Você está na página 1de 39

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul Psikoterapi yang merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kejiwaan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis di bimbing oleh dosen pembimbing serta di bantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada : 1. Dr. Suhendro, Sp. KJ dan dr. Henny R, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing penulisan referat 2. Rekan-rekan Co Assisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan dan kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 14 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN . 3 I.1. Latar Belakang 3 I.2. Tujuan penulisan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 5 2.1. Definisi .. 5 2.2. Tujuan Psikoterapi ................. 5 2.3. Tahap-tahap psikoterapi ................... 7 2.4. Jenis psikoterapi ............ 9 2.5 Efektivitas psikoterapi.. 36 2.6 Hasil terapeutik.. 36 BAB III PENUTUP ........ 37 3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Saat ini semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya, beberapa diantaranya adalah masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari hari. Sehingga seringkali dokter dalam menjalankan prakteknya pun akan menghadapi berbagai macam keluhan sebagai pernyataan penderitaannya. Keluhan tersebut timbul sebagai akibat adanya gangguan fisik, tetapi dapat pula berkaitan dengan problem emosional atau kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Didalam kepustakaan disebutkan bahwa sekurang-kurangnya 25 30 % dari pasien yang berobat ke dokter umum datang dengan problem emosional. Disamping itu dalam menghadapi penyakitnya, akan selalu ada faktor faktor emosional yang bekerja pada diri pasien, yang dapat mempengaruhi kondisi penyakitnya. Seperti misalnya : dari pengalaman beberapa dokter disebutkan bahwa beberapa penderita fraktur, penyakit infeksi, dan lain-lainnya lebih cepat sembuh apabila ada rasa pengharapan pada dirinya. Tetapi apabila pasien merasa sedih, putus asa, merasa gagal, merasa ditinggalkan dan dipersalahkan oleh sanak keluarganya, sehingga kesembuhannya bisa berjalan lambat. Atau bahkan tidak akan menunjukkan respons terhadap terapi walaupun pemberian obat, operasi dan lain-lainnya diberikan secara benar dan tepat. Tidak jarang pula seorang dokter akan menjumpai reaksi emosional pasien yang akan menghadapi tindakan pembedahan. Hal ini mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme daya tahan mental bersifat selalu melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik yang bertujuan untuk mengubah atau meniadakan gangguan tersebut. Hal ini memunculkan peranan dari terapi alternatif salah satunya adalah psikoterapi. Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan 3

untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa.

1.2 TUJUAN PENULISAN 1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi,klasifikasi,tujuan serta penggunaan psikoterapi. 2. Untuk memenuhi syarat ujian di bagian kepaniteraan bagian jiwa RS. Polri Sukanto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

DEFINISI Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.1

Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. 6

Psikoterapi adalah terapi yang menggunakan metode dan tehnik psikologik dan memanfaatkan pengaruh psikologik untuk mencapai hasil terapeutik.

Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 2.

2.2.

Tujuan Psikoterapi 1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera. 2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya. 3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1

Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien membutuhkan bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan yaitu: 1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien) Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan

keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan. Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang memiliki mekanisme koping yang terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan, dan yang kurang memiliki motivasi atau intelegensinya. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok. 2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif) Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses konseling, keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll. 3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif) Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, 6

Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. 2.3 Tahap-tahap psikoterapi : 1. Wawancara awal a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll) b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama. 2. Proses terapi a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan penjelasan pengertian perasaan & pengalaman pasien. b. Pengertian ke tindakan c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti di perilaku & kehidupan sehari-hari. 3. Mengakhiri terapi a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain) b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.6 Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang

terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut. Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (the here and now). Yang kita amati yaitu : (1) Apa yang terjadi pada pasien, (2) Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta (3) Apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu. Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya

(ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) 8 dan bagaimana ia

mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektifnya sendiri. Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa

harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.6 Pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman dilindungi, diperhatikan, dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.

2.4

Jenis Psikoterapi Pemilihan terapi yang sesuai tidak hanya didasarkan pada diagnosis. Tidak terdapat metode buku masakan sederhana untuk menempatkan seorang individu dengan diagnosis spesifik ke dalam modalitas pengobatan yang sesuai. Beberapa faktor disamping diagnosis, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Masalah pasien perlu dipandang dalam konteks kemungkinan penyakit mental bedasarkan biologis dan dunia intrapsikisnya, gaya kepribadian, kesukaran perilaku dan faktor sosiokultural. Jadi dua individu pada kategori yang sama pada seluruh aksis DSM IIIR dapat merupakan orang yang sama sekaligus berbeda dan memerlukan intervensi terpeutk yang berbeda. Jules Masserman telah menulis pengobatan komprehensif secara ekskuisit disesuaikan dengan umur, keadaan fisik, pendidikan, tingkat intelektual, status keluarga dan ekonomi, orientasi budaya dan agama, talenta khusus dan petensialitas individu, sasaran pengobatan dan banyak factor kemungkinan lain. Analisis vector saling terkait dari pengaruh fisik social dan metapsikologik kemudian dapat mengarah

pada rasional yang lebih komprehensif untuk, dan penerapan yang lebih spesifik dan efektif, dari berbagai modalitas terap psikiatrik. Psikoterapi merupakan hubungan ditambah satu kombinasi tekhnik dari intervensi psikodinamik hingga psikofarmakologik. Karena psikoterapi dari berbagai kelompok terapi menjadi lebih berpengalaman apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam terapi menjadi semakin mirip. Unsur unsur psikoterapik dapat dipilih untuk masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, tekhnik dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3

1.

PSIKOANALISIS Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar. Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi 10

pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.

SADAR
SUPEREGO EGO Id

SADAR

BAWAH SADAR

BAWAH SADAR

a. Tujuan Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanakkanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaanperasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi. 3 b. Lingkungan Analisis Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal.3 Lingkungan analisis yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien. Dipan membantu ahli analisis menimbulkan regresi terkendali yang

mempermudah timbulnya material yang rerepresi. Posisi pasien yang berbaring dengan kehadiran ahli analisis yang penuh perhatian, pada saat berbaring klien melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman, asosiasi-asosiasi,

ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi juga membantu pasien memusatkan

11

perhatian pada pikiran, perasaan, dan khayalan dalam, yang selanjutnya dapat menjadi pusat asosiasi bebas. 4

c. Peranan AhIi Analisis Idealnya, ahli analisis yang telah menjalani psikoanalisis pribadi sebagai bagian dan latihan mereka mampu untuk mempertahankan sikap objektivitas atau netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau sistem nilai dirinya sendiri.4 d. Lama Terapi Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesion biasanya dilakukan empat atau lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit. Beberapa analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion yang bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.4 e. MetodaTerapi Aturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur sepenuhnya terhadap ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilihpilih. Freud menarnakan teknik yang memungkinkan kejujuran tersebut sebagai asosiasi bebas.

Asosiasi bebas. Dalam asosiasi bebas, pasien harus membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan segala sesuatu yang datang ke dalam pikirannya tanpa adanya penyensoran, terlepas dan apakah mereka rasakan pikiran tersebut tidak dapat diterima atau memalukan, itu tidak penting. 3Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkautan dengan situasi-situasi traumatic masa lampau. Asosiasi dipimpin oleh tiga jenis tenaga bawah sadar: konflik patogenik neurosis, keinginan untuk sembuh, dan keinginan untuk menyenangkan ahli analisis. Peranan antara faktor-faktor tersebut menjadi kompleks. 4,5

12

Perhatian mengalir bebas (free-floating attention). Jawaban ahli analisis terhadap asosiasi bebas pasien adalah cara mendengarkan yang khusus, yang dinamakan perhatian mengalir bebas. Ahli analisis membiarkan asosiasi pasien menstimulasi asosiasi mereka sendiri dan dengan demikian mampu untuk melihat tema dalam asosiasi bebas pasien yang mungkin dicerminkan kembali kepada pasien kemudian atau pada beberapa waktu kemudian. Perhatian ahli analisis yang cermat kepada pengalaman subjektifnya sendini adalah bagian yang tidak dapat diterima dari analisis.4

Aturan abstinensi. Dengan mengikuti aturan abstinensi, pasien mampu menunda pemuasan tiap keinginan instinktual seperti membicarakannya dalam terapi. Ketegangan yang ditimbulkan menghasilkan asosiasi relevan yang digunakan oleh ahil analisis untuk meningkatkan kesadaran pasien. Aturan tersebut tidak dimaksudkan abstinensi seksual, tetapi, dengan tidak mengijinkan lingkungan terapi memuaskan harapan infantil pasien akan cinta dan kasih sayang.4

f. Indikasi Terapi Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting 13

out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.4 g. Kontraindikasi Terapi Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masingmasingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.

Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.

Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja sama dalam proses.

Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.

Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain. Analisis analisis.4 dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di

kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli

h. Hasil Terapi Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan. Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang senang dan mengerti diri sendiri. Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.4

2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti 14

psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.

a. Teknik Terapi Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan

psikoanalisis. Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.4 b. Tipe 1. Psikoterapi berorientasi tilikan Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus

menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam 15

lingkup yang lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak anak. Terapi berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis.4 Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai

penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4 2. Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 4 Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau konbinasi, termasuk :

Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah Pemuasan kebutuhan tergantungan Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi) 16

Istirahat dan penghiburan yang adekuat Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan Medikasi untuk menghilangkan gejala Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.4

Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini. 1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.2 2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang. 3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. 17

Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.2 Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadangkadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.2 4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2 5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2 6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2 7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. 18

Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).2 8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.2 c. Beberapa contoh penerapan Gangguan psikotik Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya. Pelaksanaan terapi : o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistic, seperti makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan tidak boleh sering mandi. o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah sembuh nanti o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti Gangguan somatisasi Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu jauh. Pelaksanaan terapi : o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya. o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang menjadi latar belakang gejala fisik tersebut. o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam mengekspresikan perasaannya. Gangguan penyesuaian Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut. Pelaksanaan terapi : 19

o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan depresinya. o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya. o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang mungin akan dihadapinya lagi.1

3. PSIKOTERAPI KELOMPOK Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut. Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.4 a. Berbagai bentuk terapi kelompok 1. Gaya Kepemimpinan Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.

20

Fokus dan sasaran Kelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari tujuan masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu

Keanggotaan kelompok Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah dn sifat demografiknya.

Struktur Kelompok Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.

Orientasi Teoritis Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar

pribadi, orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis, dan lain lain2.

b. Klasifikasi Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.4 c. Pemilihan Pasien Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan. 21

Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi. Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat membantu. Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian. Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin

memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.4 Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah 22

cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi. Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya, sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi pembatasan waktu harus tetap. Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4

2. Psikoterapi Kelompok Rawat Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara: dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan umum:

Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka

Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap 23

Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok kecil.4

Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam

penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.4

3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka tinggal bersama di bangsal yang sama.4 24

4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang. Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut. Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung. Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4

4. TERAPI JENIS INDIVIDUAL Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif. a. Psikoterapi reedukatif : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada. 2 Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut: 1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy) 2. Terapi sikap (attitude therapy) 3. Terapi wawancara (interview therapy) 4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer) 5. Konseling terapetik 6. Terapi case work 25

7. Reconditioning 8. Terapi kelompok yang reedukatif 9. Terapi somatik 2 b. Psikoterapi rekonstruktif Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan

kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru. Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut : 1. Psikoanalisa Freud 2. Psikoanalisa non Freudian 3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa. Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.2

5. PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang sama. Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana kelompok mngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik yang terintegrasi.4 Hasil Sebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki keuntungan dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa mengorbankan kualitas masing masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi

26

tampaknya membawa masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat dibandingkan yang dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.4

6. PSIKODRAMA Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk 1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan 2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek pasien 3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama tersebut dalam mencapai tilikan. Teknik Psikodarma dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu ( suatu mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu sikap bawah sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran dan perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran dan ganda multiple (beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat psikoaktif untuk memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.4

7. TERAPI KELUARGA Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan. Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan 27

mengenal anggota keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga, menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana nggota keluarga berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.4 Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari usaha terakhir untuk perubahan. Nilai perfungsian mutakhir keluarga 1. Amati interaksi di antara anggota keluarga 2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota keluarga dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga. 3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga 4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk melibatkan orang ketiga dalam konflik. 5. Pertahankan posisi empatik dan netral 6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan 7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual. a. Tujuan Tujuan terapi adalah 1. untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam matniks hubungan interpersonal 2. untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain oleh anggota keluarga 3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan antara generasi 4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan sekitamya 5. untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan.

28

Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak terisolasi.4 b. Teknik Wawancara Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting: (1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat. Bagi ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat, lebih dan sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis. (2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat, tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya. c. Teknik Terapi 1. Terapi kelompok keluarga Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluargakeluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif dalam terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.4 2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy) Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan kerja sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion kelompok bersama dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa orang yang berkontak setiap harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga dekat tetapi juga sanak saudara, teman-teman, pedagang, guru, dan teman kerja.4 3. Terapi paradoksikal Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan tilikan baru bagi beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan dalam cara yang sewenang wenangnya atau rutin.4 29

4. Konotasi positif Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif. Ahli terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan bingkai referensi baru sebagai contohnya, Anak ini bandel menjadi Anak ini mati matian mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang dirasakannya sebagai perkawinan yang tidak bahagia.4 d. Frekuensi dan Lama Terapi Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi, masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik bagi keluarga untuk hadir bersama sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada sifat masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli terapi yang menggunakan model beronientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama bertahun tahun dalam sesion yang panjang.4

8. PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini. Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.2 Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu: 1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain. 2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk melihat dirinya sendiri 30

dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi. 3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, degnan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif. Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara

berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.2

9. TERAPI KOGNITIF Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat. Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain, seperti gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan kognitif.4 a. Teori Kognitif Tentang Depresi Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta lairiya dan depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan nergi yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang. Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan putus asa seseorang.

31

Trias kognitif dan depresi terdiri atas 1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu, tidak adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan 2. Suatu kecenderungan untuk mengalmai dunia sebagai tempat yang negatif, menuntut dan rnengalahkan diri sendiri dan mengharapkan kegagalan dan hukuman 3. Harapan untuk kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan yang terus menerus. Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya dengan membantu pasien 1. Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif 2. Untuk mengernbangkan skema alternatif dan lebih fleksibel 3. Untuk mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru. Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan, selanjutnya, untuk rnenghilangkan gangguan depresif. b. Strategi dan Teknik Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira 25 minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus diperiksa ulang. Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun. Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat dan dimengerti dari masing masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing sesion, menyusun tugas ruinah yang harus dikerjakan di antara sesion, dan mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik perilaku.4 c. Aspek Didaktik Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi 32

kognitif mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi berorientasi analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.4 d. Teknik Kogntif Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses: 1. mendapatkan pikiran otomatis 2. menguji pikiran otomatis 3. mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif 4. menguji keabsahan anggapan maladaptif. Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa setiap orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa buruknya permainan bowling saya . Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih lebihan setelah pemeriksaan yang cermat. Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus berusaha mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh Supaya gembira saya harus sempurna. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan kegagalan dan akhirnya depresi. Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian keabsahan pikiran otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif. Satu tes yang cukup efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu membangun kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya, Mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda?

e. Teknik Perilaku Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan 33

teknik adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut. Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.2,4 f. Manfaat Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.4

10. HIPNOTERAPI Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.6 a. Indikasi dan Pemakaian Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi anestesia, dan pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan gangguan konversi.6 Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.

b. Kontraindikasi Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan 34

lain dapat terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance) adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode moral rnereka. 6 Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi. Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan trance mulai dari ringan sampai ke trance yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan. Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4

11. NARKOTERAPI Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek (umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali. Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi. Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa bukan merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).2

35

2.5

EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode psikoterapi dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain mengemukakan bahwa terapi yang terlatih untuk menggunakan teknik tertentu mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifatsifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat, kehangatan yang tidak posesif serta tulus. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor: Tujuan yang ingin dicapai Motivasi pasien Kepribadian dan ketrampilan terapis Teknik yang digunakan

2.6

Hasil Terapeutik Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa : Bebas penyakit : Penyakit sakit Bebas penyakit Sejahtera bahagia : Penderitaan Menderita Sejahtera Bahagia

36

BAB III KESIMPULAN

Telah diuraikan dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas, dimana psikoterapi merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. . Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga tidak kalah pentingnya. Sehingga dalam melakukan wawancara dalam praktek sehari-hari dengan pasien, beberapa hal yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokterpasien adalah penting. Dalam berhadapan dengan pasien, hendaknya kita senantiasa membina hubungan interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Hendaknya kita perlu belajar memantau hal-hal tersebut agar ucapan-ucapan dan sikap kita terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur oleh unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektif kita. Hubungan perasaan dokter terhadap pasien pada psikoterapi bersifat empati (simpati netral), tanpa perasaan sentimental atau simpati yang berlebihan. Untuk itu penting seorang dokter memiliki kemampuan dalam memberikan empati, yaitu dengan cara merasakan dengan penuh pengertian emosi dan pengertian perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat dari segala gerak gerak, ucapan ucapan dan ajuk (mimik atau gerakan muka ) dari seorang dokter. Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan cermat (empathic listening). Dengan mendengar dengan teliti, disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan prosesproses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien. 37

Setelah melakukan wawancara dengan pasien, hendaknya kita dapat membuat konklusi tentang keadaan mental pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus berbuat apa}; setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus kita perbuat untuk menolongnya.

38

DAFTAR PUSTAKA 1. Mansjoer, Arif, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001 2. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University, 1998 : hal : 483-497. 3. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004 4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal 383 442. 5. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009 6. Hukom.A.J,dr. Hypnotherapy. Yayasan Dharma Graha, 1979 :hal: 9-14 7. Bachtiar, Didi. Tatalaksana Psikoterapi Untuk Pasien Mental. Grafika Utama Sakti. 1977.

39

Você também pode gostar