Você está na página 1de 5

ILEUS

Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif. Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian. Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks daripada obstruksi usus halus. Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang ditangani secara konservatif.

A. Definisi 1. 2. 3. 1. Ileus adalah hilangnya pasase isi usus. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltic usus sementara. Ileus Mekanik a. Lokasi Obstruksi 1) 2) 3) b. 1) 2) 3) 2. a. b.
3.

B. Klasifikasi

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum Letak Tengah : Ileum Terminal Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum Parsial : menyumbat lumen sebagian Simple/Komplit: menyumbat lumen total Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa

Stadium

Ileus Neurogenik Adinamik : Ileus Paralitik Dinamik : Ileus Spastik

Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 1. Ileus Obstruktif a. b. Hernia Inkarserata Non Hernia 1) Penyempitan lumen usus a) c) Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis. Ekstra lumen : Tumor intraabdomen. b) Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan. 2) Adhesi 3) Invaginasi 4) Volvulus 5) Malformasi Usus 2. Ileus Paralitik a. b. Pembedahan Abdomen Trauma abdomen

C. Etiologi

c. d. e. f. g. h. i. j. 1.

Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis Pneumonia Sepsis Serangan Jantung Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi Mesenteric ischemia

D. Diagnosis Subyektif -Anamnesis Gejala Utama: a. Nyeri-Kolik 1) Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus 2) Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. b. Muntah 1) Stenosis Pilorus : Encer dan asam 2) Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan 3) Obstruksi kolon : onset muntah lama. c. d. Perut Kembung (distensi) Konstipasi 1) Tidak ada defekasi 2) Tidak ada flatus Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.2 Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.2 3 2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik a. Strangulasi Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti: 1) Takikardia 2) Pireksia (demam)
3) Lokal tenderness dan guarding

4) Rebound tenderness

5) Nyeri lokal 6) Hilangnya suara usus lokal Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi. b. Obstruksi 1) Inspeksi Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. 2) Auskultasi Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang. 3) Perkusi Hipertimpani 4) Palpasi Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
5) Rectal Toucher a)

Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma Feses yang mengeras : skibala Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

b) c) d) e) f) 3. Radiologi Foto Polos:

Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus. Paralitik Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpa air-fluid level.

Tabel 1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.


Macam ileus Obstruksi simple tinggi Obstruksi simple rendah Obstruksi strangulasi Paralitik Oklusi vaskuler Nyeri Usus ++ (kolik) +++ (Kolik) ++++ (terus-menerus, terlokalisir) + +++++ ++++ +++ + +++ Distensi + +++ ++ Muntah borborigmi +++ + Lambat, fekal +++ Bising usus Meningkat Meningkat Tak tentu biasanya meningkat Menurun Menurun + Ketegangan abdomen +

E. Penanganan Ileus

1. Konservatif a.
c.

Penderita dirawat di rumah sakit. Kontrol status airway, breathing and circulation. Intravenous fluids and electrolyte

b. Penderita dipuasakan

d. Dekompresi dengan nasogastric tube. e.

f.Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. g. Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.

2. Farmakologis
a.

Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob. Analgesik apabila nyeri. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis. Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi kolon. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

b. a. b. c. d.

3. Operatif

Você também pode gostar