Você está na página 1de 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT SIKAP DENGAN PENYAKIT INFLUENZA PADA SISWA-SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 BANDUNG

Angger Windu Apriyoga* Elizabeth Ari S.** Yosi Maria W.***

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza. Penelitian berbentuk deskriptif korelasional dengan 186 responden menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisa bivariat menggunakan Chi-Square. Ada 47 siswa-siswi (25,3%) dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat sikap baik melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza. Hasil uji statistik didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza dimana p value (0,000) (0,05). Ada hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza dimana p value (0,000) (0,05). Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza dimana p value (0,000) (0,05). Pihak SMA diharapkan menggiatkan pendidikan kesehatan agar siswa-siswinya berpengetahuan dan bersikap lebih baik lagi dalam menanggapi penyakit di lingkungan sekolah.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Penyakit Influenza.

Abstract: This study aimed to determine the relationship between level of knowledge and attitude with influenza disease. This is descriptive correlational study with 186 respondents using simple random sampling technique. Data are colleced by using questionnaires. Univariate analysis uses frequency distributions. Bivariate analysis uses Chi-Square. There were 47 students (25.3%) with good knowledge and good attitude handling rate well in influenza disease. Statistical test results obtained that there is the relationship between the level of knowledge with influenza disease in which p value (0.000) (0.05). There is a relationship between the level attitude with influenza disease in which the p value (0.000) (0.05). There is a relationship between the level of knowledge and attitude with influenza disease in which the p value (0.000) (0.05). Parties of the SMAN 1 Bandung are expected to intensify the health education in high school so the students will better at responding to the disease in the school environment.

PENDAHULUAN Pengetahuan merupakan bukti dari seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, idea atau fenomena yang diperoleh sebelumnya (Notoatmodjo, 2003). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2007). Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus Haemophillus influenza (tipe A, B, dan C). Fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi responnya terhadap penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 siswa-siswi kelas X

SMA Negeri 1 Bandung tentang penyakit influenza menunjukkan bahwa mereka memahami influenza sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penyakit ini sering dialami ketika terjadi cuaca buruk atau pergantian musim.

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Seorang ahli bernama Bloom mengatakan bahwa pengetahuan adalah bukti dari seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, ide atau fenomena yang diperoleh sebelumnya.

Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007). Sikap Sikap merupakan respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan tindakan tertentu. (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek berupa perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. (Azwar, 2003). Influenza Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyerang pasien pada semua tingkat usia. Influenza adalah penyakit infeksi catarhal dari saluran pernapasan bagian atas yang mempunyai ciri-ciri coryza, bersin, lakrimasi, iritasi nasofaring, menggigil dan malaise yang berlangsung selama 2-7 hari. Pencegahan Influenza Pencegahan influenza dapat dilakukan dengan: Menjaga kebersihan perorangan. Menghindari berjejal di satu ruangan bersama penderita. Melakukan pola hidup sehat. Berolah raga secara teratur. Mencuci tangan dengan sabun. Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, dan bergizi seimbang. Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan. Memperbanyak makan buah dan sayuran. Menggunakan masker jika sedang ada wabah. Perawatan Influenza Perawatan penderita influenza dapat dilakukan dengan: Berkumur menggunakan larutan air hangat yang dibubuhi sedikit garam jika tenggorokan terasa tidak nyaman.

Banyak minum air putih. Makan makanan bergizi. Banyak istirahat. Menghirup uap air panas yang sudah dibubuhi beberapa tetes minyak kayu putih. Mengkonsumsi vitamin C dan ekspektoran. Memberikan ventilasi oksigen sesuai kebutuhan. Pengobatan Influenza Influenza dapat diobati dengan obatobatan yang mengandung antihistamin, dekongestan, analgetik/antipiretik, dan ekspektoran/antitusif.

METODE PENELITIAN Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan angka, dimana datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, dan frekuensi). (Notoatmodjo, 2010) Desain penelitian menggunakan pendekatan korelasional. Studi korelasional merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain. (Tri, 2005) Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. (Erna, 2008) Penelitian variabel dilakukan dengan menggunakan teknik cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang mengukur variabel independent dan variabel dependent dalam satu waktu tanpa melihat hubungan sebab akibat berdasarkan perjalanan waktu. (Notoatmodjo, 2010) Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini menggunakan variabel: Variabel Bebas Variabel bebas (independent variabel) adalah karakteristik dari subjek

yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan tingkat sikap siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. (Latviski, 2010) Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit influenza. (Notoatmodjo, 2005) Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003.). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha): 1 ) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 2 ) Ada hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 3 ) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. Hipotesis null (Ho): 1 ) Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 2 ) Tidak ada hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 3 ) Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung yang berjumlah 360 orang. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yang berarti metode pengambilan sampel secara acak sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian (Dharma, 2011.). Besar responden dihitung dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2009):

Keterangan: n = Perkiraan besar responden N = Perkiraan besar populasi z = Nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96) p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1 p (100% p) d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) Besar responden pada penelitian ini adalah:

Besar responden dapat dibulatkan menjadi 186 responden. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur yang terstruktur, karena bagian-bagiannya disusun secara berurutan, mulai dari judul kuesioner, petunjuk pengisian, pertanyaan mengenai karakteristik responden dan daftar item pertanyaan utama. Pertanyaan kuesioner dibuat berdasarkan indikator-indikator tertentu suatu variabel. (Dharma, 2011). Adapun uji instrumen dilakukan dengan: Uji validitas. Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas construct validity (validitas konstruk). Validitas konstruk adalah validitas yang menggambarkan seberapa jauh instrumen memiliki item-item pertanyaan yang dilandasi oleh konstruk tertentu. Validitas konstruk menunjukan bahwa

instrumen disusun secara rasional berdasarkan konsep yang sudah mapan. Instrumen validitas konstruk mampu membedakan nilai/hasil pengukuran antara satu individu dengan individu lainnya yang memang berbeda. (Arikunto, 2010). Penghitungan nilai validitas penelitian ini menggunakan perangkat lunak komputer dengan rumusan Product moment. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,444) maka dinyatakan valid. (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Reliabilitas juga dapat didefinisikan sebagai derajat suatu pengukuran bebas dari random error sehingga menghasilkan suatu pengukuran yang konsisten. (Dharma, 2011.). Penghitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak komputer dengan Rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk uraian. Apabila nilai koefisien alpha 0,7 maka dinyatakan reliabel. (Arikunto, 2010). Teknik Analisis Data Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang diukur dalam penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan. Adapun analisis univariat di sini dilakukan dengan rumus (Budiarto, 2001):

Data hasil penelitian dikumpulkan untuk dihitung nilai total tiap responden. Data tersebut dibagi dalam tiga subvariabel yaitu influenza, tingkat pengetahuan, dan tingkat sikap. Data dimasukkan dalam perangkat lunak komputer untuk dilihat normalitasnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, sehingga nilai tengah data menggunakan mean. Data yang lebih dari nilai mean masuk dalam kategori baik. Data yang sama dengan nilai mean masuk dalam kategori cukup. Data yang kurang dari nilai mean masuk dalam kategori kurang. (Trihenddradi, 2008) Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan metode Chi-Square. Metode Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. (Riduwan, 2004). Penghitungan Chi-Square dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Ho ditolak bila nilai (p value) 0,05. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza, hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza, serta hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza. (Trihenddradi, 2008)

Keterangan: P = Presentase yang dicari f = Frekuensi distribusi n = Jumlah responden Analisis univariat digunakan untuk melihat prosentase distribusi responden tentang penyakit influenza, distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit influenza, dan distribusi responden berdasarkan tingkat sikap tentang penyakit influenza.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat. Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan distribusi dari variabel dependen yang meliputi: penyakit influenza. Variabel independen meliputi: tingkat pengetahuan dan tingkat sikap. 1) Penanganan Penyakit Influenza. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi tentang Penanganan Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung (n = 186) Penyakit Jumlah Presentasi Influenza (%) Baik 87 46,8 Cukup 29 15,6 Kurang 70 37,6 Total 186 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak 87 responden (46,8%) memiliki penanganan baik terhadap Penyakit Influenza. 2) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung (n = 186) Tingkat Jumlah Presentasi Pengetahuan (%) Baik 92 49,5 Cukup 22 11,8 Kurang 72 38,7 Total 186 100 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak 92 responden (49,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang Penyakit Influenza. 3) Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung (n = 186) Tingkat Jumlah Presentasi Sikap (%) Baik 87 46,8 Cukup 12 6,4 Kurang 87 46,8 Total 186 100 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 186 responden ada sebanyak 87 responden (46,8%) memiliki sikap yang baik tentang Penyakit Influenza. Analisis Bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adakah hubungan antara variabel independen yang meliputi: tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan variabel dependen yaitu: penyakit influenza. 1) Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penyakit Influenza. Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 62 responden (67,4%) dengan tingkat pengetahuan baik melakukan penanganan baik terhadap

penyakit influenza, 14 responden (63,6%) dengan tingkat pengetahuan cukup melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza, dan 11 responden (15,3%) dengan tingkat pengetahuan kurang melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 2) Hubungan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza. Hasil analisis hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 59 responden (67,8%) dengan tingkat sikap baik melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza, 6 responden (50%) dengan tingkat sikap cukup melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza, dan 22 responden (25,3%) dengan tingkat sikap kurang melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 3) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza. Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza diperoleh bahwa ada sebanyak 47 responden (25,3%) dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat sikap baik melakukan penanganan baik terhadap penyakit influenza. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung.

Pembahasan Analisis Univariat. 1) Penanganan Penyakit Influenza. Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus Haemophillus influenza. Tindakan penanganan influenza pada siswa-siswi ini terdiri dari pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Tindakan penanganan diperoleh dari pendidikan kesehatan dalam sekolah maupun di luar sekolah. (Muftadi, 2009) Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan perorangan, menghindari kontak lama dengan penderita influenza, melakukan olah raga secara teratur, memperhatikan kebersihan lingkungan, dan memperbanyak makan buah serta sayuran. Perawatan dilakukan dengan mengkonsumsi air putih, makan makanan bergizi, mengkonsumsi vitamin C, dan banyak beristirahat. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan analgetik/antipiretik dan ekspektoran/antitusif. (Soemantri, 2008) 2) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Influenza. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan siswa-siswi ini adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas-fasilitas yang ada, sosial budaya, umur, dan sumber informasi. (Notoatmodjo, 2007) Siswa-siswi memperoleh pengetahuan dengan dua cara yaitu cara tradisional dan cara modern. Cara tradisional dilakukan dengan cara coba-salah, cara kekuasaan, cara berdasar pengalaman pribadi, dan cara melalui jalan pikiran. Cara modern dilakukan dengan metode berpikir induktif dan deduktif. (Notoatmodjo, 2005) 3) Tingkat Sikap tentang Penyakit Influenza. Faktor-faktor pembentuk sikap pada siswa-siswi ini adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, dan pengaruh faktor emosional. (Notoatmodjo, 2010) Empat tingkat sikap yang dimiliki siswa-siswi ini adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Menerima adalah

kemauan untuk memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon adalah kemauan untuk memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan. Menghargai adalah kemauan untuk mendiskusikan suatu masalah dengan mengajak orang lain. Bertanggung jawab adalah kemauan untuk menanggung segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. (Notoatmodjo, 2007) Analisis Bivariat. 1) Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penyakit Influenza. Umur berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun. Daya tangkap dan pola pikir seseorang akan semakin berkembang sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada umur yang mendekati 18 tahun ini, siswa-siswi SMA kelas X akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan kehidupan sosial di sekolah. Anak umur SMA akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk membaca. Hampir tidak ada penurunan kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal pada umur ini. (Notoatmodjo, 2003). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan siswa-siswi SMA tentang inovasi baru. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, internet, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan mereka. Media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini siswasisiwi ini. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. (Ernest Haerfa, 2011)

2) Hubungan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza. Suatu peristiwa yang telah dan sedang dialami oleh seseorang ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus. Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu objek secara psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan siswa-siswi SMA terhadap objek merupakan proses kompleks yang melibatkan individu bersangkutan, situasi dimana tanggapan tersebut terbentuk, dan ciri-ciri objektif yang dimiliki stimulus. Sikap pada siswa-siswi lebih mudah terbentuk dengan adanya pengalaman pribadi yang melibatkan faktor emosional, dimana penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama membekas. (Sariyono, 2007) Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting adalah orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin kita kecewakan, dan orang yang berarti khusus. Mereka adalah orang tua, pacar, teman dekat, guru, dan pemimpin. Mereka akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu hal. Pada umumnya siswa-siswi SMA cenderung memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya motivasi untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik terhadap orang yang dianggapnya penting tersebut. (Suwandi, 2012) 3) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza. Benyamin Bloom (1908) mengatakan bahwa perubahan perilaku merupakan suatu proses kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku ini melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah mengetahui, dimana dalam hal ini siswa-siswi harus tahu terlebih

dahulu apa manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Tahap kedua adalah menyikapi, dimana siswa-siswi harus menilai perilaku tersebut bagi dirinya. Tahap ketiga adalah mempraktikkan, dimana setelah siswa-siswi mengetahui dan mengadakan penilaian terhadap suatu stimulus, maka mereka akan melaksanakan apa yang diketahui dan disikapinya baik. (Soekidjo Notoatmojo, 2007) Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku kesehatan siswa-siswi SMA terjadi setelah siswa-siswi yang bersangkutan mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya adalah melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya itu (Notoatmodjo, 2003).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Terdapat 87 siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung memiliki penanganan baik terhadap penyakit influenza. Terdapat 92 siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung memiliki pengetahuan baik tentang penyakit influenza. Terdapat 87 siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung memiliki sikap baik tentang penyakit influenza. Tingkat pengetahuan memiliki hubungan dengan penyakit influenza. Tingkat sikap memiliki hubungan dengan penyakit influenza. Tingkat pengetahuan dan tingkat sikap memiliki hubungan dengan penyakit influenza. Saran Bagi SMA Negeri 1 Bandung. Pihak SMA Negeri 1 Bandung diharapkan untuk lebih menggiatkan lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan

bagi siswa-siswinya agar memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik lagi dalam menanggapi suatu penyakit yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya, misalnya penelitian mengenai hubungan terapi herbal dengan penyembuhan penyakit influenza. Bagi STIKes Santo Borromeus. Pihak STIKes Santo Borromeus diharapkan dapat mengadakan kegiatan bakti sosial berupa penyuluhan ke SMA atau masyarakat di sekitar lingkungan STIKes Santo Borromeus.

DAFTAR PUSTAKA Aries, Erna Febru. 2008. Penelitian Deskriptif. ardhana12.wordpress.com. Akses tanggal 5 September 2012; 23:41. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 6. Jakarta: Rineka Cipta. _________________. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 14. Jakarta: Rineka Cipta. Atmodjo, J. Tri. (2005). Modul Penelitian Korelasi. Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana. Budiarto, Eko. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media. Dika. 2009. Kumpulan Tips Pilihan. tipspilihan.blogspot.com. Akses tanggal 5 September 2012; 21: 40. DINAS KESEHATAN. INFLUENZA. dinkes.tasikmalayakota.go.id. Akses tanggal 5 September 2012; 22: 09. Engangga. 2012. Ketika menjadi Pribadi yang Sehat itu Mahal Harganya. Engangga.blog.uns.ac.id. Akses tanggal 5 September 2012; 21:15. Haerfa, Ernest. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Blogspot.com. Akses tanggal 12 Agustus 2012; 07:07. Harahap, RB. 2011. Pengetahuan. http://www.google.co.id/url. Akses tanggal 14-10-2011; 21:20.

Hasibuan, DS. 2011. Pengertian perilaku. http://www.google.co.id/url. Akses tanggal 07-12-2011; 10:27. Hidayat. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. http://www.google.co.id/url. Akses tanggal 07-12-2011; 10: 35. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika. _____________________. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Khoirunnisak, Da'ifatul. (2012). Sikap, Perilaku. Share.stikesyarsis.ac.id. Akses tanggal 12 Agustus 2012; 07:36. Kusnanunair. 2011. Metode Penelitian. http://www.scribd.com/doc. Akses tanggal 13-12-2011; 10:20. Latviski. 2010. Variabel Penelitian. menulisproposal.blogspot.com. Akses tanggal 6 September 2012; 00:15. Muftadi, Imam. 2009. Selesma&Influenza. http://pharmacyinstitute.blogspot.com. Akses tanggal 01-12-2011; 10:11. Muttaqin, Annil. 2010. Bahaya Flu. Wordpress.com. Akses tanggal 12 Agustus 2012; 05:37. Nasution, Harnanda. 2009. UU kesehatan No.36 tahun 2009. http://pharzone.com/blog. Akses tanggal 19-11-2011; 10: 30. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ___________________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. ___________________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Russel, Bertrand. (2003). Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sariyono. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pria tentang Keluarga Berencana dengan Partisipasi Pria dalam Pemakaian Metode Kontrasepsi Keluarga Berncana di Kabupaten

Barito Kuala. digilib.stikesmuhgombong.ac.id. Akses tanggal 6 September 2012; 05:45. Sebayang, EN. 2011. Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis. http://www.google.co.id/url. Akses tanggal 14-10-2011; 20:29. Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Volume 1. Jakarta: EGC. Soemantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suwandi. 2012. Proses Pembentukan Sikap. Suwandi.guru-indonesia.net. Akses tanggal 12 Agustus 2012; 12:14. Trihenddradi. (2008). Step by Step SPSS 16 Analisa Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Widayatun, TS. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV Sagung Seto. Wiguna, I Komang Candra. 2009. Konsep Sehat Sakit. www.scribd.com. Akses tanggal 5 September 2012; 21:52.

Você também pode gostar