Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
yang sudah ada atau menciptakan metode baru. Metode secara harfiah berarti cara. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat lain juga dijelaskan bahwa metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik pembelajaran. Metode adalah alat untuk mencapai tujuan yang bersifat prosedural (fase pendahuluan, fase pembahasan, fase menghasilkan dan fase penurunan), sedangkan teknik merupakan pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan yang bersifat implementatif. Rangkaian dari banyak metode yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dinamakan strategi pembelajaran. Metode bukan merupakan tujuan, melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaikbaiknya. Untuk itu tidak mungkin membicarakan metode tanpa mengetahui tujuan yang hendak dicapai. Jadi berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai bergantung pada penggunaan metode yang tepat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa sebenarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik atau buruk. Yang ada adalah guru yang cakap atau guru tidak cakap dalam memilih dan mempergunakan metode dalam pembelajaran. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunkan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bisa dipastian mereka akan melakukannya secara berbeda . Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik, yang mendasari aplkasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode.
Strategi Pembelajaran SD 7-2
Pembelajaran inovatif membutuhkan kondisi tertentu antara lain terdapat kebebasan bagi guru untuk menghadapi resiko, mendorong guru untuk mencoba ide baru, memberi kesempatan bagi guru untuk tidak terikat, mendorong guru untuk mencoba berbagai teknik mengajar, dan menyediakan forum untuk refleksi tentang pembelajaran
Mengingat yang akan dikembangkan adalah pembelajaran AIKEM, maka metode yang akan dipilh adalah metode yang dapat memotivasi siswa untuk aktif, inovatif dan kreatif dengan masif dipertimbangkan keefektifan dan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk supaya siswa banyak mengingat apa yang telah dipelajari, maka siswa diberi banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran.
Strategi Pembelajaran SD
7-5
h. Permasalahan: Guru mengajukan permasalahan yang terkait dengan pelajaran yang akan disampaikan. i. Demonstrasi: guru ataupun siswa dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai tema dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga. j. Reviu koran atau berita: siwa diminta mereviu koran atau berita pada bacaan lain. k. Curah pendapat: siswa diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai tema.
Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang permaslahan yang dibahas. Metode membaca keras-keras: Setiap siswa diminta untuk membaca bagian dari teks ( satu paragraf) di depan kelas dengan keras. Beberapa siswa dapat membaca bagian teks yang sama. Guru dapat menghentikan untuk mengajukan pertanyaan. Setelah beberapa siswa membaca keras kemudian diskusi bersama dan penguatan
l.
Metode yang dapat dikembangkan setelah siswa menerima penjelasan dari guru antara lain: a. Jeda klarifikasi: kegiatan ini dimaksudkan agar sisiwa mendengar dengan aktif. Guru memberikan jeda diantara penjelasannya agar guru dapat mengklarifikasi b. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta didik membandingkan hasil catatannya dengan catatan rekannya yang lain c. Tanya jawab: hampir mirip dengan jeda klarifikasi namun tanya jawab dilakukan setelah penjelasan benar-benar tuntas. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari siswa, guru dapat memancing dengan bertanya pada siswa. Perlu diingat bahwa mengajukan pertanyaan bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Oleh karenanya, perlu diberikan alokasi waktu bagi siswa untuk berfikir. d. Merespon demonstrasi: setelah siswa diajak mengamati kejadian tertentu, mereka diminta untuk membuat sebuah paragraf tentang kesan siswa terhadap demonstrasi tersebut. Siswa dapat memulai dengan kalimat. Setelah mencermati demonstrasi saya.......................... e. Headline: Guru menyarikan pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat. Metode untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari
Strategi Pembelajaran SD 7-6
a. Mengembangkan peta konsep: secara individual ataupun kelompok siswa diminta untuk
mengembangkan peta konsep yang merupakan representasi gagasan, model, konsep atau hubungan antar konsep. Peserta didik membuat bulatan-bulatan yang di dalamnya terdapat konsep dan garis yang menghubungkan antara bulatan yang satu dengan yang lainnya. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pembelajaran. Mintalah siswa mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi siswa untuk menjawabnya. Refleksi: mintalah satu atau dua siswa maju di depan kelas dan menceriterakan kesan terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Quis: guru mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta siswa menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama siswa maupun tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif, imajinatif. Quis juga dapat dilakukan dengan cara melengkapi gambar. Turnamen: secara berkelompok siswa berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok siswa yang memenangkan turnamen mendapatkan reward tertentu. Reviu: Minta siswa-siswa untuk mereviu isi pelajaran dengan yang lain atau memberi mereka tes skor reviu.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Metode dalam pembelajaran tidak langsung a. Metode Inkuiri: Siswa melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa
mengajukan pertanyaan. Selanjutnya siswa merumuskan dugaan, dan mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa diminta untuk menyimpulkan. Metode memecahkan masalah: Setiap siswa diminta untuk merumuskan masalah dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan. Menentukan berbagai pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji pemecahan masalah yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah. Metode berdagang: Setiap siswa menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif, pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap siswa menempelkan hasil tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil teman lain. Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara klasikal, secara bergiliran siswa menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh guru. Analisa studi kasus: kepada peserta didik diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah dipelajari di kelas. Mengevaluasi hasil kerja teman: dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu produk. Umumnya peserta didik menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya
7-7
b.
c.
d.
e.
Strategi Pembelajaran SD
3. Metode dalam pembelajaran interaktif a. Diskusi kelompok: Guru meminta siswa berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi. Contoh cara membentuk kelompok yang efektif adalah:
Kartu kelompok. Langkah pertama adalah menetapkan jumlah kelompok. Jumlah kelompok dalam kelas dapat ditentukan berdasarkan jumlah siswa. Langkah berikutnya adalah membuat kartu yang diberi nomor dari 1 sampai dengan nomor terakhir yang sesuai dengan jumlah kelompok atau kartu warna-warni dengan jumlah warna sama dengan jumlah kelompok. Kartu-kartu ini dibuat rangkap sebanyak jumlah kelompok. Kemudian kartu-kartu ini dibagaikan kepada siswa-siswa, mereka yang mendapat kartu dengan nomor sama atau warna membentuk satu kelompok Puzzle: Buat gambar hewan atau mobil atau yang lain pada kertas karton sebanyak jumlah kelompok yang ingin dibentuk. Kemudian gambar ini dipotong-potong sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Masing-masing potongan dibagikan kepada siswasiswa. Siswa yang mendapatkan potongan gambar gajah berkumpul dan membentuk satu kelompok. Kartu nama: Gunakan kartu nama yang berbeda-beda bentuk dan atau warnanya untuk menentukan kelompok yang berbeda Kelahiran: Siswa-siswa diminta untuk berkelompok berdasarkan kelahirannya, misalnya siswa yang lahir bulan Januari dan Februari membentuk satu kelompok, demikian juga untuk bulan-bulan yang lain. Kartu remi: Gunakan kartu remi atau jenis lain untuk membentuk kelompok. Misalkan, gunakan aces (as), king (K), queen (Q) dan jack (J) untuk membentuk empat kelompok. Nomor undian: Buat potongan-potongan kertas dan beri nomor sesuai dengan jumlah kelompok dan jumlah siswa. Kemudian masukan dalam kotak. Tiap siswa diminta mengambil nomor undian. Siswa-siswa yang mendapat nomor undian yang sama membentuk satu kelompok. Rasa permen: Bagikan permen dengan berbagai rasa berbagai rasa untuk membentuk kelompok. Misalkan ingin membentuk 4 kelompok maka permen yang dibagikan memiliki empat rasa: lemon, strawbery, mangga, dan jambu. Jumlah masing-masing rasa sesuai dengan jumlah kelompok yang ingin dibentuk. Kesukaan: Kumpulkan mainan yang bertema sama dan gunakan untuk membentuk kelompok, misalkan untuk tema transportasi maka mobil, kapal, pesawat, kereta api dapat digunakan untuk membentuk 4 kelompok. Masukkan mainan ini ke dalam kotak dan minta siswa untuk mengambil undian dan kemudian dikembalikan lagi. Siswa yang mengambil undian yang sama berkumpul membentuk satu kelompok.
7-8
Strategi Pembelajaran SD
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Buku siswa: Guru dapat memberikan kode pada buku PR siswa untuk menentukan kelompok Think, pair and share: ajukan permasalahan pada siswa. Berikan kesempatan 2-5 menit untuk berfikir sendiri (think). Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan masalah yangsama dengan peserta didik disebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share). Metode Investigasi Kelompok: Siswa membentuk kelompok. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Guru memberikan penguatan. Metode TGT (Team Game Tournament): Guru menyajikan materi baru. Siswa membentuk kelompok belajar secara heterogen (sesuaikan kondisi siswa kelas awal). Setiap kelompok mengikuti turnamen akademik. Setiap siswa mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri penghargaan terhadap kelompok yang menang. Metode Jigsaw: Guru menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok (tugas disesuaikan dengan kemampuan anak kelas awal). Siswa berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (siswa harus hafal anggotanya). Setiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Siswa dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak siswa menyampaikan seluruh tugas yang diberikan guru (yakinkan bahwa stiap siswa mampu menguasai seluruh tugas). Penguatan Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Guru menunjuk satu anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian seterusnya. Guru menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Guru menambahkan ide yang belum terungkap. Dari data-data di papan tulis, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai Metode Numbered Heads Together: Siswa membentuk kelompok dan setiap anggota menerima nomor (biasanya anggotanya 4 orang). Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan oleh setiap kelompok (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Siswa yang nomornya sama dengan nomor yang ditunjuk oleh guru menyampaikan jawaban atas nama kelompoknya. Demikian seterusnya sehingga semua masalah telah dijawab. Penguatan Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh guru. Siswa membentuk kelompok (sesuaikan dengan kondisi siswa kelas awal). Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok. Penguatan
7-9
Strategi Pembelajaran SD
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Beberapa tugas yang dapat diberikan pada kegiatan belajar berpasangan: Mendiskusikan bacaan singkat Saling bertanya terkait dengan reaksi pasangan terhadap tugas membaca, materi pelajaran atau yang lainnya Saling mengritik pekerjaan pasangan Saling bertanya tentang hasil membaca Merangkum pelajaran yang baru diberikan Mengembangkan pertanyaan yang akan diajukan pada guru Mengalisis masalah tertentu, latihan atau percobaan Saling menguji pasangan Merespon pertanyaan yang diajukan guru
Strategi Pembelajaran SD 7 - 10
4. Metode untuk belajar melalui pengalaman a. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran
berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan peran kelompok yang lain. b. Membangun model: sama dengan bermain peran masing-masing kelompok diminta untuk mengembangkan model berdasarkan konsep yang dipelajari. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil dan ditanggapi kelompok lainnya. c. Simulasi/latihan praktek: setelah siswa belajar tentang keterampilan motorik tertentu, secara acak siswa diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di depan kelas.
model, pendekatan, strategi, metode dan teknik dengan maksud yang serupa, untuk itu dalam panduan pengembangan RPP (Diknas, 2008) dinyatakan sebagai berikut: Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik: a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya. b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya. Beberapa metode di atas dapat dipilih berdasarkan penggunaan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Yang perlu diingat bahwa pada metode yang sama dapat digunakan pada kegiatan yang berbeda. Misalnya metode tanyajawab dapat digunakan pada kegiatan awal, inti, ataupun penutup. Kegiatan awal Secara umum kegiatan awal berfungsi untuk: (1) Memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan ketertarikan, (2) Merangsang pemikiran siswa, (3) Mengungkap pengalaman awal yang dimiliki siswa, (4) Memotivasi siswa mempelajari materi, (5) Memahami tujuan pembelajaran, (6) Mengingatkan pada kesepakatan kelas Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipilih di antaranya sebagai berikut. 1. Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep/topik yang sedang dipelajari. 2. Meminta siswa untuk mencermati dan memberikan komentar tentang video, gambar dan sketsa yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari dan meminta komentar mereka. 3. Mendemonstrasikan sesuatu di depan kelas dan meminta siswa mengomentarinya. 4. Menyampaikan fakta-fakta perkembangan iptek terkait dengan konsep yang akan dipelajari. 5. Cerita atau visualisasi yang menarik: 6. Reviu koran atau berita 7. Curah pendapat 8. Pesta pertanyaan 9. Quis 10. Dan masih banyak lagi. Kegiatan Inti Apabila bagian awal merupakan bagian untuk memotivasi sisiwa mempelajari konsep, bagian inti merupakan serangkaian kegiatan yang mengarahkan sisiwa untuk membangun konsep. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan inti terlebih dahulu sisiwa
Strategi Pembelajaran SD 7 - 12
diberikan kesempatan melalui berbagai pilihan kegiatan untuk membangun konsep. Pemilihan kegiatan haruslah cermat dan menjamin mereka untuk mengikuti alur pengumpulan informasi, pemaknaan informasi, dan pembangunan konsep, dan pengkomunikasian konsep kepada sisiwa lain. Pada umumnya guru juga akan menyampaikan penguatan konsep dan memberikan kesempatan kepada sisiwa untuk berlatih menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kasus-kasus kehidupan nyata. Di bawah ini beberapa strategi atau metode yang dapat dimanfaatkan oleh guru. 1. Pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerjasama dengan berbagai pilihan metode, yaitu: (JIGSAW, TGT, STAD, dll). 2. Pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran yang mengarahkan siswa dan untuk memecahkan masalah yang diajukan dengan konsep yang akan dipelajari. 3. Projek dan penyusuna laporan 4. Diskusi 5. Debat 6. Simulasi dan bermain peran 7. Tanya jawab 8. Simulalsi 9. Bermain peran 10. Dan masih banyak lagi Kegiatan akhir Bagian akhir pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mengetahui apakah siswa telah berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap ini di antaranya sebagai berikut. 1 Siswa diminta membuat ringkasan tentang hal-hal yang telah dipelajari. 2 Siswa mempresentasikan secara lisan poin-poin penting yang telah mereka pelajari. 3 Siswa mengembangkan tulisan kreatif terkait konsep yang dipelajari. 4 Siswa diminta mengembangkan peta konsep tentang materi yang dipelajari. 5 Siswa diminta untuk mereviu apa yang telah dipelajari.
Berikut akan dicontohkan penggunaan metode dalam 5 matapelajaran (IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika).
Empat Pilar Pembelajaran UNESCO, yaitu: Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk melakukan), Learning to be (belajar untuk menjadi mandiri), Learning to live together (belajar hidup bersama/bekerja sama) Konstruktivisme, yaitu paradigma pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman diri kita dalam belajar. Pemahaman kita tentang sesuatu bukanlah pemberian orang lain melainkan kita sendiri yang membangunnya secara bertahap. Masing-masing orang memiliki cara atau model sendiri dalam memahami sesuatu, yang mungkin berbeda dengan orang lain. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses menerima dan mengolah pengalaman-pengalaman baru menjadi pengetahuan baru Inquiry Sains. Pembelajaran berbasis inquiry adalah cara membangun pengetahuan tentang alam di sekitar kita melalui cara-cara inquiry. Pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang dajukan oleh siswa atau yang diarahkan oleh guru pada topik yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memegang peranan untuk menjawab pertanyaan dengan melakukan serangkaian kerja ilmiah. Pada akhir pembelajaran guru mengajukan pertanyaan apakah konsep-konsep telah dipahami dengan baik oleh siswa. Sains, Lingkungan, Teknologi dan Kemasyarakatan. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, dan memanfaatkannya untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Salingtemas merupakan pendekatan yang berbasis kepada masalah dan responsif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan implikasi sains dan teknologi serta lingkungan baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional. Masalah yang diselidiki dipilih sendiri oleh siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat memahami konsep, proses dan pengaruh sains dan teknologi pada masyarakat dengan berbagai perspektif. Dalam setting pembelajaran salingtemas, siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang mengasah kemampuan untuk mengambil kebijakan terhadap masalah sains dan teknologi. Problem Solving. Melibatkan siswa pada kasus permasalahan nyata dalam kehidupan: Membentuk kelompok, menyajikan masalah, mengaktifkan kelompok, penguatan, mempertanyakan solusi Pembelajaran Sains bermuatan nilai. Ada dua dimensi dalam pembelajaran sains berluatan nilai, yaitu: (1) Ketuhanan, yaitu fitrah bertuhan, (2) Kemanusiaan, yaitu berbudi luhur.
Metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Langkah: a. Pembentukan kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa) jika mungkin dengan kemampuan yang heterogen. b. Menghadirkan masalah: Guru memotivasi siswa dan menyampaikan permasalahan pada masing-masing kelompok c. Mengaktifkan kelompok: Guru meminta kelompok melaksanakan curah pendapat, berdiskusi,mencari informasi dan melakukan penyelidikan. d. Presentasi Perumusan Masalah: Siswa diminta mengemukakan hasil-hasil diskusi dan penyelidikan kepada kelompok yang lain, diskusi dan mencari penjelasan e. Penguatan: Guru menyampaikan penguatan-penguatan dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari Apa yang harus dilakukan siswa? a. Merumuskan masalah: Siswa diharapkan mampu merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan. b. Mengidentifikasi kemungkinan solusi: Siswa diharapkan melakukan curah pendapat untuk mengidentifikasi kemungkinan solusi dari masalah yang dihadapi c. Mempersempit pilihan: Dari berbagai alternatif solusi, siswa diharapkan dapat memilih penyelesaian prioritas dan menentukan data yang diperlukan untuk menguji alternatif solusi tersebut. d. Mengajukan hipotesis: Dari alternatif solusi yang diprioritaskan siswa menentukan hipothesis solusi permasalahan e. Menguji hipothesis: Siswa melakukan penyelidikan untuk menguji hipothesis yang diajukan f. Menyusun Laporan: Siswa membuat laporan sederhana untuk disampaikan kepada teman-temannya. Kriteria topik-topik permasalahan yang baik Bermakna dan ada hubungan dengan kehidupan nyata. Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan perkembangan siswa Aktifitas penyelesaian masalah sesuai dengan indikator kompetensi yang akan dipilih. Sumber, bahan dan media mudah didapatkan
a. b. c. d. e.
Siswa menerima tugas permainan peran. Siswa melakukan diskusi Siswa mengumpulkan informasi yang relevan Siswa menyusun permainan peran Siswa melakukan permainan peran
3. Pengembangan Model Simulasi Dilakukan apabila: (1) Kegiatan eksperimen dan pengamatan langsung sulit dilakukan (2) Tersedia media untuk mengembangkan model, (3) Terdapat sumber-sumber data pendukung Langkah: a. Pembentukan Kelompok b. Pembagian dan penjelasan LKS c. Sharing hasil pengembangan model d. Penguatan guru
4. Metode Inquiri
Metode inquiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain (Eggen dan Kauchak (1996). Penerapan metode inquiri ini misalnya pada pembahasan tentang topik perkecambahan. Langkahlangkahnya sebagai berikut: Siswa secara individu diminta untuk mengecambahkan dua biji kacang hijau yang masingmasing diletakkan pada tempat gelas plastik berbeda yang sebelumnya diberi kapas basah. Gelas yang satu diletakkan pada tempat yang gelap dan yang satu lagi diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah lima hari mereka kita suruh mengamati, dan memberikan alasan mengapa kecambah yang dihasilkan berbeda. Dari hal ini siswa diharapkan dapat menjawab fakta yang terjadi yaitu kecambah ditempat gelap warnanya putih dan panjang, sedangkan yang ditempat terang lebih pendek dan kehijauan. Dari jawaban tersebut menggiring siswa untuk dapat membuat generalisasi tentang proses perkecambahan. Guru bertindak sebagai inspirator, dan fasilitator sehingga generalisasi yang ditemukan oleh siswa memiliki penguatan. Inspirasi dari guru sangat dibutuhkan untuk memupuk jiwa dari siswa selalu ingin tahu terhadap sesuatu nyang baru
5. Metode Penemuan
Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses disamping
Strategi Pembelajaran SD 7 - 16
hasil belajar. Contoh: penemuan hati pisang sebagai sumber makanan yang kaya zat gizi. Lagkah-langkahnya sebagai berikut: Proses ini didahului dengan fakta-fakta yang ada di alam, siswa mengamati dari lingkungannya ternyata ada sebagian masyarakat yang mengkonsumsi hati batang pisang sebagai pengganti dari nasi, masyarakat tersebut tidak keracunan justru bertambah sehat. Hasil observasi ini akan menjadikan siswa-siswi tersebut bertanya: mengapa hati batang pisang dapat dimakan. Guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator terhadap masalah ini, melalui referensireferensi yang ada, maka siswa dibimbing untuk melakukan analisis di laboratorium untuk memestikan kandungan gizi yang ada pada hati batang pisang. Berdasarkan proses ini maka siswa dapat menemukan kandungan gizinya dan menyimpulkannya.
6. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain. Contoh: pengamatan vitamin C pada buah-buahan dengan menggunakan larutan Iodin. Ekstrak buah yang mengandung vitamin C rendah dengan buah yang mengandung vitamin C tinggi dapat ditunjukkan dengan warna coklat pada larutan. Buah yang mengandung sedikit vitamin C setelah ditetesi dengan iodin menunjukkan warna yang terang, sebaliknya untuk buah yang mengandung vitamin C tinggi warnanya coklat tua.
7. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karyawisata memiliki banyak hal yang bersifat nonakademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar. Metode karya wisata sangat efektif digunakan untuk mengungkap konsep dan fakta yang lebih besar skalanya, misalnya tentang ekosistem danau, pabrik, ekosistem gurun, stasiun kereta api, dan lain sebagainya. Sebelum karyawisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber pembelajaran. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai pedagogis. Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum. Apabila sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, karyawisata dapat dilaksanakan.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 17
Melaksanakan karyawisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pemebelajaran, efek instruksional dan pengiring, iklim yang kondusif.
Menganalisis ketercapaian, kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karyawisata yang akan datang.
Skenario Pembelajaran:
Kegiatan Awal
Siswa diajak membuka pelajaran dengan bersama-sama menyanyikan lagu Dua Mata Saya . Siswa membangun kesepakatan Siswa menerima foto kopi yang berisi gambar-gambar tentang penggunaan panca indera Secara berkelompok siswa mendiskusikan gambar-gambar yang dibagikan guru. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti
Siswa mengelompok menjadi 5 kelompok secara acak. Guru juga membagikan format penilaian antar teman (peer assessment) pada masing-masing siswa Siswa melakukan kegiatan eksperimen berdasarkan Lembar kerja yang telah disediakan. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil-hasil eksperimen. Setiap kelompok mempresentasikan hasil-hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok yang lain. Siswa diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi /presentasi. Secara individual semua siswa diminta menuliskan pemahaman tentang konsep panca indera Kegiatan Penutup Siswa mencermati penguatan tentang konsep alat indera dari guru
Strategi Pembelajaran SD 7 - 18
Siswa mengajukan pertanyaan atau gagasan yang terkait dengan penguatan guru Siswa menerima pertanyaan/evaluasi dari guru Guru memberikan tugas individu berupa pengumpulan kliping tentang alat indera dan perawatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ciptakan masyarakat belajar melalui kerja kelompok (Komponen masyarakat belajar). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (Komponen pemodelan). 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka
belajar sesuatu (komponen refleksi). 7. Lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen autentik).
Strategi Pembelajaran SD 7 - 19
Dari segi pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan didasarkan pada pendekatan wholelanguage. Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisahpisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Para pakar whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole language, pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilaksanakan secara integrative, baik interbidang studi maupun antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik. Pengintegrasian kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia secara interbidang studi dapat digambarkan sebagai berikut.
Strategi Pembelajaran SD
7 - 20
Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert dalam Santosa, 2004). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang siswa agar dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993). Ciri-ciri Kelas Whole Language Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language :
Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut diletakkan dalam alamari kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan dilengkapi berbagai jenis buku, majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak lainnya. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah multiarah. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima. Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya.
Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan dapat lebih mengaktifkan siswa, mendorong siswa untuk inovatif, menyenangkan, dan efektif (PAIKEM).
Cobtoh Metode Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Terpadu Kelas Awal
1. Team Game Tournament Mencocokkan Kata dan Gambar Kompetensi Dasar: Membedakan berbagai bunyi Langkah Kegiatan: a. Menyanyi dan gerak: lagu Satu-satu b. Guru menunjukkan gambar orang tua dan anakanak
Strategi Pembelajaran SD 7 - 21
c. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang gambar yang ada. d. Guru memperlihatkan kartu kata pada saat menunjukkan gambar tersebut dan melafalkan dengan tepat. e. Siswa menirukan pelafalan dengan tepat f. Guru menugasi siswa secara kelompok beradu cepat menempelkan kartu kata pada gambar yang dipajang di papan flannel/flip board yang sesuai dengan ucapan guru. g. Siswa melafalkan kata-kata yang telah ditempelkan. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Pengembangan kosa kata b. Pelafalan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat c. Kemampuan mengingat
ini nana
ini mama
ini dani
a. Guru meletakkan beberapa kartu kata di setiap halaman dan membacakannya di depan siswa, sehingga menjadi cerita utuh b. Siswa secara kelompok diberi kartu-kartu kata tersebut dan diminta merangkaikannya kembali sehingga menjadi cerita yang utuh c. Bermain peran sesuai isi cerita
Kompetensi Dasar: Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti. Langkah Kegiatan: a. Anak membawa gambar dari rumah b. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang c. Setiap kelompok merangkaikan gambar yang telah dibawa (sesuai topik yang telah ditentukan untuk setiap kelompok) d. Secara bergiliran, setiap kelompok menceritakan hasil rangkaian gambar kepada kelompok lain. e. Mengambil hasil rangkaian gambar terbaik f. Guru menceritakan hasil rangkaian gambar yang terbaik g. Anak diminta menceritakan hasilnya kepada orangtua h. Orangtua menuliskan cerita anak dan diserahkan kepada guru. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Anak dapat menyimak isi cerita yang disampaikan secara lisan b. Anak dapat menceritakan/menyampaikan cerita yang didengarnya kepada orang lain secara urut. Pengembangan: a. Hasil rangkaian teman diceritakan kepada teman lain b. Menuliskan hasil rangkaian gambar.
4. Bisik berantai
Kompetensi dasar: mampu memahami isi pesan dan menyampaikannya kepada orang lain Langkah-langkah Kegiatan a. Siswa membagi kelompok beranggotakan 5 orang b. Masing-masing kelompok berbaris. c. Siswa yang berada pada urutan pertama dibisiki sebuah kalimat oleh guru kemudian menyampaikannya kepada siswa yang berada di urutan nomor dua d. Siswa yang berada di urutan nomor dua menyampaikan pesan yang didengarnya kepada nomor tiga dan seterusnya sampai pada siswa yang berada di urutan paling belakang. e. Siswa yang berada di urutan paling belakang membisikkan kembali pesan tersebut kepada guru. Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan ini? 1. Siswa mampu menangkap pesan yang disampaikan secara lisan 2. Siswa mampu menyampaikan pesan yang didengar secaralisan 3. Siswa mampu meningkatkan daya ingatnya
5. Mendengarkan Cerita.
Tujuan: Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Alat yang digunakan: Kaset cerita dan tape recorder. (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok) Cara pelaksanaan:
Strategi Pembelajaran SD 7 - 23
1. guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu,
2. putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, 3. siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, 4. siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, 5. siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, 6. siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, 7. siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
6. Bermain Peran
Kompetensi Dasar : Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai. Langkah Kegiatan: a. membuat poster tentang pementasan di luar kelas (waktu, tempat, judul pentas, dll) b. guru membagi peran siswa, siapa yang penjual karcis, membeli karcis, pembawa acara, dan yang menonton dengan urut presensi c. disaat yang sudah ditentukan 10 orang siswa diminta secara bergantian untuk maju ke panggung menceritakan mainan yang dibawanya dari rumah d. teman-teman dari kelas lain menyaksikan acara ini. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Melatih anak untuk menghormati orang lain b. Anak berani mengungkapkan pendapat dengan kata-katanya sendiri c. Melatih kepercayaan diri. d. Melatih anak berekspresi
7. Reproduksi Cerita
Kompetensi Dasar : Menceritakan kembali dongeng yang didengarnya. Bahan: Gambar-gambar yang sesuai dengan cerita anak, misal: Bawang Merah dan Bawang Putih. Langkah Kegiatan: a. Guru bercerita tentang bawang Merah dan Bawang Putih b. Anak diminta menceritakan kembali cerita guru dengan bahasanya sendiri c. Secara kelompok anak menulis cerita guru d. Membacakan cerita yang telah ditulisnya e. Anak memerankan tokoh-tokoh sesuai dengan cerita. Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? Melatih anak untuk menghormati orang lain Melatih keterampilan menyimak siswa Melatih keterampilan berbicara (bercerita
Strategi Pembelajaran SD 7 - 24
Contoh Metode Pembelajaran Kelas Atas (Tingkat Lanjut) 1. Presentasi atau Penjelasan Sesuatu (obat, makanan, minuman, dll.)
Tujuan: Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan: Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Langkah-langkah Kegiatan: a. guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, b. siswa mengambil benda yang mereka kenal, c. dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, d. siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, e. siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, f. guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
2. Debat
Debat dapat merupakan suatu metode yang penting untuk mendorong berpikir dan berefleksi, misalnya mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Langkah-langkah Kegiatan a. Susunlah pernyataan yang merupakan sesuatu yang berlawanan yang terkait dengan materi pelajaran (misal tayangan televisi lebih banyak yang merugikan masyarakat daripada yang menguntungkan) b. Bagi kelas ke dalam dua kelompok. Tandai kelompok pertama dengan kelompok pro dan kelompok lain sebagai kelompok kontra. c. Pada masing-masing kelompok buatlah 2 sampai dengan 4 sub kelompok. Sebagai contoh jika jumlah siswa 24 orang, maka dapat dibuat 3 sub kelompok beranggotakan 4 orang baik untuk kelompok pro maupun kelompok kontra. Mintalah masing-masing sub kelompok untuk mengembangkan argumen dari tugas yang diberikan secara berdiskusi. Pada akhir diskusi mintalah sub kelompok untuk memilih pembicara yang mewakili sub kelompoknya. d. Susunlah tempat duduk sejumlah sub kelompok secara berhadapan dan persilahkan pembicara masing-masing kelompok menduduki tempat duduk tersebut sedangkan anggota yang lain duduk di belakang mereka. Awali debat dengan meminta setiap pembicara untuk menyampaikan argumennya. e. Setelah setiap orang mendengarkan argumen awal, hentikan debat dan kembalikan ke sub kelompok masing-masing. Mintalah setiap sub kelompok mendiskusikan bagimana mematahkan argumen lawan (argumen perlawanan). Mintalah setiap sub kelompok untuk memilih pembicara yang baru.
Strategi Pembelajaran SD
7 - 25
f.
Lanjutkan debat dengan mendudukkan pembicara secara berhadapan untuk memberikan argumen perlawanan secara bergantian. Dorong juga siswa yang duduk di belakang untuk memberikan dukungan pada pembiacarnya. g. Jika dianggap cukup, akhiri debat dengan mengajak siswa untuk membentuk lingkaran. Mintalah siswa untuk mendiskusikan apa yang mereka pelajari dari debat. Mintalah juga siswa untuk mengidentifikasi argumen yang terbaik dari kedua kelompok.
4. Dramatisasi Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
Contoh Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) Ada beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada siswa kelas awal. Pemilihan dan penggunaan metode mana yang akan digunakan, tentu harus didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kelebihan dan kelemahan masing-masing metode. Oleh sebab itu, berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat dipilih dalam melaksanakan pembelajaran. 1. Metode Global Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai Metode Kalimat. Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali kepada siswa adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 26
Setelah berkali-kali membaca, siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Langkah-langkah Kegiatan a. Memperkenalkan gambar dan kalimat b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; c. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf. d. Siswa menyalin tulisan
ini ana ini ani ani adik ana ana kakak ani
Strategi Pembelajaran SD 7 - 27
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan
c. Membaca gambar, Contoh: Guru memperlihat gambar seorang ibu sambil mengucapkan
kalimat ini ibu. Siswa melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.
d. Membaca gambar dengan kartu kalimat. Setelah siswa dapat membaca gambar dengan
lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaanya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip atau papan flannel, maka pada saat menguraikan dan menggabungkan kembali kartu-kartu tersebut akan lebih mudah. e. Membuat kalimat secara struktural (S). Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini media yang digunakan adalah kartu-kartu kalimat serta papan selip atau papan flannel. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat. f. Proses analitik (A). Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah siswa menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf Misalnya: ini nana i ni na na i ni na na i n i n a n a. g. Proses Sintetik (S). Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat semula. Misalnya i n i n a i ni na na ini na na ini nana n a
e. Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan yang terdapat pada halaman tertentu. f. Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang gambar dimaksud. g. Selanjutnya, barulah pembelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh (membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar), ada yang langsung meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap sudah mampu membaca dengan baik, atau cara lainnya. h. Pembelajaran membaca selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh model pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaanya terletak pada alat ajarnya. Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar, kartu-kartu, dan lain-lain, sedangkan membaca dengan buku memanfaatkan buku sebagai alat dan sumber belajar.
g. Siswa diminta juga membaca paragraf penutup secara sekilas untuk membuktikan kebenaran ide pokok yang telah dirumuskan di awal h. Siswa ditugasi merumuskan ide pokok bacaan berdasarkan hasil membacanya. 2. Membaca Memindai (Lacak Informasi/Scanning) Tujuan : melatih menemukan informasi tertentu saja, fakta tertentu saja, nomor atau angka tertentu secara cepat dalam bacaan (kamus, ensiklopedi, bagian buku, daftar menu, daftar pemberangkatan pesawat atau kereta api, dll) dengan cepat. Bahan/alat yang diperlukan: kamus, ensiklopedi, daftar nama, daftar menu, daftar jadwal keberangkatan transportasi, buku telepon, deretan angka-angka, bagian buku, dll), alat pengukur waktu, dan alat penghitung. Langkah-langkah Kegiatan a. Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah sebelum kegiatan dimulai. b. Siswa dibentuk kelompok dan diberi lembar yang berisi kata acak. c. Bersama kelompok siswa menentukan /mencari kata-kata yang ada dalam lembar kata acak. d. Menyusun kata menjadi kalimat. e. Kelompok yang paling cepat dan tepat dalam menyusun kalimat adalah ke yang menang. f. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan penguatan tentang materi yang telah dipelajari.
R J O S K K E D
O K T G E T D M
V S A S L Y R A
A K A N U B G L
I S V S A Q D A
M X T Y R Y O N
O M K P G P Q G
H M A Q A T I G
R E K R E A S I
Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dan mereka harus mempunyai buku untuk dibaca bersama. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Tujuannya memberikan model membaca yang tepat kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa menunjukkan kemampuan membacanya dengan teknik yang tepat. Langkah-langkah Kegiatan a. guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah), b. guru membaca dan siswa menyimak sambil memperhatikan tulisan dalam bacaan. c. Siswa membaca nyaring secara bergiliran
4. Pembelajaran Membaca Pemahaman (MP) dengan Strategi Aktivitas Membaca Berpikir Terbimbing (AMBT)/ Guided Reading
Strategi Pembelajaran SD 7 - 30
a. Pembelajaran Saat Prabaca 1) Guru mengelompokan siswa (berdasarkan perbedaan kemampuan) menjadi empat kelompok yang terdiri atas lima siswa. 2) Guru memperkenalkan topik bacaan. 3) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan membaca yang akan dilaksanakan. 4) Guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang akan dilaksanakan. 5) Guru memfokuskan perhatian siswa pada judul bacaan untuk membuat prediksi isi. 6) Apabila siswa menemui hambatan, dilaksanakan pembelajaran mini. 7) Guru mencatat di papan tulis semua prediksi yang dikemukakan siswa. b. Pembelajaran Saatbaca 1) Siswa membaca dalam hati bacaan yang disediakan. Pelaksanaanya dapat perorangan, berpasangan, maupun kelompok. 2) Siswa menentukan ide pokok dan ide penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan, tujuan penulis, dan menyimpulkan isi bacaan. c. Pembelajaran Pascabaca 1) Siswa membaca ulang prediksi awal yang dikemukakan pada tahap prabaca. 2) Bertanya-jawab untuk merevisi/menguji prediksi awal. 3) Melakukan sharing hasil dalam diskusi kelas, serta menjawab pertanyaan tingkat literal, inferensial, kritis, dan kreatif secara individu
2) Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang 3) Dalam kelompok, siswa diarahkan untuk brainstorming menentukan topik 4) Siswa ditugasi mendiskusikan tujuan menulis dan menentukan sasaran pembacanya, serta bentuk tulisan (menulis surat, cerita, laporan, puisi, dll). 5) Secara kelompok siswa ditugasi mengumpulkan informasi atau gagasan yang akan ditulis (melalui membaca/observasi, wawancara, dll) 6) Siswa mengorganisasikan secara sistematis (runtut) informasi dan gagasan yang telah dikumpulkan sesuai dengan bentuk tulisan yang telah dipilih. 7) Siswa memajang kerangka tulisan dalam kertas plano untuk dikoreksi kelompok lain 8) Secara bergiliran, masing-masing kelompok saling mengoreksi dan memberikan masukan pengorganisasian gagasan/tulisan kelompok lain. 9) Setiap kelompok melakukan perbaikan kerangka tulisan
b. Tahap Penulisan Draf/buram 1. Beradasarkan hasil prapenulisan, siswa ditugasi mengembangkan gagasan ke dalam draf 2. Disarankan kepada siswa bahwa penulisan draf dapat dilakukan pada kertas buram 3. Selama menulis draf, disarankan agar siswa lebih berfokus pada pengembangan isi atau gagasan secara runtut dan tidak terlalu berpikir tentang aspek mekanik. 4. Pengembangan draf dilakukan dengan memanfaatkan informasi atau gagasan yang telah dikumpulkan pada tahap prapenulisan c. Tahap Pascapenulisan (Revisi draf) 1) Membaca kembali draf kasar yang telah ditulis untuk melakukan koreksi dan perbaikan 2) Sharing draf kasar tulisan dengan kelompok lain dengan cara saling tukar tulisan untuk diberikan masukan perbaikan. 3) Setiap kelompok melakukan perbaikan (revisi) tulisan berdasarkan masukan kelompok lain.
d. e. f. g.
Siswa secara bergiliran membacakan jurnalnya dengan membaca nyaring Siswa ditugasi menindaklanjuti membuat jurnal individual secara rutin. Guru menilai jurnal siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Guru memberikan komentar secara tertulis mengenai tulisan siswa.
Contoh tabel :
NO NAMA JENIS KELAMIN MINUMAN MAKANAN
peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara baik positip maupun negatifnya. Kemudian siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk mencari pemecahannya dalam persoalan nyata dampak peran Indonesia dalam lingkungan negaranegara Asia Tenggara, sehingga siswa dapat menentukan sikap terhadap dampak peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan siswa dapat menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3. Memahami peran Indonesia dalam 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama lingkungan negara-negara Asia Tenggara negara-negara Asia Tenggara
Langkah Kegiatan Dampak peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara Asia Tenggara terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan model PBL, langkah-lankah sebagai berikut. 1. Pertama, guru memberikan penjelasan tentang peran Indonesia dalam lingkungan negaranegara Asia Tenggara, pentingnya kerjasama, dan politik luar negeri Indonesia. Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah. 2. Kedua, Guru menunjukkan kejadian nyata dalam masyarakat, dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan menantang kepada siswa, dan memberikan motivasi dalam pembelajaran ini. 3. Ketiga, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok masing-masing kelompok 4 - 5 orang. 4. Keempat, siswa bekerja dalam kelompok masing-masing kelompok menjabarkan pertanyaan yang luas tersebut dalam topik-topik masalah yang aktual. Siswa dalam kelompok mengumpulkan data-data, menyusun hipotesis, memberikan komentar, menganalisis, mengevaluasi dan memberikan pemecahan masalah. 5. Kelima, guru memantau kerja siswa menyusun laporan. 6. Keenam, tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 7. Ketujuh, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 8. Kedelapan, guru memberikan evaluasi.
Tabel : Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Kegiatan Guru
Menyampaikan masalah aktual. Memotivasi siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah Membantu siswa dalam mendefinisikan masalah Membantu merencanakan investigasi Mendorong siswa
Strategi Pembelajaran SD
Langkah-Langkah Pokok
Tahap 1: Membentuk kelompok dan orientasi siswa pada masalah Tahap 2: Merencanakan kegiatan kelompok Tahap 3:
Kegiatan Siswa
Membentuk kelompok ( 4-5) orang Mengidentifikasi topik-topik masalah dari masalah umum yang disampaikan guru Membatasi masalah dari masalah umum yang disampaikan guru. Mengkaji teori/ konsep/ prinsip dan menyusun hipotesis. Merencanakan kegiatan penelitian Melaksanakan investigasi
7 - 34
Mengumpulkan data Melakukan analisis temuan Menarik kesimpulan Merancang solusi atas masalah yang diangkat Membantu dan mengarahkan Tahap 4: Menyusun laporan dalam penyusunan laporan Merencanakan laporan Mempersiapkan presentasi kelompk Membantu siswa dalam Tahap 5 : Mempresentasikan laporan membahas hasil investigasi Presentasi laporan Membahas laporan setiap kelompok secara klaskal Melakukan evaluasi Tahap 6: Melakukan evaluasi terhadap apa Memberikan tes Evaluasi yang telah dilakukan. Menjawab soal yang diberikan guru (Diadaptasi dari: Ibrahim dan Nur, 2004:13 Arends, 1997: 161; Slavin, 1995: 113-118 dalam Arnyaana)
Melakukan investigasi
Strategi Pembelajaran SD
7 - 35
f.
Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu jawaban siswa, gunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita dalam Panen, 2003)
Contoh Implementasi Teori Belajar Bruner Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. a. Pembelajaran Menemukan Rumus Luas daerah Segitiga Setiap siswa ditugaskan menggunting kertas sehingga terbentuk segitiga. Kemudian mereka ditugasi melipat sesuka mereka sehingga terbentuk sebuah persegipanjang. Guru tidak harus memberi tahu di mana garis lipatnya atau bagaimana cara melipatnya, namun guru memang seharusnya mengetahui cara tersebut. Siswa ditugasi membandingkan luas bangun yang diperoleh dengan bangun semula, yang dengan diskusi antar siswa diharapkan dapat ditemukan rumus luas segitiga. Model segitiga yang dilipat semuanya berbeda karena sesuai dengan selera siswa masing-masing. Siswa ditugasi mendiskusikan keanekaragaman dan kesamaan model ini dengan tujuan agar mereka dapat menemukan bahwa rumus luas segitiga adalah dua kali luas persegi panjang = 2 x (1/2t) x (1/2a) = 1/2at. Kepada setiap siswa ditugaskan menggunting kertas sehingga terbentuk segitiga. Kemudian mereka ditugasi melipat segitiga itu yang garis lipatannya melalui salah satu titik sudutnya. Kepada mereka ditugasi untuk mencatat banyak segitiga yang terbentuk jika lipatan itu merupakan salah satu sisi segitiga. Lipatan dibuat 1, 2, 3, 4, .... dan seterusnya. Para siswa diberi kebebasan untuk mengkomunikasikan hasil perolehannya jika banyak lipatan itu diperbanyak terus menerus. Dalam struktur pengajaran yang lengkap, kegiatan pengalaman belajar tersebut berfungsi sebagai bagian pengembangan konsep yang dalam tahap belajar siswa adalah tahap mengkonstruksi konsep atau prinsip. Setelah dirasa cukup, maka perlu dilanjutkan dengan pelatihan untuk memantapkan konstruksi tersebut.
Teori belajar Dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang berarti pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar. Hal ini berarti proses pembelajaran dapat membangkitkan dan membuat anak didik senang dalam belajar. Contoh Implementasi Teori Belajar Dienes a. Permainan Interaktif untuk Belajar Matematika Contoh merancang bagaimana mengemas pembelajaran matematika melalui permainan. 1) Permainan Operasi Penjumlahan Ada dua teknik menjumlahkan. Jika hasil penjumlahan kurang atau sama dengan 10, maka penjumlahan dapat dilakukan secara langsung dengan cara menjumlahkan suku-sukunya. Jika hasil penjumlahan lebih dari 10, maka penjumlahan suku-sukunya dilakukan dengan teknik menyimpan Permainan menyimpan dan menjumlahkan berikut memberikan kemudahan mengajarkan operasi penjumlahan. Tujuan: Memperlihatkan bentuk nyata penjumlahan dengan teknik menyimpan sekaligus menjelaskan langkah-langkah sistematis penyelesaian kalimat penjumlahan. Langkah-langkah permainan: a) Sediakan kantong kain/kantong plastik/kantong dari katon. b) Sediakan kartu kecil merah untuk puluhan dan kartu kecil putih untuk satuan. c) Mintalah anak mengerjakan 19 + 27. d) Mintalah anak menyatukan 9 dan 7 buah kartu putih dan mintalah anak menghitung jumlahnya (jawaban : 16). e) Mintalah anak menggantikan 10 kartu putih dari 16 kartu putih dengan satu kartu merah. f) Mintalah anak memasukan kartu merah tersebut ke kantong puluhan dan masukan sisa 6 kartu putih ke kantongan satuan. g) Mintalah anak menghitung total kartu merah, yaitu 1 + 2 + 1 = 4. Terangkanlah bahwa nilai empat kartu merah tersebut adalah 40. h) Mintalah anak untuk menjumlahkan hasilnya, yaitu 40 + 6 = 46. 2) Permainan Operasi Perkalian Ikutilah permainan berikut ini untuk melatih anak belajar perkalian dan kelipatan. Permainan permen perkalian Tujuan: Menjelaskan makna perkalian. Langkah-langkah permainan: a. Berikan masing-masing 2 buah permen kepada 3 orang anak. b. Tanyakan berapakah jumlah total permen yang telah diberikan kepada ketiga anak tersebut. c. Terangkan bahwa hasilnya merupakan perkalian 2 dengan 3, yaitu 6. Perkalian merupakan penjumlahan berulang, misalnya 2 + 2+ 2 atau bentuk lain 3 x 2. Pada kalimat 3 x 2 = 6, 3 dan 2 disebut faktor dari 6, sedangkan 6 merupakan hasil perkalian 2 dan 3.
Dalam pembelajaran menurut Gagne, peranan guru hendaknya lebih banyak membimbing peserta didik. Guru dominan sekali peranannya dalam membimbing peserta didik. Di dalam mengajar memberikan serentetan kegiatan dengan urutan sebagai berikut: a. Membangkitkan dan memelihara perhatian b. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang relevan sebagai prasyarat c. Menyajikan situasi atau pelajaran baru d. Memberikan bimbingan belajar e. Memberikan Feedback atau balikan f. Menilai hasil belajar g. Mengupayakan transfer belajar h. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari. Dalam praktik pembelajaran pada anak, urutan-urutan kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan dapat terjadi sebagian saja atau semuanya. Menurut Gagne, sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Yang dimaksudkan kemampuan di sini adalah hasil belajar berupa perilaku yang bisa dianalisis. Sasaran belajar yang dikemukakan Gagne sama dengan tujuan instruksional atau tujuan yang perumusannya menunjukkan tingkah laku. Misalnya seorang peserta didik diberi gambar=gambar belahketupat, kemudian kita bertanya: bentuk yang mana dari gambar-gambar tersebut merupakan belah ketupat? Tujuan belajar yang menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan kata kerja menunjukkan kapabilitas yang dipelajari. Misalnya, mengklasifikasikan belah ketupat, dengan menggunakan definisi belah ketupat. Tindakan yang dilakukan peserta didik menunjukkan hasil belajar, misalnya peserta didik memilah-milahkan bentuk-bentuk geometri yang berbentuk belah ketupat. 4. Teori Belajar Van Hiele Dari teori belajar Van Hiele, ada 5 tahap dalam pembelajaran geometri dari, yaitu: a. fase informasi, b. fase orientasi, c. fase eksplisitasi, d. fase orientasi bebas, e. fase integrasi. Contoh Implementasi Teori Belajar Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri Pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap Fase Pembelajaran a. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 1 (Informasi) 1) Dengan memakai gambar bermacam-macam bangun segiempat, siswa diinstruksikan untuk memberi nama masing- masing bangun. 2) Guru mengenalkan kosa kata khusus, seperti: simetri lipat, simetri putar, sisi berhadapan, sudut berhadapan, dan sisi sejajar. 3) Dengan metode tanya jawab, guru menggali kemampuan awal siswa.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 38
b. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 2 (Orientasiasi) Siswa disuruh membuat suatu model bangun segiempat dari kertas. 1) Dengan menggunakan model bangun tersebut serta kertas berpetak siku-siku, siswa diinstruksikan untuk menyelidiki: banyaknya sisi berhadapan yang sejajar sudut suatu bangun siku-siku atau tidak 2) Dengan menggunakan suatu model bangun, siswa diminta untuk melipat model bangun tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menemukan sumbu simetri. Selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menyelidiki banyaknya sumbu simetri yang dimiliki oleh suatu bangun. 3) Melipat model tersebut pada diagonalnya, kemudian menempatkan yang satu di atas yang lain. Siswa diminta untuk menyelidiki banyaknya pasangan sudut berhadapan yang besarnya sama. 4) Memotong pojok yang berdekatan, kemudian menempatkan salah satu sisi potongan pertama berimpit dengan salah satu sisi potongan yang kedua. Siswa diminta untuk menyelidiki apakah sudut yang berdekatan membentuk sudut lurus. 5) Memotong semua pojoknya dan menempatkan potongan-potongan tersebut sedemikian sehingga menutup bidang rata. Selenjutnya siswa diminta untuk menyelidiki apakah keempat sudut itu membentuk sudut putaran. Siswa diinstruksikan untuk mengukur panjang sisi-sisi suatu segiempat, apakah ada sisi yang sama panjang? Siswa diinstruksikan untuk mengukur diagonal suatu segi empat, apakah diagonalnya sama panjang? c. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 3 (Penjelasan) Siswa diberi bemacam-macam potongan segiempat. Mereka diminta untuk mengelompokkan segiempat berdasarkan sifat-sifat tertentu, seperti: 1) segiempat yang mempunyai sisi sejajar 2) segiempat yang mempunyai sudut-sudut siku-siku 3) segiempat yang mempunyai sisi-sisi sama panjang d. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 4 (Orientasi Bebas) Dengan menggunakan potongan segitiga, siswa diminta untuk membentuk segiempat, dan menyebutkan nama segiempat yang telah terbentuk. e. Aktivitas yang dilaksanakan pada fase 5 (Integrasi) Siswa dibimbing untuk menyimpulkan sifat-sifat segiempat tertentu, seperti: sifat persegi adalah: .... sifat persegipanjang adalah .... sifat belahketupat adalah .... sifat jajargenjang adalah .... sifat layang-layang adalah ....
Strategi Pembelajaran SD 7 - 39
Prinsip bimbingan Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam mengarahkan pebelajar untuk memperoleh pengetahuan. Mereka mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukkan apa yang harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semu melalui proses hafalan. Pebelajar memerlukan kesempatan untuk membentuk wawasan dan perkakas matematisnya sendiri, karena itu pengajar harus memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Artinya mereka harus dapat meramalkan bila dan bagaimana mereka dapat mengantisipasi pemahaman dan keterampilan pebelajar untuk mengarahkannya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini perbedaan kemampuan pebelajar harus diperhatikan, sehingga setiap pebelajar mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cara yang paling cocok untuk mereka masingmasing.
Kompetensi yang dikembangkan dalam Matematika Realistik Kompetensi yang dimiliki pebelajar melalui matematika realistik, selain dari kompetensi disiplin ilmu, juga kompetensi memproduksi, merefleksikan dan berinteraksi. Hal ini sesuai dengan tiga pilar pendidikan matematika yaitu refleksi, konstruksi dan narasi. Melalui bidang ilmunya kompetensi yang dibangun pebelajar matematika realistik adalah berpikir formal, sedangkan melalui proses belajarnya kompetensi yang dicapai adalah memproduksi, merefleksi dan berinteraksi. Melalui pemecahan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari pebelajar diberi kesempatan untuk memproduksi sendiri pemahaman dan perkakas matematisnya. Selanjutnya melalui presentasi temuannya di antara pebelajar dalam dan antar kelompok, semua pebelajar dapat berbagi pengalaman. Setiap orang yang berdiskusi dalam kelompok tersebut dapat merefleksikan temuannya sendiri. Sekaligus dalam diskusi juga dikembangkan kemampuan berinteraksi di antara sesama pebelajar, sehingga kemampuankemampuan sosial dapat dikembangkan Strategi Pembelajaran Matematika Realistik Sesuai dengan sifat matematika realistik yang berbasis masalah nyata, maka strategi umum pembelajaran meliputi pemberian masalah untuk dipecahkan pebelajar, pemberian kesempatan kepada pebelajar untuk mengkonstruksi sendiri pemecahan masalah, dan presentasi hasil pemecahan masalah yang disusul dengan diskusi. Sebagai contoh masalah: berapa bus terdapat dalam terminal dan setiap saat masuk dan keluar bila ada sejumlah data sebagai berikut:
Tabel 1: Bus Masuk dan Keluar Terminal Setiap Satu Jam Jam Masu kelua ke k r 1 15 7 2 9 1 3 8 0 4 13 5 5 11
Strategi Pembelajaran SD 7 - 41
6 7 8
20 9 10
Konteks bus ini merupakan contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat berkembang menuju tahap yang lebih umum dan formal. Mula-mula suatu ilustrasi digunakan untuk menggambarkan perubahan pada tempat pemberhentian bus (terminal). Kemudian konteks bus dapat menjadi model untuk pemahaman segala macam kalimat bilangan, sehingga pebelajar dapat mencapai makna dibalik konteks bus tersebut. Mereka diharapkan dapat pula menggunakan model tersebut untuk menelusuri penalaran sebelumnya. Perlunya sampai pada model yang berakar pada situasi nyata maupun yang cukup fleksibel bermanfaat dalam kegiatan matematis pada tahap-tahap yang lebih tinggi. Artinya model dapat memberikan pijakan selama proses matematisasi vertikal tanpa menghalangi jalan pemikiran balik kepada sumber semula. Bertolak dari pandangan itu maka konstruksi pemecahan masalah dapat melalui langkah-langkah berikut: 1. Belajar menggunakan butiran kelereng yang diumpamakan sebagai bus yang masuk-keluar terminal dan satu kotak sebagai terminalnya 2. Belajar menggambar sketsa terminal dan bus yang keluar-masuk setiap saat 3. Berdasarkan data 4 jam pertama pebelajar dapat mengisi kotak kosong pada jam ke 5, 6, 7, dan 8. 4. Berdasarkan jawaban yang diisikannya pada kotak kosong yang menunjukkan ke 4 waktu tersebut, diharapkan pebelajar dapat mengkonstruksi pemahamannya tentang perjumlahan dan pengurangan, sehingga dapat menyimpulkan jumlah bus yang selalu terdapat dalam terminal setiap jam. Pemecahan masalah ini dapat dikerjakan secara individual dulu untuk beberapa saat, kemudian dilakukan secara berkelompok. Pada proses pemecahan masalah ini prinsip-prinsip manakah dari matematika realistik yang diterapkan? Hasil konstruksi pemecahan masalah yang telah dilakukan dalam kelompok dipresentasikan oleh perwakilan kelompok, agar mendapat kesempatan menjelaskan temuaannya kepada kelompok lain. Selanjutnya dalam diskusi antar kelompok setiap pebelajar dapat melakukan refleksi terhadap temuannya masing-masing berdasarkan temuan orang lain, sehingga terjadi rekonstruksi ide menjadi lebih mendalam atau meluas. Misalnya akan muncul pertanyaanpertanyaan: apakah perhitungan tersebut masih berlaku bila bus diganti dengan benda lain? Atau kejadian lain? Seberapa jauh kejadian tersebut dapat diubah? Jadi seberapa umum perhitungan tersebut dapat diterapkan? Proses pembelajaran ini menunjukkan terjadinya matematisasi horisontal. Biasanya proses pembelajaran ini sangat efektif untuk pebelajar awal matematika atau metematika untuk sekolah dasar. Evaluasi Pembelajaran Matematika Realistik Evaluasi yang digunakan juga disesuaikan dengan tingkat berpikir pebelajar. Suatu contoh yang dapat menunjukkan tingkat berpikir pebelajar secara longitudinal adalah model garis bilangan.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 42
Misalnya untuk mengevaluasi kemampuan pebelajar menjumlahkan 36 dan 19 dapat dipilih beberapa cara berdasarkan kemajuan bertahap tingkat berpikir pebelajar dari yang rendah menuju tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan: 1. menggunakan butiran manik-manik berwarna misalnya 36 butir putih dan 19 butir hitam dirangkaikan menjadi kalung. Pebelajar yang masih dalam tahap berpikir kongkret diberi kesempatan menghitung jumlah seluruh manik-manik tersebut. 2. Untuk pebelajar yang telah mampu berpikir pada taraf yang lebih tinggi, digunakan garis bilangan yang kosong untuk melakukan penambahan dan pengurangan, sebagai berikut:
3. Pada taraf berpikir yang lebih tinggi lagi, digunakan garis bilangan berganda untuk memecahkan masalah perbandingan sebagai berikut: 10 20 30 60
4. Modifikasi lain terhadap garis bilangan dapat digunakan untuk membekali pengerjaan
pembagian dan persentase sebagai perluasan dari garis bilangan dibuat gambar empat persegi panjang yang dibagi menjadi 2 bagian dengan luas area yang sama dan ditandai dengan bilangan yang menyatakan luas tiap bagian tersebut. Di bagian bawah tiap bilangan dicantumkan persentase luasnya. Selanjutnya pebelajar ditugaskan untuk menaksir berapa persen luas yang ditunjukkan pada tanda yang diberikan dan digambarkan sebagai berikut: Dengan demikian maka bentuk evaluasi dapat disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran berdasarkan tahap pencapaian tingkat berpikir yang tepat
Evaluasi perlu dilakukan bukan saja melalui tes untuk mengukur hasil pembelajaran, melainkan dilakukan pula selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan terhadap aktivitas pebelajar berinteraksi selama proses pemecahan masalah, juga terhadap presentasi yang dilakukan pebelajar dalam memaparkan temuan pemecahan masalahnya. Selama diskusi baik dalam rangka pemecahan masalah, maupun tanggapan pada presentasi, pebelajar juga dievaluasi kemampuannya melakukan refleksi. Hal ini sangat penting, karena refleksi dapat mendorong pebelajar memiliki kemampuan melakukan matematisasi vertikal. Belajar dengan Pendekatan Matematika Realistik Karakteristik pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut: menggunakan masalah kontekstual yang realistik; menggunakan model sebagai jembatan dunia abstrak dan dunia nyata; menghargai keanekaragaman jawaban siswa ; bersifat interaktif;
Strategi Pembelajaran SD 7 - 43
berkaitan dengan bagian lain dalam matematika, mata pelajaran lain, dan kehidupan nyata.
Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Realistik a. Persiapan 1) menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan 2) mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan b. Pembukaan 1) memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa 2) meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri c. Proses Pembelajaran 1) memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun kelompok 2) memberi bantuan jika diperlukan 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya 4) mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah 5) mengarahkan siswa untuk menemukan aturan atau prinsip yang bersifat umum d. Penutup 1) mengajak siswa menar ik kesimpulan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari 2) memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah Contoh Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Pada bagian ini disajikan beberapa contoh masalah kontekstual yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika realistik. Contoh-contoh ini menggunakan konteks Indonesia. Dalam prakteknya, Anda dapat menemukan sendiri konteks yang lebih sesuai dengan keadaan lokal dan kehidupan siswa di tempat Anda mengajar.
1. Belanja
Contoh ini diadopsi dari Dolk (2006). Guru memperkenalkan konteks kepada siswa dengan bercerita bahwa dia akan mengajak beberapa tetangganya untuk makan malam di rumahnya dalam rangka ulang tahun anaknya. Dia akan memasak gulai ayam. (Anda dapat menggunakan masakan yang biasa dimasak orang di tempat tinggal Anda masing-masing). Pada saat berbelanja, dia mendapatkan bahwa harga ayam pada saat itu adalah Rp.15.000,- per kilogram. (Harga dapat disesuaikan dengan harga setempat yang lebih realistik). Untuk acara makan malam tersebut dia memerlukan tiga setengah kilogram daging ayam. Guru meminta siswa menghitung berapa besar uang yang diperlukan untuk membeli 3 kilogram daging ayam tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok dengan dua atau tiga anggota. Beberapa strategi yang mungkin ditempuh oleh siswa adalah sebagai berikut: Siswa langsung mengalikan ke bawah 15.000 dengan 3,5 seperti di bawah ini untuk memperoleh solusi Rp 52.500,-. Siswa mengalikan terlebih dahulu 15000 dengan 3 untuk memperoleh 45000, lalu menjumlahkannya dengan dikali 15000, yaitu 7500 dan memperoleh solusi sebesar Rp 52.500,-. Siswa membagi 15000 menjadi 10000 dan 5000, kemudian mengalikan masing-masing dengan 3 dan lalu menjumlahkannya untuk mendapatkan solusi yang sama, yaitu Rp 52.500,-.
Strategi Pembelajaran SD 7 - 44
2. Kartu bilangan
Contoh berikut adalah percobaan yang dilakukan oleh Dr. Yansen Marpaung, salah satu anggota tim Pendidikan Matematika Realistik Indonesia, di Timbulrejo Yogyakarta (Hadi, 2005). Pak Yansen mempersiapkan 20 kartu yang dapat didudukkan dan terbuat dari karton, serta menuliskan sebuah bilangan pada setiap kartu mulai dari 1 hingga 20. Mula-mula Pak Yansen mengambil kartu bilangan 1 dan 20 serta meletakkan kedua kartu tersebut pada kedua ujung papan tulis sehingga terdapat jarak yang cukup besar di antaranya. Selanjutnya, Pak Yansen mengambil kartu bilangan 2 dan bertanya kepada siswa apakah ada yang mau meletakkan kartu itu di papan tulis. Seorang siswa maju dan meletakkan kartu bilangan 2 di antara kartu bilangan 1 dan 20 tepat di samping kartu bilangan 1. Setelah itu Pak Yansen mengambil kartu bilangan lain secara acak dan kembali bertanya apakah ada yang mau meletakkan kartu tersebut pada papan tulis. Demikian seterusnya hingga semua kartu telah diletakkan pada papan tulis dengan urutan yang benar. Strategi lain dikembangkan oleh Pak Yansen. Dia membalik kartu bilangan yang sudah tersusun pada papan tulis dan menyisakan beberapa pada posisi semula. Siswa diminta menebak bilangan pada kartu-kartu yang terbalik tersebut. Pembelajaran dengan kartu bilangan ini telah mendorong interaktivitas di kelas dan melibatkan siswa dalam sebuah pembelajaran yang bermakna, dua karakteristik penting dalam pendekatan matematika realistik.
a. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 1 ? b. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 2 ? c. Bagaimana keadaan lingkaran pada saat aba-aba 3 ? d. Pada saat aba-aba ke berapa lingkaran itu kelihatan tidak kompak? Mengapa? Jelaskan. 3. Buatlah kesimpulan tentang makna apa yang dapat diambil dari permainan tersebut? Sub Materi 2: Keragaman Suku Bangsa Materi ini disampaikan dengan menggunakan metode pengalaman lapang dan diskusi. Langkah-langkah: Guru memberikan penjelasan tentang tugas yang akan dilakukan untuk mengetahui suku apa saja yang ada di daerah tempat tinggal peserta didik, yang meliputi: 1. Tugas dilakukan secara kelompok, setiap kelompok minimal 10 orang 2. Berkunjunglah ke kantor desa, kelurahan, kecamatan di daerah tempat tinggal. 3. Tanyakan kepada petugas tentang jumlah penduduk berdasarkan suku 4. Catatlah, misalnya suku Jawa......... orang, suku Sunda........orang, suku Bugis............orang, dan seterusnya. 5. Berdasarkan catatan yang ada, tentukan jumlah suku terbanyak, dan paling sedikit 6. Diskusikan dengan anggota kelompok, mengapa antara suku-suku tesebut perlu terjalin hubungan baik.
Bahan Bacaan
Abdul Aziz Wahab.2007. Metode dan Model- Model Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta. Burn. Dkk. 1996. Teaching Reading in Todays Elementary School. New Jersey. Hougton Mofflin Company. Dawud. 2008. Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang:UM Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional. Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West Publishing Company Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.2003. Model Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA (SEQIF) Ellis, K. A. 1997. Teaching and Learning Elementary Social Studies. MA. Abacon. E.Mulyasa, 2008, Menjadi Guru Profesional Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung, Rosdakarya Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. IAPBE, 2007: Kumpulan Materi TOT Guru. Lapis PGMI, 2009. Kumpulan Materi TOT Guru Joyce,B. dan Weil, M. (1980) Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc Paulina Panen,MLs.dkk. (2003). Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Ruseffendi, E.T. (1980). Pengajaran Matematika Modern Untuk orang tua murid giru dan SPG seri ke lima. Bandung:Tarsito.
Strategi Pembelajaran SD
7 - 46
Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Wahab, Abdul Azis, 2007, Metode dan Model-model Mengajar IPS, Bandung, Elfabeta Zaini, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Center for Teaching Staff Development, Yogyakarta.
Strategi Pembelajaran SD
7 - 47