Você está na página 1de 18

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA

1. Pengertian a. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. b. Tindak pidana adalah setiap perbuatan/ peristiwa yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran yang disebut dalam perundang undangan. c. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk melakukan penyidikan. d. PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana sesuai perundang - undangan yang menjadi dasar hukumnya dan dalam pelaksanaan penyidikan berada di bawah Kordinasi dan Pengawasan Penyidik Polri. e. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. f. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengar dan atau dialami sendiri. g. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. h. Konfrontasi adalah salah satu tehnik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara : tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing masing serta dituangkan dalam Berita Acara Konfrontasi. i. Rekontruksi adalah salah satu tehnik pemeriksaan dalam rangka penyidikan, dengan jalan memperagakan kembali cara tersangka melakukan tindak pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk menguji kebenaran keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan demikian dapat diketahui benar tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Rekonstruksi. j. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan tersangka, saksi, ahli dan atau barang bukti maupun tentang unsur unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang

2 maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan di dalam berita acara pemeriksaan. k. Administrasi penyidikan adalah penatausahaan segala kelengkapan administrasi yang diperlukan untuk kepentingan penyidikan yang meliputi pencatatan, pelaporan dan pendataan untuk menjamin ketertiban, kelancaran dan keseragamana pelaksanaan administrasi penyidikan baik untuk kepentingan peradilan, operasional maupun pengawasan. l. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. m. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. n. Laporan Kejadian adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan perundang undangan, bahwa telah atau sedang terjadi peristiwa pidana. o. Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera, sesudah,beberapa saat tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian dan padanya diketemukan benda yang diduga keras sebagai hasil kejahatan atau dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. p. Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/ terjadi dan tempat tempat lain dimana tersangka dan atau korban dan atau barang barang bukti yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut ditemukan. q. Bukti Permulaan Yang Cukup ialah alat bukti untuk menduga adanya suatu tindak pidana dengan mensyaratkan adanya minimal Laporan Kejadian ditambah salah satu alat bukti yang sah. r. Bukti Yang Cukup mensyaratkan terdapatnya minimal 2 (dua) alat bukti yang sah yang dapat meyakinkan hakim bahwa suatu tindak pidana benar benar telah terjadi dan tersangka adalah pelakunya.

3 s. RUPBASAN (Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara) adalah suatu tempat khusus yang telah ditetapkan untuk dijadikan tempat penyimpanan benda sitaan negara baik dalam tingkat proses penyidikan PPNS, penuntutan maupun peradilan. t. Pemanggilan adalah tindakan penyidik untuk menghadirkan saksi/ tersangka guna didengar keterangannya sehubungan dengan tindak pidana yang terjadi. u. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan. v. Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang undang. w. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau Penuntut Umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang undang. x. Berita Pemeriksaan tersangka, saksi, dan ahli adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam bentuk tertentu oleh penyidik atas kekuatan sumpah jabatan, diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik dan tersangka serta saksi/ ahli yang diperiksa, memuat uraian tindak pidana yang mencakup/ memenuhi unsur unsur tindak pidana yang dipersangkakan dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana dilakukan, identitas penyidik dan yang diperiksa, keterangan yang diperiksa. 2. Penggolongan Kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak pidana dapat digolongkan sebagai berikut : a. Penyidikan tindak pidana tersebut meliputi : 1) Pencarian Pengumpulan Bahan Keterangan/penyelidikan 2) Penindakan : (a) Pemanggilan (b) Penangkapan (c) Penahanan (d) Penggeledahan (e) Penyitaan 3) Pemeriksaan :

4 (a) Saksi (b) Ahli (c) Tersangka 4) Penyelesaian dan penyerahan Berkas Perkara : (a) Pembuatan resume (b) Penyusunan Berkas Perkara (c) Penyerahan Berkas Perkara b. Dukungan Tehnis Penyidikan c. Administrasi Penyidikan 3. Penyidikan Tindak Pidana a. Penyidikan tindak pidana dilaksanakan setelah diketahui bahwa sesuatu peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana. b. Suatu peristiwa dan atau tindak pidana dapat diketahui melalui : 1) Laporan Kejadian Laporan diterima dari seseorang baik tertulis maupun lisan dicatat oleh PPNS kemudian dituangkan dalam Laporan Kejadian yang ditandatangani oleh si pelapor dan PPNS. Setelah selesai penerimaan laporan, kepada pelapor diberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan. 2) Pengaduan Pengaduan dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis pada instansi PPNS disertai permintaan untuk melakukan penindakan menurut perundang undangan yang menjadi kewenangan pada instansi tersebut. 3) Tertangkap tangan (a) Dalam hal tertangkap tangan, setiap orang dapat melakukan tindakan tersebut dan segera memberitahukan serta menyerahkan tersangka beserta atau tanpa barang bukti kepada PPNS yang berwenang melakukan penanganan selanjutnya. (b) PPNS apabila menerima penyerahan tersangka beserta atau tanpa barang bukti, wajib : (1) Membuat Laporan Kejadian. (2) Mendatangi TKP dan melakukan tindakan yang diperlukan. (3) Membuat Berita Acara atas setiap tindakan yang telah dilakukan. 4) Diketahui langsung oleh PPNS

5 Dalam hal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh PPNS, maka PPNS tersebut wajib segera melakukan tindakan tindakan sesuai kewenangannya, kemudian membuat Laporan Kejadian dan atau Berita Acara tentang tindakan tindakan yang telah dilakukan guna penyelesaian selanjutnya. c. Kegiatan Penyidikan Setelah diketahui bahwa suatu peristiwa yang terjadi diduga atau merupakan tindak pidana, segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan Capulbaket, penindakan, pemeriksaan serta penyelesaian dan penyerahan berkas perkara. 1) Capulbaket a) Capulbaket dilaksanakan mendasarkan pada : (1) Adanya informasi dan atau laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh petugas instansi / PPNS; (2) Laporan Kejadian; (3) Berita Acara Pemeriksaan di TKP; (4) Berita Acara Pemeriksaan tersangka dan atau saksi. b) Capulbaket dilakukan untuk : (1) Mencari keterangan keterangan dan bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, apakah merupakan tindak pidana atau bukan. (2) Melengkapi keterangan dan bukti bukti yang telah diperoleh agar menjadi jelas sebelum dilakukan penindakan selanjutnya. (3) Persiapan pelaksanaan penindakan atau pemeriksaan. c) Sasaran Capulbaket adalah : (1) Orang; (2) Benda/ barang; (3) Tempat. d) Capulbaket dilakukan dengan cara terbuka sepanjang hal itu dapat menghasilkan keterangan keterangan yang diperlukan, dan dilakukan secara tertutup apabila terdapat kesulitan mendapatkannya. e) Hasil capulbaket dituangkan dalam bentuk laporan dan harus benar benar diolah sehingga merupakan keterangan yang berguna untuk kepentingan penyidikan. f) Hal hal yang perlu diperhatikan :

6 (1) Dalam melakukan capulbaket secara terbuka petugas wajib menunjukkan tanda pengenal serta menggunakan tehnik wawancara yang benar. (2) Dalam melakukan capulbaket secara tertutup petugas menggunakan teknik observasi, undercover,surveilance yang benar. (3) Hindarkan sikap dan tindakan yang dapat merugikan pelaksanaan capulbaket. 2) Penindakan a. Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh PPNS terhadap orang maupun benda/ barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi. Tindakan hukum tersebut antara lain berupa : (1) Pemanggilan tersangka dan saksi. Pemanggilan terhadap tersangka dan atau saksi guna didengar keterangannya dilakukan sebagai berikut : (a) Bahwa seseorang mempunyai peranan sebagai tersangka dan atau saksi dalam suatu tindak pidana yang terjadi dapat diketahui peranannya dari : * * * Laporan Kejadian ; Pengembangan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam Berita Acara ; Laporan hasil pengawasan yang dibuat oleh petugas pengawas atas perintah pimpinan. (b) Untuk melengkapi keterangan keterangan, petunjuk petunjuk dan bukti bukti yang sudah didapatkan tetapi dalam hal tertentu masih terdapat beberapa kekurangan. (c) Tata cara pemanggilan, bahwa pemanggilan tersebut harus dilakukan dengan surat panggilan yang sah sesuai dengan bentuk dan format yang sudah ditentukan sebagai bukti atas pelanggaran hukum apabila orang yang dipanggil tidak memenuhi panggilan serta dipergunakan untuk kelengkapan berkas perkara (bagian dari administrasi penyidikan), dalam surat panggilan harus disebutkan dengan jelas

7 status orang yang dipanggil dan pasal yang dipersangkakan (sesuai dengan perundang undangan yang menjadi kewenangan PPNS). (d) Penyampaian Surat Panggilan : * Surat panggilan disampaikan oleh petugas PPNS kepada tersangka atau saksi yang dipanggil ditempat tinggal/ kediaman/ dimana yang bersangkutan berada dan sudah diterima minimal 3 (tiga) hari untuk yang berada dalam kota dan 7 (tujuh) hari untuk yang berada di luar kota. * * * Untuk panggilan yang ditujukan kepada WNI yang berada di luar negeri dapat diminta bantuan penyidik Polri. Petugas yang menyampaikan surat panggilan agar memperlihatkan tanda pengenal anggota PPNS/ memperkenalkan identitasnya. Apabila tersangka/ saksi yang tidak berada di tempat, maka tindakan yang diambil adalah : ** Surat panggilan tersebut dapat diterimakan kepada orang lain yang dapat menjamin bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan (misalnya keluarga, RT/RW, Pamong Desa dan pegawainya). ** Lembar lain surat panggilan supaya dibawa kembali oleh petugas yang menyampaikan setelah ditandatangani oleh orang yang menerima atau bila tidak dapat menulis setelah dibubuhi cap jempol, ini sebagai bukti secara yuridis bahwa surat panggilan sudah diterima oleh yang dipanggil. ** Dalam hal seseorang menolak untuk menandatangani Surat Panggilan, maka petugas yang menyampaikan Surat Panggilan berusaha memberikan pengertian tentang arti pentingnya surat panggilan tersebut. ** Terhadap tersangka atau saksi yang tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani Surat Panggilan, maka dapat diterbitkan Surat Panggilan untuk kedua kalinya. Dan dalam hal yang dipanggil untuk kedua kalinya juga tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani Surat Panggilan maka

8 PPNS membuat surat kepada penyidik Polri guna meminta bantuan pemanggilan agar terhadap yang dipanggil tersebut dihadapkan pada PPNS dengan melampirkan Laporan Kejadian, Surat Perintah penyidikan, Laporan Kemajuan dan Surat Panggilan I dan II. ** Surat perintah membawa tersangka/ saksi diberlakukan/ dibuat apabila seorang tersangka/ saksi yang dipanggil dua kali berturut turut tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah (patut dan wajar). Dalam pelaksanaannya PPNS Ketenagakerjaan dapat meminta penyidik Polri dimana domisili yang dipanggil berada. (2) Penangkapan (a) Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 20 KUHP dinyatakan bahwa penangkapan adalah tindakan berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan. Dalam tindakan penangkapan ini harus dilakukan dengan prosedur baku yang diatur dalam KUHAP apabila tidak dipenuhi akan berdampak adanya tuntunan Pra Peradilan. (b) Adakalanya PPNS tidak berwenang melakukan sendiri penangkapan, kecuali dalam hal tertangkap tangan, sehingga dalam hal bukan tertangkap tangan bilamana diperlukan melakukan penangkapan terhadap tersangka dapat meminta bantuan penyidik Polri di mana tersangka berada, maka surat permohonan permintaan bantuan penangkapan ditujukan kepada Kepala Kesatuan (Direktur Reserse / Kasat Reskrim). (c) Dalam hal surat permintaan bantuan penangkapan dari PPNS tersebut kepada penyidik Polri memuat identitas tersangka secara lengkap/ jelas dan alasan, pertimbangan perlunya dilakukan penangkapan dengan melampiri Laporan Kejadian. 3) Penggeledahan Dalam KUHAP disebutkan penggeledahan dibedakan menjadi penggeledahan rumah dan badan, penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan Polri setempat

9 atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur KUHAP. Sedangkan penggeledahan badan tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawahnya serta untuk disita. (a) Dalam hal tata cara penggeledahan tidak diatur dalam undang undang yang menjadi kewenangannya, maka dalam hal perlu dilakukan penggeledahan terhadap rumah atau tempat penyidik Polri. (b) Dalam hal penyidik Polri mengabulkan permintaan tersebut, penyidik Polri memberitahukan keputusannya secara tertulis bahwa permintaan tersebut dikabulkan, permohonan surat ijin kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dibuat oleh penyidik Polri. 5) Penyitaan (a) PPNS berwenang melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam suatu perkara pidana, mekanisme tata caranya mengacu kepada KUHAP, yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penyitaan adalah Pejabat yang ditunjuk selaku PPNS. Pertimbangan penyitaan dan pembuatan Surat Perintah Penyitaan adalah : (1) Laporan Kejadian; (2) Hasil pemeriksaan; (3) Laporan Hasil Capulbaket yang dibuat oleh petugas atau (4) Hasil penggeledahan. (b) Diperlukannya barang bukti yang ada kaitan dengan tindak pidana yang terjadi guna menetukan status kasus dan tersangkanya. (c) Diperlukan persyaratan bagi kelengkapan Berkas Perkara guna pembuktian dalam proses penyidikan, penuntutan dan peradilan tindak pidana. (d) Persiapan, sebelum melakukan penyitaan dalam hal benda tidak bergerak diperlukan permintaan ijin terlebih dahulu kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana benda tersebut berada dan apabila dalam keadaan sangat perlu dan mendesak untuk benda yang bergerak, tertutup lainnya PPNS dapat meminta bantuan penggeledahan kepada

10 mudah dihilangkan, untuk kepentingan penyidikan dapat segera dilakukan penyitaan. Setelah paling lama 2 x 24 jam meminta Penetapan Persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri. (e) Penyitaan dapat dilakukan terhadap benda benda bergerak maupun benda tidak bergerak, berupa : (1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa, seluruh atau sebagian yang diduga/ diperoleh sebagai hasil tindak pidana. (2) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya. (3) Benda yang dipergunakan untuk menghalang halangi penyidikan tindak pidana. (4) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana. (5) Benda lain yang punya hubungan langsung dengan tindak pidana. (6) Penyitaan dilakukan dengan Surat Perintah Penyitaan setelah mendapat ijin/ijin khusus dari Ketua Pengadilan Negeri, namun dalam keadaan perlu dan mendesak karena memerlukan tindakan segera, penyitaan dapat dilakukan tanpa ijin dari Ketua Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada benda benda bergerak dan sesudahnya segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. (7)Dalam hal tertangkap tangan, maka : Tidak diperlukan surat ijin atau surat ijin khusus Ketua Pengadilan Negeri. Tidak diperlukan Surat Perintah Penyitaan. Penyitaan dapat dilakukan terhadap benda atau alat yang ternyata atau diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dijadikan sebagai barang bukti. Dilakukan oleh PPNS atau penyidik Polri, baik karena mendapatkan sendiri maupun karena ada penyerahan dari pihak lain. (f) Penyitaan supaya dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang petugas penyidik, kemudian menghubungi RT/ RW atau Ketua Lingkungan dan minta untuk menjadi saksi dalam tindakan penyitaan, benda benda yang akan disita diperlihatkan kepada tersangka atau keluarganya atau

11 orang lain dan dari siapa benda benda tersebut akan disita (yang menguasai) termasuk data dan keterangan tentang asal benda benda tersebut dan dalam penyitaan dibuatkan tanda terima yang menyebutkan secara rinci tentang jumlah atau berat menurut jenis masing masing, untuk kepentingan pengamanan apabila dianggap perlu terhadap benda yang disita dilakukan pemotretan terlebih dahulu serta dibungkus atau diikat menurut jenisnya masing masing dan diberi label. Adapun tata cara pembungkusan benda sitaan adalah sebegai berikut : (1) Benda sitaan dibungkus dan diberi label. (2) Pada label tersebut harus dicatat : Nomor registrasi barang bukti Jenis Jumlah dan atau beratnya Ciri maupun sifatnya Tempat, hari dan tanggal penyitaan Nomor Laporan Kejadian Identitas orang dari mana benda itu disita Ditandatangani oleh yang menyita Diberi lak dan distempel Berita Acara yang memuat uraian tentang alat/

(g) Untuk pembungkusan dan penyegelan benda sitaan/ barang bukti ini dibuatkan pembungkusan dan penyegelannya sehingga barang atau benda sitaan tersebut tidak dapat dikeluarkan dari dalam pembungkusnya tanpa merusak segel dan pembungkus itu sendiri. (h) Memberikan benda Surat benda Tanda yang Penerimaan disita, orang kepada hal tersangka/ tersangka/ untuk keluarganya/Jawatan/ Lembaga/ orang lainnya yang menyerahkan dapat dalam lainnya keluarganya/Jawatan/ penolakan tersebut. (i) Dalam hal PPNS mengembalikan barang bukti, karena : (1) kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi (konsultasikan lebih dahulu dengan Penuntut Umum dan Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang). Lembaga/ menolak

menandatangani Berita Acara Penyitaan maka disebutkan alasan

12 (2) adanya putusan pra Peradilan yang menetapkan bahwa ada benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian dan harus dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita. (3) Penyidikan dihentikan, karena tidak cukup bukti, atau bukan merupakan tindak pidana, atau demi hukum. Maka terhadap benda benda yang disita harus dikembalikan kepada pihak yang berhak, sepanjang pihak tersebut mempunyai bukti bukti yang memperkuat kepemilikannya. (j) Benda benda hasil penyitaan menjadi tanggungjawab PPNS, dalam pelaksanaannya dapat dititipkan di RUPBASAN di wilayah kota tersebut. (k) Hal hal yang perlu diperhatikan : (1) Dalam melakukan penyitaan minimal harus disaksikan oleh 2 (dua) orang yang identitasnya jelas, harus dicatat jumlah, jenis, keadaan/ bentuk dan ciri ciri khusus dari benda sitaan, perlakukan terhadap barang sitaan berupa uang, harus dihitung lembar perlembar, catat angka nominal dan nomor seri, terhadap barang bukti yang tidak bergerak, prinsip harus mendapat ijin Pengadilan Negeri setempat, penyimpanan barang bukti hasil sitaan sedapat mungkin di RUPBASAN. (2) Segera setelah dilakukan penyitaan harus dibuatkan BA penyitaan yang ditandatangani oleh PPNS dan orang dari mana benda tersebut disita serta orang orang yang menyaksikan penyitaan. (3) Memperhatikan klasifikasi benda sitaan maka agar tidak rusak harus diperhatikan pengawasannya. (l) Dalam hal penyitaan di luar daerah hukum PPNS, maka pelaksanaannya selain harus diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri juga didampingi oleh penyidik Polri daerah hukum tempat dilakukannya penyitaan. 2) Pemeriksaan a. Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti maupun tentang unsur unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan di dalam Berita Acara Pemeriksaan.

13 b. Yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah PPNS. c. Pemeriksaan dilakukan atas dasar : (1) Laporan Kejadian; (2) Laporan Hasil capulbaket yang dibuat oleh petugas atas perintah pimpinan; (3) Berita Acara Pemeriksaan di TKP, penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; (4) Petunjuk dari Penuntut Umum untuk melakukan pemeriksaan tambahan; (5)Dalam hal saksi/tersangka berada di luar wilayah hukum penyidik dapat berkoordinasi dengan penyidik Polri serta meminta bantuannya. d. Metode pemeriksaan dapat dilakukan dengan : (1) interview; (2) introgasi; (3) konfrontasi; dan (4) rekonstruksi. e. Pemeriksaan tersangka Khusus dalam pemeriksaan tersangka, perlu dilakukan : (1) mengajukan pertanyaan langsung kepada masalah, atau (2) mengajukan pertanyaan sambil membangkitkan. (3) mengajukan pertanyaan untuk menguji kebenaran keterangan tersangka.Kemudian keterangan yang diberikan atas dasar pertanyaan pertanyaan dengan cara tersebut di atas agar diseleksi/dipilih yang berkaitan dengan unsur pidana yang terjadi dan disusun kembali serta dituangkan dalam BAP. (4) dalam hal tersangka mungkir : * * * perlihatkan fakta fakta/ bukti bukti yang ada; tunjukkan kontradiksi dan setiap ketidak benaran keterangannya tersebut. adakan konfrontasi dan atau rekontruksi. (5) dalam hal tersangka ditahan dalam waktu 1 x 24 jam setelah perintah penahanan dijalankan, tersangka harus mulai dimintai keterangannya oleh penyidik. (6) penyidik sebelum memulai memeriksa wajib memberitahukan kepada tersangka tentang haknya guna mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya wajib di dampingi oleh Penasehat Hukum.

14 (7) Penyidik menanyakan kepada tersangka apakah akan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus yang dapat menguntungkan baginya. (8) penyidik agar mengetahui peranan tersangka dalam tindak pidana yang sedang diperiksa berkaitan dengan pasal 55 dan 56 KUHP. (9) dalam hal tersangka diam/tidak mau memberikan keterangan serta tidak mau menandatangani berita acara, maka dibuatkan Berita Acara Penolakan. (10)agar diperhatikan hal hal : * * * latar belakang kehidupan sehari hari; apakah ia seorang residivis; perharikan faktor apa yang menyebabkan tidak mau memberikan keterangan. f. tersangka berhak mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan ke Penuntut Umum (pasal 50 ayat (1) KUHAP). g. tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang perkara apa yang sedang dipersangkakan padanya pada waktu pemeriksaan (pasal 51 KUHAP). h. dalam pemeriksaan, tersangka berhak memberi keterangan secara bebas pada penyidik (pasal 52 KUHAP). i. tersangka dapat diperiksa di rumah/tempat kediamannya dalam hal tersangka setelah 2 x dipanggil secara berturut turut dengan surat panggilan yang sah, tetapi tidak dapat datang karena alasan yang patut dan wajar (pasal 113 KUHAP). j. atas permintaan tersangka atau Penasehat Hukumnya tersangka berhak menerima turunan BAP atas dirinya guna kepentingan pembelaannya serta mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat dan mendengar pemeriksaan. (Pasal 27 KUHAP). k. dalam pemeriksaan agar ditanyakan, apakah tersangka menghendaki didengarnya saksi yang menguntungkan (saksi de charge), dan bilamana ada maka PPNS wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut (Pasal 116 ayat (3) dan (4) serta Pasal 65 KUHAP). l. tersangka dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan melakukan tekanan dan kekerasan dalam bentuk apapun dan oleh siapapun (pasal 117 ayat (1) KUHAP).

15 m. Pemeriksaan terhadap tersangka anak di bawah umur agar mempedomani perundang undangan yang berlaku dan atau melakukan kordinasi dengan penyidik Polri. n. Hal hal ini sangat perlu diperhatikan oleh PPNS, disebabkan masih banyak para penyidik yang tidak mengaplikasikan secara benar tentang hak hak tersangka, sehingga sering dijumpai pemeriksa dengan segala kemampuan yang ada berusaha untuk memburu pengakuan tersangka. Pemeriksa menganggap pengakuan tersangka merupakan alat bukti yang terpenting, sedangkan alat bukti yang lain seperti keterangan saksi dan keterangan ahli hanya pelengkap saja, dan apabila pengakuan tersangka yang diburu tanpa memperhatikan bobot alat bukti yang lain, maka akan berakibat fatal dalam pemeriksaan di sidang pengadilan nantinya. o. Pemeriksaan saksi (1) Yang dapat diperiksa sebagai saksi adalah orang yang melihat, mendengar, mengetahui atau mengalami sendiri secara langsung suatu tindak pidana. (2) Saksi diperiksa dengan tidak disumpah, kecuali ada cukup alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan pengadilan, maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan di atas sumpah (pasal 116 ayat (1) KUHAP). (3) Pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran seseorang bukan merupakan keterangan saksi. (4) Saksi diperiksa secara tersendiri tetapi boleh dipertemukan satu dengan yang lainnya (konfrontasi) dan mereka wajib memberikan keterangan yang sebenarnya (pasal 116 ayat (2) KUHAP). (5) Saksi yang dipanggil wajib datang pada penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil sekali lagi, jika belum juga datang tanpa alasan yang jelas mintalah bantuan pada penyidik Polri untuk membawanya serta menghadapkan pada PPNS. (6) Saksi dapat diperiksa di rumah/tempat kediamannya dalam hal setelah 2 x dipanggil secara berturut turut dengan surat panggilan yang sah tetapi tidak datang karena alasan yang patut dan wajar (pasal 113 KUHAP). (7) Saksi dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun (pasal 117 ayat (1) KUHAP).

16 (8) Saksi dapat menolak untuk memberikan kesaksian karena adanya hubungan keluarga dengan tersangka sampai derajat ketiga karena berdasarkan hubungan darah/ keluarga atau karena akibat perkawinan maupun karena situasi tertentu, mereka adalah : karena ada hubungan darah/keluarga; karena akibat perkawinan; orang lain yang karena sebab tertentu berhak untuk menolak memberikan kesaksian. (9) Berita Acara Pemeriksaan saksi ditandatangani oleh penyidik dan saksi dan atau penterjemah bila diperlukan. p. Pemeriksaan ahli (1) Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal hal tertentu atau barang barang atau dalam penanganan korban karena peristiwa yang diduga tindak pidana, yang hanya dapat diterangkan/dijelaskan oleh orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu maka untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat meminta pendapat pada orang ahli/yang memiliki keahlian khusus dimaksud (Pasal 120 ayat (1) KUHAP). (2) Permintaan pendapat tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan permintaan secara tertulis keterangan keahlian atau dengan memanggil orang ahli/ tersebut dengan surat panggilan yang sah guna didengar keterangan keahliannya. (3) Keterangan keahlian oleh ahli tersebut diberikan dengan mengangkat sumpah/mengucapkan janji dihadapan penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya dengan sebenar benarnya, kecuali disebabkan karena harkat dan martabat pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta (Pasal 120 ayat (2) KUHAP). (4) Penyidik menuangkan keterangan yang diberikan oleh ahli tersebut dalam BAP Ahli. (5) Dalam hal penyidik meminta pendapat pada orang ahli, misalnya pemeriksaan tulisan/surat palsu, maka penyidik mengirimkan barang barang bukti tersebut kepada orang ahli yang bersangkutan guna mendapatkan keterangan atau berita acara hasil pemeriksaan oleh ahli.

(6) Keterangan yang diberikan oleh ahli dapat berupa Berita Acara atau keterangan tertulis.

Você também pode gostar