Você está na página 1de 16

SKENARIO Prestasi Anakku Menurun Seorang ibu mengeluh prestasi anaknya menurun sejak gurunya memindahkan tempat duduknya

dibangku belakang. Di rumah jarang belajar karena catatannya sedikit dan tidak teratur. Akibatnya nilai ulangannya banyak yang merah. Anaknya lebih banyak nonton dan duduk dekat dengan layar tv. Sang ibu khawatir anaknya terpengaruh temannya dan akhirnya tidak naik kelas. Ada apa dengan anak saya????

KATA KUNCI prestasi anaknya menurun sejak gurunya memindahkan tempat duduknya dibangku belakang catannya sedikit dan tidak teratur lebih banyak nonton dan duduk dekat dengan layar tv

PERTANYAAN DAN JAWABAN Bagaimana anatomi dan faal media refraksi? Bagaimana hubungan prestasi pasien dengan duduk dibelakang? Bagaimana hubungan menonton tv dengan gejala? Bagaimana mekanisme gangguan penglihatan jauh? Bagaimana langkah- langkah diagnosis dan tes-tesnya? Apa- apa saja DD nya? Bagaimana penatalaksanaan penyakit ini? Bagaimana langkah preventifnya?

1.

Bagaimana anatomi dan faal media refraksi?

Bola Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan, yaitu : Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (humor aqueus), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. Humor aqueus dibentuk dalam mata rata-rata 2 sampai 3 mikroliter tiap menit . Koroid adalah suatu membran berwarna coklat tua, yang terletak diantara sklera dan retina terbentang dari ora serrata sampai ke papil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina bagian luar. Retina atau selaput jala adalah bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina merupakan lapisan bola mata yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan sebanyak sepuluh lapis yang merupakan lapisan membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, sebagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Pupil Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil akan membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Iris Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot, yaitu otot dilatator, sfingter iris dan otot siliar dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Lensa Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous, dan dilingkari oleh prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. Kapsul lensa (capsula lentis) merupakan membran transparan yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di belakang. Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; dan di bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur transparan bikonveks. Kecembungannya di bagian anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya. Badan Vitreous (Vitreous body) Vitreous body membentuk sekitar empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini mengisi ruangan yang dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis, membran hyaloid. Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian depan ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakan zonula siliaris (zonule of Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun radial, yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid, lainnya dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada badan siliaris untuk menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan prosesus siliaris.

FISIOLOGI PENGLIHATAN Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan strukturstruktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, badan vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.

Melihat Jauh Berkas cahaya paralel masuk ke mata melalui pupil. Cahaya dibiaskan pada saat melalui kornea dan lensa menuju ke makula. Selama proses ini otot siliar dalam keadaan lemas. Melihat Dekat Untuk melihat obyek dekat secara terfokus, otot siliar mengerut pada saat cahaya melalui lensa. Keadaan ini meningkatkan kekuatan lensa, dan membuat cahaya terfokus pada makula. Sayangnya, sebagai bagian dari proses penuaan, lensa akan mengeras dan tidak merespon secara sama terhadap otot siliar, akibatnya orang memerlukan kaca mata baca. Jalur Penglihatan (Visual Pathways) Ini adalah istilah yang diberikan kepada jalur syaraf yang menghubungkan bagian belakang mata dengan visual cortex, yaitu bagian otak yang menafsirkan citra cermin yang dilihat oleh retina. Cara kerjanya sangat rumit.

Bidang pandang masing-masing mata terbagi menjadi sisi nasal dan sisi temporal. Jalur penglihatan pada masing-masing sisi terdiri dari: - syaraf optik yang terdiri dari urat-urat halus dari bidang nasal dan temporal; - chiasma, yang merupakan tempat pertemuan antara syaraf-syaraf optik dari kedua belah mata; urat-urat halus dari masing-masing retina melintas ke sisi lainnya dan urat halus temporal berada pada sisi yang sama dan membentuk lintasan optik (optic tract), dan radiasi optik, yang menyebar ke dalam occipital cortex. Visual cortex kanan menerima informasi dari kedua bagian kiri bidang pandang sedangkan visual cortex kiri menerima informasi dari bagian kanan bidang pandang. Serabut syaraf optik dari sisi temporal bidang pandang menuju ke cortex pada sisi yang sama, tetapi yang dari bidang nasal menyeberang pada chiasma dan menuju ke cortex pada sisi yang berlawanan. Sesungguhnya terdapat dua jalur syaraf penglihatan utama menuju ke visual cortex di otak, yaitu melalui lateral geniculate nucleus (LGN), dan melalui superior colliculus. Analisis tentang informasi visual, misalnya yang berhubungan dengan warna, dimulai pada visual cortex utama. Sebagian dari informasi ini kemudian dikirimkan kembali ke superior colliculus. Akan tetapi, informasi ke superior colliculus dapat diterima langsung

dari retina atau melalui LGN. Jalur penglihatan dari retina ke LGN disebut jalur penglihatan periferal (peripheral visual pathways), sedangkan jalur yang menuju ke visual cortex disebut jalur penglihatan sentral (central visual pathways). Ketunanetraan dapat diakibatkan oleh gangguan pada satu atau kedua jalur ini.

2.

Bagaimana hubungan prestasi pasien dengan duduk dibelakang? Karena anak tersebut sulit melihat pada jarak jauh ditambah gurunya meminta anak tersebut duduk dibelakang maka anak tersebut sulit melihat tulisan dipapan tulis sehingga sulit mengikuti pelajaran akibatnya prestasi menurun.

3.

Bagaimana hubungan menonton tv pada jarak yang dekat? Pada mata normal,otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Jadi apabila anak tersebut menonton pada jarak dekat terus menerus akan memungkinkan lensa berkontraksi terus menerus sehingga bisa menyebabkan penglihatan jarak jauh menjadi kabur.

4.

Bagaimana mekanisme gangguan penglihatan jauh?

5.

Bagaimana langkah- langkah diagnosis dan tes-tesnya? Anamnesis Sejak kapan Gangguan penglihatan yg dirasakan Progesifitasnya Kebiasaan Riwayat keluarga Riwayat pengobatan Pemeriksaan fisis pemeriksaan snellen pemeriksaan segmen anterior pemeriksaan segmen posterior pemeriksaan tekanan bola mata

6.

Apa- apa saja DD nya?

DD Miopia Definisi Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. 3 Seorang penderita miopia akan mengalami kesulitan melihat benda yang letaknya jauh, namun dapat dengan jelas melihat benda yang letaknya dekat dengan kata lain seorang penderita miopia yang tidak bisa melihat benda di kejauhan akan melihat benda tersebut dengan lebih jelas setelah mendekatinya. Miopia pada umumnya dimulai pada usia kanak-kanak dan memburuk secara progresif sampai dewasa pada usia sekitar 18 sampai 21 tahun. 4 Insiden miopia pada masyarakat mencapai 20% sampai 30% dari seluruh populasi masyarakat.5 Sumber lain menyatakan miopia adalah masalah gangguan penglihatan yang paling umum di dunia. Sekitar seperempat dari penduduk dewasa di Amerika Serikat adalah penderita miopia. Di Jepang, Singapura, dan Taiwan sepertiga sampai separo populasi dewasanya adalahpenderita miopia. Etiologi Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.3 Miopia yang disebabkan oleh daya pembiasan yang terlalu kuat penyebabnya mungkin terletak pada kornea (kornea yang terlalu melengkung misalnya pada: keratokonus, keratoglobus, keratektasi) sedangkan pada lensa misalnya pada lensa yang terlalu cembung pada katarak imatur, dislokasi lensa. Atau pada cairan mata sendiri seperti pada diabetes melitus. Klasifikasi Dikenal beberapa bentuk miopia sebagai berikut:1 a.Miopia Refraktif

Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. b.Miopia Aksial Miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk: :1 a.Miopia Stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa b.Miopia Progresif, miopia yang bertambah terus pada usia akibat bertambah panjangnyabola mata c.Miopia Maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa/ Miopia degeneratif. Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi: 3 a.Miopia ringan : S -0.25 s/d S-3.00 b.Miopia sedang : S -3.25 s/d S -6.00 c.Miopia berat : S -6.25 atau lebih Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi: 3 1.Miopia simpleks : dimulai pada usia 7 9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh usia +/- 20 tahun 2.Miopia progresif : miopia bertambah secara cepat (+/-4.0 D / tahun) dan sering disertai perubahan vitreo-retinal Patofisiologi 1. Miopia aksial karena sumbu aksial mata lebih panjang dari normal 2. Miopia kurvatura karena kurvatura atau lensa kornea lebih kuat dari normal 3. Miopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi dari normal Penderita miopia memiliki kelainan refraksi. Hal ini berarti sinar yang datang menuju mata dibiaskan dengan tidak tepat sehingga menghasilkan bayangan yang tidak tepat pula. Penderita yang memiliki bola mata yang terlalu panjang atau kornea nyang terlalu melengkung menyebabkan sinar yang masuk ke mata dibiaskan tidak tepat pada retina (di depan retina) sehingga menyebabkan penglihatan penderita menjadi kabur. Miopia diturunkan dalam keluarga dan sudah tampak pada masa kanak-kanak. Kadang-kadang keadaan miopia pada penderita dapat menetap (stasioner) namun bisa juga memburuk seiring bertambahnya usia penderita. Gejala Klinis a. Gejala Subyektif melihat dekat tetap jelas.

-kadang dalam lapangan pandangannya, penderita melihat titik-titik, benangbenang, nyamuk-nyamuk yang disebabkan oleh jaringan retina perifer yang mengalami proses degenerasi dan terlepas ke dalam corpus vitreus. 6 D), karena punctum remotum terletak lebih dekat dari 16-17 cm dari mata, maka titik terjauh yang masih jelas terlihat olehnya ialah 1617 cm. Ia harus berkonvergensi lebih banyak dari biasa, sehingga akan menimbulkan astenopia oleh konvergansi yang berlebih (asthenovergens). b. Gejala Obyektif -otot akomodasi. -kadang telihat kekeruhan badan kaca berupa vitreus floaters. -perubahan pada fundus okuli, misalnya trigoid fundus dan miotpic crescent yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat Pemeriksaan Refraksi Subyektif Metoda Trial and Error a. Alat

b. Teknik

diteruskan sampai pada huruf terkecil yang masih bisa dibaca. baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat membaca huruf pada baris terbawah sampai terbaca baris 6/6. c. Nilai Bila dengan S -1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S -1.75 penglihatan 6/6, sedang dengan S -2.00 penglihatan 6/7.5 maka pada keadaan ini derajat miopia mata yang diperiksa adalah -1.50 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada penderita. Pada penderita miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik. 9,1 Refraksi obyektif a.Retinoskopi : dengan lensa kerja / + 2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergerak berlawanan dengan arah gerakan retinoskopi (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi

b.Autorefraktometer (komputer) 3 Penatalaksanaan a. Kacamata Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik3 b. Lensa kontak Untuk : anisometropia miopia tinggi3 c.Bedah refraktif tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea (Excimer laser, operasi Lasik) implamantasi lensa intraokuler 3 Komplikasi 1.Ablasio retina terutama pada miopia tinggi 2.Strabismus

Prognosis Kacamata dan lensa kontak (tidak selalu) dapat memperbaiki visus sampai 6/6. Bedahrefraktif dapat memberikan perbaikan permanen. Sedangkan faktor genetic yang menyebabkan/ mempengaruhi perubahan dan memperparah perjalanan miopia tidak dapat diubah. Beberapa faktor lingkungan masih dapat diubah, hal tersebut antara lain: mengurangi pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat misalnya: membaca dan bekerja dalam ruangan dengan penerangan yang baik, menyempatkan istirahat di sela waktu bekerja di depan komputer atau di depan mikroskop dalam waktu yang lama, perkaya nutrisi.

HIPERMETROPIA Definisi Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di belakang retina. 3Pada hipermetropia bayangan terbentuk di belakang retina, yang menghasilan penglihatan penderita hipermetropia menjadi kabur. Hal ini dikarenakan bola mata penderita terlalu pendek atau daya pemiasan kornea dan lensa terlalu lemah. 12 Berikut gambar skematik pembentukan bayangan pada penderita hipermetropia tanpa koreksi dan pembentukan bayangan pada penderita hipermetropia setelah dikoreksi dengan lensa positif: 13 Etiologi Hipermetropia dapat disebabkan:

a.Hipermetropia Aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata yang terlalu pendek b.Hipermetropia Refraktif, dimana daya pembiasan mata terlalu lemah c.Hipermiopia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan terfokus di belakang retina 1,8 Klasifikasi Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi: a.Hipermetropia manifes adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang dapat memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas: b.Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten berakhir dengan hipermetropia ini. c.Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun kacamata positif. d.Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. e.Hipermetropia total adalah hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia. 1,3 Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi: : S +3.25 s/d S +6.00 2.3.4Patofisiologi a.hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal b.hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal c.hipermetropia indeks karena indeks mata lebih rendah dari normal Gejala Klinis a. Gejala Subyektif pada orang tua dimana amplitudo akomodasi menurun kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang terang atau penerangan kurang lama dan membaca dekat utama bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll

berlebihan akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula 9 b. Gejala Obyektif

otot akomodasi di corpus ciliare. sympatik N III.

kelihatan terus merah. Juga fundus okuli, terutama N II kelihatan merah, hingga memeberi kesan adanya radang dari N II. pseudo-neuritis optica atau pseudo-papillitis. 8

Pemeriksaan Refraksi Subyektif a. Alat

lensa coba. b.Teknik

kanan. ulai huruf terbesar (teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca. penderita lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan lahan dan disuruh membaca huruf huruf pada baris yang lebih bawah. huruf pada baris 6/6. huruf di atas. ata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama. c. Nilai Bila dengan S +2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S +2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat hipermetropia yang diperiksa S +2.25 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada penderita. Padapenderita hipermetropia selama diberikan lensaa sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik. Refraksi Obyektif a.Retinoskop Dengan lensa kerja / +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergerak searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi

b.Autorefraktometer3 Penatalaksanaan Kacamata Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik Lensa kontak untuk : Anisometropia Hipermetropia tinggi 3

Komplikasi

penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral. 3 ASTIGMATISME Definisi Kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik. 3 Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelengkungan permukaan kornea. Pada mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus padanya. 1 Etiologi Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa. 3Pada umumnya astigmatisme bersifat menurun, beberapa orang dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea yang menyebabkan gangguan penglihatan dapat memburuk seiring bertambahnya waktu. Namun astigmatisme juga dapat disebabkan karena trauma pada mata sebelumnya yang menimbulkan jaringan parut pada kornea, daat juga jaringan parut bekas operasi pada mata sebelumnya atau dapat pula disebabkan oleh keratokonus 16 Klasifikasi Astigmatim Reguler Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus. Disebut Astigmatism with the rule bila meridian vertikal mempunyai daya bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita muda.

Disebut Astigmatism against the rule bila meridian horisontal mempunyai daya bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih tua. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder. Oleh karena ada banyak sekali bidang-bidang yang melalui garis pandang, maka juga akan didapatkan banyak sekali titik-titik apinya. Tetapi selalu akan didapatkan daya pembiasan yang terkuat (titik api V) sedangkan pada bidang lainnya (bidang ini, biasanya letaknya tegak lurus pada bidang pertama) didapatkan daya pembiasan yang terlemah (titik api H). Biasanya kedua bidang utama itu adalah bidang datar (bidang 0 atau 180 ) dan bidang tegak(bidang 90 ). Berikut gamaran dari penjelasan di atas: 8 Titik-titik api bidang-bidang lainnya terletak antara V dan H. Jadi sinar-sinar sejajar dengan garis pandang (pada gambar sumbu utama) setelah dibias oleh susunan yang astigmatik ini, akan merupakan bentuk yang khas, yaitu bentuk suatu conoid. Di dataran dimana sinar-sinar di bidang 90 menyilang sinar-sinar di bidang180 , akan terbentuk suatu lingkaran. Lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran yang paling sedikit membingungkan (the circle of least confusion). Visus terbaik akan tercapai, jika lingkaran tersebut jatuh pada retina. 8 Didasarkan atas letak titik V dan H terhadap retina, maka astigmatismus dapat dibagi lagi dalam: 1) Astigmatismus Myopicus Simplex 2) Astigmatismus Myopicus Compositus 3) Astigmarismus Hypermetropicus Simplex 4) Astigmatismus Hypermetropicus Compositus 5) Astigmatismus Mixtus Astigmatisme Irreguler Pada bentuk ini didapatkan titik fokusyang tidak beraturan. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkankelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder. Patofisiologi Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatisme with the rule (astigmatisme lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Pada keadaan astigmatisme lazim ini diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi. Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisme menjadi againts the rule (astigmatisme tidak lazim). Pada keadaan ini kelainan refraksi astigmatisme dikoreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea meridian horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Pemeriksaan Refraksi Subyektif a. Alat

b.Teknik

jenis (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, dengan lensa positif atau negatif tersebut. membuat penderita mempunyai kelainan refraksi astigmatismus miopikus. kipas astigmat.

demi sedikit sehingga penderita dapat menentukan garis mana yang terjelas dan mana yang terkabur. -) dipasang dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada kipas astigmat. satu saat tampak garis yang mula mula terkabur sama jelasnya dengan garis yang sebelumnya terlihat terjelas. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka mungkin lensa positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu secara perlahan lahan dikurangi kekuatan lensa positif tersebut atau ditambah lensa negatif. -) ditambah perlahan lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. c. Nilai Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder negatif (-) yang dipakai sehingga gambar astigmat tampak sama jelas. Refraksi Obyektif a.Retinoskopi : dengan lensa S +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) dikoreksi dengan lensa sferis negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop (with movement) dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu adalah komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi. b.Autoremaktometer

Penatalaksanaan Astigmatism reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat bisa dilakukan tranplantasi kornea 3

7.

Bagaimana penatalaksanaan penyakit ini? Tujuan: Memperbaiki visus Kaca Mata Lensa Kontak LASIK (Laser Assisted Intrastromal Keratomileusis) IOL (phakic IOL) CLE (clear lense extraction)

8.

Bagaimana langkah preventifnya? Nonton TV pada jarak minimal 5X diagonal TV Jarak baca 30 cm pada tempat yang cukup terang Tidak membaca dalam keadaan baring

Você também pode gostar