Você está na página 1de 13

ASKEP HALUSINASI

Laporan pendahuluan halusinasi A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. B. Klasifikasi Klasifikasi halusinasi sebagai berikut : 1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya. 2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada. 3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya. 4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya. 5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.

C.

Etiologi

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

D.

Psikopatologi

Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

E.

Tanda

dan

Gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).

F.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan. 2. Melaksanakan program terapi dokter Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan. 3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien. 4. Memberi aktivitas pada pasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai. 5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suarasuara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan. Sumber : http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-padapasien-dengan_09.html Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi

A. Pengkajian Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu : 1. Faktor predisposisi. Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. o Faktor Perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. o Faktor Sosiokultural Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). o Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas. o Faktor genetik Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. 2. Faktor Presipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. 3. Perilaku Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :

Dimensi Fisik Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama. o Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. o Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien. o Dimensi Sosial Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung. o Dimensi Spiritual Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya. 4. Sumber Koping Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
o

5. Mekanisme Koping Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi. 2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri 3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. C. Intervensi Diagnoasa 1.: Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain. Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal. 2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk digunakan 3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering berinteraksi dengan keluarga. Intervensi :

Bina Hubungan saling percaya Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya. Dengarkan ungkapan klien dengan empati Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien). Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi. Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku halusinasi. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi. Bantu klien menggunakan obat secara benar.

Diagnosa Perubahan persepsi Tujuan : Kriteria Hasil : 1. 2. 3. 4. 5.

sensorik Klien

halusinasi mampu

berhubungan dengan mengontrol

2.: menarik diri halusinasinya

Pasien dapat dan mau berjabat tangan. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri. Pasien mau berhubungan dengan orang lain. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya. Buat kontrak dengan klien. Lakukan perkenalan. Panggil nama kesukaan. Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan. Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai. Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya. Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluarga menghadapi. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi. Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali seminggu. 3.: dengan harga diri rendah orang lain secara bertahap.

Diagnosa Isolasi sosial : Tujuan : Pasien Kriteria Hasil :

menarik diri berhubungan dapat berhubungan dengan

1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan

2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan 3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri 4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya 5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencanan Intervensi : o Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi fisik. o Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya. o Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan di rumah sakit. o Berikan pujian. o Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien o Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien. o Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien. o Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien terhadap stressor. o Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya. o Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic. o Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki o Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok. o Diskusikan koping adaptif dan maladaptif. o Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive. o Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya bukan orang lain o Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat). o Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya. o Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan. o Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.

PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian

Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980). Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).

2. Tanda dan gejala Perilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut 1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. 3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. 4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara. 3. Penyebab : 1. Isolasi sosial menarik diri 1. Pengertian Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dari orang lain yang di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang. 2. Penyebab 1. Perkembangan Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri. 2. Harga diri rendah 3. Tanda dan gejala Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain 1. Aspek fisik 1. Penampilan diri kurang. 2. Tidur kurang. 3. Keberanian kurang. 2. Aspek emosi 1. Bicara tidak jelas. 2. Merasa malu. 3. Mudah panik. 3. Aspek sosial 1. Duduk menyendiri 2. Tampak melamun 3. Tidak perduli lingkungan 4. Menghindar dari orang lain 4. Aspek intelektual 1. Merasa putus asa 2. Kurang percaya diri 4. Akibat 1. Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri 1. Pengertian Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994) 2. Penyebab 1. Halusinasi 2. Delusi 3. Tanda dan gejala 1. Adanya peningkatan aktifitas motorik

2. Perilaku aktif ataupun destruktif 3. Agresif III. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar Isolasi sosial : menarik diri
IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Data Obyektif Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini 1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll 3. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara 4. Tidur kurang / terganggu 5. Penampilan diri kurang 6. Keberanian kurang 7. Bicara tidak jelas 8. Merasa malu 9. Mudah panik 10. Duduk menyendiri. 11. Tampak melamun. 12. Tidak peduli lingkungan. 13. Menghindar dari orang lain. 14. Adanya peningkatan aktifitas motorik. 15. Perilaku aktif ataupun destruktif. 2. Data Subyektif Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak. V. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar. 2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial : menarik diri.

VI. FOKUS INTERVENSI 1. Diagnosa I . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan sensori : Halusinasi dengar . 1. TUM : Klien tidak menciderai orang lain . 2. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. dengan kriteria hasil : 1. Ekspresi wajah bersahabat. 2. Menunjukkan rasa senang. 3. Ada kontak mata atau mau jabat tangan. 4. Mau menyebutkan nama. 5. Mau menyebut dan menjawab salam. 6. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat. 7. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2. Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik. 1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal. 2. Perkenalkan diri dengan sopan. 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. 4. Jelaskan tujuan pertemuan. 5. Jujur dan menepati janji. 6. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya. 7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.

Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya. 3. TUK :2. Klien dapat mengenal halusinasi 1. dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi. 2. Intervensi : 1. Bantu klien mengenal halusinasinya. 1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar. 2. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak melihatnya. 3. Katakan bahwa klien lain juga tidak mendengar yang seperti klien dengar. 4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien. 2. Diskusikan dengan klien 1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi. 2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi. 3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi. 4. TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya 1. dengan kriteria hasil :

1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. 2. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasi 3. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi. 4. Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok. 2. Intervensi: 1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi. 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. 3. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi. 1. Katakan saya tidak mau dengar kamu 2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap. 3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 4. Meminta perawat / teman / keluarga untuk menyapa jika klien melamun.

Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien 4. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap. Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian halusinasi. 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 6. Anjurkan klien untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok, orientasi realita. Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien. 5. TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya 1. dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi 2. Intervensi: 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi. Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang 1. Gejala halusinasi yang dialami klien. 2. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi. 3. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri.

4. Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan bantuan.

Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi. 6. TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. 1. Dengan kriteria hasil : 1. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat 2. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat 3. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi 4. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat. 2. Intervensi: 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. 2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya. 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat yang dirasakan.

Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat. 3. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi. Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana. 4. Bantu klien menggunakan prinsip lima benar. Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

Read more: http://www.kapukonline.com/2011/09/askepjiwahalusinasidengar.html#ixzz1uqawxvHq

Você também pode gostar