Você está na página 1de 2

Skleritis adalah peradangan pada lapisan sklera yang ditandai dengan adanyainfiltrasi seluler, kerusakan kolagen, dan perubahan

vaskuler.( Riordan-Eva, Paul, John P.Whitcher. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. USA: Mc.GrawHill; 2008).

Skleritis lebih sering dijumpai pada wanita, pada umumnya sekitar umur20-60 tahun. Hampir separuh dari kasus skleritis terjadi secara bilateral.(E.Smith, Morton. External Disease and Cornea. San Francisco: AmericanAcademy of Ophthalmology; 1985) Adapun gejala-gejala umum yang biasa terjadi pada skleritis yaitu rasa nyeriberat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu. Rasa nyeri ini terkadang dapatmembangunkan dari tidur akibat sakitnya yang sering kambuh. Pergerakan bola matadan penekanan pada bulbus okuli juga dapat memperparah rasa nyeri tersebut. Rasanyeri yang berat pada skleritis dapat dibedakan dari rasa nyeri ringan yang terjadipada episkleritis yang lebih sering dideskripsikan pasien sebagai sensasi benda asingdi dalam mata.(Easty, DL, G.Smolin. External Eye Disease. England; Butterworths; 1985) Skleritis adalah peradangan primer pada sklera, yang biasanya (sekitar 50persen kasus) berhubungan dengan penyakit sistemik. Penyakit tersering yangmenyebabkan skleritis antara lain adalah rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis,systemic lupus erythematosus, polyarteritis nodosa, Wegener's granulomatosis,herpes zoster virus, gout dan sifilis. (Anonim. Scleritis [online]. Tersedia padahttp://cms.revoptom.com/handbook/sect2g.htm.{Dikutip tanggal 29 Maret2011}) Karena sklera terdiri dari jaringan ikat dan serat kolagen, skleritis adalahgejala utama dari gangguan vaskular kolagen pada 15% dari kasus. Gangguanregulasi autoimun pada pasien yang memiliki predisposisi genetik dapat menjadipenyebab terjadinya skleritis. Faktor pencetus dapat berupa organisme menular, bahanendogen, atau trauma. Proses peradangan dapat disebabkan oleh kompleks imun yangmengakibatkan kerusakan vaskular (hipersensitivitas tipe III) ataupun respongranulomatosa kronik (hipersensitivitas tipe IV).( De la Maza, Maite Sainz, MD, PHD. Scleritis [online]. 2010. Tersedia padahttp://emedicine.medscape.com/article/1228324-overview.{Dikutip tanggal29 Maret 2011}) Hipersensitivitas tipe III dimediasi oleh kompleks imun yang terdiri dariantibody IgG dengan antigen. Hipersensitivitas tipe III terbagi menjadi reaksi lokal(reaksi Arthus) dan reaksi sistemik. Reaksi lokal dapat diperagakan denganmenginjeksi secara subkutan larutan antigen kepada penjamu yang memiliki titer IgGyang signifikan. Karena FcgammaRIII adalah reseptor dengan daya ikat rendah dan juga karena ambang batas aktivasi melalui reseptor ini lebih tinggi dari pada untuk reseptor IgE, reaksi hipersensitivitas lebih lama dibandingkan dengan tipe I, secara umum memakan waktu maksimal 4 8 jam dan bersifat lebih menyeluruh. Reaksisistemik terjadi dengan adanya antigen dalam sirkulasi yang mengakibatkanpembentukan kompleks antigen antibodi yang dapat larut dalam sirkulasi. Patologiutama dikarenakan deposisi kompleks yang ditingkatkan oleh peningkatanpermeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pengaktivasian dari sel mast melaluiFcgammaRIII. Kompleks imun yang terdeposisi menyebabkan netrofil mengeluarkanisi granul dan membuat kerusakan pada endotelium dan membran basement sekitarnya. Kompleks tersebut dapat terdisposisi pada bermacam macam lokasiseperti kulit, ginjal, atau sendi. Contoh paling sering dari hipersensitivitas tipe IIIadalah komplikasi post infeksi seperti arthritis

dan glomerulonefritis. (French DD, Margo CE. Postmarketing surveillance rates of uveitis andscleritis with bisphosphonates among a national veteran cohort. Retina. 2008.) Hipersensitivitas tipe IV adalah satu satunya reaksi hipersensitivitas yangdisebabkan oleh sel T spesifik antigen. Tipe hipersensitivitas ini disebut jugahipersensitivitas tipe lambat. Hipersensitivitas tipe lambat terjadi saat sel jaringandendritik telah mengangkat antigen lalu memprosesnya dan menunjukkan pecahanpeptida yang sesuai berikatan dengan MHC kelas II, kemudian mengalami kontak dengan sell TH1 yang berada dalam jaringan. Aktivasi dari sel T tersebut,membuatnya memproduksi sitokin seperti kemokin untuk makrofag, sel T lainnya,dan juga kepada netrofil. Konsekuensi dari hal ini adalah adanya infiltrasi seluleryang mana sel mononuklear (sel T dan makrofag) cenderung mendominasi. Reaksimaksimal memakan waktu 48 72 jam. Contoh klasik dari hipersensitivitas tipelambat adalah tuberkulosis. Contoh yang paling sering adalah hipersensitivitas kontak yang diakibatkan dari pemaparan seorang individu dengan garam metal atau bahankimia reaktif.( Anonim. Hypersensitivity and Chronic Inflammation [online]. 2002. Tersediapadahttp://www-immuno.path.cam.ac.uk {Dikutip tanggal 4 April 2011}) Skleritis dibagi menjadi dua yaitu skleritis posterior dan danterior. Skleritis posterior ini jarang terjadi dan ditandai dengan adanya nyeri tekan bulbus okuli dan proptosis.( E.Smith, Morton. External Disease and Cornea. San Francisco: AmericanAcademy of Ophthalmology; 1985) Skleritis anterior memiliki 4 tipe yaitu diffuse anterior scleritis, nodular anterior scleritis, necrotizing anterior scleritis with inflammation, necrotizing anterior scleritis without inflammation.(Gaeta, Theodore J. Scleritis in Emergency Medicine [online]. 2008. Tersedia pada http://emedicine.medscape.com/article/809166-overview.{Dikutiptanggal 29 Maret 2011})

Você também pode gostar