Você está na página 1de 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang yang berkaitan dengan pembahasan yang

akan dilakukan, dimana teori-teori tersebut berasal dari para pakar atau para ahli. 2.1 Pengertian Bangkitan Pergerakan Bangkitan lalu lintas (traffic generation) adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu daerah atau guna lahan persatuan waktu. Jumlah lalu lintas tergantung pada kegiatan kota karena penyebab lalu lintas adalah kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan berhubungan dan pengangkutan barang kebutuhannya. Pencelaahan bangkitan lalu lintas ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses perencanaan transportasi. Perhitungan bangkitan lalu lintas adalah jumlah kendaraan atau orang (jumlah angkutan barang) persatuan waktu, misalnya kendaraan per jam. Untuk mendapat produksi perjalanan dan tarikan perjalanan yaitu dengan cara menghitung jumlah orang/kendaran yang masuk atau keluar dari suatu lahan tertentu dalam satu hari per satu jam. Bangkitan lalu lintas (traffic generation) dapat diidentifikasikan sebagai pergerakan kendaraan atau orang yang berkaitan dengan guna lahan dan tapak persatuan waktu (Morlok, 1988). Besarnya bangkitan lalu-lintas sangat bervariasi dari suatu daerah dengan daerah yang lain, sangat tergantung pada intensitas kegiatan, guna lahan, dan waktu. Perjalanan (Morlok 1988), dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Perjalanan berbasis rumah (Home Base Trips) adalah pergerakan yang berasal dari rumah dan kembali ke rumah. 2. Perjalanan bukan rumah (Non Home Base Trips) adalah pergerakan yang baik asal dan tujuan pergerakannya adalah bukan rumah. Bangkitan perjalanan adalah tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna

11

lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Bangkitan perjalanan merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan, dengan demikian bangkitan perjalanan ini mencakup : production) attraction) Menurut Suwardjoko (1990 : 112), ada beberapa faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan, antara lain : Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan keluarga merupakan ciri khas yang berkaitan dengan perjalanan seseorang dimana faktor ini merupakan peubah kontinu walaupun terdapat beberapa golongan pendapatan, tingkat pendapatan keluarga berkaitan erat dengan jumlah kepemilikan kendaraan. Pemilikan Kendaraan Ciri khas sosial lain ini merupakan peubah kontinu. Pemilikan kendaraan berkaitan erat dengan perjalanan perorangan (per unit rumah) dan juga dengan kepadatan penduduk, tingkat pendapatan keluarga, serta jarak perjalanan. Struktur dan Ukuran Rumah Faktor yang satu ini merupakan faktor yang berkaitan dengan prilaku pergerakan individu dimana faktor ini berkaitan erat dengan faktorfaktor tingkat pendapatan keluarga, tipe perumahan/rumah, kepadatan penduduk, kepemilikan kendaraan, tujuan dan maksud perjalanan. Nilai Lahan dan Kepadatan Daerah Pemukiman Nilai lahan dan kepadatan daerah pemukiman hanya sering dipakai untuk tujuan kajian mengenai zona. Maksud Perjalanan Maksud perjalanan merupakan ciri khas sosial suatu perjalanan sekelompok orang yang melakukan perjalanan bersama-sama (misalnya dalam satu kendaraan umum) bisa jadi mempunyai tujuan yang sama, Pergerakan yang menuju atau tiba ke suatu lokasi (trip Pergerakan yang meninggalkan suatu lokasi (trip

12

tetapi maksud mereka mungkin berbeda, misalnya ada yang hendak bekerja, belanja, dan berwisata. Jadi maksud perjalanan merupakan faktor yang tidak sama rata dalam satu kelompok perjalanan. Waktu Perjalanan Faktor ini merupakan peubah kontinu dimana faktor ini memegang peranan penting dalam menentukan volume lalu lintas selama 24 jam selama hari kerja dan menentukan presentasi volume lalu lintas tertentu pada jam padat. Moda Perjalanan Moda perjalanan dapat dikatakan sebagai sisi lain dari maksud perjalanan yang sering digunakan untuk mengelompokan macam perjalanan. Peubah ini merupakan faktor fisik dan tidak kontinu, serta menggunakan fungsi dari peubah lain. Jarak Perjalanan Faktor jarak ini merupakan peubah kontinu yang berlaku bagi lalu lintas orang maupun kendaraan. Faktor ini berkaitan erat dengan kepadatan penduduk dan kepemilikan kendaraan. Luas Lahan Faktor luas lahan berkaitan erat dengan kepadatan penduduk dari suatu daerah tertentu, yang pada akhirnya menunjukan pada banyaknya lalu lintas orang maupun barang. Selanjutnya menurut Suwardjoko, dikatakan bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi produksi perjalanan dan bangkitan pergerakan : 1. Kepemilikan kendaraan 2. Tingkat pendapatan penduduk/keluarga 3. Struktur ukuran keluarga. 2.2 Pengertian Fasilitas Pendidikan Sebuah kota pasti membutuhkan bermacam-macam fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Kamus Tata ruang, fasilitas dapat diartikan sebagai:

13

Bangunan atau ruang terbuka. Istilah umum yang dipakai untuk menunjukan kepada

suatu unsur penting dalam aset pemerintahan atau pemberian pelayanan jasa pada umumnya. Jaringan dan atau bangunan yang memberi pelayanan dengan fungsi tertentu kepada masyarakat maupun perorangan berupa kemudahan kehidupan masyarakat dan pemerintah. Menunjang kebutuhan masyarakat Pembagian fasilitas atau jenis fasilitas pelayanan masyarakat (Aurora dkk, 1996 :25), adalah sebagai berikut : a. b. c. Fasilitas Kelembagaan : Fasilitas Pelayanan Kesejahteraan : Fasilitas Ekonomi : Kantor Pemerintah, Lembaga Hankam, Perkantoran dan Balai Kota Peribadatan, Kesehatan, Pendidikan, Keamanan Warung/kios, toko, pasar lingkungan, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, dan pusat pergudangan. d. Fasilitas Rekreasi : Tempat bermain, balai pertemuan, gedung keseniaan, bioskop, tempat olah raga, pusat kebudayan, museum. e. Fasilitas Perangkutan : Terminal atau sub terminal atau perangkutan umum, perparkiran. Menurut UU. No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Fasilitas pendidikan berarti aktivitas ataupun materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan yang bersifat memberi kebutuhan sosial, mental dan atau latihan. Dimana fasilitas di kota lebih rumit dan di luar kota lebih langka.

14

2.3

Pengertian Metode Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Tabulasi silang (Indriatno, dkk,;1998) merupakan metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua variabel dan menghitung harga-harga statistik berserta ujinya. Metode analisis silang (Crosstab/Crossclasifed) memiliki beberapa metode pendekatan yang berbeda dan menggunakan uji statistik yang berbeda pula, bergantung pada banyaknya variabel yang akan diidentifikasi hubungannya satu sama lain. Jika hanya menggunakan dua variabel maka dapat menggunakan metode kontigensi, metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam analisis tabulasi silang. Jika variabel yang hendak diuji jumlahnya lebih dari dua dapat menggunakan model yang disebut dengan Hirarchical Log Linier. Tabulasi silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris. Kegunaan Analisis Tabulasi Silang adalah dalam menyelesaikan permasalahan analisis data. Manfaat yang dapat diperoleh dari analisis tabulasi silang, khususnya dalam perencanaan wilayah dan kota, adalah : 1. Membantu menyelesaikan penelitian yang berkaitan dengan penentuan hubungan antara variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif, setelah melalui uji statistik. 2. 3. dianalisis. Dilihat bahwa analisis silang akan sangat membantu perencanaan dalam menganalisis pada tahap selanjutnya, sebagai dasar dalam pengambilan Menentukan Dapat besarnya derajat asosiasi dependent (hubungan kuat atau lemah) menentukan variabel (terikat) dan variabel independent (bebas) dari dua variable yang

15

keputusan. Analisis Tabulasi Silang berguna apabila data yang diperolah merupakan data dalam bentuk data kategori yang diperoleh dari survey primer. 2.4 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Tentang Fasilitas Pendidikan. Berdasarkan Perda Kota Bandung No. 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung pasal 19 menyatakan bahwa kebijakan pengembangan kawasan dan kegiatan pendidikan dimaksud adalah : Mempertahankan pengelompokan kegiatan pendidikan pada lokasi yang sudah tertata dan tidak menimbulkan dampak negatif Menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan parkir yang memadai bagi kawasan dan kegiatan pendidikan. Tidak memberikan ijin bagi pengembangan baru dan perluasan pendidikan tinggi di wilayah Bandung Barat. Mengarahkan dan memberikan insentif bagi pengembangan kegiatan pendidikan tinggi ke wilayah Bandung Timur. Mengenakan disintensif dan atau merelokasikan kegiatan pendidikan yang tidak mempu memenuhi kewajiban penyediaan prasarana, sarana, dan parkir, dan atau tidak sesuai lagi lokasinya. Selanjutnya dijelaskan lagi pada pasal 63 tentang rencana pengembangan fasilitas pendidikan adalah ; Menyebarkan fasilitas pendidikan skala lingkungan meliputi Taman Kanak-Kanak (TKK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan Selain itu rencanan pengembangan kawasan pendidikan di Kota Bandung adalah: Membatasi lokasi pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan non-formal yang ada di wilayah Bandung Barat. Membatasi pembangunan perguruan tinggi di wilayah Bandung Barat pada lokasi-lokasi yang telah berkembang, dengan mewajibkan memenui penyediaan prasarana dan parkiran yang memadai.

16

Mengembangkan pendidikan tinggi di wilayah Bandung Timur dengan prasarana dan sarana pendukung yang memadai. Merelokasi kegiatan pendidikan yang tidak mampu menyediakan prasarana, sarana, dan parkir, dan/atau tidak sesuai lagi lokasinya Mempertahankan balai penelitian dan pusat penelitian yang sudah ada, dan mengembangkan yang baru pada lokasi konsentrasi pendidikan tinggi tersebut. Dengan kebijakan-kebijakan diatas maka program pengembangan

kawasan pendidikan adalah sebagai berikut : Pengaglomerasian lokasi pendidikan di wilayah Bandung Timur. Pembatasan perkembangan pendidikan di wilayah Bandung Barat dan pengaturan perkembangannya. Pngembangan sarana dan prasarana pendukung pendidikan di Bandung Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah dan luas lahan yang diperuntukan bagi pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di Kota Bandung, adalah sebagi berikut : Tabel II.1 Standar Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kota Bandung Berdasarkan Pembagian Wilayah Pengembangan Kota
Jenis Fasilitas Pendidikan TK SD SLTP SMU Akademik Standar Penduduk (jiwa) 1.000 1.600 4.800 4.800 120.000 Standar Luas (m) 170 1.100 3.000 3.000 Bojonagara 106 67 23 23 1 Jumlah Sarana dan prasarana yang dibutuhkan (unit) CiTegalUjungGedeKota Karees beunying lega berung bage Bandung 109 98 106 143 81 643 67 61 67 89 50 403 23 20 23 30 17 136 23 20 23 30 17 136 1 1 1 1 1 6 Sumber RTRW Kota Bandung

Adapun sebagi berikut :

standardisasi

penyediaan

sarana

pendidikan

yang

dikeluarkan oleh Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah tahun 1983 yaitu Kebutuhan ruang belajar tingkat pra sekolah (TKK), SD, SLTP, dan SLTA untuk menentukan kebutuhan ruang ini perlu dihitung :

17

berapa anak usia pra sekolah dan usia sekolah yang ada didalam lingkungan pemukiman. Berapa unit ruang belajar yang sudah tersedia dan berapa daya tampungnya. berapa proyeksi anak usia pra sekolah (TKK), SD, SLTP, dan SLTA pada 5 tahun yang akan datang

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.2 Standarisasi Penyediaan Saran Pendidikan Nasional
No Jenis Minimum penduduk Lokasi Ditengah 1 TKK (2 kelas a 35-40 murid) 1000 p kelompok keluarg + taman 2 Sekolah Dasar (6 kelas a 40 mrd) 400-600 1.600 p m2 3.600 m2 L 1514 m2 T 2700 m2 L 2551 m2 T 6000 m2 L 1514 m2 T 2700 m2 L 2551 m2 27,7 m2/mrd 15 m2/mrd 1.000 mnt 15 m2/mrd 2,25 m2/mrd 15 m2/mrd 252 m2 1200 m2 500 mnt 15 m2/mrd Luas lantai luas tanah Radius pencapaian Standar keterangan

SLTP (6 kelas a 30 mrd)

4.800p 3 SD

Dikelompokan dengan taman +lap.Olahraga

SLTA (6 kelas a 4 30 mrd dipakai pagi/sore)

1 SLTP (pagi/sore)

27,7 m2/mrd T 5000 m2 Sumber Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah

18

Você também pode gostar