Você está na página 1de 14

Analisis keberhasilan program kesehatan keluarga (Kesga) tentang cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Xxx.

Label: ANC, Ante Natal Care, kehamilan., Keperawatan Maternitas, Program Kesehatan Keluarga / Comments: (0) Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan mental ibu hamil. Diharapkan pada saat proses persalinan ibu hamil akan mampu menghadapi persalinan, masa nifas, dan persiapan memberikan ASI, serta mengembalikan kesehatan reproduksi secara wajar. Target pencapaian pemeriksaan kehamilan khususnya K1 dan K4 tahun 2010 di Indonesia yaitu 95% untuk K1 dan 90% untuk K4 dan pencapaian K1 dan K4 di Puskesmas xxx untuk tahun 2006 adalah 105,9% untuk K1 dan 99,8% untuk K4. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan program kesehatan keluarga (Kesga) tentang cakupan K1 dan K4 di Puskesmas xxx tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam. Jumlah keseluruhan informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang, yaitu 4 orang ibu hamil, 2 orang petugas kesehatan, 1 orang kader posyandu dan 1 orang penggerak PKK. Informasi diperoleh dengan cara merekam menggunakan tape recorder, dicatat dan dibuat matrik. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan program kesehatan keluarga tentang cakupan K1 dan K4 adalah ibu-ibu tersebut sudah mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini didukung dengan adanya petugas kesehatan dan kader posyandu yang selalu memberikan motivasi kepada ibu-ibu hamil tersebut untuk melakukan ANC dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin.

Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Disiplin Kerja Perawat Pada Penerapan Kewaspadaan Universal Label: Disiplin Kerja, Gaya Kepemimpinan, Kewaspadaan Universal, Manajemen Keperawatan / Comments: (0) Disiplin kerja perawat terhadap penerapan kewaspadaan universal sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala ruangan. Dimana kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tersebut (Aditama, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala ruangan yang melatarbelakangi disiplin kerja perawat dalam upaya penerapan kewaspadaan universal di Bangsal Irna RS xxx. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2008 di RS xxx. Dengan informan 1 orang kepala ruangan dan 3 orang perawat di Bangsal Irna RS. Pelabuhan Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruangan adalah gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini tercermin dari wewenang kepala ruangan, cara pengambilan keputusan, pengawasan, komunikasi dan sikap kepala ruangan dalam menegakkan disiplin kerja perawat pada penerapan kewaspadaan universal. Namun, gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan oleh kepala ruangan belum bisa meningkatkan disiplin kerja perawat dalam menerapkan kewaspadaan universal. Oleh karena itu, hendaknya kepala ruangan lebih tegas lagi terhadap perawat yang tidak menerapkan kewaspadaan universal demi meningkatkan yakni disiplin kepala kerja perawat harus dalam menerapkan gaya kewaspadaan universal ruangan menerapkan

kepemimpinan otokratis. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa perawat belum sepenuhnya mengetahui secara rinci tentang penerapan kewaspadaan universal dan kegiatan pokok kewaspadaan universal, dalam tindakan perawat belum melaksanakan penerapan kewaspadaan universal dengan maksimal serta belum adanya pelatihan ataupun pembinaan pada perawat terhadap penerapan kewaspadaan universal secara khusus mengakibatkan kurangnya kesadaran perawat untuk menerapkan kewaspadaan universal secara maksimal. Guna meningkatkan kesadaran perawat dalam penerapan kewaspadaan universal hendaknya kepala ruangan lebih memperhatikan lagi penerapan gaya

kepemimpinan terhadap disiplin kerja perawat pada penerapan kewaspadaan universal dan perlu diadakannya pelatihanpelatihan secara khusus tentang penerapan kewaspadaan universal untuk meningkatkan kesadaran perawat dalam menerapkan kewaspadaan universal sehingga akan tercipta pelayanan keperawatan yang bermutu, karena kualitas sebuah Rumah Sakit dilihat dari mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. Daftar Pustaka : 16 (1998-2008) ************************** Membutuhkan Materi Keperawatan (word, ppt, pdf) + 50 Jurnal + 30 ebook, hanya ada di http://adzra.com

STUDI PENGEMBANGAN KAPASITAS LITBANG KESEHATAN DI DAERAHPROVINSI KALIMANTAN TIMUR (ANALISIS SITUASI) Tim Peneliti : Siswanto Cholis Bachroen Lestari Handayani Didik Budijanto Nirmala A. Ma'ruf Moch. Setyo Pramono Nur Asyah ABSTRAK Dengan berlakunya desentralisasi kesehatan, Departemen Kesehatan melalaui SK Menkes 004 tahun 2003 telah menggariskan bahwa dalam rangka memantapkan manajemen kesehatan di era desentralisasi perlu fasilitasi pengembangan litbangkes daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis situasi dalam rangka mendapatkan base-line data tentang litbang kesehatan di daerah guna menyusun model fasilitasi pengembangan litbang di provinsi dan kabupaten/kota. Penelitian ini bersifat eksploratif, merupakan merupakan studi kasus di Propinsi Kalimantan Timur, dengan sampel (i) Balitbangda, (ii) Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur, dan (iii) Bappeda. Dari aspek kelembagaan, di tingkat propinsi sudah dibentuk Balitbangda Propinsi Kalimantan Timur, sementara pada tingkat kabupaten/kota baru dibentuk dua Balitbangda, yaitu Balitbangda Kabupaten Kutai Kartanegara dan Badan Arsip, Diklat dan Litbang Kota Samarinda. SDM fungsional di Balitbangda Propinsi sangat terbatas, baru ada 5 fungsional peneliti dan 2 calon peneliti dan dari padanya tidak ada peneliti kesehatan. Dari total anggaran litbang sekitar 800 juta s/d 1.4M per tahunnya belum ada yang diperuntukkan litbang kesehatan. Karena keterbatasan SDM peneliti di Balitbangda, pelaksanaan proyek litbang banyak yang dikerjasamakan atau dikontrakkan. Kondisi yang sama juga terjadi di Balitbangda Kutai Kartanegara. Sementara itu, untuk kabupaten/kota yang menganggarkan kegiatan litbang melalui Bappeda, juga belum mengalokasikan kegiatan litbang kesehatan. Anggaran litbang kesehatan yang dialokasikan melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota juga belum ada. Dari hasil FGD, Dinkes kab/kota sesungguhnya memerlukan informasi (evidence) yang perlu dengan pendekatan litbang, seperti surkesda, survei cepat, dan evaluasi program. Namun, SDM yang kompeten untuk meneliti belum tersedia, sehingga perlu fasilitasi dan pelatihan-pelatihan. Dari assessment kebutuhan pelatihan terlihat bahwa kesepuluh substansi yang ditawarkan, yaitu (i) manajemen lembaga riset, (ii) manajemen proyek penelitian, (iii) metodologi penelitian, (iv) metodologi HSR, (v) analisis data kuantitatif, (vi) analisis data kualitatif, (vii) analisis statistik multivariat, (viii) penulisan artikel

ilmiah, (ix) analisis kebijakan, dan (x) advokasi hasil penelitian, terlihat bahwa kompetensi SDM daerah masih berada pada kategori sedikit kompeten dan cukup kompeten sebagian kecil berada pada kategori tidak kompeten dan sangat kompeten. Bila dilihat kebutuhan kompetensi tersebut oleh lembaga, maka 90% keatas menyatakan kompetensi tersebut dibutuhkan oleh lembaga. Dilihat dari ketersediaan pelatihan oleh lembaga, 80% keatas menyatakan pelatihan tidak tersedia oleh lembaga. Dilihat dari kebutuhan individu apakah pelatihan tersebut dibutuhkan, 80% ke atas menyatakan bahwa pelatihan untuk ke sepuluh substansi tersebut dibutuhkan oleh responden. Dari hasil penelitian ini, maka untuk fasilitasi pengembangan litbangkes daerah disarankan: (i) peningkatan kapasitas SDM peneliti di Balitbangda Propinsi dan staf Dinkes yang terkait tentang metodologi riset bagi propinsi yang sudah punya Balitbangda, (ii) peningkatan kapasitas SDM peneliti Balitbangda dan staf Dinkes Kab/kota yang terkait metodologi penelitian bagi kabupaten/kota yang sudah punya Balitbangda, (iii) peningkatan kapasitas SDM peneliti Bappeda dan staf Dinkes Kab/Kota yang terkait tentang metodologi penelitian bagi kabupaten/kota yang belum punya Balitbangda, (iv) perlu fasilitasi dan pelatihan tentang berbagai substansi pendukung kegiatan litbang kesehatan, (v) untuk kabupaten/kota yang sudah mempunyai Balitbangda, maka fokal poin penelitian, termasuk penelitian kesehatan, ada di Balitbangda, dan (vi) untuk kabupaten/kota yang belum mempunyai Balitbangda, maka fokal poin litbang kesehatan tetap berada di Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Kata kunci: desentralisasi, litbang kesehatan, fasilitasi, kebutuhan pelatihan.

.:: ABSTRAK HASIL PENELITIAN 2005::. PENGEMBANGANPROTOTYPE SISTEM PELAYANAN KESEHATAN PASCA BENCANA (STUDI KASUS DI KABUPATEN ACEH BESAR, NIAS DAN ALOR) Tim Peneliti : SK. Poerwani dkk. ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan di tahun 2005. Mempunyai tujuan untuk mengembangkan prototype sistem pelayanan pasca bencana melalui studi kasus di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sasaran penelitian ini adalah orang kunci di Tim Bakorlak, PPMK Depkes RI, Dinas Kesehatan di daerah penelitian, LSM, Pos Kesehatan Satelit, Rumah Sakit lapangan, RS Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos Bersalin Desa, serta institusi pelayanan kesehatan lain yang terkait. Pemilihan sasaran penelitian dilakukan dengan cara accidental sampling dengan unit analisanya satuan kerja atau institusi. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, wawancara mendalam dan penelusuran data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prototype sistem pelayanan pasca bencana di Indonesia perlu penekanan pada komponen emergency response, manajemen serta operasionalisasinya, komponen dasar hukum, komponen kesiapsiagaan dan mekanisme penanggulangan bencana. Kesemuanya perlu adanya peningkatan tanggap darurat (Koordinasi Informasi Simplifikasi Sinkronisasai dan Monitoring serta evaluasi). Hal ini dikarenakan koordinasi yang ada baru merupakan forum komunikasi. Saran untuk memantapkan prototipe sistem pelayanan kesehatan pasca bencana dimasa datang adalah memperhatikan skema lingkaran Carter N, karena sistem pelayanan kesehatan pasca bencana ini berada pada sisi kanan lingkaran dan ini merupakan refleksi dari apa yang terjadi pada sisi kiri lingkaran sehingga menjadi lesson learned untuk memperbaiki segala sesuatu yang dapat dikerjakan dalam kegiatan di sisi kiri lingkaran yaitu preparedness, mitigation dan prevention Kata kunci : Prototype, Sistem Pelayanan Kesehatan Pasca Bencana, Lingkaran Carter N

.:: ABSTRAK HASIL PENELITIAN 2005::.

PENGEMBANGANPROTOTYPE SISTEM PELAYANAN KESEHATAN P BENCANA (STUDI KASUS DI KABUPATEN ACEH BESAR, NIAS DAN A Tim Peneliti : SK. Poerwani dkk. ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan di tahun 2005. Mempunyai untuk mengembangkan prototype sistem pelayanan pasca bencana melal kasus di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Kabupaten Nias P Sumatera Utara dan Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sasaran penelitian ini adalah orang kunci di Tim Bakorlak, PPMK Depk Dinas Kesehatan di daerah penelitian, LSM, Pos Kesehatan Satelit, Ruma lapangan, RS Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, Puskesmas Pemban Bersalin Desa, serta institusi pelayanan kesehatan lain yang terkait. Pe sasaran penelitian dilakukan dengan cara accidental sampling denga analisanya satuan kerja atau institusi. Sedangkan pengumpulan data dila melalui wawancara, wawancara mendalam dan penelusuran data sekunder

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prototype sistem pelayanan pasca be di Indonesia perlu penekanan pada komponen emergency response, mana serta operasionalisasinya, komponen dasar hukum, komponen kesiaps dan mekanisme penanggulangan bencana. Kesemuanya perlu a peningkatan tanggap darurat (Koordinasi Informasi Simplifikasi Sinkronisas Monitoring serta evaluasi). Hal ini dikarenakan koordinasi yang ada merupakan forum komunikasi.

Saran untuk memantapkan prototipe sistem pelayanan kesehatan pasca be dimasa datang adalah memperhatikan skema lingkaran Carter N, karena pelayanan kesehatan pasca bencana ini berada pada sisi kanan lingkaran merupakan refleksi dari apa yang terjadi pada sisi kiri lingkaran sehingga m lesson learned untuk memperbaiki segala sesuatu yang dapat dikerjakan kegiatan di sisi kiri lingkaran yaitu preparedness, mitigation dan prevention

Kata kunci : Prototype, Sistem Pelayanan Kesehatan Pasca Bencana, Ling Carter N

.:: ABSTRAK HASIL PENELITIAN 2005::.

PENGEMBANGANPROTOTYPE SISTEM PELAYANAN KESEHATAN P BENCANA (STUDI KASUS DI KABUPATEN ACEH BESAR, NIAS D ALOR) Tim Peneliti : SK. Poerwani dkk. ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan di tahun 2005. Mempunyai untuk mengembangkan prototype sistem pelayanan pasca bencana melal kasus di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Kabupaten Nias P Sumatera Utara dan Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sasaran penelitian ini adalah orang kunci di Tim Bakorlak, PPMK Depk Dinas Kesehatan di daerah penelitian, LSM, Pos Kesehatan Satelit, R Sakit lapangan, RS Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, Pusk Pembantu, Pos Bersalin Desa, serta institusi pelayanan kesehatan lai terkait. Pemilihan sasaran penelitian dilakukan dengan cara accidental sa dengan unit analisanya satuan kerja atau institusi. Sedangkan pengum data dilakukan melalui wawancara, wawancara mendalam dan penelusura sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prototype sistem pelayanan pasca be di Indonesia perlu penekanan pada komponen emergency res manajemen serta operasionalisasinya, komponen dasar hukum, kom kesiapsiagaan dan mekanisme penanggulangan bencana. Kesemuanya adanya peningkatan tanggap darurat (Koordinasi Informasi Simp Sinkronisasai dan Monitoring serta evaluasi). Hal ini dikarenakan koo yang ada baru merupakan forum komunikasi.

Saran untuk memantapkan prototipe sistem pelayanan kesehatan bencana dimasa datang adalah memperhatikan skema lingkaran Ca karena sistem pelayanan kesehatan pasca bencana ini berada pada sisi lingkaran dan ini merupakan refleksi dari apa yang terjadi pada sisi kiri lin sehingga menjadi lesson learned untuk memperbaiki segala sesuatu yang dikerjakan dalam kegiatan di sisi kiri lingkaran yaitu preparedness, mitigati prevention

Kata kunci : Prototype, Sistem Pelayanan Kesehatan Pasca Bencana, Ling Carter N

PENGEMBANGAN JARINGAN KERJA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM), ASSOSIASI DAN DUNIA USAHA DALAM UPAYA PEMBANGUNAN KESEHATANDI KABUPATEN/KOTA Tim Peneliti : Paiman Soeparmanto Setia Pranata Sugeng Rahanto Niniek L. Pratiwi Umi Muzakkiroh Widjiartini ABSTRAK Sampai saat ini masih banyak Pemerintah Kabupaten/Kota dalam masa otonomi ini belum dapat mengembangkan pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan kelompok, untuk dihimpun dalam suatu bentuk jaringan kerja antara Lembaga Swadaya Masyarakat, Asosiasi dan Dunia Usaha secara optimal dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Organisasi LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha telah banyak berperan dalam ikut berpartisipasi dalam upaya pembangunan kesehatan, tetapi sifatnya masih temporer, kasuistik dan kurang berkesinambungan. Departeman Kesehatan nampaknya ingin mengoptimalkan hal tersebut dalam Kebijakan dan Strategi Bidang Kesehatan yaitu ldengan menentukan langkah kunci ke 8 yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah diharapkan dapat menfasilitasi pengembangan jaringan kerja antar LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha bidang kesehatan. Oleh karena itu melalui penelitian ini dipelajari bagaimana model kerjasama antar LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha peduli kesehatan dalam meningkatkan pembangunan kesehatan di daerah? Tujuan umum penelitian adalah mempelajari model pengembangan jaringan kerja antar LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha peduli kesehatan dalam upaya pembangunan kesehatan daerah. Dari tujuan umum dijabarkan dalam tujuan khusus yaitu mempelajari: (1) proses pembentukan jaringan kerja,LSM, Asosiasi dan Dunia Usaha, (2) kontribusi dalam pelaksanaan jaringan kerja, (3) pengelolaan jaringan kerja yang telah dikembangkan, (4) manfaat jaringan kerja oleh masyarakat dan pemerintah daerah (5) faktor pendukung/penghambat jaringan kerja. Berdasarkan hasil identifikasi tentang jaringan kerja LSM, Asoasi dan Dunia Usaha bahwa pada enam kabupaten/kota baru beberapa Dunia Usaha terlibat didalamnya. Hal ini kemungkinan karena perbedaan latar belakang yaitu bahwa Dunia usaha sifatnya adalah bisnis, sehingga mereka melibatkan diri dalam upaya kesehatan sifatnya seremonial saja. Selanjutnya kalau memeperhatikan proses pembentukannya lebih banyak diprakarsai oleh Pemerintah Daerah/Dinkes Kabupaten/Kota dan atas inisiatif LSM murni. Dalam kontribusi cukup banyak dan bervariasi yang disumbangkan oleh jaringan kerja untuk Pemda dan masyarakat: kebersihan lingkungan sehat pengukuran indiktor kecamatan, desa/keluarahan dan RW/RT sehat dan perilaku sehat oleh masyarakat. Pengelolaannya sebagian menggunakan koordinasi dalam pertemuann rotin, sebagai medianya dalam menentukan prioritas kegiatan dan sebagai bentuk pengawasan/pembinaan terhadap anggota jaringan kerja. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui jaringan untuk diperjuangkan, dan ikut mempercepat serta mengembangkan upaya kesehatan, bagi pemerintah daerah dapat menfasilitasi pengembangan LSM, Asoasiasi khusuanya untuk ikut berperan dalam upaya kesehatan. Sampai saat ini faktor yang mendukung kelancaran jaringan kerja berjalan antara lain karena adanya dukungan dana dan pengakuan formal dengan diterbitkannya Surat Keputusan keberadaan jaringan kerja. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain kesibukan

pengurus dalam pengemban jaringan dan keterbatasan bantuan dana operasional jaringan kerja. Salah satu alternative model pengembangan jaringan kerja dapat diusulkan untuk dibentuk jaringan kerja yang menangani masalah khusus kesehatan saja dan masing-masing saling memberi informasi. Kata kunci: Health networking; Empowerment PENGEMBANGAN PERAN DALAM PENINGKATAN KINERJA JHC, DHC UNTUK PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH Tim Peneliti : Niniek L. Pratiwi Paiman Suparmanto Cholis Bachroen Umi Muzakkiroh Lusi Kristiana Suwandi Makmur ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji peran, kinerja JHC, DHC yang telah berjalan sejak era desentralisasi bidang kesehatan tahun 2002 serta beberapa kendala yang ada. Penelitian inin diharapkan dapat mengembangkan dan memantapkan kelembagaan JHC, DHC yang lebih sesuai khususnya dalam menggali potensi daerah guna pembangunan kesehatan wilayahnya. Design penelitian ini adalah crossectional dengan daerah penelitian yang meliputi 3 propinsi yang masing-masing mewakili pilot project dari PHP1, PHPII dan DHSI dengan strata baik dan jelek. Propinsi Lampung dan kabupaten Lampung selatan, Propinsi Jawa barat dengan kabupaten Cianjur dan propinsi Bali dengan kabupaten Klungkung. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran dan kinerja JHC mapun DHC rerata masih jauh dari yang diharapkan, JHC Jabar dan JHC lampung rerata rapat pleno 2 kali setahun, JHC propinsi Bali bahkan sejak berdiri tahun 2002 sampai tahun 2005 baru melakukan rapat pleno 2 kali. DHC kabupaten Cianjur pada tahun 2005 belum terbentuk sesuai lembaga akuntabilitas public, dalam bentuk Forum komunikasi Cianjur Sehat telah melakukan berbagai aktifitas dalam lingkup memfasilitasi kabupaten cianjur Sehat, belum kea rah akuntabilitas public. DHC kabupten Klungkung mempunyai kinerja yang cukup baik dengan rerata rapat Pleno setahun 2 kali dengan fokus budget proyek untuk peningkatan sarana dan kapasitas kesehatan. Beberapa kendala yang dihadapi komitmen keanggotaan JHC/DHC yang masih rendah terutama kehadiran saat pertemuan rapat, selalu ada wajah baru dengan tingkat kehadiran anggota 3040% karena kesibukan pejabat yang bersangkutan. Pemahaman tentang tupoksi JHC dan DHC para anggota masih rendah. Untuk mengoptimalkan peran, kinerja JHCdan DHC perlu pemantapan kelembagaan dan beranggotakan dari tenaga professional sesuai kepakaran dan mempunyai integritas tinggi dengan menunjuk nama, bukan jabatan dan merupakan suatu badan independen. Kata kunci: JHC,DHC, Peran, Kinerja

Analisis Penerapan Stndar Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Di Ruang Penyakit Syaraf RS. Xxx Tahun 2007 Label: Asuhan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Pasien Stroke, Asuhan Keperawatan Persyarafan, Penderita Stroke, Range of Motion, Standar Asuhan Keperawatan / Comments: (0) Standar Asuhan keperawatan merupakan norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja Penelitian ini bertujuan untuk seorang mengetahui Bagaimana Penerapan Standar perawat. Asuhan

Keperawatan di Ruang Penyakit Syaraf RS. Xxx, dan area penelitian ini adalah manajemen keperawatan dengan sumber informasi Kepala Ruang Syaraf, Perawat Ruang Syaraf . Penelitian dan dilakukan selama 2 yang minggu di bulan dalam Juni tahun 2007 matrik. Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara mendalam observasi partisipasi, dianalisis bentuk Dari hasil penelitian diketahui bahwa Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Penyakit Syaraf RS. Xxx belum dilakukan secara maksimal. Pemeriksaan fisik belum dilakukan secara mandiri, belum berkembangnya diagnosa keperawatan yang benar-benar sesuai dengan keadaan pasien, belum sesuainya perencanaan keperawatan dengan diagnosa keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan belum sepenuhnya mempunyai tujuan dalam pemenuhan kebutuhan pasien, serta evaluasi belum dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan bisa terlaksana secara maksimal, apabila adanya

kesadaran serta pengetahuan perawat yang baik, adanya pengawasan serta adanya penghargaan dan sangsi yang disesuaikan dalam pelaksanaan standar asuhan keperawatan. Daftar Pustaka : 24 (1993-2007)

Link ke posting ini Analisis Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Xxx. Label: analisis perilaku, ASI ekslusif, gizi, Keperawatan Maternitas / Comments: (0) Bayi yang berumur 0 sampai 6 bulan mutlak memerlukan ASI karena memenuhi 100% kebutuhan bayi akan zat gizi, setelah berumur 6 bulan bayi memerlukan lebih banyak zat gizi dan ASI hanya menopang 60-70% kebutuhan gizi kepada bayi sehingga bayi memerlukan makanan pendamping lain. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam tentang perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Xxx selama bulan Juli sampai dengan bulan Agustus Tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, informasi yang didapat dengan FGD (Focus Group Discussion) sebanyak 6 orang dan Wawancara Mendalam (WM) sebanyak 2 orang. Informasi dianalisis secara manual, keabsahan informasi dengan Triangulasi sumber dan Triangulasi metode. Dari hasil penelitian di dapatkan sebagian besar informan yang telah mendapatkan pengetahuan tentang ASI Eksklusif mengetahui cara pemberian ASI Ekslusif dengan benar, sedangkan informan yang tidak mendapatkan pengetahuan tentang ASI Eksklusif tidak mengetahui cara pemberian ASI Eksklusif dengan benar karena kurangnya pengetahuan informan. Penelitian ini diharapkan kepada petugas dan kader di Puskesmas Xxx dapat

memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada informan dalam pemberian ASI Eksklusif dengan Daftar Pustaka : 16 (1991-2005) benar.

Suciati Mega Wardani, SP, MM, AAK, AAAIJ, QIP Shape5 joomla Faktor penentu paling penting terhadap akses layanan kesehatan adalah kecukupan cakupan asuransi kesehatan. Masyarakat dengan pendapatan rendah dan menengah adalah kelompok yang paling beresiko karena tidak tercover asuransi. Perluasan cakupan asuransi kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia adalah tahapan penting dalam meningkatkan akses kualitas kesehatan. Studi ini membangun strategi keberlangsungan jangka panjang yang komprehensif. Tujuan penelitian adalah memberikan rekomendasi best practice sustainability performance di asuransi kesehatan, mengetahui faktor pemicu tren keberlangsungan korporasi penyelenggara asuransi kesehatan, mengetahui peluang dan ancaman dalam asuransi kesehatan, dan mengetahui isu corporate social responsibility yang harus diperhatikan oleh penyelenggara asuransi kesehatan. Penelitian ini adalah studi cross sectional dalam rangka mendapatkan input untuk membangun strategi keberlangsungan. Interview dilaksanakan kepada para ekonom kesehatan untuk mendapatkan pandangan seputar trend keberlangsungan asuransi kesehatan. Data sekunder didapatkan dari berbagai literatur dan dokumen. Analisa data menggunakan analisa lingkungan internal dan eksternal. Hasil dari penelitian ini mencakup hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai best practice adalah mengenai desain produk asuransi, pengelolaan SDM, sistem manajemen dan

kepemimpinan, sistem pembiayaan, kebutuhan pasar dan pelanggan, keberadaan stakeholder, dan transparansi pelaporan dan manajemen. Faktor pemicu tren keberlangsungan usaha asuransi adalah kesadaran masyarakat dan harapan pelanggan. Peluang dan ancaman yang harus diantisipati adalah kemajuan teknologi, isu-isu social, fragmentasi pasar, dan cakupan kepesertaan. Strategi yang dikembangkan sebaiknya berdasarkan pemahaman yang baik terhadap skema asuransi kesehatan sosial dan pengidentifikasian tahapan membangun sistem yang baru. Strategi ini sebaiknya memperhatikan beberapa elemen seperti penyediaan infrastruktur dan layanan kesehatan, penilaian kapasitas finansial, dan perencanaan waktu tahapan kegiatan dalam mencapai target. Keywords: universal coverage, keberlangsungan, strategi pengembangan.

Read more: Abstrak Presentasi "Strategi Keberlangsungan Asuransi Kesehatan Sosial Menuju Universal Coverage " Oleh Suciati Mega Wardani, SP, MM, AAK, AAAIJ, QIP http://www.kpmakugm.org/2012-05-12-04-54-35/2012-05-12-05-03-45/proceeding/241-abstrak-presentasistrategi-keberlangsungan-asuransi-kesehatan-sosial-menuju-universal-coverage-oleh-suciatimega-wardani,-sp,-mm,-aak,-aaaij,-qip.html#ixzz27j9hQ7Gk Get this free plugin from FreeCSS3Templates.com

Você também pode gostar