Você está na página 1de 26

DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DINAS TENAGA KERJA TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mengerti dan memahami serta memiliki pengetahuan dasar keselamatan dan kesehatan kerja. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari modul, diharapkan peserta mampu : 1. Menjelaskan latar belakang keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau dari segi sejarah perkembangan serta peranan dan urgensinya,
2. Menjelaskan

berbagai

dasar

pemikiran

yang

berhubungan

denga

keselamatan dan kesehatan kerja,


3. Menguraikan berbagai istilah yang terkait dengan keselamatan dan

kesehatan kerja serta pengertian-pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi, kelimuan dan praktisi/hokum, 4. Menjelaskan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja, 5. Menyebutkan dan menguraikan berbagai penyebab kecelakaan kerja industry serta akibat-akibatnya, teknik pencegahan dan analisisnya.

BAB II URAIAN A. Latar Belakang Manusia yang menghadapi masalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sejak manusia mengenal dan melakukan kegiatan kerja. Pada masa pra revolusi industry, khususnya pada masa dimana kegiatan kerja dilakukan di tempattempat kerja kecil atau milik keluarga, masalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja belum menarik pemikiran serius karena : 1. Lingkup permasalahan masih terbatas, 2. Resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja belum terlalu tinggi, sebab proses kegiatan kerja, penggunaan alat kerja dan bahan-bahan masih sederhana,
3. Pengetahuan manusia tentang fenomena tersebut belum berkembang.

a. Sejarah keselamatan dan kesehatan kerja 1) Masa purbakala Sejarah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja pada umumnya sama tuanya dengan kehidupan manusia. Masalah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja dikenal mulai sejak manusia bekerja. Sejak zaman purba, manusia dalam bekerja telah mengenal kecelakaan dan dari pengalamannya kemudian berkembang pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak menimpa terhadap dirinya atau tidak terulang lagi. Terdapat catatan kuno tentang keselamatan bangunan yang telah diatur oleh Raja Hamurabi dari Babilonia pada abad 17 sebelum masehi. Raja Hamurabi mengatur dalam undang-undang negaranya tentang hukuman bagi para ahli bangunan yang membuat bangunan rumah, dan bangunannya mendatangkan kecelakaan bagi pemilik dan anggota keluarganya. Lima abad kemudian, yaitu pada zaman Mosai, para ahli bangunan harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pelaksana dan pekerjapekerjanya.
3

Kemudian masalah-masalah keselamatan kerja meluas ke Yunani, Romawi dan lain-lain namun masih belum merupakan suatu usaha yang terarah dan terorganisir. 2) Masa modern Perubahan besar dalam bentuk maupun jenis kecelakaan dalam industry dimulai setelah berhasilnya revolusi industry pada abad 18, setelah pemakaian tenaga uap dan tenaga listrik dalam proses mekanisasi dan elektrisasi di kalangan industry, muncul bentuk-bentuk kecelakaan yang lain. Dengan penggantian batu bara oleh minyak dan pada saat ini mulai mengarah ke tenaga nuklir, maka muncul sumber-sumber bahaya baru dan mengakibatkan bentuk kecelakaan telah berubah. Penyebaran mesin-mesin industry modern secara teratur dan peningkatan pemakaian bermacammacam bahan kimia untuk keperluan industry makin meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan. Penggunaan teknologi maju untuk keperluan meningkatkan kehidupan umat manusia selalu bersifat ambivalen. Di satu pihak akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun di lain pihak menimbulkan masalahmasalah baru di dalam lingkungan yang akan berdampak pada umat manusia. Namun demikian perubahan teknologi tidak selalu mengakibatkan bertambahnya tingkat bahaya. Tujuan penggunaan teknologi maju disamping untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, juga dimaksudkan untuk mengurangi tingkat rasio kecelakaan dengan menciptakan peralatan produksi yang tidak banyak mengandung bahaya kecelakaan. Mesin-mesin tarikan langsung lebih aman dari mesin-mesin tua yang menggunakan poros-poros pemindah tenaga, pesawat-pesawat angkat dengan motor listrik yang modern, lebih aman dari mesin-mesin uap yang lebih tua. Alat-alat pelayanan mekanik digunakan untuk mencegah terhadap bahaya-bahaya kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan tenaga manusia yang berlebihan.

Namun kemajuan yang meningkat secara pesat dalam penggunaan teknologi maju dan diterapkan untuk keperluan produksi secara besar-besaran, berubahnya industri-industri rumah tangga menjadi industri pabrik, telah mendorong penggunaan tenaga kerja secara massal dengan intensitas waktu kerja yang makin panjang. Keadaan sebagai hasil revolusi industri yang berupa kemajuan-kemajuan, tetapi di sisi lain juga meningkatnya jumlah kecelakaan kerja adalah bertentangan dengan perikemanusiaan dan memerlukan perbaikan. Gerakan perbaikan tersebut dipimpin oleh orang-orang yang merasa bahwa mereka memiliki tanggungjawab moral terhadap kesejahteraan kawankawan sekerjannya. Gerakan perbaikan yang bertujuan untuk melindungi yang lemah yaitu para buruh pabrik, terutama anak-anak yang bekerja dalam kondisi kerja yang buruk adalah ditujukan untuk mempengaruhi pemerintah agar dapat memberikan perlindungan kepada mereka. Gerakan perbaikan terhadap masalah kondisi kerja, waktu kerja dan kesehatan tenaga kerja terus meningkat kepada masalah keselamatan kerja sejalan dengan meningkatnya kecepatan serta pemakaian mesin yang menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan di pabrik. Pada awalnya pemilik pabrik tidak bertanggungjawab sama sekali atas kecelakaan dan cacat para pekerjanya akibat dari kecelakaan yang terjadi, dan tidak peduli akan desakan masyarakat, sampai kemudian diundangkan dalam Undangundang Pabrik (Factory Act) pada tahun 1844. Dari sejarah perkembangan gerakan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut di atas, tercermin pula proses perkembangan pola pikir manusia di dalam pemikiran dan pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi.

b. Awal peraturan keselamatan kerja


5

Usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan sosial untuk perbaikan terhadap masalah kondisi kerja dapat dicapai dengan diterapkannya undangundang tentang perawatan kesehatan dan moral pekerja pabrik pada tahun 1802. Undang-undang tersebut diubah pada tahun 1833 dimana amandemennya menghendaki adanya suatu instansi pengawasan dari pemerintah. Pada tahun 1844 ditambahkan kepada undang-undang tersebut berkewajiban pengawasan mesin, penyediaan pengaman dan kewajiban melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi. Di Perancis pada tahun 1841 dikeluarkan peraturan tentang perlindungan tenaga kerja anak dalam industri yang mempergunakan tenaga mekanik, namun undang-undang yang secara tegas mengatur keselamatan kerja dikeluarkan pada tahun 1898. Di Prusia tahun 1845 dikeluarkan surat edaran tentang pengawasan kesehatan kerja di pabrik-pabrik. Tahun 1853 dikeluarkan ketentuan yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengawasi hal-hal yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja anak-anak di pusat-pusat industri di Dusseldorf. Tahun 1869 keluar ketentuan umum perlindungan pekerja terhadap kecelakaan-kecelakaan dalam industri dan penyakit akibat kerja, tahun 1872 dikeluarkan sistem pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja untuk daerah industri negara bagian Saxon dan Badern. Pada tahun 1878 dikeluarkan undang-undang tentang pengawasan pabrik di seluruh negara bagian Jerman. Tahun 1884 dikeluarkan peraturan tentang asuransi kecelakaan kerja. Di Belgia, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja diadopsi dari peraturan yang berasal dari zaman pemerintah Napoleon dan sebagian berasal dari peraturan pengawasan bahaya industri. Pada tahun 1810 dikeluarkan undang-undang mengenai tambang, peleburan logam dan jenis usaha yang sama. Di Denmark dan Swiss telah ada peraturan keselamatan kerja sejak tahun 1844 tetapi pelaksanaannya secara efektif di Denmark baru tahun 1873 dan di Swiss pada tahun 1877.
6

Di Amerika Serikat, Massachs adalah negara bagian pertama yang memiliki undang-undang pencegahan kecelakaan di perusahaan pada tahun 1867. Winconsin pada tahun 1885, New York pada tahun 1867, Ohio (1888), Messouri (1891) dan Rhode Island pada tahun 1896. Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun 1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada dasarnya adalah bukan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat uap tetapi untuk mencegah terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat penggunaan mesin uap. Pelaksanaan terhadap pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada instansi Dienst Van Het Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia, pemerintah secara nyata mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan. Pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja Belanda yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda. Pada waktu itu perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah dianggap bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang menjajah. Untuk membantu kepentingan pengawasan pesawat uap, dirasakan perlunya suatu unit penyelidikan bahan atau laboratorium yang merupakan bagian dari dinas Stoomwezen. Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi di Bandung pada tahun 1912, untuk keperluan pendidikan. Laboratorium penyelidikan bahan tersebut kini menjadi bagian dari Departemen Perindustrian dengan nama Balai Penelitian Bahan (B4T). Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan disusul dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi para pekerja dan kecelakaan kerja bertambah sering terjadi. Pada tahun 1905 akhirnya pemerintah mengeluarkan Staatsblad No. 521 yaitu peraturan tentang keselamatan kerja yang disebut dengan nama Veiligheid Reglement yang

disingkat dengan VR dan kemudian diperbaharui lagi pada tahu 1910 dengan Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan oleh Dinas Stoomwezen. Sesudah perang dunia pertama proses mekanisasi dan elektrisasi di perusahaan industry berjalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik memegang peranan di pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama Dienst Van Veiligheidstoezight disingkat dengan VT atau pengawasan keselamatan kerja. Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan ke Indonesia dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930 pemerintah mengeluarkan Stoom orodonantie dan Stoom Verordening dengan Staatsblad No. 225 dan No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT ditambah sesuai dengan undang-undang yang dikeluarkan yaitu pada :
-

Tahun 1931 , pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung racun di perusahaan (pabrik cat, accu, percetakan dan lain-lain) dengan Loodwit Ordonantie, Staatsblad No. 509.

Tahun 1932 dan 1933, pengawasan terhadap pabrik petasan dengan undangundang dan peraturan petasan (vuurerk Ordonantie dan vuurwerk Verordening, Staatsblad No. 143 dan No. 10),

Tahun 1938 dan 1939, pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang digunakan sebagai alat pengangkutan di perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan dan sebagainya selain dari jalan kereta api PJKA, yaitu melalui Industriebaan Ordonantie dan Industriebaan verordening, Staatsblad No. 595 dan No. 29,

Tahun 1940, untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan Kerja para pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retributie Ordonantie dan Retributie Verordening, Staatsblad No. 424 dan No. 425.

B. Pengertian 1. Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohani manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. 2. Keselamatan dan kesehatan kerja secara keilmuan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja di tempat kerja. 3. Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis adalah merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja secara hukum adalah merupakan

himpunan ketentuan yang mengatur tentang pencegahan kecelakaan untuk melindungi tenaga kerja agar tetap selamat dan sehat. 5. Beberapa istilah yang sering dipakai dalam keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : a. Kecelakaan adalah sesuatu yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan atau korban manusia termasuk penyakit akibat kerja, b. Aman atau selamat adalah bebas dari malapetaka (bebas dari bahaya), c. Tindakan bahaya adalah perbuatan yang meyimpang dari tata cara atau prosedur aman, d. Kondisi bahaya adalah keadaan lingkungan kerja yang memberikan kemungkinan terjadinya kecelakaan, e. Sehat adalah suatu kondisi seseorang yang terbebas dari penyakit baik fisik maupun mental, f. Penyakit akibat kerja adalah keadaan terganggunya kesehatan seseorang yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja,
g. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar tertinggi suatu zat di

lingkungan kerja yang tidak akan mengakibatkan gangguan kesehatan

terhadap pekerja terpapar terus menerus salama 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. C. TUJUAN DAN SASARAN K3 Dari uraian pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menghindarkan terulangnya kembali apabila kecelakaan tersebut telah terjadi. Hal tersebut di atas baru dapat dicapai apabila usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah penanggulangan dan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit pakibat kerja. D. Peranan dan urgensi keselamatan dan kesehatan kerja Upaya Pembangunan Nasional yang dilakukan oleh suatu bangsa pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya, demikian pula halnya dengan pembangunan nasioal bangsa Indonesia. Di dalam proses pembangunan adalah di bidang ekonomi khususnya pada sector industry. Di sector industry terutama selama ini telah terjadi proses industrialisasi yang ditandai dengan peningkatan jumlah perusahaan industry, makin meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan penerapan teknologi maju beserta hasilnya, dapat meningkatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya, apabila tidak dikendalikan secara tepat dan dilayani oleh tenaga kerja yang berpengetahuan serta ketrampilan secara memadai. Untuk lebih menjamin suksesnya upaya pembangunan di bidang ekonomi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaan sumber-sumber produksi yang ada dimana tersedianya sumber-sumber produksi tersebut pada umumnya sangat terbatas terutama di Negara yang sedang berkembang, disamping itu dituntut pula tingkat produkivitas kerja tinggi dari tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu di dalam era pembangunan ini setiap upaya yang

10

mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja memegang peranan penting dan perlu didorong perkembangannya. Dari sisi lain dimengerti upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang tujuannya disamping mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, juga meningkatkan ketenangan bekerja dan derajat kesehatan tenaga kerja, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, merupakan upaya ataupun factor yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan upaya pembangunan nasional bangsa Indonesia khususnya di sektor industry. Sebagai ilustrasi dapat diberikan gambaran bahwa dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai Negara maju khususnya di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa secara ekonomi akibat langsung dari kecelakaan kerja di tempat kerja dapat mengurangi GNP antara 1-2%.
E. Penanggulangan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

Kecelakaan kerja dibagi menjadi dua kategori yaitu :


1. Kecelakaan industry (industrial accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja,


2. Kecelakaan dalam perjalanan, (community accident) yaitu kecelakaan yang

terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja. Disamping pengertian kecelakaan kerja sebagaimana dijelaskan pada bahasan pengertian, kejadian kecelakaan kerja juga merupakan rentetan kejadian yang disebabkan oleh adanya factor-faktor atau sumber bahaya yang saling berkaitan. Dalam alasan mengenai pencegahan kecelakaan akan dapat diketahui factor-faktor yang dapat ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. Jika kita analisa lebih lanjut tentang pengertian kecelakaan, maka unsurunsurnya adalah : 1. Tidak diduga semula dan tidak diinginkan,
2. Mengganggu proses aktivitas tertentu,

3. Mengakibatkan kerugian. Setiap orang selalu ingin selamat dan harta bendaya rusak atau tetap utuh. Tetapi apakah benar kecelakaan tidak diduga semula. Apakah orang secara
11

sadar mengambil resiko, walaupun dia sendiri tidak menghendaki terjadinya kecelakaan. Kita mengetahui, banyak orang yang dengan sengaja dan sadar mengambil resiko dan merasa itu tidak akan terjadi terhadap dirinya. Tujuan kita adalah untuk membuat konsekuensi mengambil resiko itu tidak menarik baginya, sehingga orang tidak mau mengambilnya. Untuk itu kita harus mengembangkan suatu kepekaan terhadap pengenalan resiko yang direfleksikan dalam pengambilan resiko, tindakan dan kegiatan yang kita lakukan. Penelitian kecelakaan yang mengakibatkan kerugian baik fisik maupun material pada tahun 1969 memberikan hasil sebagai berikut : (Accident Ratio Studymenurut Frank Bird Jr.)

1 10

Kecelakaan dengan luka berat atau meninggal Kecelakaan dengan luka ringan Kecelakaan dengan kerusakan benda/material

30 600

Insiden tanpa luka atau kerusakan/kerugian

Dari gambaran tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk setiap satu kecelakaan yang mengakibatkan luka berat/meninggal dunia akan terjadi : a. b. c. 10 kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan, 30 kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan benda/material, 600 insiden tanpa luka ringan atau kerusakan atau kerugian.

1. Sebab kecelakaan

12

Suatu kejadian atau peristiwa kecelakaan tentu ada sebabnya. Demikian pula kecelakaan kerja dalam hal ini kecelakaan industry sebab-sebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi : a. Sebab dasar atau asal mula Sebab dasar adalah merupakan sebab atau factor yang mendasari secara umum terhadap kejadian kecelakaan yaitu : 1) 2) 3) Partisipasi pihak manajemen/pimpinan perusahaan dalam Factor manusia atau dalam hal ini pekerja, Factor kondisi dan lingkungan kerja. pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja,

b. Sebab utama/gejala atau symptom

Ini disebabkan adanya factor dan persyaratan yang belum dilaksanakan. Apabila pimpinan perusahaan/manajemen telah melaksnaakan programprogram K3 di perusahaannya sebab ini tidak akan muncul. Sebab utama yang kita kenal yaitu :
1)

Kondisi tidak aman (unsafe conditions), yaitu kondisi yang a. Mesin, peralatan, pesawat, bahan dan sebagainya, b. Lingkungan, c. Proses, d. Sifat pekerjaan, e. Cara kerja.

tidak aman dari :

2)

Perbuatan tidak aman (unsafe action), yaitu perbuatan

berbahaya dari manusia, yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain oleh factor-faktor sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan (lack of knowledge

and skill),
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect), c. Keletihan dan kelesuan (fatique and boredom),

d. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

13

3)

Khusus penyakit akibat kerja, sebagai factor penyebabnya a. Factor biologis, b. Factor chemis, termasuk debu dan uap logam, c. Factor fisik, termasuk kebisingan, radiasi, penerangan, getaran, suhu dan kelembaban, d. Factor yang berhubungan dengan hal faal, fisiologi kerja, e. Factor yang berhubungan dengan mental psikologi atau tekanan mental, f. Factor mekanis.

antara lain :

2. Faktor kecelakaan kerja Akibat kecelakaan kerja di tempat kerja dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yang meliputi : a. Kerugian yang bersifat ekonomi 1) Kerugian langsung a) Kerugian/kehancuran alat dan atau bahan, b) Tunjangan ganti rugi kecelakaan, c) Terhentinya proses produksi, d) Melatih atau penggantian peralatan rusak, e) Lain-lain. 2) Kerugian tidak langsung, yaitu kehilangan waktu kerja antara lain : a) Menurut jumlah dan mutu produksi/akibat pengaruh psikologi, b) Biaya tambahan terpaksa dilakukan karena berkurangnya tenaga kerja, c) Lain-lain. Kerugian tidak langsung pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian langsung, dari hasil penelitian di beberapa Negara menunjukkan ratio 1 : 4.

14

b. Kerugian yang bersifat non ekonomi Kerugian ini berupa penderitaan pada umumnya bagi si korban dan keluarganya, baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan. 3. Pencegahan kecelakaan kerja Seperti dimaklumi bahwa tujuan pokok keselamaan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja di tempat kerja. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan kerja akan menjadi sangat penting mengingat akibat dan pengaruh yang dapat timbul dari peristiwa kecelakaan tersebut. Sebagai modal utama dari program pencegahan dimaksud adalah adanya konsensus bahwa kecelakaan merupakan resiko yang melekat pada setiap usaha produksi. Perbedaan terletak pada besar kecilnya resiko tersebut. Makin maju teknologi yang digunakan biasanya diasumsikan dengan makin besar pula resiko yang dihadapi. Pencegahan kecelakaan pertama-tama haruslah diusahakan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya atau sumbernya yang dapat menimbulkan kecelakaan dengan kata lain gejalagejala yang mungkin timbul atau terjadi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja di tempat kerja. Untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan, mengamankan dan mengendalikan sumber-sumber bahaya yang dapat timbul tersebut. 4. Rentetan kejadian kecelakaan Pencegahan kecelakaan adalah ilmu dan seni, karena menyangkut masalah sikap dan perilaku manusia, masalah teknis seperti peralatan dan mesin serta masalah lingkungan. Pengawaasan diartikan sebagai petunjuk atau usaha yang bersifat koreksi terhadap permasalahan tersebut. Usaha pencegahan kecelakaan adalah factor penting dalam setiap tempat kerja dan mencegah adanya kerugian.
15

Sebelum mulai melakukan usaha pencegahan kecelakaan, rangkaian kejadian dan factor penyebab kecelakaan harus dapat diidentifikasi untuk dapat menentukan factor penyebab yang paling dominan. Rangkaian kejadian dan factor penyebab kecelakaan dikenal dengan teori domino.

Mana jeme n Kura ng Peng awas

Asal Mula Seba b Dasa r

Symp ton
Sebab tak langsu

Konta k

Keru gian Cider a keru saka

ng

Kece laka an

Gambar 2. Gambar di atas menunjukkan rangkaian atau deretan factor-faktor penyebab kejadian kecelakaan (an update sequence by Frank Birds Jr). 1).Kelemahan management) Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan pengawasan. pengorganisasian Partisipasi aktif kepemimpunan manajemen (pelaksana) dan sangat menentukan pengawasan oleh manajemen (Lack of control

keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan seorang pemimpin unit disamping memahami tugas operasional tapi juga harus mampu : a. Memahami program pencegahan kecelakan, b. Memahami standar, mencapai standar, c. Membina, mengukur dan mengevaluasi performance bawahannya. Inilah yang dimaksud dengan control. 2).Sebab dasar Pada hakekatnya ini merupakan sebab yang paling mendasar terhadap kejadian kecelakaan yang meliputi antara lain : f) Kebijaksanaan dan keputusan manajemen,
16

g)

Factor manusia atau pribadi, misalnya : 1) Kurang pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman, 2) Tidak adanya motivasi dan 3) Masalah fisik dan mental.

h)

Factor lingkungan atau pekerjaan, misalnya : 1) Kurang atau tidak adanya standar, 2) Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai, 3) Pemakaian yang abnormal.

3).Sebab yang merupakan gejala (symton) Ini disebabkan masih adanya substandard practice and conditions yang mengakibat terjadinya kesalahan. Dalam hal ini kita kenal dengan tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman. Factor-faktor ini sebenarnya adalah symptom (gejala) atau pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres apakah pada system ataukah pada manajemen. 4).Kecelakaan Jika ketiga urutan di atas tercipta, maka besar atau kecil akan timbul peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk cidera dan kerusakan akibat kontal dengan sumber energy melebihi nilai ambang batas badan atau struktur. 5. Metode pencegahan kecelakaan Pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu, koordinasi dari berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas sikap, pengetahuan dan kemampuan. Ada beberapa ahli yang mengembangkan teori pencegahan kecelakaan yang tetap didasarkan pada konsep pencegahan kecelakaan sebagai berikut : Dalam kegiatan pencegahan kecelakaan dikenal ada 5 tahapan pokok yaitu : 1). Organisasi K3

17

Dalam era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang per orang atau secara pribadi tetapi memerlukan keterlibatan banyak orang, berbagai jenjang dalam organisasi yang memadai. Organisasi ini dapat berbentuk structural seperti Safety Departement (Departemen K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina K3). Agar organisasi K3 ini berhjalan dengan baik maka harus didukung oleh adanya :
-

Seorang pimpinan (safety director) Seorang atau lebih teknisi (safety engineer) Adanya dukungan manajemen Prosedur yang sistematis, kreatifitas dari pemeliharaan motivasi dan

moral pekerja. 2). Menemukan fakta atau masalah Dalam kegiatan menemukan fakta, atau masalah dapat dilakukan melalui survey, inspeksi, observasi, investigasi dan review of record. 3). Analisis Pada tahap analisis adalah proses bagaimana fakta atau masalah yang ditemukan dapat dipecahkan. Pada tahap analisis pada umumnya harus dapat dikenali berbagai hal antara lain : a. Sebab utama masalah tersebut, b. Tingkat kekerapannya, c. Lokasi, d. Kaitannya dengan manusia maupun kondisi. Dari hasil analisis suatu masalah dapat saja dihasilkan satu atau lebih alternative pemecahan. 4). Pemilihan/penetapan alternative/pemecahan
18

Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk ditetapkan satu pemecahan yang benar-benar efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan. 5). Pelaksanaan Apabila sudah dapat ditetapkan alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan tindakan atau pelaksanaan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan diperlukan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan. Atas dasar tahapan metode pencegahan kecelakaan tersebut para ahli banyak mengembangkan berdasarkan pada aplikasi dan sudut pandang masing-masing. Pada dasarnya tahapan kegiatan usaha pencegahan dari Johnson Mort lebih sederhana dengan tidak melihat adanya organisasi. Menurut International Labour Organitation (ILO) langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara lain adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
5.

Peraturan perundang-undangan, Standarisasi, Inspeksi, Riset teknis, Riset medis, Riset psikologis, Riset statistic, Pendidikan, Latihan, Persuasi, Asuransi, Penerapan 1 s/d 11 tersebut di atas langsung di tempat kerja. adanya pembentukan peraturan perundangan yang

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

1. Dengan

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi


19

yang menyangkut syarat-syarat K3 dapat mengurangi atau mencegah secara dini terjadinya kecelakaan kerja, 2. Standarisasi adalah penetapan standar-standar baik resmi maupun tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syaratsyarat keselamatan dan kesehatan kerja jenis-jenis peralatan industry tertentu, alat-alat perlindungan kerja atau yang maju akan menentukan tingkat, karena pada dasarnya baik buruknya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standar-standar tersebut, 3. Pemeriksaan adalah suatu kegiatan untuk membuktikan apakah kondisi di tempat kerja sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku, dalam pelaksanaannya termasuk pengujian mesin, pesawat, alat atau peralatan dan instalasi, 4. Riset teknis adalah suatu penelitian untuk mendapatkan data, sifatsifat dan cirri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahanbahan peralatan lainnya,
5. Riset medis adalah suatu penelitian untuk mendapatkan data tentang

efek psikologis, patologis, factor-faktor lingkungan dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan,
6. Riset psikologi adalah suatu penelitian tentang pola-pola kejiwaan

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, 7. Riset statistic adalah suatu penelitian yang menyangkut dengan jenis kecelakaan, banyaknya, mengenai siapa saja dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya dan lain-lain, 8. Pendidikan adalah penyampaikan materi keselamatan dan kesehatan kerja dalam sekolah-sekolah, kursus atau kurikulum teknik dan lainlain, 9. Latihan adalah latian praktek bagi tenaga kerja khususnya tenaga kerja baru dalam keselamatan dan kesehatan kerja, disamping untuk
20

meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja,
10. Peruasi adalah merupakan suatu aneka cara penyuluhan dan

pendekatan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja untuk menimbulkan sikap mengutamakan keselamatan dengan / tidak menerapkan dan memaksakan melalui sanksi-sanksi, 11. Asuransi adalah insentif financial untuk meningkatkan pencegahan, misalnya dengan diterapkannya pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja dan mempunyai tingkat kekerapan dan keparahan kecelakaan yang kecil di perusahaan, 12. Penerapan 1 sampai dengan 11 di tempat kerja karena factor penanggulangan kecelakaan kerja merupakan satu kesatuan yang masing-masing tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, Tentang berhasil atau tidaknya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sangat bergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. Mengingat factor penanggulangan kecelakaan kerja sangat beraneka ragam maka untuk melaksanakan usaha pencegahan kecelakaan kerja diperlukan kerjasama aneka ragam keahlian dan profesi meliputi penyusun undang-undang, pegawai pemerintah, ahli teknik, dokter, ahli jiwa, statistic, pengajar, pengusaha dan pekerja sangat dibutuhkan. Penyelidikan dan analisis kecelakaan Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja. Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah agar pekerja yang bersangkutan mendapat haknya dalam bentuk jaminan dan tunjangan. Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah terulangnya kecelakaan serupa.
21

Laporan kecelakaan kerja umumnya ringkas dan mengikuti bentuk/formulir terntentu yang menggambarkan kejadikan kecelakaan tersebut disertai rekomendasi langkah pencegahan. Laporan kejadian disertai dengan suatu analisis terhadap factor penyebab kecelakaan kerja baik factor manusia maupun factor kondisi yang berbahaya. Analisis kecelakaan adalah merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan menemukan dan menentukan factor-faktor kecelakaan yang terkait dengan peristiwa kecelakaan yang terjadi. Dari hasil analisis dimaksud selanjutnya dapat diambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kembali kecelakaan yang serupa yaitu melalui koreksi terhadap kondisi maupun tindakan yang tidak aman. Selain itu dari hasil analisis kecelakaan dimaksud memungkinkan dan menemukan penyusunan statistic kecelakaan yang baik guna penetapan program keselamatan dan kesehatan kerja secara tepat dan efisien. Mengingat bahwa kecelakaan kerja merupakan disfungsi system suatu unit, dengan demikian obyek analisis tidak hanya terbatas pada unsure manusia atau pekerja, lingkungan namun harus menelusuri kembali disfungsi elementer, termasuk hal-hal yang mendahului kejadian kecelakaan (near accident/incident). Analisis kejadian kecelakaan kerja merupakan kilas balik langkah demi langkah sesudah terjadi kecelakaan. Untuk mencegah kecelakaan serupa, semua factorfaktor penyebab dihilangkan, khususnya factor yang dominan. Analisis kecelakaan kerja disamping merupakan usaha mencari penyebab kecelakaan, mencegah kecelakaan serupa, juga sangat diperlukan dalam system statistic kecelakaan. Oleh karena itu laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Bentuk kecelakaan, tipe cedera pada tubuh. Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan, Sumber cidera, misalnya obyek pemaparan bahan, Tipe kecelakaan, peristiwa yang menyebabkan cidera,
22

5. 6. 7. 8.

Kondisi berbahaya, kondisi fisik yang menyebabkan Penyebab kecelakaan, obyek, peralatan mesin yang

kecelakaan. berbahaya, Sub penyebab kecelakaan, bagian khusus dari mesin, Perbuatan tidak aman, suatu perbuatan atau tindakan yang peralatan yang berbahaya, menyimpang dari prosedur aman. Analisis perlu disusun secara sistematis, didata dan dicatat untuk mendorong pelaksanaan K3 yang lebih baik. Hendaknya setiap kecelakaan yang terjadi, termasuk yang tidak membawa kerugian, keadaan yang disebut hampir celaka (incident) dan near miss perlu mendapat perhatian. Untuk dapat melakukan analisis kecelakaan secara baik diperlukan data dan informasi yang selengkap-lengkapnya sehubungan dengan peristiwa kecelakaan tersebut dan untuk itu perlu dilakukan upaya penyelidikan kecelakaan secara cermat dan baik. 1. Penyelidikan kecelakaan Untuk dapat menentukan factor penyebab suatu kecelakaan (accident investigation) kegiatan yang dilakukan dalam penyelidikan kecelakaan pada dasarnya ditujukan untuk dapat memperoleh gambaran/rekonstruksi kegiatan-kegiatan yang berlangsung di tempat kejadian sampai dengan kejadian dan mengetahui akibat yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan secepat mungkin harus

dapat datang di tempat kejadian kecelakaan agar dapat meneliti kondisi fisik akibat kecelakaan kerja sebelum terdapat perubahan-perubahan yang mungkin terjadi,
b. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan mengamati dan mencatat

kondisi tempat terjadinya kecelakaan kerja, kerusakan yang

23

terjadi dan hal-hal lain yang diperkirakan dapat memberikan petunjuk tentang factor penyebab kecelakaan, c. Mengadakan wawancara terhadap para pekerja atau saksi yang dapat menjelaskan kegiatan kerja ataupun kejadian-kejadian yang berlangsung belum sampai dengan saat terjadinya kecelakaan. Dalam melakukan wawancara, pegawai pengawas harus mampu mengusahakan agar keterangan yang diberikan oleh para pekerja dan saksi adalah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, karena tidak jarang seorang yang merasa melakukan suatu kesalahan akan cenderung untuk menutupi keadaan yang sebenarnya,
d. Pada tahap berikutnya sudah dapat dibuat gambaran sementara

rekonstruksi kejadian kecelakaan. Dari gambaran sementara ini mungkin masih diperlukan keterangan data atau bukti kesaksian tambahan, untuk kemudian harus diusahakan selengkapnya, e. Setelah data dan informasi berkumpul lengkap dibandingkan dengan kondisi awal, kemudian disusun gambaran rekonstruksi kejadian kecelakaan secara kronologis dilengkapi data dan informasi selengkapnya. 2. Analisis kecelakaan Dalam melakukan analisis kecelakaan terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu :
a. Menginventarisasi sebanyak mungkin keadaan berbahaya dan

perbuatan berbahaya. Yang berkaitan dengan terjadinya peristiwa yang bersangkutan. Data tersebut diperoleh dari kegiatan penyelidikan kecelakaan. b. Menetapkan factor-faktor kecelakaan yang terkait, antara lain : 1) Sumber kecelakaan dan atau sumber cidera, yaitu benda atau zat yang kondisinya tidak aman dan yang lain dominan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan atau cidera,
24

2) Tipe atau corak kecelakaan yaitu proses kontrak antara korban dengan sumber cidera, factor ini sangat penting untuk menentukan cara pencegahan yaitu penetapan alat, 3) Penetapan persyaratan ataupun rekomendasi cara pencegahan kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali. 3. Penyakit akibat kerja Setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja disebut penyakit akibat kerja. Factor-faktor yang merupakan sumber bahaya potensial untuk terjadinya penyakit kerja adalah : a. Factor fisik termasuk kebisingan, radiasi pencahayaan, getaran, suhu dan lain-lain, b. Factor biologi antara lain disebabkan karena bakteri, virus, jamur dan lain-lain, c. Factor kimia termasuk debu, uap, gas padat maupun cairan beracun, d. Factor yang berhubungan dengan ergonomis misalnya : -

Tidak sesuainya kemampuan dan beban kerja, Tidak sesuainya posisi kerja.

Bila ditemukan kemungkinan adanya penyakit akibat kerja, maka tindakan yang harus dilakukan adalah : 1. Memeriksa tempat kerja dan sumber penyebab (kalau perlu menggunakan alat deteksi K3), 2. Membandingkan penyebab yang diperbolehkan untuk zat atau factor penyebab dan membandingkannya dengan hasil pemeriksaan, 3. Membuat laporan pada atasan dan membuat penetapan ganti rugi (pengobatan), 4. Analisis kecelakaan kerja untuk memperbaiki keadaan dan menghindari kecelakaan kerja serupa. DAFTAR PUSTAKA

25

Bennet N.B. Silalahi, M.A. Dr & Romandang B. Silalahi, M.Ph. 1985. Management dan Kesehatan Kerja. Seri Management No. 112. PT. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta. Departemen Tenaga Kerja, 1985/1986. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sampai Tahun 1960. Ditjen Binawas Depnaker. Jakarta. Ditjen Binawas, 1985. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 1970. Mohammad Zoer, 1972. Himpunan Catatan Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Kursus Pengawas Ketenaga Kerjaan. Jakarta. Sumakmur, PK., M.Sc. Dr., 1985. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Gunung Agung. Jakarta. Zayadi, Drs., 1987. Pencegahan Kecelakaan Kerja. ILO. Jakarta.

26

Você também pode gostar