Você está na página 1de 2

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI ARSITEKTUR

Gregorius Surya Setyanugraha 10.11.0045 CELANA (3)


Karya : Joko Pinurbo

Ia telah mendapatkan celana idaman yang lama didambakan, meskipun untuk itu ia harus berkeliling kota dan masuk ke setiap toko busana.

Ia memantas-mantas celananya di cermin sambil dengan bangga ditepuk-tepuknya pantat tepos yang sok perkasa. Ini asli buatan Amerika, katanya kepada si tolol yang berlagak di dalam kaca.

Ia pergi juga malam itu, menemui kekasih yang menunggunya di pojok kuburan. Ia memamerkan celananya: Ini asli buatan Amerika.

Tapi perempuan itu lebih tertarik pada yang bertengger di dalam celana. Ia sewot juga. buka dan buang celanamu!

Pelan-pelan dibukanya celananya yang baru, yang gagah dan canggih modelnya, dan mendapatkan burung yang selama ini dikurungnya sudah kabur entah ke mana.

Jokpin memberi kita sebuah kepastian makna yang menggelikan sekaligus menggoyahkan kepastian itu. Di satu sisi, pembaca Indonesia umumnya tahu pasti bahwa burung yang dibicarakan Jokpin adalah kelamin lelaki (dan karena itu kita merasa geli). Di sisi lain, bagaimanakah bisa burung tersebut kabur entah ke mana? Tentu sukar kita menerima bahwa ini adalah sebuah ungkapan harfiah. Dengan demikian, kita melihat bahwa Jokpin mengembalikan idiom burung (atau tepatnya burung dalam celana) ke dalam kapasitas metaforiknya. Tapi masih tersisa pertanyaan, lantas apa sebetulnya yang dibicarakan Jokpin dalam puisi tersebut?

Celana di sini, menurut saya adalah metafora dari kebudayaan; kebudayaan Indonesia yang mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya. Selain kebudayaan, celana adalah metafora dari sifat atau perbuatan baik manusia. Mengapa demikian? Dapat dilihat dari bait per bait puisinya.

Ia memantas-mantas celananya di cermin sambil dengan bangga ditepuk-tepuknya pantat tepos yang sok perkasa. Ini asli buatan Amerika, katanya kepada si tolol yang berlagak di dalam kaca.

Celana yang berarti kebudayaan terlihat pada bait kedua baris ketiga di mana di sana disebutkan kalau celana itu buatan amerika yang menginterpretasikan kebudayaan barat atau bisa disebut kebudayaan luar. Kata amerika dipilih karena Amerika menjadi Negara adidaya yang menjadi kiblat gaya modernitas, fashion, dan tentunya ekonomi di dunia. Frase si tolol menginterpretasikan bahwa orang Indonesia cenderung lebih bangga mengenakan kebudayaan luar daripada mengenakan kebudayaan asli bangsanya sendiri. Di sini, kebudayaan luar yang dimaksud adalah kebudayaan luar yang negatif, yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Ia pergi juga malam itu, menemui kekasih yang menunggunya di pojok kuburan. Ia memamerkan celananya: Ini asli buatan Amerika. Tapi perempuan itu lebih tertarik pada yang bertengger di dalam celana. Ia sewot juga. buka dan buang celanamu!

Dalam bait selanjutnya ditunjukan bahwa sebenarnya semua yang hidup pada akhirnya akan mati. Ini ditunjukkan pada kata kuburan. Dalam kematian tersebut, Jokpin menunjukkan secara gamblang bahwa setelah kita mati, hal terpenting adalah bagaimana kita menjadi diri sendiri. Bangga mengenakan kebudayaan luhur yang sudah turun temurun dilestarikan. Perempuan di sini, menurut saya, adalah metafora dari Tuhan. Dalam bait terakhir, ditunjukkan kalau kata burung adalah metafora dari jati diri seorang manusia, jati diri bangsa Indonesia yang malah sudah lenyap karena terlalu lama tertutupi oleh pengaruh negatif dari luar ataupun bahkan dari dalam manusia itu sendiri. Burung yang seharusnya nangkring di sana, sudah lenyap.

Você também pode gostar