Você está na página 1de 31

ALLERGI MAKANAN

By:Eka Resti Zulvanita Devi 0910.211.021

PENDAHULUAN
Reaksi tubuh terhadap makanan
Reaksi toksik Reaksi non toksik

Reaksi imun (Alergi/hipersensitivitas) IgE mediated

Reaksi non imun (Intoleransi makanan)

Ig E non mediated

DEFINISI ALERGI MAKANAN


Alergi makanan / hipersensitivitas makanan adalah : suatu reaksi imunologis terhadap bahan makanan yang mengenai banyak organ dan sistim tubuh.

Intoleransi makanan adalah : reaksi non imunologis abnormal terhadap zat yang terkandung dalam makanan, seperti kontaminasi zat toksik (toksin), zat farmakologi dalam makanan (kafein, tiramin) atau gangguan metabolik (defisiensi laktase dan maltase) dan respon idiosinkratik.

Food aversion (Psycological food reaction) : reaksi tubuh yang tidak menyenangkan karena asosiasi emosi terhadap makanan.
Psychosocial and neurologic dysfunction (Food-brain interaction) : merupakan hasil sugesti atau suatu pembentukan sikap yang salah dan merugikan terhadap suatu makanan dan bukan oleh suatu mekanisme farmakologik. Ditemukan pada penderita psikologik atau neurologik.

Angka kejadian
Kejadian alergi makanan (AM) meningkat terutama pada infant dan anak kecil pada usia 3 tahun pertama. Pada infant penyebab AM tersering : alergi susu sapi. (0,3-10%) Protein penyebab AM : susu sapi, telur, ikan, kacang, coklat, sereal, soya. Tak ada perbedaan jenis kelamin.

ALLERGIC REACTION
GENETIC FACTOR ENVIRONMENTAL FACTOR

ENVIRONMENTAL FACTORS
ALLERGENS INFECTIONS POLLUTION PHYSICAL ACTIVITY OTHERS

ALERGI SUSU SAPI (ASS)


Alergen : glikoprotein dengan BM (berat molekul) 5-70KD. Larut dalam air, tahan panas, asam dan enzim proteolitik.

5 jenis alergen dalam susu sapi :


BSA (Bovin Serum Albumin) Heat labile BGG (Bovin Gama Globulin) ALA (Alpha Lact Albumin) Partially heat labile BLG (Beta Lacta Globulin) Casein Heat stable

Tipe alergi paling sering (68%) onset akut, IgE mediated, berhubungan dengan riwayat atopi keluarga
Kriteria Goldman D/ alergi susu sapi (ASS):
Gejala hilang setelah diet eliminasi susu sapi Gejala berulang dalam 48 jam setelah provokasi susu sapi Reaksi terhadap 3 uji provokasi harus positif dan memiliki persamaan onset, lama dan gambaran klinik

Manifestasi klinik ASS :


Cows milk sensitive enteropaty Cows milk induced colitis Eosinofilic gastroenteropaty Rhinitis alergika, asma Urtikaria akut, angioedema, dermatitis atopik Anafilaksis
Klinis : gagal tumbuh kembang, diare berkepanjangan setelah Gastroenteritis Akut. Diagnosa hanya dapat dibuat secara adekuat dengan biopsi mukosa usus halus untuk melihat lesi

ALERGI SOYA
Susu soya pertama kali diusulkan sebagai pengganti susu sapi untuk infant yang alergi susu sapi oleh Ruhrah tahun 1909 dan lebih lanjut direkomendasi oleh Hill dan Stuart (1929) Ternyata didapati adanya kesulitan intoleransi karbohidrat dan defisiensi vitamin. Soya mengandung oligosakarida raffinose dan stachyose, yang tidak dapat dicerna, sehingga menyebabkan flatus, nyeri perut dan diare.

Fraksi globulin pada kacang kedele terdiri dari 4 komponen utama, Globulin 2S memiliki potensi antigenitas tinggi.
Konsumsi susu soya yang tidak dipanaskan akan berpotensial toksik dan menyebabkan gejala saluran gastrointestinal akut. Inhibitor Tripsin pada soya hipertrofi & hipersekresi pankreas kehilangan protein dan mengganggu pertumbuhan. Oleh karena itu ditambahkan metionin untuk memperbaiki kualitas protein

Alergi telur
Alergen mayor putih telur adalah ovalbumin, ovomucoid dan ovotransferin.

Alergen dalam kuning telur mengandung ovotransferin 15%, ovalbumin dan ovomucin hanya dalam jumlah sedikit. Telur yang dimasak akan mengurangi alergenitas 70%. Tapi ovomucoid resistant terhadap panas. Alergi telur paling sering terjadi pada infant < 12 bulan pertama, setelah usia 2 tahun berkurang.

Gejala onset cepat terjadi setelah beberapa menit infant diberikan telur pertama kali. Reaksi cepat terdiri dari rash eritematous disekitar mulut, bengkak, urticaria mukosa mulut dan muka oedem. Kadang-kadang disertai wheezing, stridor, conjungtivitis, rhinitis, muntah, diare dan reaksi anafilaksis. Reaksi lambat akan mencetuskan asma dan eksim atopik.

Alergi Wheat
Wheat termasuk salah satu tipe sereal. Wheat memiliki > 40 protein gliadin berbeda. Gliadin mengandung 1/3 gluten mudah larut dan 2/3 sukar larut Fraksi larut alkohol yang bersifat imunopatogenik dari wheat, yang menyebabkan kerusakan mukosa usus halus(Celiac disease) adalah campuran prolin & glutamin, kaya polipeptida gliadin. Alergi wheat dapat didiagnosa dengan melakukan biopsi seri usus halus.

FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor-faktor predisposisi AM : Genetik (riwayat atopik) Umur (CMPSE < 3tahun) Defisiensi imunitas ( defisiensi SIgA) Malnutrisi (respon IgA dan imunitas seluler <) Infeksi gastrointestinal (sistim imunologik lokal <) Pola pemberian makanan (ASI eksklusif dalam waktu lama insidens alergi <)

MECHANISM of ALLERGY

ENSITIZATION ENHANCEMENT TRIGGERING

Fireman P, Slavin RG. Atlas of allergies, 1991

MEKANISME
Individu yang rentan terpapar alergen makanan tertentu Ig E dibentuk alergen berikatan dengan reseptor di sel mast, basofil, makrofag, sel dendrit mediator dilepaskan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan sekresi mukus gejala hipersensitivitas cepat (reaksi tipe I/ IgE mediated). AM pada anak terutama reaksi tipe I, reaksi anafilaktik. Bersifat lokal / sistemik

IgG dan IgM membentuk reaksi kompleks imun dengan antigen makanan, reaksi tipe III, yang menyebabkan malabsorpsi, protein-losing enteropathy, anemia defisiensi besi, perdarahan saluran cerna, penyakit paru menahun, sudden infant death. Delayed reation/ reaksi tipe IV, Limfosit T yang sensitif dapat melepaskan mediator limfokin yang dapat merangsang maturasi dan migrasi sel mast ke mukosa usus. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap alergen meliputi sistim imunologik, terutama SIgA dan non imunologik seperti asal lambung,enzim proteolitik

GAMBARAN KLINIK AM
Mayoritas alergi makanan memiliki 2 gejala klinik, mempengaruhi 2 organ, 50-70% gejala kulit dan 50-60% gejala Gastrointestinal, 20-30% gejala respirasi, tergantung distribusi sel mast dalam organ-organ. Reaksi alergi tipe Ig E mediated terjadi dalam beberapa menit sampai 2 jam setelah terpapar makanan reaksi Immediate Gejala yang terjadi lebih dari 2 jam seteleh terpapar makanan reaksi Delayed Kebanyakan reaksi delayed adalah tipe non Ig E mediated

OAS (Oral Alergi Syndrom)


Merupakan hipersensitivitas tipe Ig E mediated. Disebabkan oleh buah-buahan, sayur Gejala gatal, mulut bengkak, eritema orofaring. Onset OAS terjadi pada usia di atas infant, tapi di bawah usia sekolah

AEG ( Alergi Eosinofilik Gastroenteritis)


Merupakan tipe campuran Ig E mediated dan non Ig E mediated Ciri khas infiltrasi eosinofil pada dinding gaster dan usus, tanpa vaskulitis Gejala postprandial nausea, muntah, nyeri perut, diare, steatorea, gagal tumbuh kembang dan menurunnya berat badan

Gejala saluran pernapasan : rino-konjungtivitis (pruritus, lakrimasi, kongesti nasal, bersin, rinorea), asma

Gejala kulit :Urtikaria akut, angioedema, dermatitis atopik


Anafilaksis sistemik : gejala kardiovaskuler, hipotensi, kolaps vaskuler dan cardiac dsyrithmia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji kulit
Uji gores (scratch test), uji tusuk (Prick Skin Test/PST) dan uji suntik intradermal Uji kulit positif jika tumbuh indurasi, diameter 3mm

2. Laboratorium A. RAST ( Radio Allergosorbent Test) B. Konsentrasi total serum Ig E 3. Diet Eliminasi dan Uji Provokasi
Mulai dari makanan netral atau non/hipoalergenik Makanan yang dicurigai dieliminasi selama 5hari, kemudian diuji provokasi

4. Uji Provokasi Buta ganda (UPBG) Uji standard terbaik Hasil negatif : menyingkirkan reaktivitas alergi PENGOBATAN Diet eliminasi dan alergi provokasi bukan untuk pengobatan, tapi untuk menegakkan diagnosa Penanganan makanan terutama pengetahuan pasien dan keluarga bagaimana menghindari allergen makanan

Desensitisasi tidak dilakukan dalam mengatasi alergi makanan, karena dapat timbul reaksi

yang

hebat,

dan

sedikit

sekali
alergi

terbukti
makanan, mengikuti

keberhasilannya Kegagalan karena penanganan ketidaktaatan pasien

pengobatan, kadang mencuri

karena lapar

atau bosan dengan diet ketat makanan

Obat-obatan yang digunakan dalam usaha mengatasi gejala gangguan alergi makanan
Antihistamin Corticosteroid oral/lokal Sodium Cromolyn Imunoterapi Ig E antibody Chinese Herbal Adrenalin

PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer Pemberian ASI dapat mengurangi insidens AM, karena adanya faktor proteksi, antibodi SIgA, faktor-faktor pertumbuhan yang mempercepat diferensiasi dan pematangan struktural dan fungsional saluran cerna. 2. Pencegahan sekunder

Perjalanan penyakit alergi dan pencegahannya

INFEKSI ALERGEN
ROKOK, KELEMBABAN ASAP KENDARAAN (DISEL) POLUTAN LAIN

GENETIK

ATOPI

SENSITISASI

INFLAMASI HIPERSENSITIVITAS
KERUSAKAN JARINGAN

PENCEGAHAN

PRIMER

SEKUNDER

TERSIER
Dikutip dengan modifikasi dari Zeiger RS. Immunol Allergy Clin North Am 1999; 19:619-46.

REFERENSI
Buku Ajar Gastroenterologi Interna Publishing Gastroenterologi-Hepatologi IDAI E-Medicine

Você também pode gostar