Você está na página 1de 192

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan siswa yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non akademik. Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dengan hasil belajar siswa yang mencakup tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Semua itu dapat melalui proses belajar yang yang efektif, efesien dan bermakna. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya berfokus pada input pendidikan saja, tetapi juga harus mempersiapkan proses pendidikan yang dilakukan setiap harinya. Terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Pembelajaran yang berpusat pada guru (convensional) sudah tidak relevan lagi. Seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak jenuh, mengantuk, atau mengobrol pada saat proses pembelajaran.

Dalam era globalisasi dan pasar bebas, orang dihadapkan pada perubahanperubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat menyesatkan jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Hal tersebut mengakibatkan hubungan yang tidak linier antara pendidikan dan lapangan kerja (Mulyasa, 2006: 18). Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk mengantarkan peserta didik mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar di kelas ditunjukkan dengan tingginya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar siswa tidak hanya ditunjukkan oleh kemampuan kognitif siswa, tetapi ditunjang pula oleh kemampuan pada aspek avektif, dan psikomotor. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan dari materi belajar dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Peningkatan aspek kognitif siswa tercapai apabila siswa memahami materi yang diajarkan dalam memperoleh pengalaman yang baru (Depdikbud, 1993: 787). Hampir kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan semua siswa memiliki hasil belajar yang baik. Hal itupun berlaku pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pada umumnya, dan khususnya pada mata pelajaran sejarah. Dalam hal ini pelajaran sejarah mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial.

Persoalan di bidang pendidikan masih menjadi masalah yang utama di Indonesia, terutama pada masalah mata pelajaran sejarah. Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan merata (Depdiknas, 2001: 1-2), yaitu :
1.

kebijakan dan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, yaitu hanya melibatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan;

2.

penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijaksanaan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan setempat;

3.

peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan pendidikan selama ini masih sangat minim. Pendidikan merupakan salah satu cara mengantisipasi perubahan dunia

yang begitu cepat. Melalui peningkatan pendidikan, kualitas SDM akan mengalami perbaikan yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan yang akan terus semakin meningkat, semua itu akan menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tujuan mempelajari sejarah adalah agar siswa dapat memahami apa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat menarik simpulan dari apa yang sudah dipelajari tersebut (Mustopo, 2006: III). Dengan demikian, sejarah merupakan

mata pelajaran yang sangat penting, pemahaman siswa sangat diperlukan untuk memahami pelajaran sejarah, tidak hanya terbatas pada hafalan. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan dapat membantu siswa supaya bisa meningkatkan prestasi belajar. Siswa akan memahami suatu konsep, apabila

minat baca yang dimiliki siswa tinggi supaya dalam proses pembelajaran dapat menemukan fakta dan penemuan baru. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat membantu siswa untuk mengembangkan konsep dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga tujuan yang ditargetkan dapat tercapai. Tanpa aktivitas siswa proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Aktivitas itu dapat berupa membaca, menulis, mendengarkan, menanyakan permasalahan yang dihadapi, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas, dan menyampaikan pendapat. Sebagian siswa beranggapan bahwa sejarah adalah pelajaran yang sangat membosankan, mereka berpikir pelajaran sejarah hanya mempelajari masa lalu sehingga respon yang dimiliki siswa sangat rendah terhadap pelajaran sejarah. Menanggapi permasalahan tersebut, penulis mengadakan wawancara dengan guru sejarah yang bernama Untung Sugiarto, S.Pd di SMA Negeri 1 Kemangkon yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2011, kelas yang memiliki hasil belajar masih rendah adalah kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon. Dalam proses pembelajaran, siswa kelas X C juga merupakan kelas yang memiliki peran aktif yang cukup rendah. Untuk itu berdasarkan wawancara dengan Untung Sugiarto, S.Pd memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap kelas X C tersebut, dikarenakan dalam proses pembelajaran terdapat beberapa permasalahan,

yaitu 1). Kurangnya aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. 2). Sebagian besar siswa tidak dapat mengajukan pertanyaan kepada guru ketika diberikan waktu untuk bertanya, padahal sebagian besar dari mereka mungkin kurang memahami materi yang telah disampaikan. 3). Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. 4). Sebagian siswa tidak memberikan sanggahan atau menanggapi jawaban terhadap siswa lain. 5). Sebagian siswa tidak mencari jalan untuk memecahkan masalah. 6). Sebagian siswa tidak mendiskusikan suatu materi dengan temannya dalam proses pembelajaran, hal ini dibuktikan ketika guru memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, banyak siswa yang enggan mengerjakan sesuai dengan kelompoknya, khususnya mereka yang duduk di barisan paling belakang. Faktor lain yang berasal dari luar, misalnya, dengan adanya teknologi yang semakin canggih membuat siswa malas untuk belajar. Ketidakaktifan siswa tersebut ternyata berdampak pada perolehan nilai yang masih kurang baik. Dengan melihat rata-rata nilai ujian semester pada mata pelajaran sejarah semester ganjil pada kelas X C disajikan dalam tabel dibawah : Tabel.1.1. Nilai kognitif siswa kelas X C pada semester ganjil
No.

NIS 901 903 906 907 908 916 917 920 925

Nama Siswa Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

L/ P P L P P P P L L P

UH 67,5 70 75 65 65 72,5 60 72,5 70

Tugas

UTS 75 60 70 60 90 85 60 80 85

UAS 54 60 54 62 52 70 46 46 80

75 75 75 75 75 75 75 75 75

RataRata 68 66 68,5 65,5 70,5 76 60 68 77,5

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

931 942 944 948 952 953 957 958 959 962 971 972 973 980 982 983 984 985 986 987 989 990 991 999 1005 1006 1007

Elisa Rosalina P 75 75 75 66 73 Jaro Pangestu L 67,5 75 70 62 69 Laela Muj Tahidah P 70 75 60 50 64 Linda Wijayanti P 72,5 75 60 54 65 Marofiatul Nguluwi P 75 75 65 60 69 Mei Trinaningtias P 62,5 75 70 70 69 Mutia Darmita P 67,5 75 75 54 67 Nadiasita Noor P P 60 75 70 52 64 Neni Ari Wahyuni P 65 75 50 68 64,5 Nurlela P 70 75 50 60 64 Rani Wahyuningsih P 60 75 60 60 64 Rasti Eka Anjarwati P 60 75 80 58 68 Ratnawati P 80 75 75 66 74 Selly Esmaningrum P 77,5 75 85 49 72 Siti Muftikhatun N P 60 75 85 54 68,5 Siti Ngaenu Rochmah P 67,5 75 80 80 76 Siti Nur Ngazizah P 62,5 75 70 60 67 Sri Novita Astini P 60 75 85 60 70 Syaeful Fadillah L 75 75 60 72 70,5 Syukron Wahyu H L 67,5 75 60 68 68 Teguh Priambodo L 77,5 75 95 80 82 Uut Ambaryani P 70 75 90 70 76 Vikta Nuraini A P 70 75 70 68 70 Wing Esti Dewi P P 68 75 35 73 68 Yuni Setyaningsih P 62,5 75 65 78 73 Yusuf Insan Robbani L 67,5 75 75 74 73 Zaka Dwi Pangestu L 70 75 65 56 66,5 Faizal Adi N L 77,5 75 45 58 64 Sumber . Daftar nilai mata pelajaran sejarah semester ganjil.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1.1, nilai 70 ke atas hanya 14 siswa dan selebihnya di bawah 70. Masih rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran dan faktor intern dari siswa sendiri. Sebagian siswa hanya mencatat dan menghafal materi yang disampaikan guru. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, terutama pada siang hari. Siswa belum aktif mencari sendiri pengetahuan yang diperoleh, tetapi hanya

mendapat informasi yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon masih terbilang rendah. Salah satu alternative model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pembelajaran kooperatif tipe TGT dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk melaksanakan tugas. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam hal ini menurut Slavin (2010: 10), model pembelajaran kooperatif sangat banyak macamnya di antaranya, yaitu Problem Solving, Group Investigasion (GI), Student Teams Achievement Division (STAD), Number Head Together (NHT) dan masih banyak yang lain, sedangkan peneliti menggunakan pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament). Implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki pengaturan kelas yang berbentuk pembelajaran kooperatif dengan siswa berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masingmasing jalur perkembangan terdekat mereka. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit yang bisa menumbuhkan kemampuan bekerjasama dan mengembangkan sikap berpikir kritis siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar, dan penyimpanan materi pelajaran lebih lama dalam ingatan.

Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan itu berimplikasi pada berbagai alternative jawaban dan argumentasi berdasarkan pengalaman siswa, akibatnya adalah jawaban siswa tidak terlalu tepat. Namun dari kesalahan itu, mereka bisa belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya mengapa orang lain memproleh jawaban yang lain dari dirinya. Dengan sikap keterbukaan yang harus dikembangkan dalam sikap investigasi tersebut. Siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban dari permasalahan itu, tetepi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktivitas mental sendiri. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengatasi permasalahan yang dihadapi kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada mata pelajaran sejarah, yaitu Peningkatan Prestasi Belajar Siswa kelas X C pada Pelajaran Sejarah melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe TGT (Teams Games Tournament) di SMA Negeri 1 Kemangkon Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tornament) pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis : Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat yang diperoleh siswa :


1). memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk meningkatkan minat

serta prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran sejarah;


2). dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa

lebih dapat memahami materi yang disampaikan;

10

3). dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan teman

kelompok yang lain.

b. Manfaat yang diperoleh bagi guru : 1). memberikan alternative pemecahan permasalahan pembelajaran yang

dihadapi siswa dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas siswa;
2). sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi

pembelajaran yang bervariasi;


3). memberikan pengetahuan/wacana tentang model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar pada mata pelajaran sejarah.

c. Manfaat yang diperoleh sekolah : 1). memberikan

referensi kepada guru-guru yang lain, untuk lebih

mengembangkan diri dalam proses pembelajaran di sekolah sesuai dengan mata pelajaran masing-masing;
2). dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan di semua

jenjang kelas dan mata pelajaran sehingga mutu prestasi siswa akan meningkat seiring dengan berkembangnya fisik dan psikis dari siswa sendiri.

11

d. Manfaat bagi mahasiswa : 1). mendapatkan pengalaman langsung, cara-cara meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah dengan menggnakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di sekolah.

e. Manfaat bagi program studi :

1). Memberikan Motivasi kepada program studi pendidikan Sejarah untuk dapat mengaplikasikan pada mata kuliah kependidikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori Pengertian Belajar Belajar merupakan kebutuhan pokok dan rutin yang dilakukan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sekaligus mengembangkan dirinya. Dalam Undang-Undang Sisdiknas bab V peserta didik tentang sistem pendidikan nasional pasal 12 ayat 2 yang berbunyi setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, unsur-unsur proses belajar memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, penting sekali bagi guru memahami proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi para siswa. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat pokok dalam proses pendidikan yang ada di sekolah.

13

Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik di sekolah. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sedangkan belajar menurut Gagne (Suprijono, 2010: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang melalui aktivitas, perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah. 12 Kegiatan belajar yang dilakukan seseorang menyebabkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan dari proses belajar akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Menurut Winkel (1999: 53), belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak disaksikan dari luar, bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat, jika siswa turut berpartisipasi aktif secara emosional dan psikis. Siswa saling berinteraksi dengan lingkungan di sekitar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. Belajar merupakan upaya meningkatkan kemampuan intelektualnya sehingga terjadi perubahan tingkah laku atau perubahan seluruh pribadi siswa akibat adanya pengalaman dan latihan. Menurut Gagne (Purwanto, 2002: 3), belajar terjadi bila situasi stimulan bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

14

sehingga penampilan berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menunjukkan ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian, belajar dianggapnya properti sekolahan. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah, anggapan demikan tidak seluruhnya salah sebab belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam prakteknya banyak dianut (Suprijono, 2010: 3). Dari definisi-definisi tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang yang melibatkan aktivitas mental/psikis untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku baru yang menyangkut pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap sebagai hasil pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan secara aktif. Menurut Slameto (2003: 5-8) ada bermacam-macam jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang yaitu :
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas dan ekstensif, misalnya, mempelajari sajak ataupun mempelajari gerak-gerakan seperti bermain silat.
b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

15

Wawasan merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses mereorganisasikan polapola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubunganya dengan penyelesaian atau persoalan.
c. Belajar diskriminatif (discriminative learning)

Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulan dan menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulant yang berlainan.
d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Belajar global adalah mempelajari bahan secara keseluruhan berulangulang sampai pelajaran menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari belajar bagian.
e. Belajar incidental (incidental learning)

Belajar incidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan, karena dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi untuk belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting.
f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Reaksi-reaksi

seseorang

siswa

yang

diperlihatkan

dalam

belajar

instrumental ini diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi

16

hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, sehingga akan terbentuk oleh tingkah laku tertentu.
g. Belajar intensional (intensional learning)

Belajar instensional adalah dalam arah tujuan. Belajar intensional merupakan lawan dari belajar insidental.

h. Belajar laten (latent learning)

Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan segera sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar incidental.
i.

Belajar mental (mental learning) Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat,

melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain.
j.

Belajar produktif (productive learning) Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum

yaitu mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi lain.
k. Belajar verbal (verbal learning)

17

Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai menyelesaikan persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003: 54), sebagai berikut :
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Faktor

ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis (rohaniah) dan kelelahan.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu misalnya

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pengertian Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun, banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

18

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya., sedangkan menurut Nasution (1997: 17), prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa. dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

19

Winkel (1996: 226), mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, dan kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Menurut Winkel (Suprijono, 2010: 16) prestasi adalah hasil bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai atau dilakukan setelah melakukan proses

20

belajar mengajar. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator dari kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebagai pemenuhan rasa ingin tahu, sebagai perangsang atau pendorong untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan indikator daya serap kecerdasan siswa. Menurut Slameto (2003: 54) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan eksteren. faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang datangnya dari luar siswa. faktor ini meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan ketuntasan siswa dalam mengikuti dan menerima serangkaian kegiatan belajar yang telah dilakukan. Selain itu, juga untuk memberikan umpan balik dari guru dan siswa. Bagi siswa setelah menerima umpan balik akan mengetahui kemampuan dirinya untuk menunjukkan keberhasilan pencapaian belajar yang telah diharapkan, sedangkan bagi guru untuk memberikan informasi keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga menjadi masukan agar guru memberikan pembelajaran yang lebih baik untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam penilaian yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa dalam hasil belajar yang ditunjukkan dengan perolehan nilai kognitif tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan diterapkan tersebut.

21

Mata Pelajaran Sejarah di SMA Manusia dikenal sebagai historical man (makhluk historis) atau makhluk yang selalu berbuat, memiliki dan menjadi pelaku sejarah. Secara etimologi sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarah, yang berarti pohon silsilah dan dalam bahasa Inggris adalah history, serta dalam bahasa Yunani, yaitu history/istoy yang berari orang pandai (Kuntowijoyo, 1998: 1).

Menurut Muhammad Ali (2005: 12) sejarah didefinisikan kedalam 3 hal, yaitu di antaranya :
a. sejarah

merupakan

kejadian-kejadian

peristiwa

yang

seluruhnya

berhubungan dengan kejadian yang nyata di dalam manusia di sekitar manusia;


b. sejarah sebagai cerita yang tersusun secara sistematis dari kejadian-

kejadian dan peristiwa-peristiwa umum yang terjadi;


c. sejarah sebagai ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan negara-

negera, peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian masa lampau. Sejarah juga dapat diartikan sebagai masa lampau umat manusia, masa lampau merupakan unsur yang sangat penting. Dalam sejarah dan waktu adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan masa lampau, manusia akan memperoleh identitas juga kesadarannya. Tanpa itu manusia tidak dapat mengambil keputusan yang penting untuk memperbaiki kondisi kehidupan. Pada kenyataannya, sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang ada dalam kehidupan manusia yang selalu berada dalam ruang lingkup sejarah.

22

Sejarah merupakan ilmu yang diakronis. Sejarah disebut ilmu diakronis karena sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Oleh karena itu, dalam penulisan judul dalam peristiwa sejarah biasanya diberi angka tahun. Hal ini untuk menunjukkan sifatnya yang diakronis. Selain itu, memanjang dalam waktu ini meliputi gejala yang ada dalam waktu yang panjang tersebut (Kuntowijoyo, 1998: 5). Sejarah juga diartikan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu memerlukan langkah-langkah metodologis untuk menunjukkan eksistensinya, yaitu mencari dan menemukan objek kajian dan ruang lingkup. Ilmu sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat. Aspek kajiannya berupa proses perubahan dari aktivitas manusia dan lingkungan kehidupannya pada masa lampau sejak manusia belum mengenal tulisan sampai perkembangan mutakhir yang mencakup aspek politik sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Dalam konsep sejarah, perubahan itu mencakup tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Manusia dengan berbagai aspek kehidupannya yang berasa pada setting ruang baru secara lokal, nasional, dan global yang akan berubah dari waktu ke waktu. Hal ini menjadikan waktu dalam sejarah adalah pandangan yanag utama dari kajian sejarah. Sejarah merupakan mata pelajaran yang menemukan pengetahuan dan nilai-nilai yang mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Pelajaran sejarah, pada umumnya, ialah suatu perkenalan dengan riwayat manusia di dunia

23

ataupun di Indonesia, yaitu riwayat perjuangan manusia untuk mencapai kehidupan yang bebas, bahagia, adil, dan makmur, serta menyadarkan tentang dasar dan tujuan kehidupan manusia tersebut (Ali, 2005: 350). Pada tingkat SMA dan MA pelajaran sejarah mempunyai tujuan untuk:
a. mendorong

siswa

berpikir

kritis-analisis

dalam

memanfaatkan

pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang,
b. memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, c. mengembangkan

kemampuan

intelektual

dan

ketrampilan

untuk

memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (Depdiknas, 2003: 6). Menurut Mustopo (2006: III) mata pelajaran sejarah memiliki arti yang strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam dunia pendidikan, sejarah mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, mata pelajaran sejarah mempunyai tujuan bagi peserta didik sebagai berikut :
a. membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang

merupakan proses dari masa lalu;


b. melatih daya kritis dalam memahami fakta sejarah dengan benar yang

didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan;

24

c. menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan masa

lampau, sebagai bukti peradaban Bangsa Indonesaia di masa lampau;


d. menumbuhkan pemahaman tentang proses terbentuknya bangsa Indonesia

melalui perjalanan sejarah yang panjang dan terus berproses hingga ke masa kini dan masa datang;
e. menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air yang diimplementasikan

dalam berbagai kehidupan, baik nasional maupun internasional. Menurut Depdiknas (2003: 350), pengajaran sejarah di sekolah juga berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif, serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengahtengah perubahan dunia. Dalam kehidupan masyarakat, sejarah memiliki banyak kegunaan, yaitu kegunaan edukatif, memberi inspirasi, memberi kesadaran waktu, membentuk rasa kebangsaan, rekreatif, dan rasa estetis, bentuk identitas nasional. Manfaat dari belajar sejarah terletak pada daya pembentukannya yang terdiri atas pembentukan sosial, kebangsaan, dan rasa keindahan daya inspirasi. Berdasarkan atas manfaat nilai tersebut, maka mata pelajaran sejarah bertujuan untuk menopang tercapainya hal tersebut bagi siswa yang mempelajarinya. Intinya adalah, semua itu membawa siswa pada sasaran pokok, yaitu timbulnya minat kepada sejarah. Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh

25

pemahaman sedikitpun, peristiwa sejarah pasti mengandung nilai. Pada umumnya, pada semester genap ini mata pelajaran sejarah yang ada di SMA Negeri 1 Kemangkon hanya terdiri dari dua jam pelajaran setiap minggunya, khusunya kelas X C. Pelajaran pada semester genap yang dilaksanakan setiap hari senin jam 09.30 sampai jam 11.00 WIB. Materi yang akan di jadikan bahan penelitian adalah bab VI, yaitu Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia. Standar kopetensi dari bab VI ini adalah, menganalisis peradaban Indonesia dan dunia, sedangkan kopetensi dasarnya adalah menganalisis asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia.

Pembelajaran kooperatif Kooperatif menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993: 729), mempunyai arti bersifat kerja sama atau bersedia membantu. Sedangkan menurut Anita Lie (2005: 12), pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

bekerjasama dengan sesama dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

26

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Slavin, 2010: 34), para siswa :
a. harus memiliki persepsi bahwa mereka bekerja sama mengatasi masalah

didalam kelompok bersama-sama;


b. harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain

dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;
c. harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; d. membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota

kelompok;
e. diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok;


f.

berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar;


g. di minta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif. Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas di susun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen, adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

27

perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif, diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 2010: 7). Menurut Anita Lie (2005: 29), pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan baik. Menurut Jhonson dan Jhonson (Anita Lie, 2005: 18), ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Menurut Slavin (2010: 4), para siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih termotivasi untuk belajar keras guna mencapai tujuan belajar secara bersama-sama. Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok yang dibentuk sedemikian rupa dalam rangka meningkatkan kemampuan akademik siswa. Menurut Slavin (2010: 11), ada beberapa variasi dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu : a. TGT (Teams Games Tournaments) TGT atau pertandingan permainan tim, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memainkan permainan

28

dengan anggota-anggota tim lain, untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Permainan di susun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi pelajaran, dan dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Setelah permainan, anggota-anggota yang setingkat kemampuanya akan ditemukan dalam suatu pertandingan/turnamen yang dikenal dengan Tournament Table, yang diadakan setiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang di dapat akan memberikan kontribusi pada rata-rata skor kelompok.

b. STAD (Student Teams Achievement Division) STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Seluruh siswa di kenal kuis tentang materi tersebut, pada saat kuis siswa tidak boleh saling membantu. c. Jigsaw II Dalam penerapan Jigsaw, siswa di bagi berkelompok dengan anggota kelompok 5-6 siswa heterogen. Materi pelajaran diberikan keapada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Setelah itu, siswa kembali

29

ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub-bab mereka. Selesai diskusi siswa dikenai kuis secara individu tentang materi yang sudah dipelajari. d. TAI (Teams Accelerated Insruction) Tipe ini mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu. Tiap anggota mengkombinasikan belajar individu. Tiap kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Setelah itu, mengecek hasil kerjanya dengan anggota lain. Bila seorang siswa mampu mengerjakan suatu soal pada suatu tahap, maka siswa dapat mengerjkan soal pada tahap berikutnya. Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Anita Lie, 2005: 18-20) :
a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja

30

demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodel Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik, setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu, beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan.
b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian di buat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif,

31

setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson, misalnya, bahan bacaan di bagi menjadi empat bagian dan masingmasing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari model kooperatif ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama

32

dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. e. Evaluasi Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

33

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2010: 25). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Slavin (2010: 26), yaitu:

a. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

34

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembalikan rasa kerjasama diantara siswa. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan model pembelajaran ini siswa terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja sendiri namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi demi keberhasilan bersama. Selain itu, kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan tidak merasa benar sendiri. Jika model ini dilakukan disemua sekolah dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang tertinggi kita akan kembali menjadi manusia yang humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kebersamaan sudah menjadi kultur, maka persoalan apapun dan sebesar apapun pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna.

35

Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) Tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang diteliti secara luas. Tipe TGT sangat terkenal dan popular dikalangan para ahli pendidikan. Pembelajran kooperatif tipe TGT merupakan model yang sangat mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Secara garis besar, uraian tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : Menurut Slavin (2010: 166), ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu: penyajian kelas (class presentation), kelompok (team), kuis (games), kompetisi (tournament) dan penghargaan kelompok (class recognition). Komponen itu bisa dijabarkan sebagai berikut :
a. Penyajian kelas (class presentation)

Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi dapat juga dengan audiovisual. Fokus presentasi kelas hanya menyangkut pokok-pokok materi dan tekhnik

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekarja lebih pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena akan menentukan skor game dan ini akan menentukan pula pada skor kelompok.
b. Kelompok (team)

36

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tim terdiri dari 5 sampai 7 siswa anggota kelas. Anggota time mewakili kelompok yang ada dikelas dan hal kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku. Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggotanya saling membandingkan, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota lain.
c. Kuis (games)

Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi-materi yang relevan dengan materi yang telah diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor pada kartu tersebut.
d. Kompetisi (tournament)

Turnamen adalah dimana saat permainan berlangganan. Ilustrasi antara tim-tim yang anggotanya heterogen dan meja-meja turnamen dengan anggota yang homogen. Uraian ilustrasi turnamen dapat dilihat pada skema gambar dibawah ini.

TIM A Tinggi A1 Sedang A2 Sedang A3 Rendah A4

Meja 1 Turnamen I A1 B1 C1

Meja 1 Turnamen II A2 B2 C2

Meja 1 Turnamen III A3 B3 C3

Meja 1 Turnamen IV A4 B4 C4

37

Tinggi Sedang B1 B2

Sedang B2

Rendah B4

Tinggi Sedang Sedang C1 C2 C2

Rendah C4

Gambar 2.1. Penempatan siswa dan tim ke meja turnamen (Slavin, 2010: 168) Gambar 2.1, menunjukan bahwa penempatan siswa pada meja turnamen berdasar rangking siswa dalam tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan kemampuan awal tertinggi dalam tim sebagai meja yang tertinggi tingkatanya daripada meja turnamen II. Meja II lebih tinggi tingkatannya daripada meja turnamen III. Meja IV adalah meja yang paling rendah tingkatanya. Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian guru mengatur kembali kedudujan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang pada meja tertinggi. Pemenang pada setiap meja dinaikan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatanya dan yang mendapatkan skor terendah pada setiap meja turnamen selain yang ada pada meja terendah tingkatanya diturunkan satu tingkat ke meja yang lebih rendah tingkatanya. Pada akhirnya mereka akan mengalami

38

penaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja mereka.
e. Penghargaan kelompok (class recognition)

Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan berupa hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. Menurut Slavin (2010: 169) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT meliputi pengaturan klasikal dan belajar kelompok, turnamen akademik dan penskoran, pengakuan tim dan bumping (pemindahan), adapun uraian persiapan masing-masing adalah sebagai berikut :

a. Pengaturan klasikal dan belajar kelompok Pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok-pokok materi selanjutnya diumumkan kepada siswa penugasan tim dan siswa diminta untuk memindahkan bangku membentuk meja tim. Kepada siswa disampaikan bahwa mereka akan bekerjasama dengan tim selama beberapa minggu dan mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh/menambah poin bagi nilai tim mereka. b. Turnamen akademik dan penskoran Setiap tim dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebanyak 4 sampai 5 siswa, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain itu dalam pembagian kelompok guru sebaiknya mempertimbangkan criteria lainya

39

misalnya, jenis kelamin, latar belakang sosial, kinerja, suka atau tidak suka lainya. Siswa rangking pertama pada setiap tim pada meja I, empat rangking berikutnya pada meja II dan empat rangking berikutnya pada meja III dan seterusnya. Penempatan siswa pada meja turnamen dari contoh di atas tampak pada tabel. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4-5 siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan yang setara. Pada permulaan turnamen diumumkan penempatan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen. Bagan dari putaran permainan dengan 3 siswa dalam satu meja turnamen dapat dilihat dari skema gambar dibawah ini.

Pembaca 1) Mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang telah diacak dan mencari pertanyaan yang sesuai pada lembar permainan. 2) Membaca dan menjawab pertanyaan dengan kertas

Penantang I 1) Ikut menjawab pertanyaan 2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengann pembaca jika mungkin

Penantang II 1) Ikut menjawab pertanyaan 2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengan pembaca dan penantang I jika

40

Gambar 2.2. Putaran permainan TGT (Slavin, 2010: 173). Pada akhr setiap putaran, pemenang mendapat satu kartu bernomer. Penantang yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada. Akan tetapi, jika pembaca yang kalah kepadanya tidak dikenakan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan. c. Pengakuan tim Tim yang telah mencapai skor rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan atau hadiah.
d. Bumping (pemindahan)

Menurut Slavin (2010: 176) bumping/penempatan kembali siswa pada meja turnamen baru, dilakukan untuk mempersiapkan turnamen berikutnya. Melakukan bumping lebih mudah ketika sedang menghitung skor.

Kebaikan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kebaikan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan

menggunakan pendapatnya,
b. rasa percaya tinggi siswa menjadi lebih tinggi, c. perilaku mengganggu terhadap siswa yang lain relativ lebih kecil, d. motivasi belajar siswa menjadi lebih besar,

41

e. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan

siswa dan antara siswa dengan guru. Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok bahasan, bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa tersebut dapat keluar. Selain itu kerjasama antar siswa dengan guru akan interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan. Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta

membuat

mengembangkan pendapatnya,
b. kekurangan waktu untuk proses pembelajaran, c. kemungkinan terjadi kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Guru yang kurang cerdas dalam mengelola kelas dan siswa akan menjadi penyebab kegagalan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, sebab dibutuhkan kecerdasan emosi untuk memotifasi siswa dalam mengaktualisasi diri dan mengelola waktu dengan sebaik-baiknya. Ciri khas yang membedakan metode pembelajaran koopeatif tipe TGT dengan metode pembelajaran kooperatif lainya adalah adanya turamen yang mempertandingkan antar kelompok.

Hasil Penelitian Relevan Model pembalajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan berkompetisi dalam mengerjakan tugas. Model ini digunakan sebagai salah satu cara untuk

42

meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pernah dilakukan oleh Khasanah (2008), namun hanya membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa. Hasilnya menunjukan bahwa prestasi belajar pada siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada yang menggunakan NHT. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT oleh Darseni (2006) mampu mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian tentang peningkatan prestasi belajar pernah dilakukan dengan metode pembelajaran yang lain. Hasilnya penelitian Yuniati (2005) menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar Geografi dengan pemberian LKS. Sementara Yulianti (2005) membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD dan pembelajaran konvensional terhadap prestasi hasil belajar siswa. Hasilnya menunjukan bahwa, prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada yang menggunakan STAD dan pembelajaran konvensional. Penelitian tentang upaya meningkattkan prestasi belajar siswa pada materi Sejarah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

43

Kerngka Berfikir Dalam dunia pendidikan hal yang pasti ada, yaitu adanya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar terutama prestasi yang telah dicapai siswa. Dengan berkembang teknologi dan ilmu pengetahuan guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam proses pembelajaran, terutama menentukan metode pembelajaran. Jika metode pembelajaran yang digunakan tepat maka akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa berperan aktif serta melibatkan kerja sama antara siswa yang satu dengan yang dengan metide pembelajaran kooperatif tipe TGT. Metode ini berupa permainan atau games akademik yang membuat para siswa menjadi senang dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga bisa menarik siswa agar bisa senang terhadap pelajaran sejarah yang nantinya akan meningkatkan prestasi siswa tersebut. Keinginan menjadikan tim mereka tim terbaik akan meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar 6,5. Kerangka berfikir yang dilaksanakan pada penelitian ini disajikan pada Gambar.2.3. dibawah ini : Kondisi Hasil Belajar : akhir siswa Siswa mudah (output) memahami dan mengembang kan materi Siswa aktif berpartisipasi dalam PBM Prestasi belajar siswa meningkat

Kondisi awal siswa (input) Suasana belajar : Pemahaman konsep rendah Partisipasi belajar siswa rendah Prestasi belajar rendah

Tindakan Kelas : mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT PBM : Presentasi kelas Diskusi kelompok Games Tournament

44

Gambar 2.3. Kerangka berfikir

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011 pada semester genap mulai bulan Februari 2011 sampai April 2011.

45

B. Subyek Penelitian Penelitian ini ditunjukan pada siswa kelas X C di SMA Negeri 1 Kemangkon Purbalingga. Jumlah subyek penelitian sebanyak 37 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Subjek ini dibagi kedalam 9 (sembilan) kelompok kecil beranggotakan masing-masing 4 siswa atau ada yang 5 siswa yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga kelompok mempunyai keadaan yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Penelitain ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran sejarah di kelas X C SMA 1 Negeri Kemangkon. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai dan hasil refleksi yang dirumuskan sesuai dengan desain dari faktor yang diselidiki, pada akhir diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan 44 peran aktif siswa dalam pembelajaran setelah menggunakan model kooperatif tipe TGT. Hasil klarifikasi terhadap penyebab permasalahan yang disajikan pada Tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1. Tabel hasil klarifikasi akar penyebab permasalahan No. Masalah Akar Tindakan

46

1.

Permasalahan Tingkat pemahaman a. Kurangnya dan kemampuan keterlibatan pengembangan siswa dan materi Sejarah partisipasi siswa masih rendah dalam proses pembelajaran b. Kurangnya fasilitas dan sumber belajar. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan rendahnya prestasi belajar siswa. a. Variasi metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. b. Siswa lebih memilih untuk menghafal materi daripada memahami materi. c. Kondisi kelas yang kurang kondusif.

a. Penggunaan LKS yang terstruktur dan pemanfaatan sumber belajar yang tersedia. b. Penggunaan model kooperatif tipe TGT. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2.

Pada akhir siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat kontribusi dan hasil belajar siswa secara aktif dapat ditingkatkan dan ada tindakan dampak langsung penggunaan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT terhadap hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart dalam Arikunto (2010: 16), seperti pada gambar berikut:

47

Gambar 3.1. Skema model penelitian (Model spiral dari Kemmis dan Taggart) Secara rinci, prosedur penelitiannya mengacu pada model penelitian tindakan kelas (model Kemmis dan Taggart), yang dirinci sebagai berikut :
1. Persiapan (planning)

Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama-sama antara peneliti dan guru dalam menentukan langkah-langkah penelitain yang meliputi :

48

a. peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah;
b. membuat rencana pembelajaran (RP), soal pre-tes, dan soal pos-tes; c. mensosialisasikan mekanisme dan aturan-aturan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;


d. membuat dan melengkapi alat, media pembelajaran dan mendisain ruang

kelas;
e. membuat lembar observasi; f. mendisain alat evaluasi. 2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Kegiatan

yang

dilakukan

pada

tahap

ini

adalah

melaksanakan

pembelajaran yang telah dilaksanakan, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini bersifat kolaboratif, yaitu peneliti berperan sebagai observer dan guru berperan sebagai pengajar dalam proses pembelajaran, atau bisa bergantian sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Langkah pembelajaran pada pertemuan pertama terdiri dari pre-tes, presentasi kelas, diskusi dan permainan. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan yang kedua meliputi presentasi kelas, diskusi, turnamen dan pos-tes. Langkah yang dilakukan untuk setiap siklusnya sama. Tabel.3.2. Tabel pelaksanaan tindakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

49

No. Tindakan Guru 1. Pendahuluan a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Guru mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan mengumumkan pembagian tiap kelompok. c. Guru memberikan pretes tentang materi yang akan diajarkan. 2. Kegiatan inti a. Guru melakukan presentasi kelas. b. Guru memberikan bahan diskusi untuk tiap kelompok, mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam diskusi kelompok. c. Guru membagi kemampuan siswa yang berkemampuan setara dari tiap kelompok pada suatu meja permainan, memberikan bahan diskusi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajran. d. Guru menempatkan siswa pada meja turnamen akademik tipe TGT.

Tindakan kelas a. Siswa memperhatikan penjelasan Guru. b. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat nama anggota kelompok masing-masing. c. Siswa pertanyaan guru. menjawab yang diajukan

a. Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang dismpaikan guru. b. Siswa mempelajari materi dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

c. Menempati meja permainan dengan anggota kelompok lain yang berkemampuan setara dan berdiskusi membahas permasalahan yang diberikan guru.

d. Berpartisipasi turnamen akademik.

dalam

3.

Penutup a. Guru memberikan Pos- a. tes

Siswa mengerjakan pertanyaan yang diberikan guru.

50

b. Guru menyimpulkan b. materi dan memberikan motivasi dan siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan guru.

3. Observasi (observing)

Pada tahap ini dilaksanakan observasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Mekanisme observasi tersebut disajikan pada Tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3. Observasi siswa No. Obyek Pengamatan 1. Aktifitas siswa Prosedur Pengamatan Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, permainan dan turnamen diukur menggunakan lembar observasi. Partisipasi siswa diukur menggunakan lembar observasi yaitu partisipasi dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan sanggahan.

2.

Partisipasi siswa

4. Refleksi (reflecting)

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisi, guru dapat melakukan refleksi diri tentang langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dan guru dapat mengetahui besarnya tingkat partisipasi siwa dalam kegiatan pembelajran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat

51

diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, sehingga dapat digunakan unutk menentukan tindakan siklus berikutnya.

D. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada penelitian ini meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar 6,5.

Berdasarkan pada perumusan dan identifikasi masalah pada tabel sebagai berikut : Tabel.3.4. Identifikasi masalah dan indikator keberhasilan. Identifikasi masalah Indikator keberhasilan Kemampuan siswa dalam Kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran kooperatif melaksanakan pembelajaran tipe TGT kurang baik kooperatif tipe TGT meningkat. Siswa kurang tertarik dalam Siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajran sejarah. mengikuti pembelajaran sejarah. Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang mendukung. Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT meningkat.

E. Teknik Pengambilan Data 1. Tes Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data menggunakan tes hasil belajar Sejarah. Menurut Coollegiate dalam Arikunto (1998: 139) tes adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

52

ketrampilan, pengetahun, intelligence, kemampuan/bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tujuan diadakanya tes untuk siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon adalah untuk mendapat informasi tentang kemampuan siswa dalam mengikuti dan memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes dilaksanakan dua kali setiap siklusnya, yaitu: a. Pre-tes adalah tes yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuanya adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dibeerikan.
b. Pos-tes adalah tes yang diberikan setelah guru selesai menyaimpaikan

materi pelajaran. Tujuanya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi yang telah dipelajari. 2. Angket Menurut Arikunto (1998: 140) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Pemberian angket diharapkan bisa mengetahui minat siswa atau seberapa besar keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon.

3. Observasi

53

Menurut Arikunto (1998: 146) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan prilaku siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan berupa lembar observasi. Lembar observasi siswa dan guru ditujukan untuk mengetahui seberapa baik pembelajaran yang dilakukan guru dan seberapa besar partisipasi siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon dalam mengikuti permainan dan turnamen akademik. 4. Dokumentasi Menurut Arikunto (1998: 149) dokumentasi dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. dokumentasi tidak kalah penting dengan metodemetode lain karena dalam dokumntasi untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon selama penelitian berlangsung.

F. Teknik Analisis Data Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui evaluasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan teknik analisis deskritif kualitatif dengan memberikan predikat pada fariabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil analisis pada siklus I digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya.

54

Semua data yang telah terkumpul dihitung dan dianalisis dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 1998: 246) :
1. Analisis rata-rata prestasi siswa setiap siklus diambil dan evaluasi/post-tes.

I=

F x 100% N

Keterangan : I = rata-rata prestasi siswa F = Jumlah nilai prestasi siswa N = Jumlah siswa keseluruhan
2. Presentasi (%) untuk analisis aktivitas siswa.

Prosentase (%) Keterangan :

Frekuensi x100% N

Frekuensi = Jumlah siswa yang ikut berpartisipasi. N = Jumlah responden seluruhnaya.

3. Observasi guru Rumus rata-rata =


pertemuan1 + pertemuan 2 2

Poin keterangan dinyatakan sebagai berikut ini : 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali Keterangan jumlah nilai total dinyatakan sebagai berikut :

55

0 ratarata < 1 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang 1 ratarata < 2 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT cukup 2 ratarata < 3 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik 3 ratarata < 4 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik sekali.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

56

A. HASIL Hasil penelitian pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :


1) peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

untuk meningkatkan prestasi, dan partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sejarah (asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia);
2) membagi siswa kelas X C menjadi 9 kelompok kecil, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (jenis kelamin dan partisipasi akademik) dengan keadaan tiap kelompok relatif sama (Lampiran 2);
3) menyusun rencana pembelajaran (RP) sesuai dengan materi yang akan

diajarkan pada setiap pertemuan. Dalam penyusunan RP dirumuskan semua langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan untuk setiap pertemuan yang akan dilaksanakan dari berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);
4) menyusun lembar kerja siswa (Lampiran 3b); 5) menyiapkan lembar observasi dan soal evaluasi siklus I (lampiran 4); 6) menyusun dan menyediakan media dan sumber belajar yang diperlukan

(kartu untuk permainan dan turnamen); 55

57

7) mensosialisasikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon.


b. Pelaksanaan tindakan (acting).

Proses pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada RP yang telah dipersiapkan. Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan pre-tes untuk mengetahui keadaan awal siswa dan menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagikan LKS yang berisi ringkasan pokok-pokok materi yang akan di ajarkan dan bahan untuk diskusi kelompok. Guru juga memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia (pertemuan ke 1) dan penyusunan materi asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia (pertemuan ke 2) secara lisan. Tahapan pembelajarannya terdiri dari : 1) Presentasi kelas Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru memotivasi siswa agar berani mengemukakan, pertanyaan, pendapat dan sanggahan. 2) Diskusi kelompok Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan atau pertanyaan yang terdapat pada LKS untuk mempersiapkan diri dalam kegiatan permainan dan turnamen. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi maka guru membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan diskusi kelas.
3) Permainan (games)

58

Anggota kelompok yang berkemampuan setara dari kelompok yang berbeda menempati meja permainan yang sama untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam kartu (dilakukan pada pertemuan pertama).
4) Turnamen (tournament)

Anggota kelompok yang berkemampuan sama atau setara dari kelompok yang berbeda menempati meja turnamen yang sama. Siswa yang memperoleh skor tertinggi pada setiap meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang memperoleh skor terindah pada masing-masing meja turnamen meja turun ke meja yang lebih rendah (Lampiran 6b). 5) Pos-tes Pos-tes dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dibuat sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa (Lampiran 5).
c. Observasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

1) Aktivitas dan partisipasi siswa pada diskusi kelompok.

Hasil obseervasi terhadap aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok tertara dalam Tabel 4.1.

59

Tabel. 4.1. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus 1. Rata-rata Presentase (%) Kategori Aktivitas dan Partisipasi Siswa Partisipasi Kontributif Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan pendapat Menyampaikan sanggahan Partisipasi Inisiatif Mengerjakan soal/tugas B 2% 14 % 0% 32 % C 16 % 19 % 5% 54 % K 78 % 81 % 95 % 14 %

Secara deskriptif, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok masih rendah. Akan tetapi, pada pertemuan ke 2 parisipasi siswa sudah mengalami peningkatan. Siswa yang mengajukan pertanyaan pada pertemanan pertama hanya 5 % (2 siswa dari 37 siswa) dan pada pertemuan ke 2 meningkat menjadi 14 % (5 siswa). Partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapat pada pertemuan pertama sebesar 14 % (5 siswa) dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 32 % (12 siswa). Pada pertemuan pertama partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan belum terlihat. Hal ini disebabkan, karena siswa belum terbiasa dan masih kurang percaya diri untuk mengutarakan sanggahan. Pada pertemuan ke 2 partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3 siswa). Siswa yang mampu mengerjakan soal/tugas dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 32 % (12

60

siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 40 % (15 siswa). (Tabel 4.1. dan Lampiran 6a). Pada diskusi kelompok ada beberapa kelompok yang masih tidak memperhatikan terhadap anggota kelompok yang lain dan belum mampu bekerjasama dengan baik.
2) Aktivitas siswa pada kegiatan permainan dan turnamen

Data hasil observasi aktivitas siswa dalam permainan dan turnamen tertera dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akadeik siklus I. Rata-rata Presentase (%) Kategori Aktivitas dan Partisipasi Siswa B 5% 3% 3% 43 % C 35 % 46 % 13 % 30 % K 59 % 51 % 62 % 27 %

Partisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan pendapat Menyampaikan sanggahan

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal

Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap perolehan skor klompoknya. Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan sebesar 5 % (2 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan pendapat sebesar 3 % (1 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (1 siswa) dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa)

61

(Tabel 4.2. dan Lampiran 6a). Siswa masih belum memahami mekanisme pelaksanaan kegiatan permainan, sehingga partisipasinya masih rendah. Masingmasing anggota kelompok belum mampu bekerjasama dengan baik dan masih kurang percaya diri karena kegiatan diskusinya kurang optimal. Kegiatan turrnamen dilakukan pada pertemuan ke 2. Siswa masih belum memahami mekanisme turnamen, sehingga partisipasi siswa masih rendah. Siswa yang mengajukan pertanyaan dan pendapat sama besar yaitu 27 % (10 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (8 siswa), sedangkan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa). (Tabel 4.2. dan Lampiran 6a). Partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akademik masih rendah. Hal ini disebabkan karena diskusi yang dilakukan masih kurang optimal, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari rendah. 3) Pos-tes Pada akhir siklus I dilakukan pos-tes untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil post-tes pada siklus I menunjukan rata-rata skor sebesar 55,14. Keberhasilan proses pembelajaran yang diperoleh masih rendah, karena belum memenuhi standar ketuntasan yaitu 65 (Arikunto, 2001), masih kurang 9,86 % untuk mencapai ketuntasan belajar. Akan tetapi, di bandingkan dengan hasil pre-tes, hasil belajar siswa yang diperoleh siswa mengalami kenaikan sebesar 9,73 % seperti terlihat pada Tabel 4.3. hasil perhitungan dari Lampiran 5. Tabel 4.3. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes siklus I

62

Nilai rata-rata Siklus I Jumlah Siswa 37 Pre-tes 45,41 Pos-tes 55,14

Persentase Kenaikan 14,15 %

Pada pelaksanaan siklus I, siswa belum memahami secara jelas mekanisme pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Beberapa siswa masih merasa canggung dan acuh untuk bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Sebagian besar siswa belum mampu menyimpulkan hasil diskusinya. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut : Pelaksanaan pembelajaran siklus I menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT belum banyak menunjukan peningkatan partisipasi belajar siswa (Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Lampiran 6) dan presasi belajar siswa (Tabel 4.3.). Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa canggung dan belum memahami mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga siswa belum dapat memahami materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan optimal. Siswa yang pandai belum mau membagikan pengetahuannya kepada anggota yang lain.

Guru dalam membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran masih dilakukan dengan tergesa-gesa. Guru belum maksimal dalam mengelola kelas dan kurang mampu menggali partisipasi siswa untuk aktif dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Pembelajaran masih bersifat satu arah, kurang bisa menggali kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara

63

aktif dalam proses pembelajaran, meskipun dalam penyampaian materi pelajaran guru sudah cukup komuikatif (Lampiran 6b). Berdasarkan hasil tersebut, maka diperlukan langkah penyempurnaan untuk dilakukan perbaikan pada siklus II dan untuk mengantisipasi permasalahan yang ada pada siklus I, meliputi :
1) guru harus mengoptimalkan persiapan pemelajaran materi yang akan

diberikan;
2) guru memberikan arahan kepada siswa agar lebih bertanggung jawab dan

mudah bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain;


3) guru menyampaikan materi dengan cara yang lebih komunikatif, sesuai

dengan permasalahan yang ada disekitar siswa. Agar lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan dipelajari siswa;
4) guru lebih mengoptimalkan kembali penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pertanyaan, pendapat dan sanggahan;
5) guru lebih percaya diri dalam menerapkan model pembelajaran TGT

didalam kelas.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Hasil observasi dan evaluasi siklus I dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II, agar hasil yang akan diperoleh lebih baik lagi.
a. Perencanaan (planning)

64

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :


1)

peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang akan digunakan untuk proses pembelajaran selanjutnya;

2)

menyusun RP sesuai dengan aturan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);

3) 4) 5)

membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan. menyusun LKS (Lampiran 3b) dan alat evaluasi (Lampiran 4); mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan pre-tes kepada siswa, untuk mengetahui keadaan siswa dan untuk mengetahui keadaan awal siswa dan untuk menentukan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Hasil pre-tes dan postes siklus I dibagikan kepada siswa, sebagai feed back bagi siswa agar lebih giat belajar, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Guru mengumumkan nama kelompok yang memperoleh skor tertinggi, untuk memotivasi siswa agar lebih kompak dengan anggota kelompok masing-masing. Pada awal proses pembelajaran, guru mengemukakan tujuan pembelajaran dan menjelaskan mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT. Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu :
1) Presentasi kelas

65

Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. 2) Diskusi kelompok Diskusi kelompok dilakukan untuk menjawab soal/pertanyaan yang ada pada LKS untuk mengoreksi jawaban anggota yang lain dan untuk menyamakan persepsi anggota yang lain.
3) Permaina dan turnamen akademik

Siswa yang berkemampuan setara dari masing-masing kelompok menempati meja permainan yang sama. Siswa yang memperoleh skor tertinggi pada turnamen siklus I menempati meja turnamen 1. Siswa yang memperoleh skor sedang pada meja ke 2 dan seterusnya. Masing-masing meja berisi anggota kelompok yang berbeda-beda. Pada putaran berikutnya, siswa yang memperoleh skor tertinggi pada masing-masing meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi (misalnya dari meja 2 naik ke meja 1), kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang memperoleh skor terendah pada masing-masing meja berpindah ke meja yang lebih rendah (Lampiran 6c). 4) Pos-tes Pos-tes dilakukan pada akhir siklus II, untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Lampiran 5).

66

c. Observaasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok Pada pelaksanaan siklus II siswa semakin aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Data hasil aktivitas dan partisipasi siswa tertera dalam Tabel 4.4. dan Lampiran 6a. Tabel 4.4. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II. Rata-rata Presentase (%) Kategori B 19 % C 35 % K 46 %

Aktivitas dan Partisipasi Siswa Partisipasi Kontributif Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan pendapat Menyampaikan sanggahan Partisipasi Inisiatif Mengerjakan soal/tugas

30 % 22 % 54 %

38 % 32 % 46 %

32 % 58 % 11 %

Siswa mulai dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama siswa yang mengajukan pertanyaan sebesar 19 % (7 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa dalam

mengajukan pendapat pada pertemuan ke 2 sebesar 30 % (11 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 41 % (15 siswa). Pada siklus II, partisipasi siswa dalam

67

mengajukan sanggahan mengalami peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar 22 % (8 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa dalam mengerjakan soal pada pertemuan pertama sebesar 54 % (20 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.4 dan Lampiran 6a).
2) Aktivitas dan partisipasi dalam permainan turnamen

Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen siklus II tertera dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan akademik siklus II. Rata-rata Presentase (%) Kategori B 11 % 14 % 8 % C 38 % 51 % 54 % K 51 % 35 % 38 %

Aktivitas dan Partisipasi Siswa Partisipasi Kontributif Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan pendapat Menyampaikan sanggahan Partisipasi Inisiatif Mengerjakan soal

51 %

38 %

11 %

Pada kegiatan permainan akademik masing-masing siswa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dibandingkan pada saat presentasi kelas dan diskusi. Siswa terlihat lebih antusias, karena masing-masing bertanggung jawab atas nilai individu dan nilai kelompok. Pada kegiatan permainan akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan sebesar 11 % (4 siswa), siswa yang mengajukan pendapat sebesar 14

68

% (5 siswa), partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3 siswa). siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 51 % (19 siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a). Pada turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat sebesar 32 % (12 Siswa), siswa yang mengajukan sanggahan sebesar 22 % (8 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 49 % (18 siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a). 3) Pos-tes Peningkatan prestasi belajar diperoleh siswa dapat diketahui dari nilai postes yang diperoleh pada akhir siklus. Tabel 4.6. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes.
Nilai rata-rata Siklus II

Jumlah Siswa 37

Pre-tes 61,08

Pos-tes 68,65

Persentase Kenaikan 7,57 %

Dari data dalam Tabel 4.6. dapat di deskripsikan bahwa, prestasi belajar siswa mulai ada peningkatan. Peningkatannya masih rendah, tapi sudah memenuhi standar ketuntasan, skor yang diperoleh lebih dari 65 (Arikunto, 2001) rata-rata pre-tes siklus II sebesar 61,08 dan skor rata-rata pos-tes yang dihasilkan meningkat menjadi 68,65. Skor rata-rata pos-tes siklus II lebih besar dibandingkan dengan skor rata-rata pre-tes siklus II dan skor rata-rata pos-tes siklus I. (Tabel 4.6 dan Lampiran 5). d. Refleksi

69

Berdasarkan hasil oservasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran pada suklus II diperoleh hasil sebagai berikut : Pembelajaran pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model kooperatif tipe TGT sudah mampu meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi belajar siswa, tapi peningkatannya masih relatif kecil (Tabel 4.4. dan Tabel 4.6.). Peningkatan partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran mempermudah siswa memahami materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajarnya meningkat. Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok, permainan, dan turnamen akademik pada siklus II lebih besar daripada siklus I. Prestasi belajar siswa mulai ada peningkatan (Tabel 4.6). Skor rata-rata pos-tes yang diperoleh siswa lebih besar dari skor rata-rata pre-tes dan sudah memenuhi standar ketuntasan belajar (lebih dari 65). Sebagian siswa masih belum dapat memahami materi yang sudah dipelajari. Hasil observasi oleh observer (Peneliti) terhadap aktivitas guru menunjukan bahwa guru dalam menyampaikan materi sudah lebih komunikatif, contoh yang diberikan mempermudah siswa memahami materi yang diberikan. Peneliti sudah mampu mengelola kelas dan mampu memotivasi siswa menjadi berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Lampiran 6b). Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi maka diperlukan langkahlangkah penyempurnaan untuk melaksanakan siklus III, yang meliputi:
1. guru lebih mengoptimalkan lagi penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT;

70

2. peneliti

menyusun kegiatan permainan yang lebih menarik dan

mempermudah siswa memahami materi;


3. peneliti dan guru mencari alternatif jenis permainan dan media yang

relevan dengan materi agar dapat mengembangkan pengetahuan siswa dan mengurangi kebosanan dalam belajar di sekolah;
4. guru harus mampu memotivasi siswa siswa agar lebih percaya diri, berani,

mudah bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memiliki kemauan untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan, pendapat, dan sanggahan sehingga mudah dalam mengerjakan soal dan tugas yang diberikan guru.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Hasil observasi dan evaluasi siklus II dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan pada siklus III, agar hasilnya lebih baik dari siklus I dan siklus II.

Tahapan dalam pelaksanaan siklus III ada 4 (empat) tahap, yaitu:


a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :


1) peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang

akan digunakan untuk proses pembelajaran;


2)

membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan;

71

3)

menyusun RP (Lampiran 3a), Menyusun LKS, instrumen evaluasi dan lembar observasi (Lampiran 4);

4)

mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan pre-tes, membagi hasil pre-tes dan pos-tes siklus II. Guru mengumumkan nama kelompok yang memperoleh skor tertinggi dan paling bagus dalam bekerjasama. Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu :
1) Presentasi kelas

Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. 2) Diskusi kelompok Setiap kelompok mendiskusikan bahan diskusi yang ada dalam LKS, sebagai persiapan dalam kegiatan permainan dan turnamen.
3) Permainan dan turnamen akademik

Anggota kelompok yang memperoleh skor tertinggi pada putaran terakhir turnamen siklus II, menempati meja permainan. Masing-masing meja permainan

72

dan turnamen ditempati oleh siswa dari kelompok yang berbeda. Pada turnamen akademik, siswa yang memperoleh skor tertinggi dari masing-masing meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang memperoleh skor terendah turun ke meja yang lebih rendah. Siswa yang sudah turun ke meja yang lebih rendah akan berusaha untuk naik lagi ke meja yang sebelumnya atau yang lebih tinggi lagi. 4) Pos-tes Pos-tes dilakukan pada akhir siklus III, untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c. Observaasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok Hasil observasi tentang aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus III. Rata-rata Presentase (%) Kategori B 43 % 38 % C 32 % 46 % K 24 % 16 %

Aktivitas dan Partisipasi Siswa Partisipasi Kontributif Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan

73

pendapat Menyampaikan sanggahan Partisipasi Inisiatif Mengerjakan soal/tugas 30 % 43 % 19 % 27 % 5%

76 %

Dari data tersebut menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa yang dilihat dari peningkatan partisipasi dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Meningkatnya pemahaman siswa berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Pada pelaksanaan siklus III, siswa semakin mudah bekerjasama dengan kelompok masing-masing. Siswa semakin aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Keaktifan dalam diskusi kelompok membantu siswa untuk memahami materi yang sudah dipelajari dan mempermudah siswa dalam permainan dan turnamen akademik. Partisipasi kontributif dan inisiatif siswa semakin meningkat. Pada pertemuan pertama siswa yang mengejutkan pertanyaan sebesar 43 % (16 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 51 % (19 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan pendapat sebesar 38 % (14 siswa) (pertemuan pertama) dan pertemuan ke 2 sebesar 49 % (18 siswa). Siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 76 % (28 siswa) pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.7 dan Lampiran 6a).
2) Permainan dan turnamen akademik

dan pada

Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akademik tertera dalam Tabel 4.8.

74

Tabel 4.8. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akademik siklus III Rata-rata Presentase (%) Kategori B 30 % 32 % 24 % C 57 % 51 % 57 % K 14 % 16 % 19 %

Aktivitas dan Partisipasi Siswa Partisipasi Kontributif Menyampaikan pertanyaan Menyaimpaikan pendapat Menyampaikan sanggahan Partisipasi Inisiatif Mengerjakan soal/tugas

70 %

30 %

0%

Pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari mempermudah siswa dalam kegiatan permainan dan turnamen. Partisipasi siswa dalam permainan akademik mengalami peningkatan. Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapat sebesar 32 % (12 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 24 % (9 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 % (26 siswa). (Tabel 4.8. dan Lampiran 6a). Pada saat turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan dalam mengajukan pendapat sebesar 32 % (12 siswa). partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 24 % (9 siswa) dan siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 % (26 siswa). (Tabel 4.8. dan Lampiran 6a). 3) Pos-tes

75

Keaktifan dan partisipasi dalam proses pembelajaran menentukan pemahaman dan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Tabel 4.9. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes. Nilai rata-rata Siklus I Jumlah Siswa 37 Pre-tes 77,30 Pos-tes 81,63 Persentase Kenaikan 4,33 %

Peningkatan pemahaman siswa berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. berdasarkan data dalam Tebel 4.9 dapat dideskripsikan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor pre-tes sebesar 77,30 dan rata-rata pos-tes yang diperoleh sebesar 81,63. Rata-rata skor pos-tes siklus III lebih besar dari rata-rata pre-tes siklus II dan pos-tes siklus I (Tabel 4.9 dan Lampiran 5). Aktifitas guru dalam proses pembelajaran berpengaruh pada peningkatan partisipassi dan pemahaman siswa. hasil observasi terhadap aktivitas guru pada proses pembelajaran menunjukan bahwa guru sudah menguasai materi dengan baik, dan suaranya sudah cukup jelas. Guru mampu memotivasi siswa, sehingga siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Suasana kelas menjadi kondusif dan siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Penjelasan yang diberikan guru mudah dipahami siswa. guru mampu menyampaikan materi dengan cara yang lebih komunikatif dan mudah dipahami siswa (Lampiran 6b). Berdasarkan analisis terhadap aktivitas, partisipasi dan hasil prestasi belajar siswa yang diperoleh dari siklus I, II dan III menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon

76

Kabupaten Purbalingga pada pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

B. PEMBAHASAN Pembelajaran sejarah pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dilakukan pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten Purbalingga secara umum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi pada setiap siklusnya. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II mengalami peningkatan baik partisipasi kontributif maupun inisiatif. Terdapat peningkatan partisipasi dalam mengajukan pertanyaan menjadi 19 %, siswa yang menyampaikan pendapat menjadi 30 %, partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan menjadi 22 %, dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik menjadi 54 % (Tabel 4.4). Hal ini terjadi karena pada siklus II siswa mulai merasa nyaman belajar secara kelompok, kecanggungan siswa dalam belajar mulai hilang dan siswa semakin sadar bahwa masing-masing siswa memberikan sumbangan poin untuk memajukan kelompoknya. Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Meningkatnya pemahaman siswa berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan skor rata-rata pos-tes yang diperoleh di setiap akhir siklus.

77

Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus berikutnya. Perolehan skor rata-rata pre-tes siklus I sebesar 45,41 meningkat pada siklus II menjadi 61,08 dan siklus III menjadi 77,30. Sedangkan perolehan skor rata-rata pos-tes pada siklus I sebesar 55,14 meningkat pada siklus II menjadi 68,65 dan siklus III menjadi 81,62. Data di bawah ini menunjukan peningkatan presatasi belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukan pada Tebel 4.10 dan Gambar 4.1. Tabel 4.10. Tabel presentase kenaikan prestasi belajar siswa Siklus I II III Pre-tes 45,41 61,08 77,30 Pos-tes 55,14 68,65 81,82 Persentase kenaikan 9,73 % 7,57 % 4,52 %

Pos-te pa a: s d 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 81.62 68.65 55.14

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Gambar 4.1. Grafik peningkatan prestasi belajar siswa

78

Data pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.1 menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten Purbalingga setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa semakin mudah bekerjasama dengan anggota kelompok lain. Keadaan ini membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan kognifif, afektif, dan psikomotorik siswa. penggunaan model pembelajaramampu memotivasi siswa, agar lebih giat lagi dalam proses pembelajaran, sehinga siswa mudah memahami dan

mengembangkan materi yang telah dipelajari. Hal ini terbukti dengan meningkatnya skor rata-rata pre-tes dan pos-tes yang diperoleh dari siklus I sampai siklus III (Lampiran 5). Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, II dan III menunjukan adanya peningkatan partisipasi dan prestasi belajar siswa (Lampiran 5 dan 6a). Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT membuat siswa senag dalam belajar, tidak ada rasa takut dan canggung karena mereka berdiskusi dengan teman sendiri. Siswa diberi tanggungjawab untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru dengan anggota kelompok masing-masing. Setiap anggota kelompok berkewajiban untuk memajukan kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok berusaha untuk berdiskusi dengan baik dan memahami materi serta permasalahan yang dipelajari. Siklus III, siswa mulai terbiasa mendapatkan tanggungjawab untuk bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan guru, sehingga siswa yang kurang pandai mudah memahami materi denganarahan dari siswa yang lebih

79

pandai. Sistem penghargaan kelompok mampu memotivasi siswa agar dapat bekerjasama lebih baik lagi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT melatih siswa agar mampu berkompetisi secara sehat. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memfokuskan pada kegiatan kerja kelompok untuk memahami materi pelajaran dengan menerjakan soal/tugas yang diberikan guru. Siswa tidah hanya mengerjakan soal/tugas, tapi juga memahami meteri yang dipelajari. Apabila ada kelompok yang kurang memahami materi, maka tugas anggota kelompok yang lain harus menjelaskan materi pelajaran tersebut. Jika ada kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan soalsoal/tugas, maka guru akan membantu dengan melakukan diskusi kelas. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, model pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang efektif bila diterapkan pada kelas yang besar karena membutuhkan waktu yang cukup banyak dan pengawaaasan yang cukup dari guru. Waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok banyak dan membutuhkan waktu untuk mengatur tempat untuk permainan dan turnamen. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat dibutuhkan agar tidak terjadi keributan ketika diskusi kelompok dan perpindahan meja pada kegiatan turnamen akademik. Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru berdasarkan hasil observasi oleh peneliti disajikan dalam Tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11. Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi guru Rata-rata skor aktivitas guru Siklus I 2,5 Siklus II 3,4 Siklus III 3,9

80

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa guru mengalami peningkatan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah menggunakan ketrampilan membuka pelajaran, menguasai bahan pelajaran, menggunakan pengelolaan kelas, menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik, suara tidak monoton, melakukan pemusatan (fokus), interaksi guru dengan siswa, melakukan selang diam untuk memberikan siswa berfikir, memberikan dorongan untuk siswa berpartisipasi, menutup pelajaran. Berdasarkan hasil dari rekapitulasi angket yang dibagikan kepada seluruh siswa kelas X C, menunjukan bahwa 89,1 % siswa menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah. Dan 94,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Sebanyak 78,38 % siswa menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir. Sebesar 91,89 % siswa menyatakan bahwa model pembalajaean kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa yang menyatakan peningkatan pemahamanya dengan pembelajaran kooperatif tipt TGT sebesar 81,08 %. Dan 21,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberatkan siswa dalam proses

pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa hanya mencatat dan

81

menghafal materi yang disampaikan guru, tanpa ada partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran (Lampiran 3c). Dilihat dari hasil yang sudah dijelaskan diatas, secara keseluruhan siswa lebih termotivasi untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan sanggahan terhadap siswa yang lain serta terhadap guru. Pembelajaran kooperatif tipe TGT melatih siswa agar berani bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan kelompok serta melatih siswa untuk berkompetisi secara sehat. Penggunaan model kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia mempermudah siswa memahami dan mengembangkan materi, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan partisipasi kontributif siswa. Partisipasi tersebut dalam hal menyampaikan pertanyaan,

82

menyampaikan pendapat, menyampaikan sanggahan. Unutuk partisipasi inisiatif, siswa dapat meningkatkan mengerjakan soal/tugas dengan baik. Prestasi belajar sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon yang ditunjukkan oleh hasil pre-tes dari 45,41 % menjadi 77,30 % dan post-tes dari 55,14 % menjadi 81,62 %. Hasil dari setiap siklusnya mengalami peningkatan, dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Kualitas pembelajaran sejarah pada pokok bahasan persebaran manusia di kepulauan Indonesia kelas X C di SMA Negeri 1 Kemangkon Purbalingga tahun ajaran 2010/2011, dapat ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.

B. SARAN
1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT membutuhkan banyak waktu dan

81

persiapan yang matang baik berupa RP, media pembelajaran, maupun alat evaluasi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya guru harus memperhatikan dan mengatur waktu yang proposional.
2. Teknik permainan dalam model pembelajaran ini membutuhkan variasi

jenis kelamin, persiapan anak dalam menguasai materi dan pengawasan yang cukup dari guru agar tidak terjadi kegaduhan yang berlebihan.

83

DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumu Aksara. Darseni. 2006. Kemampuan Pemahaman Matematika pada Pokok Bahasan Statistika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas XI MAN Baturaden. Skripsi. Purwokerto: UMP. Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

84

Depdiknas.2003.Undang-Undang Sisdiknas penjelasan. Jakarta: Absolut.

No.20

tahun

2003

disertai

Khasanah, Nur. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan NHT terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Padamara Purbalingga. Skripsi. Purwokerto: UMP. Lie, Anita. 2005. Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Bina Aksara. Mulyasa, M. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustopo, Habib.dkk. 2006. Sejarah I SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira. Nasution. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kuntowijoyo, 1998. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benten Budaya. Seifert, Kelvin. 2008. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin. R.E. 2010. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media. 83 Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yulianti, Festi Indah. 2006. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada pokok Bahasan Peluang Siswa kelas II Semester 2 SMP Negeri 3 Punggelan Banjarnegara. Skripsi. Purwokerto. UMP. Yuniati, Sri. 2006. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Biologi dengan Pemberian LKS pada siswa Kelas VII C SMP Negeri 7 Purwokerto Semester Genap tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi. Purwokerto. UMP.

85

86

87

LAMPIRAN 1
SURAT IJIN PENELITIAN

86

88

89

90

91

92

93

LAMPIRAN 2
PEMBAGIAN KELOMPOK TGT

DAFTAR KELOMPOK TGT SISWA KELAS X C 92 SMA NEGERI 1 KEMANGKON

KELOMPOK I Geologi 1. Teguh Priambodo 2. Marofiatul Nguluwiyah 3. Mutia Darmita 4. Zaka Dwi Pangestu

KELOMPOK II Azoikum 1. Devi Tri Arlianti 2. Mei Trinaningtias 3. Siti Nur Ngazizah 4. Annisa Budi Asih

94

KELOMPOK III Paleozoikum 1. Uut Ambaryani 2. Agus Setyaningrum 3. Aji Widadi 4. Linda Wijayanti

KELOMPOK IV Mesozoikum 1. Siti Ngaenu Rochmah 2. Sri Novita Astini 3. Syukron Wahyu H 4. Rani Wahyuningsih

KELOMPOK V Neozoikum 1. Beti Anggraeni 2. Vikta Nuraini A 3. Rasti Eka Anjarwati 4. Nurlela KELOMPOK VII Kuarter 1. Yusuf Insan Robbani 2. Syaeful Fadillah 3. Anjelika Apriani 4. Nadiasita Noor P

KELOMPOK VI Tersier 1. Ratnawati 2. Jaro Pangestu 3. Wing Esti Dewi P 4. Neni Ari Wahyuni KELOMPOK VIII Pleistosen 1. Yuni Setyaningsih 2. Aprelia Dwi Utami KELOMPOK IX Cesio Vidiar 3. Holosen 4. Laela Muj Tahidah

1. Elisa Rosalina 2. Selly Esmaningrum 3. Siti Muftikhatun N 4. Faizal Adi N

95

LAMPIRAN 3

96

a.

RPP (Rencanan Pelaksanaan

Pembelajaran)
b.

LKS (Lembar Kerja Siswa)

c. ANGKET

LAMPIRAN 3a

95 Siklus ke 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan ke Standar Kopetensi Kopetensi Dasar Indikator

: SMA Negeri 1 Kemangkon : X/2 : Sejarah Nasional dan Umum : 1-2 : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. : 1. Menjelaskan Zaman Azoikum

97

2. Menjelaskan Zaman Paleozoikum 3. Menjelaskan Zaman Mesozoikum 4. Menjelaskan Zaman Neozoikum Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit

I.

Tujuan Pembelajaran 1. Siswa bisa menjelaskan pengertian zaman Azoikum, Paleozoikum, Mesozoikum dan Neozoikum.
2. Siswa mampu menjelaskan keadaan alam dan perkembangan makhluk

hidup pada kehidupan awal dunia. 3. Siswa dapat memahami dan mengeri proses kehidupan awal dunia.

II.

Materi Pembelajaran Ringkasan Materi : Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :

1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)

Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan. 2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua) Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).

98

3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan). Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia. 4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda) Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat. a. Zaman Tersier (Zaman Ketiga) Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan. b. Zaman Kuarter (Zaman Keempat) Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen). 1). Zaman Pleistosen (diluvium)

99

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara . Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa. Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin 2). Zaman Holosen (Alluvium) Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens). III. Model/pendekatan/model Pembelajaran
1. Model pembelaaran 2. Metode pembelajaran

: Pembelajaran kooperatif tipe TGT : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan

penugasan

100

3. Pendekatan pembelajaran

: Pemahaman konsep dan kuis materi

IV.

Kegiatan inti pembelajaran

No. 1. Tatap Muka

Kegiatan Pembelajaran

Waktu

Kegiatan awal (pendahuluan)

10 Menit

2.

1. Pembukaaan salam dan perkenalan 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan 3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup. Kegiatan inti 70 menit a. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test

101

c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi 3. Kegiatan penutup 1. Evaluasi 2. Penenangan atau pendinginan - Penugasan terstruktur V. Penilaian Hasil Belajar A. Kognitif 1. Jelaskan keadaan alam pada masa zaman azoikum? 2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup dan berkembang pada zaman paleozoikum? 3. Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman mesozoikum? 4. Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa zaman tersier? 5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen? 10 menit

VI.

Kunci jawaban
1. Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih

belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2. Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis

ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.


3. Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis

102

reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.
4. Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang

pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).
5. Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi

menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

B. Afektif Aktifitas dan Partisipasi Siswa

Aktifitas Partisipasi Kontributif Menyampaikan Menyampaikan Menyaimpaikan Pertanyaan Pendapat Sanggahan B C B B C Partisipasi Inisiatif Mengerjak an Soal

No Nama siswa NN.

Teknik penskoran Masing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

103

VII.

Sumber Belajar 1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira. 3. Internet

Kemangkon, Februari 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

104

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus ke 2

Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan ke Standar Kopetensi Kopetensi Dasar Indikator

: SMA Negeri 1 kemangkon : X/2 : Sejarah Nasional dan Umum : 3-4 : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. : 1. Menjelaskan asal usul manusia 2. Menjelaskan perkembangan biologis manusia Indonesia 3. Menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia

Jumlah Pertemuan

: 4 X 45 Menit

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa bisa menjelaskan asal usul manusia. 2. Siswa mampu menjelaskan perkembangan manusia Indonesia.

3. Siswa dapat menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia.

II. Materi Pembelajaran Ringkasan Materi : Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia

105

Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah: 1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia. 2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu: a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13. b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu). Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari: a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciri antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia. b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan). c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

106

III. Model/pendekatan/model Pembelajaran


1. Model pembelaaran 2. Metode pembelajaran

Pembelajaran kooperatif tipe TGT

: Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan : Pemahaman konsep dan turnamen

penugasan
3. Pendekatan pembelajaran

akademik

IV. Kegiatan inti pembelajaran

No. 1. Tatap Muka

Kegiatan Pembelajaran

Waktu

Kegiatan awal (pendahuluan) 1. Pembukaan salam 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan 3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang kronologis perkembangan biologis manusia 4. Mengaitkan hasil brainstorming dengan materi yang akan disampaikan 2. Kegiatan inti a. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang asal usul manusia Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT. Memberikan kuis pre-tes b. Elaborasi

10 Menit

70 menit

107

Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang asal usul manusia Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi soal bernomer Menyampaikan hasil dan pemberian post test c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan kronologis perkembangan biologis manusia Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi 3. Kegiatan penutup 1. Evaluasi 2. Penenangan atau pendinginan - Penugasan terstruktur 10 menit

V. Penilaian Hasil Belajar A. Kognitif


1. Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin? 2. Jelaskan perkembangan kronologis biologis manusia Indonesia? 3. Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?

VI. Kunci jawaban 1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu keturunan. 2. Perkembangan manusia Indonesia adalah :

108

a. Holosin b. Plestosin atas c. Plestosin tengah d. Plestosen bawah

: Homo Sapien : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis : Picthecantropus Erectus : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus

3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.

B. Afektif Lembar pengamatan sikap Mata pelajaran Kelas : Sejarah :XC

Aktifitas dan Partisipasi Siswa Aktifitas No nn Nama siswa n. Partisipasi Kontributif Menyampaikan Menyampaikan Menyaimpaikan Pertanyaan Pendapat Sanggahan B C B B C Partisipasi Inisiatif Mengerjak an Soal

Tekhnik penskoran Masing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

109

VII. Sumber Belajar 1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira. 3. Internet

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus ke 3

Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan ke Standar Kopetensi Kopetensi Dasar

: SMA Negeri 1 kemangkon : X/2 : Sejarah Nasional dan Umum : 5-6 : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

110

Indikator

: 1. Menjelaskan jenis-jenis manusia purba di Indonesia 2. Menjelaskan peta penemuan manusia purba 3. Menjelaskan nama-nama penemu manusia purba

Jumlah Pertemuan I.

: 4 X 45 Menit

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa bisa menjelaskan pengertian jenis-jenis manusia purba di Indonesia 2. Siswa mampu menjeleskan peta penemuan manusia purba di Indonesia

3. Siswa dapat menjelakan nama-nama penemu manusia purba di Indonesia

II.

Materi Pembelajaran Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo. Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong. Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan

111

tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini. a. Meganthropus Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini. b. Pithecanthropus/Homo Erectus Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus. Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah: 1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis. 2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus. c. Homo Sapiens

112

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari: 1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis). 2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis. Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu III. Model/pendekatan/model Pembelajaran 1. Model pembelaaran
2. Metode pembelajaran

: Pembelajaran kooperatif tipe TGT : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan : Pemahaman konsep dan kuis materi

penugasan 3. Pendekatan pembelajaran

IV.

Kegiatan inti pembelajaran

No. 1. Tatap Muka

Kegiatan Pembelajaran

Waktu

Kegiatan awal (pendahuluan) 1. Pembukaaan salam dan perkenalan 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan 3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup.

10 Menit

113

2.

Kegiatan inti a. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi

70 menit

3.

Kegiatan penutup 1. Evaluasi 2. Penenangan atau pendinginan - Penugasan terstruktur

10 menit

V.

Penilaian Hasil Belajar A. Kognitif 1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia? 2. Jelaskan apa arti dari Megantropus?

114

3. Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di temukan? 4. Jelaskan arti dari Homo Sapiens? 5. Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia?

VI.

Kunci jawaban
1. Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus, dan Homo Sapiens.

2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini. 3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus. 4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. 5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya

115

penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

B. Afektif Aktifitas dan Partisipasi Siswa Aktifitas Partisipasi Kontributif Menyampaikan Pertanyaan B C Menyampaikan Menyaimpaikan Pendapat Sanggahan B B C Partisipasi Inisiatif Mengerjak an Soal

No Nama siswa

Tekhnik penskoran Masing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

VII.

Sumber Belajar 1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira. 3. Internet

Kemangkon, April 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

116

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

LAMPIRAN 3b LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN GEOLOGI

A. STANDAR KOMPETENSI Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia. B. KOMPETENSI DASAR Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. C. DASAR TEORI Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :
1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)

Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan. 2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua) Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama). 3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan).

117

Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia. 4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda) Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat. c. Zaman Tersier (Zaman Ketiga) Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan. d. Zaman Kuarter (Zaman Keempat) Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tandatanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen). 1). Zaman Pleistosen (diluvium) Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .

118

Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa. Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin 2). Zaman Holosen (Alluvium) Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens). D. ALAT DAN BAHAN Keras, alat tulis E. CARA KERJA Selanjutnya untuk Anda adalah melengkapi tabel 2 pembabakan zaman prasejarah berikut ini.

119

No.

ZAMAN

KURUN WAKTU 1.

CIRI-CIRI KEHIDUPAN

.. 1. AZOIKUM 2. PALAEOZOIKUM 2. 3 MESOZOIKUM 3. N E O Z 4. O I K U M KUARTER HOLOSEN PLEISTOSEN . 6. TERSIER 5. 4. .. . .

NAMA KELOMPOK NAMA ANGGOTA

: : 1. 2. 3.

120

4. F. SUMBER BACAAN

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Jakarta. Yudistira. 3. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Internet

121

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MENJELASKAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

A. STANDAR KOMPETENSI Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia. B. KOMPETENSI DASAR Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. C. DASAR TEORI Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah: 1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia. 2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu: a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13. b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu). Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari: a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciri

122

antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia. b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan). c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya. D. CARA KERJA Demikianlah uraian materi migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda, lengkapilah tabel 4 berikut ini. Gelombang Migrasi 1.

Jenis Bangsa Papua Melanosoid 3.

Rumpun Bangsa 1.

Jenis Ras 2..

2.

Austronesia

4..

3.

5..

Austronesia

Mongoloid

NAMA KELOMPOK NAMA ANGGOTA

: : 1. 3.

123

2.

4.

E. SUMBER BACAAN

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Jakarta. Yudistira. 3. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Internet

124

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

A. STANDAR KOMPETENSI Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia. B. KOMPETENSI DASAR Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. C. DASAR TEORI Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia

125

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo. Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong. Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.

a. Meganthropus Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini. b. Pithecanthropus/Homo Erectus Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan

126

tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus. Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah: 1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis. 2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus. c. Homo Sapiens Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari: 1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis). 2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis. Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu D. CARA KERJA Setelah Anda mengamati gambar peta lokasi penemuan fosil manusia purba, selanjutnya Anda dapat melengkapi tabel berikut ini.

127

Lapisan Pleistocen

Jenis Fosil

Penemu

Lokasi Penemuan

Tahun

1 2.. 3
Atas/Ngandong

4..

5 6. Tengah/Trini l 9 10..

8..

Trinil(Ngawi)

12.

14. Homo Robustus 17.. Von Koenigswald

15..

16

Bawah/Jetis

19 20

21.. 22 23.. 1947

NAMA KELOMPOK NAMA ANGGOTA

: : 1. 2. 3.

128

4.

F. SUMBER BACAAN

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata. 2. Jakarta. Yudistira. 3. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Internet

LAMPIRAN 3c KISI-KISI ANGKET PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

No. 1.

Indikator Manfaat

No. soal 5, 7, 8

129

2. 3.

Suasana belajar Penggunaan

1, 4, 6 2, 3

Angket pembelajaran kooperatif tipe TGT Petunjuk pengisian : Berilah tanda centang () pada kolom jawaban yang menurut pendapat saudara paling benar. No. Pertanyaan 1. Menurut kamu, apakah pembelajaran Ya (%) Tidak (%)

130

kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

2.

Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

3.

Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu merasa nyaman? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

4.

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

5.

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu?

131

Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

6.

Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

7.

Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan? Jika ya, berikan alasannya: Jika tidak, berikan alasannya :

= ISILAH SESUAI HATI NURANI=

REKAPITULASI ANGKET PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

No. 1.

Pertanyaan Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah?

Ya (%) 89,1 (33 anak)

Tidak (%) 10,8 (4 anak)

132

2.

Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir? Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu merasa nyaman? Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah? Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu? Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah? Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan?

78,38 (29 anak)

21,6 (8 anak)

3.

94,6 (35 anak)

5,4 (2 anak)

4.

81,08 (30 anak)

27,02 (10 anak)

5.

78,38 (29 anak)

21,6 (8 anak)

6.

91,89 (34 anak)

8,1 (3 anak)

7.

94,6 (35 anak)

5,4 (2 anak)

133

134

LAMPIRAN 4
A.

SOAL POS-TES

B. KUNCI JAWABAN

131 LAMPIRAN 4a SOAL POS-TES SIKLUS I A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Perkembangan bumi dapat diketahui melalui penelitian ... a. Geologi b. Geografi

d. Geomorfologi e. Pedologi

c. Oceanografi

135

2. Ciri dari zaman Arkaekum adalah ...


a. Munculnya tanda-tanda kehidupan d. Munculnya kehidupan manusia b. Belum ada tanda-tanda kehidupan e. Proses awal terbentuknya bumi c. Munculnya binatang-binatang besar

3.

Zaman Palaeozoikum disebut juga dengan zaman ... d. Quartier e. Dilluvium

a. Tertier b. Sekunder

c. Primer 4. Munculnya binatang-binatang besar terjadi pada zaman ...


a. Arkaekum b. Palaeozoikum

d. Kainozoikum e. Neozoikum

c. Mesozoikum
5. Berdasarkan tarikh bumi,tanda-tanda kehidupan manusia terjadi pada

zaman ..
a. Arkaekum b. Palaeozoikum

d. Neozoikum tersier e. Neozoikum quartier

c. Mesozoikum 6. Perbedaan pembabakan zaman prasejarah berdasarkan Arkeologi dan Geologi pada tabel di bawah ini adalah ...

Menurut Arkeologi Kajian berdasarkan :

Menurut Geologi Kajian berdasarkan : a) Sumber benda peninggalan.

136

a) Sumber bahan tertulis b) Benda-benda peninggalan kuno. c) Benda/artefak. d) Penemuan prasasti. e) Benda-benda peninggalan

b) Komposisi, struktur, sejarah bumi. c) Flora, fauna, hasil bumi. d) Asal usul kehidupan manusia. e) Fosil dan lapisan bumi.

7. Zaman Quartier terdiri dari dua bagian, yaitu ...


a. Pleistocen dan Holocen b. Pleistocen dan Dilluvium

d. Plustocen dan Tersier e. Tersier dan Holocen

c. Holocen dan Alluvium 8. Perhatikan data di bawah ini!


1. Zaman Neozoikum 2. Zaman Mesozoikum

4. Zaman Mesolithikum 5. Zaman Neolithikum

3. Zaman Paleolithikum Dari data di atas, yang termasuk pembagian prasejarah Indonesia berdasarkan Arkeologinya ... a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 4 b. 1, 3, 4 e. 3, 4, 5 c. 1, 3, 5 9. Perhatikan data di bawah ini!
1. Beternak 2. Berburu dan mengumpulkan makanan

4. Berladang 5. Perundagian

3. Bercocok tanam Dari data di atas, yang merupakan zaman prasejarah berdasarkan ciri kehidupan masyarakatnya meliputi ... a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 5 b. 1, 3, 4 e. 2, 4, 5 c. 1, 3, 5

10. Zaman logam di Indonesia diawali dengan logam yang terbuat dari ...
a. perunggu b. tembaga

d. perak e. emas

137

c. besi B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!! 1. azoikum? 2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup Jelaskan keadaan alam pada masa zaman

dan berkembang pada zaman paleozoikum? 3. mesozoikum? 4. zaman tersier? 5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen? Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman

138

SOAL POS-TES SIKLUS II A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Asal bangsa yang berimigrasi ke Indonesia adalah ...
a. Indochina b. Vietnam

d. Yunan Utara e. Nepal

c. Jepang 2. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 2000 SM adalah ...
a. Melanesia b. Proto Melayu

d. Austronesia e. Malayan Mongoloide

c. Deutro Melayu 3. Bangsa Melayu Muda melakukan migrasi ke Indonesia pada tahun ....
a. 2000 SM b. 1500 SM

d. 500 SM e. 500 M

c. 1000 SM 4. Perhatikan nama-nama suku di bawah ini! 1. Suku Nias 4. Suku Sawu 2. Suku Tugutil 5. Suku Dayak 3. Toraja Dari nama suku di atas yang merupakan bangsa Proto Melayu adalah nomor ... a. 1, 2, 3 d. 1, 3, 5 b. 1, 2, 4 e. 3, 4, 5 c. 1, 2, 5 5. Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu termasuk dari golongan ras ...
a. Austaloid b. Kaukasoid

d. Mongoloid e. Melanesian

139

c. Negroid 6. Bangsa yang pertama melakukan migrasi ke Indonesia adalah ...


a. Mongoloid b. Australoid

d. Melayu Tua e. Melanesia

c. Melayu Muda 7. Bangsa Melanisia disebut juga bangsa a. Papua Melanosoide b. Austronesia c. Mongoloid d. Melayu e. Madagaskar

8. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 5000 SM adalah a. Deutro Melayu b. Proto Melayu

d. Papua e. Negroid

c. Madagaskar

9. Bangsa Deutro Melayu pada masa bermigrasi membawa kebudayaan yang berupa a. Logam b. Emas c. Batu d. Batu muda e. Batu Tua

10. Di bawah ini bukan termasuk gelombang pertama yang melakukan migrasi pada tahun 2000 SM adalah

140

a. Semenanjung Melayu b. Indonesia c. Philipina

d. Formosa e. India

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!


1.

Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin? Jelaskan perkembangan kronologis biologis

2. manusia Indonesia? 3.

Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?

SOAL PRO-TES SIKLUS III A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Jenis fosil manusia yang tertua di Indonesia adalah ... a. Homo Erectus d. Homo Mojokertensis b. Meganthropus Palaeojavanicus e. Homo Sapiens c. Homo Robustus 2. Fosil manusia yang ditemukan pada lapisan tengah adalah ... a. Homo Erectus d. Homo Sapiens Soloensis b. Homo Robustus e. Homo Sapiens Wajakensis c. Homo Mojokertensis 3. Yang membagi zaman Pleistocen Indonesia menjadi 3 lapisan adalah ... a. Van Koenigswald d. Eugene Dubouis b. Van Reichhotten e. Weidenreich c. Van Stein Callenfels 4. Fosil manusia Homo Mojokertensis ditemukan oleh ... a. Weidenrisch d. Eugene Dubouis b. Teuku Jacob e. Van Koenigswald

141

c. Van Reitschotten 5. a. b. c. Megantropus mempunyai arti... Manusia raksasa Manusia kerdil Kera cerdas d. Kera tegak e. Kera bungkuk

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!! 1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia? 2. 3. temukan? 4. 5. Indonesia? Jelaskan apa arti dari Megantropus? Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di Jelaskan arti dari Homo Sapiens? Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di

LAMPIRAN 4b KUNCI JAWABAN POS-TES 1 1. A 2. B 3. C 4. C 5. E 6. B 7. A 8. E 9. D 10. A

142

Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
1.

Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.
2.

Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjamjam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.
3.

Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).
4.

Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
5.

KUNCI JAWABAN POS-TES 1I 1. 2. 3. 4. E D B D

143

5. D 6. D 7. A 8. A 9. A 10. E

1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu keturunan. 2. a. Holosin b. Plestosin atas c. Plestosin tengah d. Plestosen bawah Perkembangan manusia Indonesia adalah : : Homo Sapien : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis : Picthecantropus Erectus : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus

3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.

144

KUNCI JAWABAN POS-TES III 1. 2. 3. 4. 5.


1.

B A A E A Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus,

dan Homo Sapiens. 2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini. 3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus. 4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah

145

memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. 5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

LAMPIRAN 5
DAFTAR NILAI PRE-TES DAN POS-TES

146

DAFTAR NILAI PRE-TES DAN POS-TES


141 PRE-TES 1 40 40 60 40 40 40 40 60 40 40 40 40 40 60 40 2 80 60 60 40 60 60 60 60 60 60 40 80 60 60 60 3 80 60 80 80 80 80 100 80 80 80 60 80 80 80 80 1 60 40 80 40 60 60 60 60 60 60 40 60 60 60 60 POST-TES 2 70 75 80 70 75 60 100 70 75 70 70 75 70 60 75 3 75 85 100 80 80 85 90 85 80 80 75 80 75 70 75

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

NAMA Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul Nguluwiyh Mei Trinaningtias

147

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu Rochmah Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan Robbani Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N Jumlah Rata-rata

60 60 40 40 40 40 60 40 60 40 60 60 40 40 40 60 40 40 40 40 40 40 1680 45,41

60 60 60 60 60 60 80 60 60 80 60 60 60 40 40 60 60 60 80 80 80 40 2260 61,08

80 80 80 100 80 80 80 80 80 80 80 60 60 60 60 80 80 80 100 80 60 60 2860 77,30

80 80 40 40 40 60 80 60 60 60 60 60 40 40 40 80 60 60 60 40 40 40 2020 54,59

75 60 70 70 60 60 80 60 60 70 80 80 75 75 80 80 70 80 60 70 80 60 2540 68,65

95 80 90 80 80 70 90 70 70 80 100 100 80 80 80 90 85 80 75 80 75 75 3020 81,62

148

LAMPIRAN 6
A.

DAFTAR PARTISIPASI SISWA DALAM DISKUSI, PERMAINAN DAN TURNAMEN AKADEMIK

B.

PENGAMATAN DAN PENEMPATAN MEJA TURNAMEN

149

LAMPIRAN 6a

144

Standar Penilaian Aktivitas dan Partisipasi Siswa BAIK


a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali dengan

pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan. b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali sesuai konsep yang diajarkan. c. Mengajukan pertanyaan pertanyaan/pendapat/sanggahan dengan pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan. CUKUP a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali sesuai materi yang dibahas. b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali tapi materi yang disampaikan tidak terlalu mendasar. c. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali yang diajukan tidak spesifik. KURANG a. Mengajukan pertanyaan tapi yang diajukan tidak sesuai dengan materi yang dipelajari. b. Tidak mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan terhadap materi yang dibahas. Standar Penilaian Mengerjakan Soal BAIK a. Mengerjakan soal 60 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %. b. Mengerjakan lebih dari 60 % soal/tugas yang diberikan dengan kesalahan 10 %. CUKUP

150

a. Mengerjakan 50 % soal/tugas yang diberikan kesalahan maksimal 10 %. b. Mengerjakan 40 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %. KURANG a. Mengerjakan kurang dari 40 % soal/tugas yang diberikan.
b. Tidak mengerjakan tugas/tugas yang diberikan guru.

151

AKVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA DISKUSI AKADEMIK BAIK SISWA % SIKLUS I Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas SIKLUS II Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas SIKLUS III Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas 2 5 0 12 7 11 8 20 16 14 11 28 5% 14% 0% 32% 19% 30% 22% 54% 43% 38% 30% 76% PERTEMUAN I CUKUP KURANG SISWA % SISWA % 6 7 2 20 13 14 12 17 12 17 16 7 16% 19% 5% 54% 35% 38% 32% 46% 32% 46% 43% 19% 29 30 35 5 17 12 21 4 9 6 10 2 78% 81% 95% 14% 46% 32% 58% 11% 24% 16% 27% 5% BAIK SISWA % 5 12 3 15 9 15 9 29 19 18 17 29 14% 32% 8% 40% 24% 41% 24% 78% 51% 49% 46% 78% PERTEMUAN II CUKUP KURANG SISWA % SISWA % 9 7 11 19 12 9 13 5 12 13 10 8 24% 19% 30% 51% 32% 24% 35% 14% 32% 35% 27% 22% 25 18 23 3 16 17 15 3 6 6 10 0 68% 49% 62% 8% 43% 46% 40% 8% 16% 16% 27% 0%

152

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 1 Siklus I


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

153

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Februari 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

154

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus I


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

155

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Februari 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

156

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 1 Siklus 2


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

157

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

158

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus 2


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

159

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

160

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 1 Siklus 3


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

161

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, April 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

162

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus 3


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

163

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, April 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

164

AKTIVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN DAN TURNAMEN AKADEMIK PERTEMUAN I (PERMAINAN) CUKUP KURANG SISWA % SISWA % 13 17 13 11 14 19 20 14 21 19 21 11 35% 46% 35% 30% 38% 51% 54% 38% 57% 51% 57% 30% 22 19 23 10 19 13 14 4 5 6 7 0 59% 51% 62% 27% 51% 35% 38% 11% 14% 16% 19% 0% PERTEMUAN II (TURNAMEN) BAIK CUKUP KURANG SISWA % SISWA % SISWA % 10 10 3 16 12 10 8 18 16 18 15 32 27% 27% 8% 43% 32% 27% 22% 49% 43% 49% 41% 86% 9 13 15 12 17 20 11 17 14 15 13 5 24% 35% 41% 32% 46% 54% 30% 46% 38% 41% 35% 14% 18 14 28 9 8 7 18 2 7 4 9 0 49% 38% 76% 24% 22% 19% 49% 5% 19% 11% 24% 0%

BAIK SISWA % SIKLUS I Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas SIKLUS II Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas SIKLUS III Mengajukan pertanyaan Mengajukan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan soal/tugas 2 1 1 16 4 5 3 19 11 12 9 26 5% 3% 3% 43% 11% 14% 8% 51% 30% 32% 24% 70%

165

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik Pertemuan Ke 1 Siklus I


Aktifitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

166

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Februari 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

167

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik Pertemuan Ke 1 Siklus 2


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

168

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

169

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik Pertemuan Ke 1 Siklus 3


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

170

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

171

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus I


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

172

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

173

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus 2


Aktifitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama
Menyampaikan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

174

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, Maret 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

175

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok Pertemuan Ke 2 Siklus 3


Aktivitas Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan Soal

No.

Nama

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agus Setyaningrum Aji Widadi Anjelika Apriani Annisa Budi Asih Aprelia Dwi Utami Beti Anggraeni Caesar Haindrian F Cesio Vidiar Devi Tri Arlianti Elisa Rosalina Jaro Pangestu Laela Muj Tahidah Linda Wijayanti Marofiatul N Mei Trinaningtias Mutia Darmita Nadiasita Noor P Neni Ari Wahyuni Nurlela

176

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Rani Wahyuningsih Rasti Eka Anjarwati Ratnawati Selly Esmaningrum Siti Muftikhatun N Siti Ngaenu R Siti Nur Ngazizah Sri Novita Astini Syaeful Fadillah Syukron Wahyu H Teguh Priambodo Uut Ambaryani Vikta Nuraini A Wing Esti Dewi P Yuni Setyaningsih Yusuf Insan R Zaka Dwi Pangestu Faizal Adi N

Kemangkon, April 2011 Guru Sejarah X C Peneliti

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

177

LAMPIRAN 6b TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 1 Siklus Ke I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti 14 9 Februari 2011 Hasil Pengamatan 1 2 3 4

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008 Keterangan : 1. Tidak dilaksanakan sama sekali 2. Kurang dilaksanakan 3. Dilaksanakan 4. Dilaksanakan dengan baik

Arif Saefudin NIM. 0701020013

178

Skor total 23 : 10 = 2,3. berarti tergolong pembelajaran baik. TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 2 Siklus Ke I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti 6 21 Februari 2011 Hasil Pengamatan 1 2 3 4

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008 Keterangan : 1. Tidak dilaksanakan sama sekali 2. Kurang dilaksanakan 3. Dilaksanakan

Arif Saefudin NIM. 0701020013

179

4. Dilaksanakan dengan baik Skor total 27 : 10 = 2,7 berarti tergolong pembelajaran baik. Rata rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 2,3 + 2,7 = 2,5. 2 2 TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 1 Siklus Ke 2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti 24 Maret 2011 8 Hasil Pengamatan 1 2 3 4

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008 Keterangan : 1. Tidak dilaksanakan sama sekali 2. Kurang dilaksanakan

Arif Saefudin NIM. 0701020013

180

3. Dilaksanakan 4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 32 : 10 = 3,2. berarti tergolong pembelajaran sangat baik. TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 2 Siklus Ke 2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti Maret 2011 15 20 Hasil Pengamatan 1 2 3 4

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008 Keterangan : 1. Tidak dilaksanakan sama sekali

Arif Saefudin NIM. 0701020013

181

2. Kurang dilaksanakan 3. Dilaksanakan 4. Dilaksanakan dengan baik Skor total 35 : 10 = 3,5 berarti tergolong pembelajaran sangat baik. Rata rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,2 + 3,5 = 3,4. 2 2 TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 1 Siklus Ke 3 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti April 2011 6 32 Hasil Pengamatan 1 2 3 4

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008 Keterangan :

Arif Saefudin NIM. 0701020013

182

1. Tidak dilaksanakan sama sekali 2. Kurang dilaksanakan 3. Dilaksanakan 4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 38 : 10 = 3,8. berarti tergolong pembelajaran sangat baik. TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI Pertemuan 2 Siklus Ke 3 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Komponen Mengajar Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran Menguasai bahan Pelajaran Menggunakan Pengelolaan Kelas Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik Suara guru tidak monoton (bervariasi) Melakukan pemusatan perhatian (fokus) Ada pola interaksi antara guru dengan siswa Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi Menutup pelajaran Jumlah Kemangkon, Guru Sejarah X C Peneliti April 2011 Hasil Pengamatan 1 2 3 4 40

Untung Sugiarto, S.Pd NIP. 19690325 200501 1 008

Arif Saefudin NIM. 0701020013

183

Keterangan : 1. Tidak dilaksanakan sama sekali 2. Kurang dilaksanakan 3. Dilaksanakan 4. Dilaksanakan dengan baik Skor total 40 : 10 = 4 berarti tergolong pembelajaran sangat baik. Rata rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,8 + 4,0 = 3,9. 2 2

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN Pertemuan ke 2 Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Nama Teguh Priambodo Devi Tri Arlianti Uut Ambaryani Siti Ngaenu Rochmah Beti Anggraeni Ratnawati Yusuf Insan Robbani Yuni Setyaningsih Elisa Rosalina Marofiatul Nguluwiyah Mei Trinaningtias Agus Setyaningrum Sri Novita Astini Kelompok I II III IV V VI VII VIII IX I II III IV Meja Turnamen Putaran I 11 1 1 2^ 2 22 33 3^ 3 4 Putaran II 2 1 1 1 1 2 3 2 4 3 2 3 4

184

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Vikta Nuraini A Jaro Pangestu Syaeful Fadillah Aprelia Dwi Utami Selly Esmaningrum Mutia Darmita Siti Nur Ngazizah Aji Widadi Syukron Wahyu H Rasti Eka Anjarwati Wing Esti Dewi P Anjelika Apriani Cesio Vidiar Siti Muftikhatun N Zaka Dwi Pangestu Annisa Budi Asih Linda Wijayanti Rani Wahyuningsih Nurlela Neni Ari Wahyuni Nadiasita Noor P Laela Muj Tahidah Faizal Adi N Caesar Haindrian F

V VI VII VIII IX I II III IV V VI VII VIII IX I II III IV V VI VII VIII IX IX

44^ 4 5^ 5 55 66 6^ 6 7^ 7 77 8^ 88 8 9 9 9^ 9 9

5 3 4 4 5 6 5 7 6 5 6 6 7 8 7 7 9 8 8 9 9 8 9 9

Ket :

185

2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua. 2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN Pertemuan ke 2 Siklus 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Nama Devi Tri Arlianti Uut Ambaryani Siti Ngaenu Rochmah Beti Anggraeni Teguh Priambodo Ratnawati Mei Trinaningtias Yuni Setyaningsih Jaro Pangestu Marofiatul Nguluwiyah Yusuf Insan Robbani Agus Setyaningrum Kelompok II III IV V I VI II VIII VI I VII III Meja Turnamen Putaran I 1 11 1 2^ 2 2 23 33 3^ Putaran II 1 2 1 1 1 2 2 3 3 4 3 2

186

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Sri Novita Astini Aprelia Dwi Utami Mei Trinaningtias Syaeful Fadillah Vikta Nuraini A Selly Esmaningrum Rasti Eka Anjarwati Siti Nur Ngazizah Anjelika Apriani Syukron Wahyu H Mutia Darmita Wing Esti Dewi P Annisa Budi Asih Cesio Vidiar Rasti Eka Anjarwati Zaka Dwi Pangestu Nadiasita Noor P Laela Muj Tahidah Rani Wahyuningsih Nurlela Neni Ari Wahyuni Siti Muftikhatun N Linda Wijayanti Faizal Adi N Caesar Haindrian F

IV VIII III VII V IX IV II VII IV I VI II VIII V I VII VIII IV V VI IX III IX IX

4 44 4^ 5 5^ 5 56^ 6 6 677 7 7^ 8 8 88^ 9 9 9 9 9^

4 5 4 3 5 4 5 6 5 6 6 7 8 7 7 6 8 8 9 7 9 9 9 9 8

187

Ket : 2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua. 2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN Pertemuan ke 2 Siklus 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Nama Devi Tri Arlianti Teguh Priambodo Siti Ngaenu Rochmah Beti Anggraeni Uut Ambaryani Ratnawati Mei Trinaningtias Agus Setyaningrum Jaro Pangestu Yuni Setyaningsih Yusuf Insan Robbani Kelompok II I IV V III VI II III VI VIII VII Meja Turnamen Putaran I 1 11 1 2^ 2 22 3 33^ Putaran II 1 2 1 1 1 2 3 2 3 4 2

188

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Syaeful Fadillah Sri Novita Astini Marofiatul Nguluwiyh Mei Trinaningtias Selly Esmaningrum Vikta Nuraini A Aprelia Dwi Utami Rasti Eka Anjarwati Anjelika Apriani Siti Nur Ngazizah Syukron Wahyu H Mutia Darmita Zaka Dwi Pangestu Nurlela Cesio Vidiar Rasti Eka Anjarwati Wing Esti Dewi P Nadiasita Noor P Laela Muj Tahidah Caesar Haindrian F Annisa Budi Asih Neni Ari Wahyuni Siti Muftikhatun N Linda Wijayanti Faizal Adi N Rani Wahyuningsih

VII IV I III II V VII IV VII II IV I II V VIII V VI VII VIII IX II VI IX III IX IV

3 4 4 44^ 5^ 5 55 6^ 6 6 67 7^ 7 78 8^ 88 9^ 9 9 9 9

3 4 4 5 3 4 5 6 5 5 6 6 7 7 6 7 8 8 9 9 8 8 9 9 9 9

189

Ket : 2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua. 2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI SAAT PENELITIAN

190

186

SISWA SEDANG MENJAWAB PERTANYAAN

191

PENGAMATAN YANG DILAKUKAN OLEH PENELITI

192

PENJELASAN TENTANG PEMBELAJARAN TGT TERHADAP SISWA

SISWA SEDANG MENGAJUKAN PERTANYAAN

Você também pode gostar