Você está na página 1de 2

ANAK YATIM DAN DOSA SOSIAL Elviandri, S.HI., M.

Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Riau) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?; Itulah orang yang menghardik anak yatim,; Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (Q.S. Al-Maun: 1-3). Islam yang memancar kedalam berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan suatu kesatuan, suatu kebutuhan. Kadangkala Islam memunculkan diri sebagai suatu gerakan keagamaan yang murni, yaitu hanya terkait masalah-masalah ibadah atau kepercayaan demi kebenaran ajaran agama. Ini terlihat misalnya, dalam gerakan pemurnian agama dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Dilain sisi Islam juga nampak sebagai gerakan sosial kemasyarakatan. Hal ini berangkat dari suatu keyakinan yang memancar dalam kehidupan pribadi dan masyarakat penganutnya. Dalam hal ini aspek sosial dari agama akan terkait kedalam kehidupan bermasyarakat. Di sini dipersoalkan bagaimana hidup beragama dan mengatur hidup dalam masyarakat serta mengajak masyarakat untuk maju kedepan kearah yang lebih baik. Semua termaktub dalam al-Quran yang merupakan mega sistem. Paling tidak ada satu surat yang membahas dan mengatur hubungan sosial kita dengan sesama. Surah itu sering kita dengar dibacakan oleh adekadek/anak-anak dihadapan kita sebelum shalat tarwih, begitu lancar mereka membacanya, bahkan bersamaan dengan artinya. Penulis rasa kita bukan sekedar hafal tapi juga paham akan maksudnya. Yaitu ayat: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?; Itulah orang yang menghardik anak yatim,; Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (Q.S. Al-Maun: 1-3). Ayat di atas mengamanatkan kita agar selalu menjaga hubungan sosial kemasyarakatan, hal itu bisa kita lihat dari; pertama, Allah mengajak kita berdialog dengan menanyakan tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Allah memulai ayat ini dengan sebuah pertanyaan. Itu berarti Allah terlebih dahulu menyuruh kita untuk berpikir dan memeperhatikannya. kedua, setelah itu Allah menjawab pertanyaan tadi dengan jawaban Itulah orang yang menghardik anak yatim berarti disini Allah sangat menekankan dan mengatur bagaiman seharusnya kita bersikap dan memperlakukan anak yatim. Apakah dengan cara mengahardik, menelantarkan dan bersikap acuh tak acuh? Ataukah dengan memperhatikan dan memperlakukan mereka dengan maruf (baik)?

Ayat di atas adalah ayat yang menggugah Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk berbuat amal kebajikan dengan mengorbankan harta benda. Ada suatu anekdot dalam suatu kuliah subuh. Berulangkali Kyia mengajarkan tafsir alMaun, sehingga beberapa hari tidak ada tambahan. H. Syuja bertanya, kenapa Kyai tidak memeberi tambahan pelajaran. Kyai menjawab apakah sudah betul-betul mengerti / memahaminya. H. Syuja menyatakan bahwa dia dan kawan-kawan sudah hafal semua. Lalu Kyai bertanya, apakah sudah diamalkan? Bukankah kami sudah membaca surah al-Maun berulangkali dalam shalat? Begitulah jawab H. Syuja. Kyia menjawab, bukan itu yang dimaksud. Diamalkan berarti dipraktekkan, dikerjakan. Oleh karena itu mulai pagi ini pergilah berkeliling mencari anak yatim dan orang miskin. Kalau sudah ketemu, bawalah pulang ke rumah masing-masing. Berilah mereka sabun yang baik untuk mandi, berilah pakaian yang bersih, berilah makanan, minuman, dan tempat tinggal untuk tidur di rumah kamu sekalian. Sekarang kita tidak dituntut lansung seperti itu kita hanya dituntut membawa uang untuk diinfakkan pada anak yatim dalam rangka menyantuni mereka. Masih keberatankah kita dengan segala kemudahan ini? Ataukah kita tetap nyaman dengan ancaman Pendusta Agama? Yang kemudian menimbulkan Dosa Sosial (dosa bersama) karena tidak mau peduli terhadap anak yatim?

Você também pode gostar