Você está na página 1de 19

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan suatu wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, rasio, intelektual dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat maupun pengelola pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya proses transfer informasi guru kepada siswa, tetapi juga melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajarnya menjadi lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan berbagai tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa. Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generaliatas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri dan analisism (Uno,2007:129-130). Matematika berbeda dengan ilmu lain. Materi matematika bersifat hierarkis. Dalam mempelajarinya matematika harus bersifat kontinyu, rajin latihan dan disiplin. Apabila sejak awal siswa sudah tidak senang dengan matematika maka siswa akan mengalami kesulitan pada materi pelajaran selanjutnya. Tidak sedikit juga orang yang memendang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Didalam mengerjakan matematika disamping guru memperhatikan materinya juga harus memperhatikan keadaan siswanya. Salah satu tujuan mempelajari matamatika adalah membentuk kepribadian dalam diri siswa untuk menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur dibidang kepemimpinan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga potensial, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga harus sebagai pendidik yang mentransfer nilai dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang sangat kompleks didalam proses belajar mengajar, dalam usaha untuk mengantarkan anak didik ke taraf yang di cita-citakan. Disamping itu, guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa, bagaimana agar siswa tersebut tertarik dengan bidang studi tersebut. Tanpa adanya motivasi pada diri siswa tentunya mempelajari matematika akan sulit. Hal ini akan menyebabkan siswa malas belajar sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika menurun. Pembelajaran yang hanya menyajikan rumus demi rumus tanpa menyajikan langkah rumus itu di temukan akan menyebabkan prestasi belajar matematika menurun. Guru diharapkan dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baik dalam proses pendidikan sehingga pada anak didik akan tumbuh minat dan termotivasi, jangan sampai anak didik beranggapan matematika itu menjemukan, padahal yang lebih mereka tidak sukai adalah pengalaman mereka ketika mengikuti pelajaran matematika itu disekolah daripada matematika itu sendiri. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pembaharuan dibidang pendidikan antara lain adalah pembaharuan metode atau peningkatan relevansi pendekatan dalam mengajar.

Adapun tujuan pengajaran adalah supaya siswa dapat berfikir dan bertindak secara hierarki dan kreatif. Maka itu metode penyampaian guru dalam mengajar yang efektif adalah apabila dampak dari pembelajaran itu dapat menumbuhkan dan menciptakan gairah serta dorongan siswa untuk aktif. Dalam penyampaian materi matematika harus sudah dikembangkan oleh guru, sedemikian sehingga materi tersebut menjadi menarik, sebab secara realistis seorang siswa yang belajar itu pada dasarnya adalah mencari hubungan antara hal yang dipelajari dengan yang telah dimiliki, dikuasai siswa, dialami atau diketahui siswa. Unsur yang paling penting dalam proses belajar mengajar disamping guru dan materi ajar adalah siswa-siswa atau anak didik ialah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Karena dalam proses belajar mengajar siswa sebagi pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalammencapai tujuan tersebut siswa tidak luput dari adanya motivasi dari dalam diri siswa tersebut. Motivasi merupakan faktor interen yang ada pada diri siswa. Dengan adanya motivasi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika, karena pada dasarnya motivasi sangat berperan dalam pemerolehan prestasi belajar pada diri siswa. Pembelajaran secara konvensional sekarang ini sudah tidak cocok lagi karena didalam metode ini, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik dan sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif. Metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton (konvensional), dimungkinkan siswa akan mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan. Model pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep. Model pembelajaran yang tepat membuat matematika lebih berarti, masuk akal, menantang, menyenangkan dan cocok untuk siswa. Gambaran permasalahanpermasalahan diatas perlu diperbaiki guna meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu guru mampu menawarkan metode dalam mengajar yang lebih efektif yang dapat membangkitkan perhatian

siswa sehingga siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar, serta harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai metode tersebut. Salah satunya adalah melalui pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah : 1. Somatis(S) : Belajar dengan bergerak dan berbuat. 2. Auditori(A) : Belajar dengan berbicara dan mendengar. 3. Visual(V) : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan . 4. Intelektual(I) : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran matematika. Misalnya, siswa akan belajar sedikit tentang matematika dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu (S), membicarakan atau mendiskusikan apa yang mereka pelajari (A), serta memikirkan dan mengambil kesimpulan atau informasi yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal (I). Atau, siswa dapat meningkatkan kemempuan mereka dalam mengemukakan ide (I), jika mereka secara simultan menggerakan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram, diagram, grafik dan lain sebagainya (V) sambil mendiskusikan atau membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (A). (Meier, 2002:100) B. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti perlu diidentifikasi secara terperinci dan dirumuskan dalam pertanyaan yang operasional. Perumusan masalah sekaligus mempertegas ruang lingkup objek yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah yang perlu dibahas dalam penelitian sesuai dengan uraian latar belakang diatas antara lain :
1. Apakah terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan model konvensional

dengan pembelajaran dengan model edutainment ? 2. Apakah terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan model konvensional dengan pembelajaran dengan metode SAVI ? 3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa SMP NEGERI 2 PULOKULON ?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Tujuan Umum Untuk meningkatakan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa SMP NEGERI 2 PULOKULON 2. Tujuan Khusus Untuk meningkatakan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa SMP NEGERI 2 PULOKULON melalui model pembelajaran Edutainment dengan pendekatan SAVI. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Manfaat Teoritis Mengetahui teori baru tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika melalui model pembelajaran Edutainment dengan pendekatan SAVI. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemakaian metode Edutainment dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

melekukan penelitian selanjutnya. c. Bagi Siswa, sebagai pemicu motivasi belajar sehingga siswa dapat belajar matematika dengan lebih giat d. Bagi Guru
1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar matematika siswa 2) Membantu guru dalam usaha mencari bentuk pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika e. Bagi calon pendidik, tentang penggunaan model pembelajaran Edutainment dengan pendekatan SAVI. f. Bagi Peneliti

1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran Edutainment dengan pendekatan SAVI. 2. Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar matematika melalui penggunaan model pembelajaran Edutainment dengan pendekatan SAVI.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian teori

1. Motivasi dan prestasi belajar matematika siswa a. Hakekat Matematika Apa matematika itu? pretanyaan in dapat dijawab secara berbeda-beda, tergantung bilamana pertanyaan dijawab, dimana jawabnya dan siapa yang menjawabnya serta apa saja yang dipandang termasuk keadaan matematika. Dengan demikian untuk menjawab Apa matematika itu? tidak dapat dijawab dengan satu atau dua kalimat begitu saja. Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika. Pengertian matematika tersebut dipandang dari berbagai sudut pandang, pengalaman dan pengetahuan masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol, matematika bahasa numerik. Matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur majemuk dan emosional. Matematika adalah metode berpikir logis. Matematika adalah sarana berpikir. Matematika adalah metode logika pada masa dewasa. Matematika adalah ratunya ilmu sekaligus pelayannya. Sebagai pelayan matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sebagai raja, perkembangan matematika tidak tergantung pada perkembangan ilmu lainnya. Matematika adalah sains mengenai suatu besaran dan kuantitas. Matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu mematimatikakan suatu sains normal yang murni. Matematika adalah sanins yang memanipulasi simbol. Matematika adalah ilmu tentang bilangan yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur. Matematika adalah ilmu yang abstrak dan dedukatif.

b. Hakekat Motivasi Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2006:71). Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi atau tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan. Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Menurutnya, motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orangtersebut. Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) Adanya harapan dan cita-cita, (4) Penghargaan dan penghormatan atas diri sendiri, (5) Adanya lingkungan yang baik, dan (5) Adanya kegiatan yang menarik. Tujuan motivasi bagi seorang guru adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemajuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapakan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2006:73).

c. Hakekat Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan. (Djamarah, 2002:11). Menurut Lester D. Crow and Crow (1956: 215) dalam Slameto (2003: 3) Learning is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about through adjusment to tensions initiated through sensory stimulation. Artinya : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indera. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan llingkungannya (Slameto, 2003:2). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2004:154). Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas, dapat dirangkum bahwa belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorangberdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan dari beberapa definisi tantang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal,informal, dan non formal.. d. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang akan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat me4ncerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 2001:43).

Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor. (Winkel, 2005 : 532) Menurut Muhibbin Syah (2004: 141), prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Menurut Lukman Ali dkk (1995: 768) dikatakan bahwa Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai atau yang telah dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian. Dari pengertian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang dicapai. Adapun tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik adapula yang memiliki prestasi belajar yang buruk, tergantung bagaimanakah siswa itu dalam belajarnya. Siswa yang sungguh-sunggguh dalam belajarnya akan mendapat prestasi yang baik dan memuaskan, dan siswa tersebut akan lebih baik dan giat dalam belajarnya. Berbeda dengan siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajarnya akan mendapatkan prestasi belajar yang buruk sehingga tidak memuaskan hatinya. 2. Model pembelajaran edutainment dengan pendekatan SAVI a. Hakekat Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menyediakan kondisi yang merangsang dan mengarahkan kegiatan belajar si-pebelajar sebagai subyek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran diri sebagai pribadi (Kamulyan dan Surtikanti,1999:1) Sedangkan menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa derngan guru dan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Jadi pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara

optimal, dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. b. Hakekat Metode Edutainment Edutainment adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang dipenuhi nuansa menghibur dan menyenangkan dan mudah dicerna oleh penontonnya. Edutainment dirancang khusus untuk tujuan pendidikan yang penyajiannya diramu dengan unsur-unsur hiburan sesuai dengan materinya. Media yang mampu berperan sebagai tutor maupun ensiklopedia, akan menyediakan informasi dan umpan balik kepada siswa secara cepat. Siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan secara pasif. Mereka harus berpikir, dan merespon. Akan tetapi media yang berbasis edutainment tidak menutup kemungkinan untuk didesain bagi siswa yang kurang aktif di kelas yaitu dengan memberikan simulasi yang bermakna serta interaktivitas media yang baik. Edutainment merupakan media berbasis komputer, TV dan video instruksional. Visualisasi ide dalam bentuk video instruksional sangat membantu pengauasaan materi dan dapat mempercepat pencapaian kompetensi. Visualisasi ide merupakan proses atau upaya agar sebuah pesan/ide dapat digambarkan dengan lebih nyata sehingga dapat dipahami secara mental. Visualisasi adalah mencoba mengurangi keabstrakan suatu konsep atau ide. Media pembelajaran yang mengusung konsep edutainment ini sudah cukup berkembang di Indonesia. Di stasiun-stasiun televisi Indonesia sudah banyak program anak-anak yang berkonsep hiburan yang bertema pendidikan seperti Upin&Ipin, Dora The Explorer dan Blues Clues dari Nickelodeon, Star Kids Ya Iyalah, Laptop Si Unyil, Si Bolang Bocah Petualang, dan masih banyak yang lainnya. Para pelaku bisnis media sebenarnya sudah menyadari kebutuhan audience akan program-program televisi yang sangat mendukung dunia pendidikan ini, terutama bagi anak-anak mereka yang masih dibawah umur untuk menikmati hiburan yang belum pantas dinikmati diusia dini. Sebagai contoh misalnya program Upin Ipin yang bercerita tentang kehidupan

anak-anak dan dalam setiap episodenya disisipkan nilai-nilai moral yang diharapkan dapat dicontoh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga program Laptop Si Unyil yang kita tahu Unyil adalah icon jaman dahulu tetapi sesuai jaman yang semakin modern, Unyil tetap eksis dengan pengemasan program yang berbeda. Pada program tersebut setiap episodenya unyil melakukan liputan-liputan mengenai suatu hal. Misalnya liputan mengenai pabrik-pabrik pembuatan sesuatu dan liputan mengunjungi museum-museum di Indonesia. Dari liputan-liputan tersebut anak-anak mendapatkan wawasan yang bermanfaat dan mereka dapat berfikir untuk lebih kreatif. Program-program edutainment ini tentu berbeda dengan program-program kartun yang banyak rekayasa daripada nilai pendidikannya. Diharapkan media pembelajaran yang mengusung konsep edutainment ini semakin berkembang dengan baik Indonesia dan mendapat sambutan yang baik dari audiencenya. c. Hakekat Pendekatan SAVI Tidak semua metode mengajar dapat mewakili wahana pencapaian tujuan pendidikan. Dalam kenyataanya, banyak kelemahan dan hambatan pembelajaran dikelas terjadi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa, misalanya siswa kurang memperhatikan dan kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Untuk mengatasi kelemahan dan hambatan tersebut maka dapat menerapkan pendekatan belajar SAVI. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran. Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual. Jika keempat unsur SAVI ada dalam setiap pembelajaran, maka siswa dapat belajar secara optimal. 1. Belajar Somatis. Belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggunakan tubuh sewaktu belajar. Menurut penelitian, tubuh dan pikiran bukan merupakan

dua entitas yang terpisah. Keduanya adalah satu. Intinya, tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Menghalangi fungsi tubuh dalam belajar berarti kita menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh dalam pembelajaran matematika, maka perlu diciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. 2. Belajar Auditori. Belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan kemampuan auditori (pedengaran). Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi auditori, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Dengan merancang pembelajaran matematika yang menarik saluran auditori, guru dapat melakukan tindakan seperti mengajak siswa membicarakan materi apa yang sedang dipelajari. Siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru. Dalam hal ini siswa diberi pertanyaan oleh guru tentang materi yang telah diajarkan. 3. Belajar Visual. Belajar visual adalah belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan), dengan alasan bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat memproses informasi visual daripada indera yang lain. Dalam merancang pembelajaran matematika yang menarik kemampuan visual, guru dapat melakukan tindakan seperti meminta siswa menerangkan kembali materi Lingkaran yang telah diajarkan dengan menggunakan alat peraga. 4. Belajar Intelektual. Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Dalam proses belajar Intelektual, siswa

diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi Lingkaran yang telah dijelaskan oleh guru. B. Kajian Pustaka Penelitian mengenai strategi pembelajaran lebih cenderung merupakan penelitian aspek psikologi dari suatu sistem atau struktur. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika tersebut adalah : 1. Nugroho ( 2006 : 73 ) melalui penelitiannya tentang Peningkatan Kreatifitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melelui Pendekatan SAVI menyimpulkan bahwa dengan melakukan percobaan belajar SAVI siswa semakin aktif, kreatif, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan mengalami peningkatan dalam belajar matematika. 2. Yekti Widianingrum (2009) dalam penelitiannya dalam SMAN 8 Malang bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI mengalami peningkatan pada semua aktifitas keterampilan dan aspek hasil belajar kognitif serta afektif.
3. Hikmah ( 2008 : 70 ) mealui penelitiannya tentang Peningkatan Minat Belajar

SIswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan SAVI Dengan Mendayagunakan Alat Peraga di SMP N 1 Kartasura menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan SAVI dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan meningkatkan minat siswa maka perasaan senang, perhatian, kemauan dan perlakuan yang positif untuk mempelajari matematika ikut meningkat, sehingga dapat mendorong peningkatan prestasi matematika siswa. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian ini lebih cenderung sebagai pertanggung jawaban mengenai metode-metode yang dipergunakan selama penelitian berlangsung dari awal sampai akhir. Tentu saja ketepatan dan kejelasan mengenai metode yang dipergunakan dalam penelitian merupakan salah satu bagian yang ikut

menentukan

tingkat

kebenaran

hasil

penelitian.

Uraian

mengenai

pertanggungjawaban metode-metode yang digunakan melibatkan pembahasan mengenai jenis dan desain penelitian, lokasi penelitian, data, sumber dan nara sumber, teknik pengumpulan data, kehadiran peneliti, teknik analisis data dan keabsahan data.
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode edutinment dengan pendekatan SAVI. Selanjutnya kelas dievaluasi untuk melihat perubahan/peningkata yang terjadi terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika setelah mendapat perlakuan dengan metode edutainment serta pendekatan SAVI. B. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah SMP Negeri 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan. Alasan mengambil tempat ini adalah sekolahan yang memiliki prestasi cukup baik dan peneliti merasa metode ini cocok untuk diterapkan disekolah ini. C. Jenis dan Sumber data Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder (Sutama, 2010:197). Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu tenteng iklim pembelajaran matematika di sekolah inklusi. Data primer ini diambil dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Dalam penelitian ini data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen atau data laporan yang telah tersedia yang mndukung dalam penelitian (Sugiyono, 2008: 308-309).

Sumber data adalah asal data tersebut didapatkan atau diperoleh yang bisa berupa perilaku, tindakan maupun catatan-catatan (Sukmadinata, 2009: 93). Data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa, guru yang mengajar, dan kepala sekolah SMP Negeri 2 Pulokulon. Narasumber dalam penelitian ini juga berasal dari siswa, guru yang mengajar, dan kepala sekolah SMP Negeri 2 Pulokulon. Objek penelitian ini adalah iklim pembelajaran matematika yang diterapkan di SMP Negeri 2 Pulokulon. D. Teknik Pengumpuln Data Untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Pada penelitian ini, untuk pengumpulan data penulis menggunakan metode pokok dan metode bantu. Metode pokok yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi. Sedangkan metode bantu yang digunakan adalah metode angket dan metode tes. 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahuisegala sesuatu dengan melihat catatan-catatan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui data mengenai nilai semester bidang studi matematika. 2. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporantentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 128). Dalam penelitian ini akan digunakan jenis angket yang digunakan untuk memperoleh jawaban responden tentang dirinya sendiri dan jawabanya telah disediakan, sehingga responden tinggal memilih alternatif jawabannya. Angket ini digunakan untuk menilai motivasi belajar matematika siswa. 3. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau data lain atau latihan yang digunakan kemampuan untuk atau mengukur bakat ketrampilan, dimiliki pengetahuan individu atau intelegensi, kelompok yang

(Arikunto,2002:127). Metode tes ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa. E. Kehadiran Peneliti Peneliti bertindak sebagai instrumen dan sebagai siswa. Peneliti sebagai instrument tidak terlibat langsung dalam penelitian dan hanya sebagai pengamat dan peneliti sebagai siswa yaitu terlibat langsung dengan kegiatan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2008: 204). F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang mengikuti konsep Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman (Iskandar, 2009:138) mengemukakan aktivitas dalam analisis data berlangsung mulai dari awal penelitian sampai penelitian berakhir yang dituangkan dalam laporan penelitian dilakukan secara simultan dan terus menerus. Aktivitas dalam analisis data penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah analisis data ditunjukkan gambar I berikut.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 1. Komponen dalam analisis data

G. Keabsahan Data Keabsahan data kualitatif menurut Sukmadinata (2005: 104) dapat dilakukan melalui (1) observasi secara terus menerus, (2) triangulasi sumber, metode dan peneliti lain, (3) pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat dan pengecekan reverensi. Data dalam penelitian ini disahkan melelui teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 256). Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, metode, dan member check. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek kembali informasi dari informan satu dengan informan yang lain. Triangulasi metode dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan beberapa metode berbeda untuk memperoleh informasi. Member check dilakukan pada subjek wawancara, yaitu pada saat wawancara dan melalui rangkuman hasil yang telah dibuat peneliti (Sutama, 2010: 233).

DAFTAR PUSTAKA Iksan. 2008. Pendekatan SAVI, (Online), (http://media.diknas.go.id/, diakses 18 April 2011). Majid. 2008. Pendekatan SAVI, (Online), (http://majidbsz.wordpress.com/, diakses 18 April 2011).

Roebyarto. 2008. Pendekatan SAVI, (online), (http://roebyarto.multiply.com/ journal, diakses 18 April 2011). Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Alyaty. 2008. Metode Pembelajaran, (Online), (http://alyaty.multiply.com/journal, diakses 29 April 2011). Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta. http://j3sra3l.wordpress.com/2010/11/30/pembelajaran-matematikadengan pendekatan-edutainment/ diakses 5 Mei 2011 http://kecebongdisco.blogspot.com/2010/03/media-pembelajaran-yang mengusung.html diakses 5 Mei 2011 Djamarah, Syaiful Bahri . Drs. dan Zain Aswan Drs . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta Sutama. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, PTK, R&D> Surakarta: fairuz media

Você também pode gostar