Você está na página 1de 48

KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAKALAH Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FON II

Disusun oleh: Kelompok 7


Masniah Maya Hertiningtyas Mayangsari Alifah Putri Melda Iskawati Melina Purwaningsih Meliza Dwi Utami Mirza Shofwa Mita Andriyani Mona Yosefin Muli Dwi Cahayani Mutiara Nabila S. F. Bustomi Neng Tuti Haryati (220110110012) (220110110026) (220110110152) (220110110043) (220110110101) (220110110142) (220110110058) (220110110098) (220110110129) (220110110142) (220110110134) (220110110041) (220110110067)

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini membahas tentang Komunikasi Terapeutik Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Afif.S.Kp., selaku dosen koordinator mata kuliah Fundamental Of Nursing II 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.

Jatinangor, 16 Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I BAB II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi. Komunikasi pula memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan khusunya dunia keperawatan. Komunikasi merupakan sebuah faktor yang paling penting yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Menemukan cara yang efektif untuk mengatasi hambatan komunikasi akan memberikan kesempatan bagi perawat menjembatani budaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat yang menggunakan sumber yang tersedia dan memecahkan masalah saat terdapat kesulitan komunikasi akan bisa membantu klien dan keluarga untuk mengakses perawatan dan manfaat dari layanan asuhan keperawatan. Saat perawat mampu berkomunikasi dengan baik dalam bentuk verbal dan tertulis, kualitas manfaat publikasi professional dan perawat dapat memberikan sumber yang lebih baik terhadap profesi. Terkadang perawat atau tenaga medis tidak terlalu memerhatikan cara berkomunikasi dengan pasien. Padahal cara berkomunikasi yang baik pada pasien dapat memberikan efek pada kesembuhan pasien. Komunikasi dapat mengurangi tingkat stress pasien serta mengatasi masalah psikologis lainnya. Realisasi ini dapat diwujudkan dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik berbeda dari komunikasi sosial. Pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terencana. Komunikasi paling terapeutik berlangsung

ketika pasien dan perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan individualitas dan harga diri (Kathleen,2007). Untuk itu, tenaga medis khususnya perawat harus memerhatikan proses komunikasinya dengan pasien sehingga dapat berdampak positif pada klien. Komunikasi terapeutik dibutuhkan ketika beinteraksi dengan pasien. Perbedaan karakter pada pasien juga memerlukan teknik komunikasi yang berbeda. Misalnya teknik komunikasi terapeutik pada anak dan remaja akan berbeda dengan teknik komunikasi terapeutik apada oarang tua dan lansia. Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya . Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan disamping proses

penyembuhan penyakitnya . Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan dapat menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Di samping pada anak, remaja pun memiliki karakteristik yang berbeda. Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dengan demikian tindakan komuniaksi tentu akan berbeda ketika berhadapan dengan anak. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknikteknik komunikasi yang cocok bagi anak dengan perkembangannya .

1.2 Rumusan Masalah

Dalam profesi keperawatan, komunikasi merupakan hal yang sangat penting antara perawat dengan perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktorfaktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
1.3 Tujuan

Dengan memberikan materi ini diharapkan mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat profesional dapat memahami serta dapat menerapkan tentang konsep komunikasi terapeutik yang berkenaan dengan fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta prosesnya dalam perawatan.
1.4 Metode Penulisan

Pengambilan bahan materi ini menggunakan metode studi pustaka dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi konsep dasar komunikasi, khususnya pada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta prosesnya dalam perawatan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Umum Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yfhang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan

meningkatkan kontak dengan orang lain. Ada beberapa pengertian tentang komunikasi : a. Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide/gagasan (Oxford Dictionary) b. Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku c. Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal dan tingkat umum. Komunikasi intrapersonal terjadi di dalam diri individu. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memeroleh kesadaran diri yang memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Komunikasi interpersonal adalah interkasi antara dua orang atau di dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang baik dapat menimbulkan terjadinya pemecahan masala, berbagai ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. Komunikasi ini adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang perawat dapat membantu klien dengan berkomunikasi dalam tingkata interpersonal yang bermakna. Komunikasi publik/ umum adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar.

Bentuk komunikasi: Komunikasi verbal Komunikasi verbalkata- kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi, menguji minata oarang lain atau tingkat kepedulian, atau untuk mengekpresikan keceman. Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakat adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsun Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal Adalah tranmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata, dan merupakan slah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada orang lain. Komunikasi non-verbal teramati pada: 1. Metakomunikasi Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah. 2. Penampilan Personal Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
8

sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap

pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien. 3. Intonasi (Nada Suara) Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat. 4. Ekspresi wajah Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapa tinterpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagaiorang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yangbaik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar. 5. Sikap tubuh dan langkah Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawatklien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien. Faktor yang memengaruhi komunikasi : Perkembangan Persepsi Nilai Emosi Latar belakang sosio kultural Gender Peran dan hubungan Ruang dan teritorial

2.1.2 Prinsip Komunikasi Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter

menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu : Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik

10

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai) Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

11

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti. Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

12

2.1.3 Komponen Komunikasi Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah: Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya : 1. Latar belakang budaya. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif 2. Ikatan kelompok atau group Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan 3. Harapan Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.

13

4. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan. 5. Situasi Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.

2.1.5 Manfaat Komunikasi Berikut ini adalah beberapa manfaat komunikasi : 1.Mengurangi Ketidakpastian. 2.Mendapatkan Informasi 3. Menguatkan keyakinan. 4.Menggunakan wewenang.
2.2 Tinjauan Umum tentang Komunikasi Terapeutik. 2.2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikais Terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun, direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional (Keltner, schwecke, dan Bostrom 1991). Komunikasi Terapeutik mengembangkan hubungan

interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus karena perawat harus memperhatikan pada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal. Komunikasi Terapeutik menentukan perawat untuk menetapkan hubungan kerja dengan klien dan keluarganya dan seringkali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantu klien tersebut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

(Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).

14

Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional a. Pengirim b. Pesan penerima. c. Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan. d. Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan. e. Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi. berikut (Hamid, 1998) : : yang menjadi asal dari pesan. : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada

Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi. Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.Karakteristik tersebut antara lain : (Suryani,2005). a. Kejujuran (trustworthy). Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya. b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung. c. Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif. d.Empati bukan simpati. Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan

15

masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya. e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien.Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk ,1997) dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien. f. Menerima klien apa adanya.Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya. g. Sensitif terhadap perasaan klien. Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien. h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang

16

mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian. Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula.

Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu: 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan

mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan: Pandang klien ketika sedang bicara Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan. Hindarkan gerakan yang tidak perlu. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara. 2. Menunjukkan penerimaan Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan

17

kepala seakantidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan. b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian. c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal. d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan. 4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakanmetode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda. Contoh: - K : saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga - P : Saudara mengalami kesulitan untuk tidur. 5. Klarifikasi Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan

keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien. Contoh : - Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan - Apa yang katakan tadi adalah.

18

6. Memfokuskan Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Contoh: Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi . 7. Menyampaikan hasil observasi Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan. Contoh: - Anda tampak cemas. - Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda 8. Menawarkan informasi Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9. Diam Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan

ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap

19

dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan . 10. Meringkas Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan. Contoh: - Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan

11. Memberikan penghargaan Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini bagus dan yang sebaliknya buruk. Perlu mengatakan Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian. Contoh : - Selamat pagi Ibu Sri. Atau Assalmualaikum - Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu. Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan

menggambarkan akhlak terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab. 12. Menawarkan diri Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

20

Contoh: - Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman 13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan. Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh : - Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan? - Apakah yang sedang saudara pikirkan? - Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini? 14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan Contoh : - ..teruskan..! - ..dan kemudian.? - Ceritakan kepada saya tentang itu. 15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya. Contoh : - Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya. - Kapan kejadian tersebut terjadi.

21

16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan

pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas. Contoh : - Carikan kepada saya bagaimana perasaan ketika akan dioperasi - Apa yang sedang terjadi. 17. Refleksi Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: Bagaimana menurutmu? atau Bagaimana perasaanmu?. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain. Contoh: K : Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter? P K : Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya? : Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya. P : Ini menyebabkan anda marah. saudara

22

2.2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik adalah Petugas harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, yang dianut. a. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling dan saling menghargai. b. Petugas harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien. c. Petugas harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun ental. d. Petugas harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. e. Petugas harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. f. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya. g. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik. h. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. i. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu petugas perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup. j. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu. l. Altruisme, yaitu mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi. k. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. l. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung percaya memahami dirinya sendiri serta nilai

23

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik adalah 1. Persepsi. 2. Nilai 3. Latar belakang sosial budaya 4. Emosi 5. Jenis Kelamin 6. Pengetahuan 7. Peran dan hubungan 8. Lingkungan 9. Jarak 10. Citra Diri 11. Kondisi Fisik 12. Perkemangan

2.2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik 1. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien. 2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan. 3. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi. 4. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien. 5. Untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi

tindakan yang dilakukan oleh perawat.

24

2.2.5 Tujuan komunikasi terapeutik Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik : a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya. Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kenda komunikasi yaitu : a. Tingkah laku perawat Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat beritaberita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya. b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan

pelaksaan perawatan yangsebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial. c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.

2.2.6 Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri dari empat fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau orientasi; (3) fase kerja; dan (4) fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan.

25

a.

Fase preinteraksi Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.

Tugas perawat pada fase ini yaitu : 1) Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya; 2) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok; 3) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi; 4) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien. b. Fase orientasi Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain : 1) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien; 2) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan; 3) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka; 4) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)

26

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain : 1) Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan 2) Memperkenalkan diri perawat 3) Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan. 4) Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat. 5) Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya. 6) Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien. Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya. c. Fase kerja. Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi

teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).

27

d. Fase terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu: 1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; 2) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu : a) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005); b) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu; c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam; d) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

28

2.3 Model Komunikasi dalam Promosi Kesehatan Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktik-praktik kesehatan populasi-populasi besar. sasaran utama promosi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktik dan pada gilirannya status kesehatan. komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu. setidaknya salah satu dari kunci-kunci keberhasilan adalah penerapan metodologi komunikasi kesehatan yang ilmiah serta sistematis bagi masalah-masalah kesehatan masyarakat. meskipun strategi komunikasi pada suatu negara berbeda-beda, tetapi metodologi yang digunakan sama saja dan sama-sama penting bagi penyusunan programprogram komunikasi yang mencerminkan kebutuhan dan konteks kultural di tiap-tiap negara. metodologi komunikasi meliputi lima langkah: penilaian, perencanaan,pre-test, penyampaian dan pemantauan (Rasmuson,Seidel,Smith & booth). Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari berbagai disiplin ilmu, meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi, pendidikan serta ilmu-ilmu sosial yang lain. berbagai disiplin ilmu tersebut saling melengkapi, saling tukar-menukar prinsip dan teknik umum satu sama lain, sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodologi komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai modifikasi perilaku manusia serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku,yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau melindungi individu-individu terhadap bahaya (Elder,Geller, Hovell & Mayer,sedang dalam pencetakan). karena berakar pada bidang pendidikan dan penyuluhan kesehatan, maka komunikasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh psikologi, komunikasi dan berbagai disiplin ilmu perilaku yang lain. hal-hal yang paling mendominasi di sini adalah teori-teori dan model-model perilaku kesehatan yang berbasis pada psikologi.

29

Beberapa teori dan model perilaku kesehatan di komunikasi kesehatan yaitu: model kepercayaan kesehatan(health belief model)

bidang promosi dan

model komunikasi /persuasi (communication/ persuation model) teori aksi beralasan (theory of reasoned action) model transteoritik (transtheoritical model) precede/proceed model model difusi inovasi (diffusions of inovations model) teori pemahaman sosial (social learning theory) analisis perilaku terapan (applied behaviour analysis)

2.4 Pengaruh Budaya dan Keyakinan dalam Komunikasi Gonzales, Houston, dan Chen menyebutkan Budaya (culture) sebagai komunitas makna dan sistem pengetahuan bersama yang bersifat

lokal. Komunikasi lintas budaya (intercultural communication) merujuk pada komunikasi antara individu-individu yang latar belakang budayanya berbeda. Individu-individu ini tidak harus selalu berasal dari negara yang berbeda. Budaya merupakan dasar dari perilaku manusia. Dengan kata lain, budaya menentukan bagaimana kita bertindak. Luckman mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang kompeten membutuhkan komunikasi yang efektif diantara individu yang terlibat, pasien, dokter, tenaga medis yang lain, penerjemah dan anggota keluarga Kundhal dan Kundhal menyatakan bahwa latar belakang etnis dan budaya pasien dapat membentuk pandangan mereka terhadap penyakit dan kesehatan fisik dan spiritual dan memengaruhi pandangan mereka terhadap pelayanan kesehatan dan juga hasil dari perawatan tersebut. Semua budaya memiliki kepercayaan mengenai penyakit dan kesehatan yang diperoleh dari cara pandang mereka dan yang disampaikan dari generasi ke generasi. Dalam banyak budaya ada kepercayaan bahwa ima, doa dan bahkan kekuatan gaib dapat memberikan kesehatan dan menyembuhkan penyakit.

30

Contoh Kasus: Misscommunication Dokter Amerika dan Pasien Iran, Pasien Iran yang tidak bisa bahasa Inggris dan dokter Amerika yang tidak memahami budaya Iran, ketika pasien Iran duduk di lantai komat kamit dan berperilaku aneh menurut dokter amerika sedang sakit kemudian dibantu namun pasien Iran tersebut merasa terganggu karena dia sedang berdoa. Mahasiswa asal Jepang dan dokter Amerika, tentang kekuatan simbol, angka 4 di Jepang merupakan simbol kesialan (mati) sedangkan di Amerika simbol kesialan itu angka 13. sehingga ketika pasien asal Jepang mau dioperasi di ruang/kamar 4 menjerit histeris karena ketakutan akan mati. Dalam masyarakat Timur yang kolektivitas komunikasi lebih rumit daripada dalam masyarakat Barat yang individualis, orang kolektivitas cenderung berbasabasi, kalau perlu berbohong untuk menyenangkan orang lain. Suatu kasus klasik perawat Filipina di AS diminta dokter Amerika memberi obat pada pasien, walaupun perawat sadar kalau dokter telah memberi resep yang salah dan akan merugikan pasien, terpaksa dia mengikuti pesan tanpa membantahnya. Andrews menyarankan paradigma yang komprehensif dimana sistem kepercayaan kesehatan dibagi dalam 3 kategori besar, yaitu: a. Supernatural/magis/religious Orang yang mengikuti pandangan supernatural/magis/religius percaya bahwa keadaan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ilmu sihir, kekuatan magis dan roh-roh jahat Penyebab penyakit, 5 kategori kepercayaan yang dianggap bertanggung jawab atas penyakit, 1. Ilmu sihir 2. Melanggar hal yang tabu

31

3. Mengganggu objek yang sakit 4. Mengganggu roh yang menyebabkan penyakit 5. Kehilangan jiwa Pengobatan penyakit,

Pengobatan melibatkan hubungan yang positif dengan roh-roh dan dewadewa Pengobatan dilakukan oleh Shaman (dukun), ahli obat, kahuna, curandero, santero atau penyembuh jiwa

b. Holistik Holisme berhubungan dengan hubungan pikiran, tubuh serrta jiwa dan bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya Penyebab penyakit,

Pendekatan holistik dan naturalis terhadap penyebab penyakit bberanggapan bahwa ada hukum alam yang mengatur segala sesuatu dan setiap orang yang ada di alam semesta Pengobatan penyakit, Mengembalikan keseimbangan antar tubuh, pikiran dan jiwa. Di Cina ada pengobatan yang mengembalikan keseimbangan yin dan yang c. Ilmiah/biomedis Sistem pelayanan kesehatan ilmiah/biomedis berfokus pada diagnosis objektif dan penjelasan ilmiah atas penyakit. Penyebab penyakit,

Masalah biologis dan ketidaknormalan dalam struktur fisik atau fungsi kimianya

32

Pengobatan penyakit

Pengobatan berusaha untuk mengembalikan tubuh pada kondisi normal melalui bedah atau terapi. Anderson, Scrimshaw, dan Fillilove percaya bahwa kompetensi antarbudaya harus melibatkan perpaduan dari atribut berikut, 1. Staf yang berbeda secara budaya yang mencerminkan budaya orang yang dilayaninya 2. Ahli medis atau penerjemah yang berbicara dalam bahasa pasien 3. Pelatihan yang dilakukan pada penyedia pelayanan kesehatan tentang budaya dan bahasa orang yang mereka layani 4. Tanda dan petunjuk literatur dalam bahasa pasien dan sesuai dengan norma budaya mereka 5. Situasi pelayanan kesehatan yang spesifik secara budaya. Luckman, mengidentifikasi 8 halangan yang dapat terjadi dalam pelayanan kesehatan, 1. Kurangnya pengetahuan mengenai latarbelakang dan kepercayaan pasien 2. Ketakutan dan ketidakpercayaan pasien 3. Rasisme 4. Prasangka dan rasa Etnosentrisme dari baik pemberi dan penerima pelayanan 5. Stereotip mutual 6. Perilaku taat terhadap ritual 7. Perbedaan bahasa 8. Perbedaan persepsi dan harapan

33

Cara Mengatasi halangan komunikasi, 1. Jangan memperlakukan pasien sama dengan perlakuan yang anda inginkan dari orang lain. 2. Mulailah interaksi dengan pasien yang lahir di budaya lain dengan lebih formal 3. 4. Izinkan pasien terbuka dan jujur Jangan abaikan pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh kepercayaan pada kekuatan supernatural terhadap kesehatan pasien 5. 6. 7. 8. 9. Tanyakan langsung kepercayaan pasien terhadap obat-obatan tradisional Jangan pernah mencoba memaksakan perubahan atau menuntut pasien Berempatilah dalam menyampaikan pesan anda Kendalikan diri terhadap berita buruk Ikuti gaya komunikasi pasien

10. Gunakan model LEARN (Listen, Explain, Acknowledge, Recommed, Negotiate) 2.5 Tindakan Keperawatan 2.5.1 Asertif Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proposional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya. Budaya negara Indonesia yang ramah tamah, saling menghormati, dan penuh basa basi? membuat kebanyakan orang menjadi enggan

34

untuk bersikap asertif. Perasaan takut mengecewakan orang lain, berbuat tidak sopan, dan takut tidak disukai atau tidak diterima lingkungan adalah perasaan yang paling dominan timbul ketika seseorang akan bersikap asertif. Keinginan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hubungan membuat seringkali orang membiarkan dirinya untuk bersikap non asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat). Padahal, kondisi ini sebenarnya justru mengancam kelangsungan hubungan karena ada salah satu pihak yang merasa dimanfaatkan maupun merasa tidak dihargai. Maka, terutama dalam bidang kesehatan, sikap asertif sangat dibutuhkan guna meningkatkan rasa percaya, nyaman dan keinginan untuk sembuh bagi pasien. Sikap asertif (ketegasan, keberanian menyatakan pendapat) meliputi tiga komponen dasar: 1. kemampuan mengungkapkan perasaan (misalnya untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, dan seksual); 2. kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan bahkan sekalipun kita mungkin harus mengorbankan sesuatu); dan 3. kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita). Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalumereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak agresif atau melecehkan. Sikap asertif berarti kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan tidak taksa (multi-tafsir, ambigu), sambil sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu. Kemampuan untuk bertindak dengan sikap asertif yang tepat dapat diuraikan dalam tiga cara.

35

Pertama, kita harus memiliki kesadaran-diri yang memadai sehingga bisa mengenali perasaan sendiri sebelum mengungkapkannya.

Kedua, kita harus mampu mengendalikan nafsu sehingga bisa mengungkapkan ketidak setujuan atau kemarahan menjadi (jika memang diperlukan) dan tanpa mampu

membiarkannya

meningkat

kemarahan

sengit,

menyatakan berbagai keinginan secara tepat, dan dengan intensitas yang tepat. Ketiga, yang terakhir, kita harus mampu mempertahankan hak-hak pribadi, alasan pribadi, dan nilai-nilai yang sangat kita yakini kebenarannya. Sikap asertif juga berarti kemampuan untuk tidak sependapat dengan orang lain tanpa menggunakan sabotase dan alasan yang emosional, dan mampu bertahan di jalur yang benar, mempertahankan pendapat sambil sekaligus tetap menghormati pendapat orang lain dan peka terhadap kebutuhan mereka. Sikap asertif ditandai oleh pernyataan yang jelas tentang keyakinan seseorang, dengan tetap mempertimbangkan pendapat dan perasaan orang lain. Tanpa memperhatikan pendapat dan perasaan orang lain, tentu saja sikap asertif berubah menjadi sikap agresif. Orang agresif tidak menghormati pandangan orang lain, dan juga tidak peduli pada kebutuhan atau perasaan orang lain. Mereka memaksakan pendapat atau keinginan mereka supaya diterima dengan cara mencemooh, mengancam, dan memanipulasi. Orang pasif sulit mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain. Mereka memendam permasalahan dan menghindari situasi yang tidak menyenangkan; mereka menanti orang lain menghampiri mereka, siap menyodorkan bantuan. Mereka cepat menyerah, putus asa, dan mengalah pada pendapat orang lain. Akibatnya, mereka selalu merasa kalah dan tidak bahagia. Orang yang pasif-agresif kelihatannya tidak mengeluh meskipun diperalat, tetapi hatinya dipenuhi rasa kebencian terhadap kenyataan atau rasa curiga bahwa orang lain tidak henti-hentinya memanfaatkan sifat baik mereka. Alih-alih memprotes atau menghadapi masalah ini dengan terbuka, mereka memendam rasa

36

marah terebut, tapi hanya untuk sementara. Setelah itu, biasanya secara tiba-tiba, mereka berontak, kadang-kadang secara tidak sadar. Orang yang agresif dan cepat marah selalu berada dalam ancaman stres akibat ulahnya sendiri. Ini menimbulkan perasaan yang sangat tidak menyenangkan bagi pikiran dan tubuh. Pastilah sangat melelahkan jika terus-menerus harus bertengkar dan memulai pertengkaran. 2.5.2 Komunikasi dan Kolaburatif Tujuan dari perancangan Kolaborasi dan Komunikasi ini adalah untuk memfasilitasi user/penggunadalam berkomunikasi khususnya bagi orang-orang yang tidak dapat melakukan tatap muka untuk berkomunikasi dikarenakan jarak dan lokasi berbeda dari masing-masing orang tersebut. Dalam perancangan ini ada 3 mekanisme sosial yang dibicarakan yaitu : 1. Mekanisme Percakapan (Conversational Mechanisms) 2. Mekanisme Koordinasi (Coordination Mechanisms) 3. Mekanisme Kesadaran (Awareness Mechanisms) Mekanisme percakapan yaitu untuk memfasilitasi aliran bicara dan membantu mengatasi kerusakan selama percakapan berlangsung. Percakapan itu sendiri dapat merupa : argumen, diskusi, debat, obrolan atau memberitahu seseorang. namun,jenis dari percakapan itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

Komunikasi Formal Komunikasi yang melibatkan peran tertentu kepada orang-orang dan menentukan orang-orang yang diperbolehkan untuk mengambil dalam percakapan. Contoh : pada pertemuan dewan, diputuskan siapa yang diizinkan berbicara.

37

Komunikasi Informal Obrolan yang terjadi ketika orang bersosialisasi. Contoh : bercakap-cakap dengan orang yang ditemui dijalan, bercerita kepada teman (curhat), berbicara dengan orang yang ditemui di koridor, dll. Merancang Salah satu Teknologi tantangan Kolaboratif yang untuk Mendukung perancang Percakapan untuk

dihadiapi

adalah

mempertimbangkan bagaimana berbagai jenis komunikasi dapat difasilitasi dan didukung pengaturannya. beberapa contoh teknologi kolaboratif yang sudah ada untuk mendukung percakapan ini antara lain email, video conference, video phone, konferensi komputer, chat room dan sms. semua itu merupakan produk hasil kolaboratif berbagai teknologi yang telah ada dan sudah mulai digunakan oleh orang-orang. teknologi kolaboratif pendukung komunikasi ini sering juga disebut dengan Computer Mediated (CMC).

Communication

Mekanisme Koordinasi memungkinkan orang untuk bekerja dan berinteraksi bersama-sama. Koordinasi terjadi ketika sekelompok orang bertindak atau berinteraksi bersama untuk mencapai sesuatu. untuk membantu, kita menggunakan sejumlah mekanisme koordinasi terutama meliputi : 1. Komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal 2. penjadwalan, aturan dan konvensi 3. representasi eksternal yang dibagi bersama Merancang Teknologi Kolaboratif untuk Mendukung Koordinasi

Shared kalender, penjadwalan elektronik, alat-alat manajemen proyek, dan alur kerja alat-alat yang memberikan bentuk interaktif penjadwalan dan perencanaan adalah beberapa jenis utama teknologi kolaboratif yang telah dikembangkan untuk mendukung koordinasi. Mekanisme spesifik yang telah dilaksanakan adalah penggunaan konvensi. Mekanisme Kesadaran mengetahui apa yang sedang terjadi, apa yang orang lain lakukan dan sebaliknya untuk membiarkan orang lain tau apa yang terjadi.

38

Kesadaran melibatkan sekitar mengetahui siapa, apa yang terjadi, dan siapa yang berbicara dengan siapa (Dourish dan Bly, 1992). Jenis tertentu kesadaran adalah kesadaran perifer. Yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk mempertahankan dan terus menerus memperbarui rasa apa yang terjadi di fisik dan konteks sosial, melalui mengawasi apa yang terjadi di sekeliling mereka.

Merancang Teknologi Kolaboratif untuk Mendukung Kesadaran Audio Video link telah dikembangkan untuk memungkinkan remote rekan-rekan untuk tetap berhubungan dengan satu sama lain. Beberapa sistem ini juga telah dikembangkan untuk menyediakan informasi kesadaran tentang mitra remote, memungkinkan mereka untuk mencari tahu apa yang dilakukan satu sama lain. 2.6 Penggunaan Komunikasi Elektronik dalam Yankes Pada negara barat era tahun 1850 an informasi berkembang dua kali lipat dari sebelumnya. Sangat memungkinkan sekali seseorang mendapatkan informasi dan menggunakan informasi terebut. Seorang dokter dan perawat saat ini bisa saja membaca artikel kesehatan tiap hari. Pengetahuan di berbagai bidang berubah:

seseorang dapat mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan lebih baik. Demikian juga dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan memicu perkembangan di berbagai keahlian sebagai sub spesialis. Kendala yang ada, terkait data dan informasi, banyak sekali data pasien yang diperlukan, petugas kesehatan kesulitan mengingat dan mengelola data dengan baik. Peluang yang ada adalah, berkembangnya upaya mengelola data menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna bagi praktisi kesehatan, sehingga berkembang bidang keilmuan baru informatika kesehatan. Bidang ini berkonsentrasi pada mengidentifikasi, memperoleh memanipulasi, menyimpan dan

mentransformasikan data menjadi informasi. Informatika kesehatan disusun dari kombinasi berbagai bidang ilmu : kesehatan, informasi, dan komputer.

39

Ketika digunakan dengan tepat informatika keperawatan akan banyak memberikan manfaat untuk meningkatkan pelyanan kepada pasien dan membuat pelayanan keperawatan lebih bermakna. Tekhnologi yang digunakan dapat mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat. Sistem informasi membantu perawat mengerjakan berbagai tugas kaitannya dengan pengambilan keputusan dengan DSS (Decision Support

System). DSS membantu membuat hubungan antara informasi yang didapatkan dari pasien literature pilihan tindakan berdasarkan integrasi sistem. Sistem informasi juga meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien. Informatika dapat mencegah eror dengan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat. Tambahan yang lain, sistem informasi dapat membntu mengolah data yang kompleks dan menganalisa dengan cepat data data yang ada dalam pelayanan kesehatan. Sistem informasi yang didesain dengan baik akan menyediakan alat yang membantu menganalisa

berbagai situasi yang ada, mengurangi biaya, dan menghemat waktu. Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh, menyimpan, mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta informasi untuk keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan (Sortlife dan Blois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan (Delaney, 2001). Fokusnya lebih pada subjek informasi daripada dengan alatnya sendiri yaitu komputer Istilah informatika keperawatan pertama kali digunakan oleh Scholes dan Barber pada tahun 1980 pada konferensi MEDINFO di Tokyo. Simson(1998) menefinisikan informatika keperawatan adalah susah karena terget bidangnya sedang berkembang. Maka ia membuat definisi awal penggunaan komputer diseluruh bidang kegiatan perawat, pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset. Definisi lain yang mereka kemukakan adalah: penggunaan tekhnologi informasi dalam mendukung fungsi perawat. Seperti pendapat

40

Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan komputer mulai dari pengolah kata (word) sampai kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk perawat dalam parktik keperawatan proffesional. Pergeseran paradigma orientasi tekhnologi, dikemukakan konsep oleh Schwirian tahun 1986. Schriwian membuat model konsep untuk kerangka peneliti informatika keperawatan berupa piramida informatika keperawatan. Pada piramida tersebut didasarnya adalah informatika keperawatan dengan puncaknya adalah tujuan. Komponen lain dalam piramid tersebut adalah: raw material berupa data keperawatan, tekhnologi (komputer), user/pengguna (perawat dan siswa perawat). Model ini menjadi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Definisi lain yang berkembang adalah konsep yang dikemukakan oleh Graves dan Corcoran ( 1989). Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu komunikasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk membantu manajemen dan pemprosesan data , informasi dan pengetahuan untuk mendukung keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan. Turley (1996) setelah melihat berbagai definisi sebelumnya menambahkan satu bidang lagi yaitu ilmu kognitif pada area informatika keperawatan. Ilmu kognitif berfokus pada manusia sebagai salah satu faktor dalam informatika keperawatan. Ilmu kognitif sendiri meliputi banyak ilmu:psykologi, bahasa, filsafat. Fokusnya adalah pada pengetahuan, komponenya, perkembangannya dan penggunaannya. Saat sekarang ada trend untuk membuat definisi berdasarkan peran. American Nursing Association mendefinisikan informatika keperawatan sebagai kombinasi dari ilmu keperawatan, ilmu informasi, ilmu komputer untuk mengelola dan

mengkomunikasikan informasi dalam mendukung perawat serta praktisi kesehatan dalam mengambil keputusan (ANA, 2001) Stagger dan Thomson (2002)

menyatakan definisi informatika keperwatan akan terus berkembang. Alasan yang ia kemukakan adalah fakta dinamika antar petugas kesehatan. Stager menyatakan perawat adalah sebagai integrator (penggabung) informasi dari berbagai bidang dalam medical record pasien. Istilah seperti telehealth atau telemedicine, digunakan secara bergantian untuk merujuk pada pelayanan menggunakan tehnologi elektronik pada pasien dalam keterbatasan jarak.

41

2.6.1 Teknolodi dalam Layanan Kesehatan Telehealth Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam pelayanan: store forward dan real time tekhnologi. 1. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya : gambar yang didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah pindah.Radiologi, dermatologi, patologi adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini. 2. Tekhnologi real time Real time adalah tekhnologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak alat telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth. Tekhnologi realtime juga dapat membuat alat untuk menstransimisikan gambar dari tempat yng berbeda. Misalnya kamera untuk mengobservasi keadaan klien. Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik audio maupun video, yang bisa digunakan dalam Telehealth Sebagai kombinasi realtime dan robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut dengan telepresence. Telepresence menjadi salah satu sub bagian dari telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan karena membutuhkan sistem yang 100 % reliable dan bandwith yang sangat tinggi. Pelayanan keehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat) sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth. Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke pasien. Telenursing adalah bagian dari

42

telehealth. Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya pasien. Sebagai contoh: konsultasi dengan perawat akn mengurangi angka kejadian masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit. Telehealth juga bisa diaplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari praktisi perawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman web. Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya. Beberapa manfaat dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu : 1. pembiayaan. Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun dijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam mengembangkan telehealth. 2. aspek legal Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas kesehatan yang tidak baik 3. standar keamanan Perhatian dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa

menjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2001 4. keamanan data Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin keamanan data.

43

5. infrastruktur komunikasi Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari telehealth yang

mempunyai biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi) antar alat. Electronic Health Record Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistim informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa serta informasi lain dalam rencana perawatan pasien Tekhnologi yang digunakan dapat mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk perawatan pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System (PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center Burlington tahun 1968. Sistem ini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan kerangka kerja POMR ( problem oriented medical record).

2.7 Trend dan Isu dalam Komunikasi Ditinjau dari Aspek Legal Etik 2.7.1 Tren Dalam keperawatan Bab ini telah memperlihatkan bahwa keperawatanbukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dam metode perawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup berubah dan perawat sendiri juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara tentang keperawatan pada satu waktu tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan membicarakan tentang tren dalam keperawatan.

44

Filosofi dan definisi terkini dari keperawatan memperlihatkan tren holistic dalam keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan sakit,dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Keperawatan menetapkan diri dalam ilmu social dan bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas. Satu tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan universitas. Organisasi keperawatan professional terus menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru. Tren praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirina yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkakan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspekaspek dari keperawatan yang mengkarakterisktikan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonom dank kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan seluruh tren dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Akhirnya, seluruh hal yang memperngaruhi keperawatan juga menggambarkan tren dalam keperawatan kontemporer. Dua tren yang lain perlu didiskusikan: meningkatnya pengaruh politik keperawatan dan pengaruh perawat dalam peraturan dan praktik keperawatan. 2.7.2 Pembahasan Isu Aspek Legal Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
45

akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya

mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah : 1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga 2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus

diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya 3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email 4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

46

BAB III SIMPULAN

Komunikasi memungkinkan

adalah

elemen untuk

dasar

dari

interaksi

manusia

yang dan

seseorang

menetapkan,

mempertahankan,

meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal dan tingkat umum. Komunikasi intrapersonal terjadi di dalam diri individu. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memeroleh kesadaran diri yang memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Komunikasi interpersonal adalah interkasi antara dua orang atau di dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang baik dapat menimbulkan terjadinya pemecahan masala, berbagai ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. Komunikasi ini adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang perawat dapat membantu klien dengan berkomunikasi dalam tingkata interpersonal yang bermakna. Komunikais Terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Komunikasi Terapeutik

mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat.Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

47

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Arwani.2003.Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta :EGC Silarus Ratna. Yulia. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan Implementasi. EGC. Jakarta Ratna Sitorus. 205. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. EGC. Jakarta http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/komunikasi-terapeutik/ (diakses pada 16 Januari 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi#Faktor_yang_mempengaruhi_komu nikasi (diakses pada 16 Januari 2012) http://armanketigabelas.wordpress.com/2011/07/21/2-sikap-asertif/ pada 17 Januari 2012) Http://Library - USU, AC.id/down load/FK/L4P3R Tirta.pdf (diakses pada 17 Januari 2012) (diakses

48

Você também pode gostar