolemik pada ibu Dasar : 250 ccDS : Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluan DO : Perdarahan tampak merembes dan warnanya merah segar b. Potensial terjadi tekanan pada kromial bayi Dasar : DS : Ibu mengartakan gerakan janin berkurang DO : Plasenta yang menutupi sebagian jalan lahir dari hasil USG

IV. Membutuhkan tindakan segera dan kolaborasi a. Pasang infus b. Pasang O2 c. Siapkan donor darah dari keluarga yang golongan darahnya A

d. Merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya e. Kolaborasi dengan dokter DSOG untuk tindakan operatif

V. Rencana Manajemen 1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan b. Jelaskan kondisi kehamilan ibu saat ini 2. Observasi pengeluaran perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital a. Ganti softex bila basah b. Pantau DJJ secara rutin 3. Penyuluhan kebutuhan istirahat pada ibu a. Anjurkan ibu untuk tirah baring b. Anjurkan ibu untuk miring kiri 4. Memberikan dukungan psikologi pada ibu a. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu untuk mendapatkan kenyamanan b. Libatkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan psikologis ibu 5. Penyuluhan tentang gizi dan nutrisi pada ibu hamil a. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi b. Beri ibu tablet fe dan vitamin C c. Anjurkan ibu untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering 6. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi Pemberian intake yang cukup karena adanya perdarahan 7. Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melakukan persalinan normal tetapi harus dengan seksio sesarea 8. Mengevaluasi apakah ibu sudah mengerti dan mengetahui tentang kondisinya dan kehamilannya.

VI. Implementasi Langsung 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan a. Menjelaskan kondisi ibu dan kondisi ibu dan kehamilannya yang mengalami komplikasi pada implantasi plasenta b. Mengajurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan untuk rajin memeriksakan kehamilannnya. 2. Mengobservasi keadaan ibu dan janin a. Mengobservasi volume perdarahan, warnanya dan baunya

b. Memantau DJJ 3. Penyuluhan kebutuhan istirahat pada ibu a. Menyarankan ibu untuk tidah baring b. Beritahu ibu untuk tidak melakukan kerja yang berat misalnya mencuci baju, ngepel. c. Menjelaskan kepada ibu untuk miring ke kiri untuk memberikan oksigenisasi kepada janinnya.

4. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil. a. Menjelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang. b. Memberikan ibu tablet Fe dan vitamin C 5. Memberikan dukungan psikologis pada ibu a. Mengajarkan teknik relaksasi kepada ibu agar ibu mendapat kenyamanan b. Melibatkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu 6. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi a. Pemberian pemasukan cairan dan nutrisi yang cukup karena adanya perdarahan b. Menyarankan ibu untuk sering makan dan minum walaupun sedikit.

VII. Evaluasi 1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini bahwa ibu mengalami sebuah komplikasi dalam kehamilannya, dimana plasenta menutupi sebagian jalan lahir. 2. Ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan kembali dan ibu mengerti tentang perdarahan yang dialami. 3. Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil 4. Ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring 5. Ibu mengerti tentang pentingnya pemenurhan cairan dan nutrisi 6. Ibu mau mengikuti dan melakukan saran dari bidan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer

2. Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Tridasa Printer PARTUS LAMA

LANDASAN TEORI

Dengan latar belakang budaya tertentu, masyarakat saat ini masih ada yang mempercayakan proses persalinan dengan dukun, terutama pada masyarakat pedesaan. Persalinan yang ditolong oleh dukun tidak selamanya berlangsung dengan lancar, terkadang juga mengalami beberapa komplikasi seperti : 1. Persalinan lama 2. Retensio plasenta 3. Inversio uteri 4. Rupture uteri 5. Atonia uteri 6. Perdarahan post partum Dalam hal ini, penulis membahas mengenai persalinan lama. Sebelum penulis membahas mengenai partus lama, penulis akan membahas sedikit mengenai persalinan yang normal. Menurut WHO (1998) dan Mayles (1996) persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh bayi. A. Tahapan Dalam Persalinan Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002), tahapan dalam persalinan di bagi menjadi 3 kala yaitu : 1. Kala I (kala pembukaan) Dimulainya dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap 10 cm. Proses ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : a. Fase laten (8 jam), servik membuka sampai 3 cm

b. Fase aktif (7 jam) servik, membuka dari 4 cm sampai 10 cm Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu : : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

elerasi

tasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm (lengkap) 2. Kala II (kala pengeluaran) Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, berlangsung selama 2 jam untuk primi dan 1 jam untuk multi. 3. Kala III (kala uri) Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda lepasnya plasenta : a. Uterus terdorong ke atas

elerasi

b. Tali pusat bertambah panjang c. Terjadinya perdarahan tiba-tiba

d. Uterus menjadi bundar 4. Kala IV (kala pengawasan) Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. B. Etiologi atau Penyebab Persalinan Berdasarkan Buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran UNPAD (1985). apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya merupakan teoriteori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

1. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanganan otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun. 2. Teori plasenta menjadi tua Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter. 4. Teori iritasi mekanik Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus 5. Induksi partus (induction of labour) Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

ang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser : pemecahan ketuban : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan Sebelum terjadi persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Memberikan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida dan pada multi begitu kentara. 2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun 3. Perasaan sering-sering atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin 4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut false labor pains. 5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisa bercampur darah (bloody show)

niotomi

itosin drips

D. Tanda - Tanda Inpartu 1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur 2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. 3. Kadang-kadang pecah dengan sendirinya 4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada seperti telah dikemukakan terdahulu. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah: a. Kekuatan mendorong keluar (power)

1) His (kontraksi uterus) 2) Kontraksi otot-otot dinding perut 3) Kontraksi diafragma 4) Dan ligamentous actiou terutama ligamentum rotundum b. Faktor jalan lahir (passage) Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, servik, vagina dan dasar panggul. c. Faktor janin (passenger) Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia, karena seperti kita ketahui bahwa 80% dari persalinan terutama di daerah pedesaan masih di tolong oleh dukun. Baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun, karenanya kasus-kasus partus lama masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus lama. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasikomplikasi, baik terhadap ibu mupun terhadap anak dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. A. Definisi Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif. B. Etiologi

Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain : 1. Kelainan letak janin 2. Kelainan-kelainan panggul 3. Kelainan kekuatan his dan mengejan 4. Pimpinan persalinan yang salah 5. Janin besar atau ada kelainan kongenital 6. Primi tua primer dan sekunder 7. Perut gantung, grandemulti 8. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar 9. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten 10. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah sakit merupakan calon partus lama.

C. Gejala Klinik Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin. 1. Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. 2. Pada janin : a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. b. Kaput succedaneum yang besar c. Moulage kepala yang hebat d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain : 1. Dehidrasi 2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus 3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim 4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium 5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah 6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian 7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.

D. Klasifikasi Partus Lama Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi beberapa fase, yaitu : 1. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup : a. Serviks belum matang pada awal persalinan

b. Posisi janin abnormal c. Disproporsi fetopelvik

d. Persalinan disfungsional e. Pemberian sedatif yang berlebihan Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak. 2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif menyertai : a. Malposisi janin

b. Disproporsi fetopelvik c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono

d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah, secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi serviks. 3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut bisa mengakibatkan malapetaka.

Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara : a. Insedensinya kurang dari 1%

b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan partus lama c. Jumlah bayi besar bermakna

d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan e. f. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi Perdarahan postpartum berbahaya

g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam i. j. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%

E. Bahaya Partus Lama Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama bagi ibu dan janin, yaitu : 1. Bahaya bagi ibu Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu. 2. Bahaya bagi janin Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini : a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin. Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal. F. Penatalaksanaan Pada Partus Lama Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama antara lain : 1. Pencegahan a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi partus lama.

b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah

mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.

2. Tindakan suportif a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien. b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori. d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong. e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya. f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas. g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan.

3. Perawatan pendahuluan

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut : a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular c. Streptomisin 1 gr intramuskular d. Infus cairan : 1) Larutan garam fisiologis 2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak

4. Pertolongan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA TERHADAP Ny. S DI BPS HALIDA HANIM ANWAR SUKADANA LAMPUNG TIMUR TAHUN 2007

I.

PENGUMPULAN DATA DASAR A. IDENTITAS Nama Umur Agama : Ny. Safira : 25 tahun : Islam Nama suami : Tn. Rizal umur Agama Pendidikan Suku Pekerjaan Alamat : 30 tahun : Islam : SMA : Lampung : Wiraswasta : Jln. Jend. Sudirman

Pendidikan : SMA Suku Pekerjaan Alamat : Jawa : IRT : Jln. Jend. Sudirman

No. 210 Sukadana Lampung Timur

No. 210 Sukadana Lampung Timur

B. ANAMNESA Tanggal 11 November 2007 pukul 14.00 WIB oleh Bidan Halida 1. Keluhan utama Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan mengeluh perutnya mulas bagian bawah dan menjalar sampai ke pinggang sejak pukul 10.00 WIB, terdapat pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah. 2. Tanda-tanda persalinan His : ada, sejak tanggal 11 November 2007, pukul 10.00 WIB dengan frekuensi 3 x setiap 10 menit, lamanya 40 detik. Ibu merasa sakit pada perut bagian bawah menjalar sampai ke pinggang 3. Pengeluaran pervaginam Ibu mengatakan sudah mengeluarkan darah bercampur lendir 4. Masalah-masalah khusus Tidak ada masalah-masalah khusus yang dapat mempengaruhi persalinan. 5. Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 5 Februari 2007

TP

: 12 November 2007

Haid bulan sebelumnya : teratur, lamanya 7-8 hari, siklus : 28 hari ANC : teratur, frekuensi 5 x di BPS Halida Hanim Umar 6. Riwayat imunisasi Ibu mengatakan sudah mendapat imunisasi TT1 dan TT2 lengkap pada usia kehamilan 4 bulan dan 6 bulan oleh bidan. 7. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir Ibu mengatakan gerakan janin yang dirasakan 10 x dalam 24 jam 8. Makan dan minum terakhir Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul 11.00 WIB dan minum terakhir pada pukul 13.00 WIB 9. Pola eliminasi Ibu BAB terakhir pada pukul 07.00 WIB dan BAK terakhir pada pukul 12.15 WIB 10. Pola istirahat Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 8 jam 11. Psikologi Ibu mengatakan cemas menanti kelahiran anak pertamanya

C. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran 2. Status emosional 3. Tanda-tanda vital : TD Nadi Suhu RR 4. Pemeriksaan fisik : bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok : simetris, tidak ada oedema : bentuk simetris, konjungtiva pucat, merah muda, sklera tidak ikterik, kelopak mata normal. : 110/80 mmHg : 80 x/menit : 37oC : 20 x/menit : baik : composmentis : cemas menghadapi persalinan

mbut

ah

ung

: bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, penciuman ibu baik : lidah dan geraham bersih, gigi tidak ada lubang dan tidak ada caries : bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis

ut dan gigi

nga

er

enjar getah bening : tidak ada pembesaran

a: 1) Jantung 2) Paru : tidak ada mur-mur : tidak ada wheezing dan ronchi.

3) Payudara : Pembesaran Simetris Pengeluaran Puting susu : ada pembesaran : kanan dan kiri : kolostrum ada : menonjol

Benjolan/tumor : tidak ada Rasa nyeri Lain-lain : tidak ada : tidak ada

ggung dan pinggang 1) Posisi tulang belakang 2) Pinggang (nyeri ketuk) : lordosis : tidak ada

remitas atas dan bawah : 1) Oedema 2) Kemerahan 3) Kekakuan sendi dan otot 4) Varices 5) Refleks patella : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : ada (+)

omen : : tidak ada, pembesaran perut sesuai usia kehamilan : lunak, benjolan : tidak ada liver : tidak ada, kandung kemih : kosong

operasi

eriksaan kebidanan : a. Palpasi uterus : Px-pusat (34 cm)

1) TFU

2) Kontraksi

: ada

3) Fetus : Letak Posisi : memanjang : puka

Pergerakan : aktif 4) Presentasi 5) Frekuensi 6) Presentasi 7) Leopold : Leopold I : bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting : bokong : 3x dalam 10 menit, intensitas 20-40 x/menit : kepala

Usia kehamilan menurut Mc. Donald: TFU (cm) 3,5 = 34 cm 3,5 = 9,7 = 9 bulan 7 hari Taksiran Berat Janin (TBJ) = TFU (cm) 11 x 155 = (34 11) x 155 = 3565 gr = 3,6 Kg Leopold II : bagian kanan ibu terasa datar, lebar, bagian kiri teraba ekstremitas Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP HII Kandung kemih : kosong b. Auskultasi Denyut jantung janin 120x/menit dan teratur Punctum maximum c. Genetalia : : bawah pusat sebelah kanan

nspeksi

: vulva dan vagina tidak ada varises, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, terdapat pengeluaran berupa lendir bercampur darah, ketuban utuh, pada perineum tidak ada bekas luka : ibu mengatakan hari ini sudah BAB, keadaan rectum kosong, perineum kaku d. Pemeriksaan dalam pada pukul 15.00 WIB

Rectum

Vulva atau perineum tidak ada varises, bisul ataupun oedema, serviks mendatar dan tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+), bagian terendah: presentasi kepala UUK kiri depan. Tali pusat tidak teraba.

Tabel pengawasan kala I


Pemb. Servik 2 cm Kondisi Ibu Obat cairan yg Temp diberikan (0 C) 36,5 Kondisi Janan Kontraksi uterus/His Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 DJJ 124 x/mnt (+) Penurunan Kepala 4/5 Ketuban / Penyusupan +/O

Tgl

Waktu

TD
(mmHg)

Pols
(x/m)

RR
(x/m)

11-11-07

15.00

120/70

80

24

11-11-07

15.30

84

22

128 x/mnt (+)

11-11-07

16.00

82

22

130 x/mnt (+)

11-11-07

16.30

86

20

132 x/mnt (+)

11-11-07

17.00

90

24

128 x/mnt (+)

11-11-07

17.30

88

24

130 x/mnt (+)

11-11-07

18.00

85

22

130 x/mnt (+)

11-11-07

18.30

83

20

134 x/mnt (+)

11-11-07

19.00

3 cm

120/70

82

22

37

130 x/mnt (+)

3/5

+/0

11-11-07

19.30

84

26

132 x/mnt (+)

11-11-07

20.00

86

24

130 x/mnt (+)

11-11-07

20.30

84

24

11-11-07

21.00

82

26

11-11-07

21.30

80

22

11-11-07

22.00

84

24

11-11-07

22.30

84

22

11-11-07

23.00

5 cm

120/70

82

20

37

menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan sedang, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik Kekuatan;ebih kuat dan nyeri, his 3x dalam 10 menit lama < 20 detik

134 x/mnt (+)

137 x/mnt (+)

140 x/mnt (+)

138 x/mnt (+)

132 x/mnt (+)

128 x/mnt (+)

3/5

+/0

eriksaan laboratorium Darah Urine : Hb : 11 gr%

Protein : (-) Glukosa: (-)

II.

IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN 1. Diagnosa Ibu G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala. Ibu inpartu kala I fase laten

Dasar

: ibu mengatakan hamil anak pertama, HPHT 5 Februari 2007, DJJ 126 x/menit, pada pemeriksaan dalam pembukaan 2 cm, ketuban (+), presentasi kepala

2. Masalah : Nyeri adanya his Dasar : ibu mengatakan nyeri dan sakit pada saat his datang 3. Kebutuhan a. Penyuluhan tentang pemenuhan cairan dan nutrisi bagi ibu

Dasar : untuk memenuhi kebutuhan energi bagi ibu dan mencegah dehidrasi b. Persiapan fisik dan mental ibu serta penyuluhan cara mengurangi rasa nyeri Dasar : agar ibu tenang dan tidak merasa takut dalam menghadapi persalinan

III.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Potensial terjadi partus lama Dasar : Inpartu kala I Ibu hamil anak pertama

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan bila ada komplikasi pada kala I dan proses persalinan

V.

RENCANA TINDAKAN

1. a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada keluhan d. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu serta persiapan bidan 2. Penyuluhan cara mengedan yang efektif a. Jelaskan manfaat mengejan efektif

b. Ajarkan ibu cara mengejan efektif c. Observasi cara mengejan efektif

3. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri a. Jelaskan penyebab nyeri

b. Ajarkan cara mengatasi nyeri 4. Pemenuhan nutrisi a. Beri ibu makan jika lapar b. Beri ibu minuman manis sebagai penambah tenaga

VI.

PELAKSANAAN

1.

a.

Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini, bahwa ibu telah memasuki kala I persalinan b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis

c.

Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda vital

d. Persiapan persalinan: 1) Ruangan bersalin 2) Menyiapkan alat persalinan Partus set Heating set Radian warmer 3) Menyiapkan alat resusitasi Slym zuinger 4) Menyiapkan pakaian bayi Memantau kemajuan persalinan Partograf PD setiap 4 jam atau indikasi inpartu 5) Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan 6) Memenuhi kebutuhan fisik ibu Makan dan minum BAB dan BAK 7) Memenuhi kebutuhan psikologi ibu Memberikan dukungan persalinan 8) Menyiapkan alat-alat untuk bidan Mitela Masker Skort Handscone Kacamata Sepatu boot

9) Melakukan penyuluhan cara mengejan efektif Menjelaskan manfaat mengejan efektif pada ibu, apabila ibu mengejan dengan baik dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi. Mengajarkan ibu cara mengejan efektif, mengejan dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II persalinan, sehingga diafragma berfungsi lebih baik. Badan ibu dilengkungkan dengan dagu ibu di dada, kaki ditarik kearah badan sehingga lingkungan badan dapat membantu mendorong janin Mengobservasi cara mengejan ibu

2. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri a. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri. Nyeri disebabkan karena adanya kontraksi pada dinding rahim yang akan membantu mendorong janin untuk turun b. Mengajarkan cara mengatasi nyeri. Ibu disuruh untuk berjalan-jalan bisa masih bisa, kemudian menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring kiri, agar pembukaan serviks lebih cepat VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini 2. Hasil pengawasan kala I dengan partograf DJJ : 128 x/menit

Penurunan kepala : Hodge II Tanda-tanda vital : TD Pols RR Temp : 120/70 mmHg : 82 x/menit : 20 x/menit : 37,50C

Frekuensi his : 3 x dalam 10 menit, teratur, lebih kuat dan nyeri, lamanya kurang dari 20 detik Pembukaan serviks 5 cm Ibu berkemih sebanyak 200 ml Kala II pukul 05.00 WIB S : Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB dan keluar air dari kemaluannya O a. : 1. Dilakukan PD pada pukul 05.00 dengan hasil

Dinding vagina tidak terdapat kelainan

b. Perineum kaku, konsistensi portio lunak, tipis, effacement 90% c. Pembukaan serviks 10 cm

d. Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV kanan depan e. f. DJJ : 134 x/menit, teratur

Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis

TD Pols

: 120/70 mmHg : 80 x/menit

RR Temp

: 22 x/menit : 370C

g. Perineum menonjol, vulva membuka, ada tekanan dari anus A a. : 1. Diagnosa

Ibu G1P0A0 inpartu kala II dengan partus lama Dasar :

1) Kontraksi uterus 4x dalam 10 menit, lama 45 detik 2) Pembukaan lengkap 3) Portio tidak teraba, ketuban (-), perineum menonjol, anus dan vulva membuka. 4) DJJ 134 x/menit

b. Potensial terjadi pemanjangan kala I fase aktif Dasar : Ibu hamil anak pertama Pembukaan 10 cm, perineum kaku, ketuban (-) Kala II berlangsung selama 8 jam 2. Masalah Ibu cemas menghadapi persalinan Dasar : 1) Ibu memasuki kala II persalinan 2) Ibu hamil anak pertama 3. Kebutuhan 1) Pemenuhan cairan dan nutrisi bagi ibu 2) Penyuluhan cara relaksasi 3) Pertolongan persalinan P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah memasuki fase persalinan

2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu, kontraksi uterus, pantau penurunan, presentasi kepala janin dan DJJ setelah kontraksi dan vital sign 3. Anjurkan ibu mengejan jika ada his 4. lakukan episiotomi pada puncak his karena perineum kaku dan agar tidak terjadi robekan yang lebih lebar dan teratur

5. Lakukan pertolongan persalinan, lahirkan kepala, bahu dan tubuh bayi kemudian lakukan resusitasi 6. Periksa janin tunggal atau kembar 7. Observasi perdarahan pervaginam 8. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan pada ibu

9. Bayi lahir pukul 05.30 WIB BB : 3500 gr Jenis kelamin PB : laki-laki : 50 cm

Apgar score : 8/9 Anus : (+)

Kala III pukul 05.45 WIB S : Ibu mengatakan perutnya terasa mulas O : 1. Keadaan umum Kesadaran 2. Tanda-tanda vital TD Pols : RR Temp : 25 x/menit : 36,50C : baik : composmentis

: 110/70 mmHg : 84 x/menit

3. TFU 2 jari di bawah pusat 4. Abdomen : kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras 5. Semburan darah, tali pusat memanjang A a. : 1. Diagnosa

Ibu G1P0A0 inpartu kala III Dasar :

1) Uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari di bawah pusat 2) Plasenta belum lahir b. Potensial terjadi retensio plasenta Dasar : plasenta belum lahir 2. Masalah Nyeri pada perut bagian bawah Dasar : a. Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

b. Plasenta belum lahir c. Kontraksi uterus baik

d. TFU 2 jari di bawah pusat 3. Kebutuhan Pemenuhan nutrisi dan cairan Dasar : ibu tampak lemah P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini

2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Lakukan manajemen aktif kala III a. Pemberian oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bawah paha kanan sebelah luar, selambatlambatnya 2 menit setelah bayi lahir. b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali dengan dorso kranial c. Massase fundus uteri selama 15 detik secara sirkuler

4. Lahirkan plasenta dengan hati-hati Plasenta lahir lengkap pukul 05.45 WIB a. Kotiledon dan selaput utuh : 20 cm : 15 cm : 500 gram : 2 cm : marginal

b. Panjang plasenta c. Lebar plasenta

d. Berat plasenta e. f. Tebal plasenta Inserse

5. Setelah 15 detik lakukan masase fundus secara sirkular 6. Lakukan vulva hygiene pada ibu 7. Observasi adanya laserasi luka episiotomi 8. Siapkan heating set dan lakukan penjahitan luka perineum Derajat II dengan cara jelujur dan subkutikular

Kala IV pukul 06.00 WIB S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas O : 1. Keadaan umum Kesadaran : baik : composmentis

2. Tanda-tanda vital TD Pols

: RR Temp : 20 x/menit : 37 0C

: 110/70 mmHg : 80 x/menit

3. Keadaan kandung kemih : kosong 4. TFU 2 jari di bawah pusat 5. Kontraksi uterus baik 6. Perdaharan pervaginam : 150 cc 7. Keadaan jahitan laserasi derajat II baik A a. : 1. Diagnosa

Ibu P1A0 partus spontan pervaginam partus kala IV Dasar :

1) Ibu partus spontan pervaginam pukul 05.30 WIB 2) Robekan perineum derajat II 3) Pengeluaran lochea rubra 4) TFU 2 jari bawah pusat b. Potensial terjadi perdarahan pervaginam Dasar : 1) Plasenta lahir pukul 05.45 WIB 2) Perdarahan pervaginam berupa lochea rubra 3) Terdapat robekan perineum derajat II 2. Masalah Gangguan rasa nyaman

3. Kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan cairan dan nutrisi P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini

2. Periksa tanda vital ibu, TFU, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam satu jam kedua 3. Penyuluhan personal hygiene Mandi

Vulva hygiene 4. Pemenuhan mobilisasi ibu Miring kanan atau miring kiri Ibu boleh berjalan setelah 6 jam 5. Pemenuhan nutrisi ibu Makanan dan minuman 6. Pemenuhan istirahat Tidur 7. Lakukan perawatan luka perineum Perawatan luka dengan menggunakan kasa steril

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohadjo, S., 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi I, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Ikatan Bidan Indonesia (IBI), 2007, Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta Fakultas Kedokteran UNPAD, 1985, Obstetri Fisiologi, Bandung Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis Jilid I, EGC, Jakarta Oxorn, Harry, R. Forte, Willian, 1996, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essentia Medica, Jakarta Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. PREMATUR Persalinan prematur adalah persalinan sebelum kehamilan memasuki pekan ke-37 atau ke38. Persalinan prematur meningkatkan kemungkinan komplikasi medis bagi bayi, terutama masalah pernafasan, oleh karena itu diperlukan adanya pernafasan buatan atau perawatan intensif. Dengan demikian, maka penting bagi para ibu hamil untuk waspada terhadap tandatanda persalinan prematur sehingga bisa sesegera mungkin untuk segera ditangani oleh medis. Ada beberapa persalinan prematur yang tidak diketahui penyebabnya pada beberapa kasus kehamilan. Namun ada beberapa hal yang membuat persalinan prematur mungkin terjadi, termasuk persalinan prematur sebelumnya, sakit kronis yang diderita ibu hamil, komplikasi kehamilan tertentu, dan kehidupan ibu hamil yang penuh dengan tekanan jiwa. Selain mengetahui faktor penyebab persalinan prematur, yang lebih penting bagi ibu hamil adalah waspada terhadap tanda-tanda persalinan prematur, yaitu:

Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung. Kram perut, dengan atau tanpa diare. Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit. Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi yang mendorong ke bawah. keluar air atau cairan lainnya dari vagina.

Kalau anda memiliki tanda-tanda persalinan prematur, kami anjurkan anda berbaring miring selama satu jam. Selagi beristirahat, minumlah dua atau tiga gelas air atau sari buah. Kerap kali dengan beristirahat dan minum cairan, gejala-gejala persalinan prematur dapat mereda. Namun jika dalam satu jam tanda-tanda tersebut tidak berkurang, sebaiknya anda segera ke Rumah Sakit. Jikalau anda mengalami persalinan prematur, maka anda perlu pergi ke rumah sakit di bawah

perawatan dokter. Dokter akan meminta untuk berbaring miring di tempat tidur. Kontraksi akan diamati dan dicatat. Dokter biasanya akan membicarakan dengan anda keuntungan dan resiko menghentikan upaya persalinan serta kemungkinan komplikasi bagi bayi. Kemudian dokter akan memutuskan menggunakan pengobatan untuk berusaha menghentikan upaya persalinan. Sayangnya, obat untuk menghentikan upaya persalinan prematur tidak selalu berhasil. Kalau upaya persalinan tidak berhenti, atau jika dokter memutuskan lebih baik tidak menghentikannya, kemudian upaya persalinan akan dimonitor dengan alat elektronik dan anda akan melahirkan dalam ruangan yang diberi perlengkapan untuk stabilisasi bayi yang baru lahir. Mungkin seorang dokter anak akan disiagakan untuk merawat si bayi.
Matrei prematur 2

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi ketika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Persalinan prematur merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian karena menjadi salah satu penyebab utama kematian neonatal. Persalinan prematur menjadi penyebab tingginya angka kematian bayi karena kondisi bayi yang masih lemah. Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko tinggi memiliki cacat neurologis bawaan, termasuk cerebral palsy, cacat penglihatan dan gangguan kecerdasan, terutama bila usia kehamilan di bawah 32 minggu. Bayi tersebut juga berisiko tinggi untuk masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit kardiovaskular (serangan jantung, stroke, dan tekanan darah

tinggi) dan diabetes. Angka persalinan prematur di seluruh dunia berkisar antara 10-20 persen. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran prematur sekitar 19%. Di negara-negara maju, insiden persalinan prematur dapat dikurangi dengan kualitas kesehatan yang lebih baik dan berbagai tindakan pencegahan.

Penyebab
Penyebab persalinan prematur tidak diketahui, namun faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risikonya:

Anda atau saudara Anda lahir prematur. Studi di Universitas Aberdeen menemukan bahwa seorang ibu yang lahir prematur atau memiliki saudara yang lahir prematur berisiko 60 persen melahirkan bayi prematur pada kehamilan pertama. Pada kehamilan berikutnya, potensi kelahiran prematur menurun jadi 50 persen. Anda pernah mengalami persalinan prematur. Jika Anda pernah melahirkan prematur, Anda memiliki risiko 30 persen akan mengulanginya. Jika Anda pernah dua kali melahirkan prematur, kemungkinannya adalah 70 persen Anda akan kembali melahirkan prematur. Anda memiliki bayi kembar. Bayi kembar memiliki sekitar 50 persen kemungkinan dilahirkan prematur. Untuk kembar tiga, peluangnya adalah 83 persen untuk dilahirkan prematur. Anda memiliki kelainan rahim atau serviks tertentu, termasuk leher rahim yang pendek. Anda memiliki masalah kesehatan. Hipertensi dan diabetes adalah kondisi yang paling umum yang berhubungan dengan persalinan prematur. Kondisi lain seperti gangguan autoimun dan infeksi juga meningkatkan risiko persalinan prematur. Riset menunjukkan bahwa respon kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri tertentu, seperti bakterial vaginosis dan trikomoniasis, dapat memicu persalinan prematur. Anda mengalami perdarahan vagina setelah 20 minggu kehamilan. Perdarahan pada rahim memicu pelepasan protein tertentu (trombin) yang dapat merusak membran ketuban, yang dapat mengakibatkan ketuban pecah dini. Trombin juga merangsang kontraksi rahim, yang dapat merangsang persalinan prematur. Anda memiliki beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan kelahiran prematur tetapi tidak selalu menyebabkan kelahiran prematur, seperti merokok, mengalami kenaikan/penurunan berat badan ekstrem selama kehamilan, menggunakan obat-obatan terlarang, memiliki stres tinggi, dll.

Tanda-tanda persalinan prematur


Tanda-tanda dan gejala persalinan prematur sebagian besar sama dengan persalinan normal. Tanda-tandanya terkadang samar sehingga sulit untuk dikenali dan tak terduga.

Kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering dalam satu jam (lima atau lebih kontraksi rahim dalam satu jam) Kram seperti menstruasi yang dirasakan di perut bagian bawah yang terjadi terusmenerus atau hilang-timbul. Kram perut ini bisa terjadi dengan atau tanpa diare Nyeri punggung bawah yang terasa di bawah pinggang yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul Tekanan panggul yang terasa seperti bayi Anda mendorong ke bawah Cairan encer yang keluar dari vagina Anda. Cairan vagina meningkat jumlahnya atau berubah warna.

Jika Anda merasa mengalami tanda-tanda dan gejala di atas, segeralah menghubungi dokter Anda.

Pencegahan
Anda dapat mencegah persalinan prematur dengan mengurangi faktor-faktor risiko di atas, meskipun tentu saja tidak ada jaminan Anda tidak akan mengalaminya. Sebelum kehamilan, Anda dapat mendeteksi dan mengobati segala jenis masalah kesehatan seperti infeksi,

diabetes, masalah berat badan atau hipertensi. Anda juga dapat menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok termasuk merokok pasif selama kehamilan. Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi ibu hamil, tidak hanya sebatas mencegah persalinan prematur. Bila Anda termasuk kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami persalinan prematur, berkonsultasilah secara intens dengan dokter kandungan Anda untuk mengelolanya dan mempersiapkan diri. Dokter Anda mungkin bisa memberikan obat-obatan dan perawatan tertentu untuk menekan risiko Anda dan menyiapkan rencana penanganan yang tepat bila persalinan prematur pada akhirnya terjadi.

Você também pode gostar