Você está na página 1de 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 masehi ke dunia dianggap oleh sejarawan sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta peradaban baru. Selama lebih dari 14 abad semenjak Nabi Muhammad menyebarkan ajaran-ajaran baru dalam bidang teologi, monoteistis, bidang kehidupan individu, masyarakat, dan kenegaraan. Terbentanglah peradaban Islam dari wilayah Spanyol sampai Benteng Cina, dari lembah sungai Wolga di Rusia sampai ke Asia Tenggara. Belakangan bahkan sudah hampir ke seluruh wilayah dunia yang dirintis oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Oleh karena itu, semakin semaraklah ilmu pengetahuan di berbagai bidang, antara lain arsitektur, ilmu politik, sejarah, sosiologi, kedokteran, astronomi, dan berbagai bidang lainnya. Islam mengajarkan aturan-aturan hidup bermasyarakat dan bernegara dalam cakrawala kehidupan solidaritas umat Islam sedunia. Umat Islam tidak dikotak-kotak dan terbagi-bagi dalam suku bangsa, tetapi derajat mereka tergantung pada ketinggian keimanan setiap individu. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 1.3 Tujuan 1. 2. 3. Untuk mengetahui sejarah peradaban Islam di dunia Untuk mengetahui bidang-bidang apa saja yang berkembang pada masa Untuk mengetahui ayat-ayat sains dalam Al-Quran Bagaimana sejarah peradaban Islam? Bidang apa saja yang berkembang pada masa peradaban Islam? Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang sains?

peradaban Islam

BAB II PEMBAHASAN 2.1 SEJARAH PERADABAN ISLAM 2.1.1 PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAT BANI UMAYYAH SEJARAH DAULAT BANI UMAYYAH Nama Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah bin Abdu Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah seorang pemimpin bangsa Qurays di zaman jahiliah. Daulat Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu cicit Umayyah. Muawiyah masuk Islam pada saat penaklukan kota Mekkah (10 H) ketika ia berusia 23 tahun. Ia sebagai diplomat ulung yang beruntung dalam bidang politik. Muawiyah seorang penyantun, penyabar, dan luas pengetahuannya tentang agama. Ketika pemerintahan Umar bin Khattab mencapai kemenangan, ia diangkat menjadi gubernur di Yordania. Sejak awal ia mempersiapkan berdirinya Kerajaan Bani Umayyah. Peran Muawiyah bin Abu Sufyan kian menguat setelah terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam, akibat konflik politik antara pendukung Khalifah Usman bin Affan (termasuk Muawiyah sendiri) dengan para pendukung Ali bin Abi Thalib. Dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, maka berakhirlah kekhalifahan dalam Islam, berganti dengan bentuk daulat atau kerajaan. Muawiyah bin Abu Sufyan memerintah selama 20 tahun (40-60 H). PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAT BANI UMAYYAH Secara keseluruhan, selama Bani Umayyah memegang kekuasaan, Islam telah tersebar di berbagai negara di Asia, Eropa, dan Afrika. Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, Islam telah berkembang. Perluasan islam telah dilakukan ke India dengan menugaskan Muhallab bin Abu Sufrah. Adapun perluasan ke arah barat dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah, yakni wilayah Bizantium dan Afrika Utara. Pada masa pemerintahan Khalifah Khalid bin Abdul Malik (khalifah ke-6) dilakukan perluasan ke Afrka Utara, yakni ke Maghribi, Al-Aqsha, dan Andalusia. Panglima yang amat besar jasanya kala itu ialah Musa bin Nushair yang akhirnya diangkat sebagai gubernur di Afrika Utara. Gubernur Musa bin Nushair menugaskan panglima Thariq bin Ziyad menyeberangi lautan menuju Andalusia. Pada tahun 711 M, Thariq mendarat di sebuah selat yang kini disebut dengan nama Jabal Thariq atau Selat Gibraltar. Keberhasilan Thariq biin Ziyad memasuki wilayah Andalusia membuat perjalanan sejarah baru bagi perluasan 2

islam. Dengan mudah Thariq dapat menklukkan Kota Kordoba, Granada, dan Toledo. Islam dapat tersebar secara luas dan dapat dijadikan panutan bagi penduduknya. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Kemajuan yang dicapai pada masa Daulat Bani Umayyah tidak saja dalam bidang agama, melainkan dalam bidang ilmu umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, geografi, sejarah, dan lain-lain. Kota Damaskus menjadi pusat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kota-kota yang menjadi pusat pengembangan ilmu kala itu, antara lain Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Kordoba, dan Granada. Madrash adalah salah satu lembaga pendidikan yang paling berkembang. Sementara itu, masjid juga digunakan sebagai pusat pengajaran. Para penguasa Daulat Bani Umayyah menaruh perhatian yang cukup besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, mereka senantiasa memberi dorongan kepada ilmuwan untuk terus mengembangkan keahliannya dengan cara memberi gaji yang memadai. Pada masa Daulat Bani Umayyah, perkembangan ilmu sangat membanggakan, baik ilmu umum maupun ilmu agama. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN Perkembangan budaya pada masa Daulat Bani Umayyah baru mulai berkembang ditandai dengan perkembangan budaya dalam bidang syair dan seni, bidang ukir, dan pahat juga mulai dikembangkan. Hal itu dibuktikan dengan arsitektur pembangunan kota yang indah dan masjid yang megah dan mempesona. Kota-kota yang dibangun dengan arsitektur indah adalah Damaskus dan Qairuwan. Muawiyah membangun Kota Damaskus begitu indah sehingga disebut Istana Hijau. Kota ini kemudian dibangun dan ditata kembali oleh Khalifah Khalid bin Abdul Malik. Kota Qairuwan yang terletak di pesisir pantai Afrika Utara adalah sebuah kota indah yang dibangun oleh Uqbah bin Nafi, Gubernur Muawiyah. Di samping itu, dibangun pula beberapa masjid oleh Daulat Bani Umayyah dengan arsitektur modern, seperti Masjid Umayyah di Damaskus, Masjid Atiq di Mesir, dan Masjid Qairuwan di pesisir pantai Afrika Utara. Dalam bidang pertanian, banyak saluran-saluran irigasi, bendungan, dan kanal dibangun di Mesir, Irak, Yaman, dan Iran. Teknik pembajakan sawah masih menggunakan kerbau atau sapi. 3

Di bidang industri terdapat pemisahan antara sektor pemerintah dan swasta. Seluruh industri yang berskala besar ditangani oleh negara. Kerajinan tangan banyak ditangani pihak swasta. Mereka yang bergerak di bidang industri kecil terhimpun dalam koperasi yang disebut bazzas (produsen dan penjual kain). Sebagai akibat dari timbulnya perubahan dalam berbagai kehidupan, maka aspek budaya Daulat Bani Umayyah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Luasnya wilayah Islam pada masa Bani Umayyah ini berarti penduduknya pun akan bersifat heterogen. Keanekaragaman suku, bangsa, adat istiadat, maupun bahasa melahirkan berbagai corak budaya yang berbeda dan merupakan kekayaan budaya yang bernilai tinggi. Adalah Abdul Malik bin Marwan, seorang khalifah Daulat Bani Umayyah kelima, telah menunjukkan dirinya sebagai negarawan sejati yang memiliki ilmu agama yang dalam serta wawasan politik keagamaan yang amat luas. Beliau menerapkan langkah yang sangat strategis, yaitu menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi nasional Daulat Bani Umayyah. Ditetapkannya bahasa arab sebagai bahasa nasional telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar terhadap kemajuan-kemajuan di berbagai bidang, khususnya pada bidang budaya. Bahasa arab mendapatkan tempat yang tinggi dan terhormat di kalangan masyarakat sehingga penduduk Bani Umayyah yang heterogen itu dapat membaur menjadi satu yang akhirnya berhasil memunculkan poduk budaya nasional Daulat Bani Umayyah yang bernilai tinggi dan dikenang sepanjang masa.

2.1.2 PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAT BANI ABBASIYAH SEJARAH BANI ABBASIYAH Dinamakan Daulat Abbasiyah karena pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman dari Nabi Muhammad SAW). Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas As-Saffah. Pada masa Daulat Abbasiyah inilah umat Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Gerakan Bani Abbasiyah ini sudah dimulai pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah Bani Umayyah. Khalifah Umar memimpin negara dengan adil. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi kesempatan kepada gerakan Abbasiyah untuk menyusun dan merencanakan gerakannya yang berpusat di Al-Humaymah. Pimpinan saat itu dipegang oleh Ali bin Abdullah bin 4

Abbas yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Muhammad, yang segera memperluas gerakannya. Setelah Muhammad wafat, digantikan oleh anaknya yang bernama Ibrahim Al-Imam, dan panglima yang dipilih adalah Abu Muslim Al-Khurasani. Pada awal tahun 132 H/ 749 M, Ibrahim Al-Imam ditangkap oleh Bani Umayyah dan dipenjarakan sampai meninggal dunia. Dia digantikan oleh saudaranya, yaitu Abu Abbas. Pada masa itulah terjadi pertempuran antara tentara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang akhirnya dimenangkan oleh Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah dan bala tentaranya kemudian menuju negeri Syam (Suriah), dari situlah kota demi kota dapat direbut oleh Bani Abbasiyah. Sejak tahun 132 H, Daulat Bani Abbasiyah berdiri dengan khalifah yang pertama, yaitu Abu Abbas As-Saffah. Bani Abbasiyah memerintah kurang lebih 500 tahun dan mencapai puncak kejayaan Islam pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Masa pemerintahan Bani Abbasiyah yang panjang dilalui dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan penguasa. Dalam menjalankan politiknya, Daulat Bani Abbasiyah I melakukan caracara antara lain : 1) Para khalifah tetap dari keturunan Arab murni. Sementara para menteri, gubernur, panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali turunan Persia. 2) luasnya Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh menghargai dan memuliakannya. Oleh karena itu, mereka membuka seluasmahasiswa, baik di kalangan Islam atau kalangan lainnya. Para khalifah pada umumnya seorang ulama yang mencintai ilmu dan menghormati para sarjana dan pujangga. 3) Kebebasan berpikir sangat dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya intelektualnya dan bebas dari belenggu taklid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang sangat pesat. 4) Para menteri yang berasal dari turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina kemajuan Islam. Mereka sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga banyak yang mengorbankan kekayaannya demi kemajuan. Hal ini dimaksudkan agar rakyat semakin pandai dan cerdas dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, banyak 5

turunan Mawali yang pandai dan sanggup mengajarkan kepada yang lainnya demi kemajuan Islam. Pada masa berikutnya, yakni Daulat Abbasiyah II, III, dan IV, kekuasaan politik mulai menurun kekuatannya, terutama kekuasaan sentral. Hal ini terjadi karena negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah kurang memperhatikan pemerintah pusat, kecuali sekadar pengakuan secara politik saja. Oleh karena itu, kekuasaan militer pusat pun mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing panglima di daerah-daerah sudah berkuasa sendiri. Bahkan lebih dari itu, mereka sudah berani membentuk tentara sendiri. Ketika Bani Abbasiyah berkuasa, pada umumnya di berbagai kota besar yang telah ditundukkannya menjadi pusat pengembangan kebudayaan, seperti kota Baghdad, Isfaham, Tabristan, Gasmah, Halab, Bukhara, Kordoba, Velensia, dan Murcia. Di kota-kota ini juga terdapat istana khalifah/ amir yang menguasai daerah tersebut. Peradaban sangat maju karena banyak para penguasa yang memperhatikan pengembangannya. Itulah keadaan daerah-daerah yang sudah masuk dalam wilayah Islam. PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM Perkembangan Islam pada masa kekhalifahan Daulat Bani Abbasiyah bertambah pesat. Bani Abbas atau Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai pusat pemerintahannya. Dari sinilah kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan mencuat. Kota ini dijadikan kota pintu terbuka, sehingga semua bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya. Kota Baghdad menjadi kota internasional yang sangat ramai, berkumpul di dalamnya unsur bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Qibthi, dan sebagainya. Perluasan kekuasaan Islam bergerak dari Baghdad ke arah timur, yakni ke Asia Tengah, Hindia, dan China. Sedangkan pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kekuasaan Islam meliputi Saudi Arabia, Yaman Selatan, Yaman Utara, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Afghanistan, dan Pakistan. Ke arah barat meliputi Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Spanyol. Selanjutnya pada masa pemerintahan Daulat Bani Abbasiyah, perluasan terus berjalan hingga sampai ke wilayah Turki, Armenia, dan sekitar Laut Kaspia. Ke arah timur, Islam terus berkembang sampai India, Asia Tengah dan Perbatasan China. Pada umumnya, ketika Daulat Bani Abbasiyah memerintah, hampir seluruh khalifahnya mampu memajukan peradaban Islam sehingga pada zaman itu banyak yang menyebutkan sebagai zaman keemasan Islam. Karena kemajuan 6

ini hampir di segala bidang, misalnya pemerintahan, agama, luas wilayah, kebudayaan sosial, politik, ilmu pengetahuan, dan lainnya. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Di masa Bani Abbasiyah inilah perhatian kepada ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani memuncak, terutama di zaman Khalifah Al-Makmum. Bukubuku ilmu pengetahuan dan filsafat dari berbagai bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Bahasa arab ini telah dipakai dimana-mana dan menggantikan bahasa yunani dan persia. Sebagai bahasa administrasi, bahasa ilmu pengetahuan, filsafat, dan bahasa diplomasi. Bahkan beberapa bahasa hilang dari pemakai, seperti bahasa latin yang dipakai di Afrika, bahasa mesir kuno di Mesir, bahasa siriac di Syiria, Lebanon, dan Yordania. Dengan hilangnya bahasa-bahasa itu maka di wilayah tersebut telah menggunakan bahasa arab. Masa Daulat Bani Abbasiyah adalah masa merebaknya ilmu pengetahuan. Pada zaman inilah umat Islam telah membuat lembaran sejarah baru dalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara umat Islam dengan kebudayaan barat atau tegasnya dengan kebudayaan Yunani kuno, kebudayaan yang terdapat di Mesir, Suriah, Mesopotamia, dan Persia. Di zaman ini kaum muslimin menjelajahi 3 benua (Asia, Afrika, dan Eropa) untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sekembalinya mereka ke tanah air, kemudian mereka mengarang sejumlah kitab-kitab besar. Cendekiawan-cendekiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani itu. Bahkan mereka berhasil melakukan penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-filsuf islam yang besar. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN Berbagai kemajuan yang dicapai Daulat Abbasiyah disamping perkembangan ilmu pengetahuan, berkembang pula bidang kebudayaan yang ditandai dengan munculnya kesenian pada masa itu. 1. Seni Bahasa Perkembangan seni bahasa, baik puisi maupun prosa, semakin meningkat menuju kedewasaan. Pada masa itu telah lahir para sastrawan, khususnya penyair yang membawa aliran baru dalam sajak-sajaknya, baik isi, tema ataupun sasarannya. Ciri-ciri khas sajak di zaman Abbasiyah adalah

mengutamakan keindahan kata, pengutaraan cinta kasih, pemujaan yang berlebihan, mengandung falsafah yang mengembangkan akal. Dalam bidang novel umumnya bertemakan sifat-sifat yang baik dari orangorang Arab jahiliah., yang diungkapkan kembali dalam novel untuk membangkitkan semangat Arab Muslim melawan musuh atau membina kemajuan. Juga ada yang bertemakan keadaan kehidupan masyarakat Islam sendiri yang telah berbudaya. 2. Seni Suara, Seni Musik, dan Seni Tari Sejak zaman jahiliah, masalah seni suara dan seni musik bagi bangsa Arab telah mendapat tempat tersendiri bahkan merupakan keharusan, sehingga umumnya mereka menyanangi dan mengaguminya. Kemudian setelah mereka masuk Islam, kesenian tetap berkembang dengan dijiwai semangat Islam. Pada masa Abbasiyah, kelompok seniman telah menempati kedudukan yang tinggi untuk terus berkarya dalam bidang seninya. Apalagi khalifah Abbasiyah dan para pejabat tinggi negaranya telah memberikan perhatian yang sangat besar dalam rangka mengembangkan seni. 3. Seni Rupa Seni rupa terdiri dari seni pahat, seni ukir, dan seni lukis. Seni pahat banyak dibuat dengan huruf atau gambar timbul pada dinding-dinding istana atau gedung lainnya. Dan seni ukir Islam sudah banyak terlihat dalam masjid. Dari masjid kemudian berkembang gedung istana, barang-barang perhiasan, perabot rumah tangga, pakaian, dan lain-lain. 4. Seni Bangunan Di masa Abbasiyah, peradaban dan kebudayaan Islam telah mencapai kemajuan yang sangat tinggi dan telah terbuka lebar bagi perkembangan seni bangunan, terutama setelah kaum muslimin mendapat pengalaman teknik dari tenaga-tenaga ahli bangsa-bangsa lain yang baru masuk Islam. Seni bangunan Islam memiliki ciri-ciri khusus yang berwujud dalam bentuk pilar, lengkung kubah, hiasan lebah bergantung yang menonjol bersusun di dalam masjid dan di menara tempat adzan ataupun di puncak pilar.

2.1.3 PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN DUNIA ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN `1. Kerajaan Ottoman di Turki

Kerajaan Ottoman didirikan dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I dari bangsa Turki Utsmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal dunia tahun 1300 M. Utsman I dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dari Kerajaan Ottoman, yang disusul dengan raja-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II (14511481 M). Sultan ini berjasa besar karena telah menyebarluaskan Islam ke benua Eropa melalui penaklukkan kota Benteng Konstantinopel ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Kerajaan Ottoman mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Sulaeman I (1520-1566 M), yang bergelar Sulaeman Agung dan Sulaeman Al-Qanuni. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Ottoman memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas, yaitu Afrika Utara, Mesir, Hedzjaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania, sampai ke batas Sungai Danube dengan 3 lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hitam. Namun setelah Sulaeman Agung meninggal dunia, kerajaan Ottoman Turki mengalami kemunduran sehingga satu demi satu wilayah kekuasaannya melepaskan diri. 2. Kerajaan Mogul di India Peranan umat islam India dalam penyebarluasan agama Islam dapat dilihat dalam 4 periode, yaitu periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M), periode Mogul (15261858 M), periode masa penjajahan Inggris (18581947 M), dan periode negara India Sekuler (1947-sekarang). Kerajaan Mogul didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Jengiz Khan bangsa Mogul, pada tahun 1526 M. Kerajaan Mogul berpusat di Delhi (India). Kerajaan Mogul diperintah secara silih berganti oleh 15 orang raja (sultan). Sultan pertama Kerajaan Mogul bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) dan sultan terakhirnya bernama Sultan Bahadur Syah II (1837-1858 M). Kerajaan Mogul mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Akbar Syah I (1556-1605 m), Jahangir atau Nuruddin Muhammad Jahangir (1605-1627 M), Syah Jehan (1627-1658 M), dan Aurangzeb atau Alamgir I (1658-1707 M).

Wilayah kekuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra, Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli. 3. Kerajaan Safawi di Persia (sekarang Iran) Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang semula beragam Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam. Dinasti atau kerajaan Islam silih berganti memerintah Persia, sampai dengan bangsa Mongol merebutnya pada ke-12 M. Selama tiga abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501 M muncul dinasti baru, yaitu dinasti atau kerajaan Safawi. Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawi (Ismail I) pada tahun 907 H (1501 M) di Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501-1524 M, yang wilayah kekuasaannya di sebelah barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani (Ottoman) di Turki dan di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan islam Mongol di India. Kerajaan Safawi, Mogul, dan Turki Utsmani merupakan tiga kerajaan besar pada abad pertengahan. Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultansultan Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir bernama Sultan Muhammad. Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas (1585-1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dari kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas juga memindahkan ibukota kerajaan dari Qiwan ke Ishafan. Setelah pemerintahan Syah Abbas berakhir dan digantikan oleh sultansultan berikutnya, kedudukan kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan kerajaan Safawi ini antara lain disebabkan adanya perebutan kekuasaan. Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759-1794), Dinasti Qajar (1794-1925), dan Dinasti Pahlevi (1925-1979). Kemudian sejak tanggal 11 Februari 1979 melalui revolusi islam yang dipimpin oleh ulama terkenal Ayatullah Komeini (1900-1989 M), sistem kerajaan yang telah ribuan tahun berkuasa, dihapus dan diganti dengan sistem republik (demokrasi) dengan nama Republik Islam Iran dan dengan presiden pertamanya Abalhassan Bani Sadr. Pada waktu kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah dari Asia dan Afrika berada dalam keadaan lemah, sebaliknya di wilayah 10

Eropa justru dalam keadaan kuat. Keadaan bangsa Eropa seperti Spanyol, Prancis, Portugis, Inggris, dan Belanda berada dalam keadaan kuat dan maju, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju adalah pengaruh dari dunia Islam. Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam pada periode kejayaan dan keemasan umat Islam. Ilmu-ilmu tersebut mereka dalami dan kembangkan sendiri sehingga setahap demi setahap mereka berhasil memperoleh kemajuan dan kekuatan serta berhasil melaksanakan revolusi di bidang industri. Selanjutnya, bangsa Eropa berusaha manjajah negara-negara lemah, khususnya kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam yang ada di wilayah benua Asia dan Afrika. Agar meraih keuntungan besar, bangsa Eropa melakukan usaha monopoli di bidang perdagangan, antara lain dengan cara merebut dan menguasai pusat-pusat perdagangan yang semula dikuasai umat Islam. Akhirnya setelah bangsa Eropa bertambah kuat, sedangkan kerajaankerajaan Islam dan umat Islam semakin lemah terutama di bidang ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan, maka kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah Asia-Afrika dijadikan negara jajahan oleh bangsa Eropa. Akibat buruk dari penjajahan tersebut antara lain umat Islam mengalami kemunduran dan keterbelakangan di bidang politik, ilmu pengetahuan, perekonomian, dan kebudayaan.

PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN Ajaran Islam mengalami perkembangan pada abad pertengahan walaupun perkembangannya tidak sepesat pada periode klasik. Di India, Kerajaan Mogul telah melaksanakan berbagai usaha dakwah pendidikan Islam, atara lain dengan membangun masjid-masjid dan madrasahmadrasah. Pada madrasah-madrasah tersebut diajarkan ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fikih yang merupakan mata pelajaran pokok. Sekelompok ulama India telah menyusun sebuah kitab yang berjudul AlFatawa Al-Hindiyyah yang berisi tentang kumpulan fatwa Mazhab Hanafi dan dicetak dalam empat jilid besar. Kitab ini disusun atas permintaan penguasa kerajaan Mogul yakni Sultan Abu Al-Muzaffar Muhyiddin Aurangzeb (Alamgir I: 1658-1707 M), sehingga kitab ini dikenal dengan sebutan Al-Fatawa AlAlamgariyah.

11

PERKEMBANGAN PERTENGAHAN

ILMU

PENGETAHUAN

PADA

ABAD

Pada abad pertengahan di beberapa wilayah kekuasaan Islam, ilmu pengetahuan mengalami perkembangan walaupun tidak lebih maju daripada masa jayanya Daulat Abbasiyah dan tidak mampu menyaingi kemajuan bangsa Eropa. Di India pada masa pemerintahan kerajaan Mogul telah dibangun sekolahsekolah yang di dalamnya diajarkan ilmu pengetahuan umum, sepert logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika. Tatkala Sultan Syah Jehan dan Aurangzeb memerintah telah dibangun sekolah-sekolah tinggi, selain pusat pengajaran di Sueknon. Selain itu, pada tahun 1641 M, perpustakaan di Agra telah memiliki 24.000 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu. Di Mesir tatkala diperintah oleh Dinasti Mamluk (1250-1517 M) telah muncul para cendekiawan muslim, seperti Ibnu Abi Usaibiah, Abu Al-Fida, Ibnu Tgari Atabaki, Al-Maqrizi, Abu Hasan Ali Nafis, dan Nasiruddin At-Tusi. Perlu pula diketahui bahwa pada awal abad pertengahan ini telah pula disusun Kitab Mausuat, yaitu buku yang sangat tebal, berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan, yang pada masa sekarang disebut ensiklopedi. Setelah kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah dari benua Asia dan Afrika mengalami kemunduran di bidang politik dan ekonomi akibat dijajah oleh bangsa Eropa, umat Islam tidak mampu lagi untuk menumbuhkembangkan IPTEK. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM 1. Arsitektur Arsitektur Islam adalah ilmu sekaligusseni merancang bangunan ataupun struktur lain yang fungsional dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah SWT. Arsitektur Islam itu terdapat antara lain pada bangunan masjid, istana, dan makam/pekuburan. Di Persia (sekarang Iran), pada masa keemasan Dinasti Sadawi di aKota Isfahan telah dibangun Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syah Lufullah, Istana Cehil Sutun (empat puluh tiang), jembatan Khaju, dan menara-menara goyang. Di India pada masa jayanya Kerajaan Mogul telah didirikan bangunanbangunan yang megah dan indah dengan arsitektur yang mengagumkan. Bangunan-bangunan itu seperti istana megah di Delhi dan Lahore, Masjid 12

Jami di Aunfur, Benteng Merah, Char Minar, dan bangunan-bangunan makam yang memukau. Termasuk bangunan makam yang menakjubkan dan termasuk salah satu keajaiban dunia ialah Taj Mahal. Di Turki pada masa keemasan pemerintahan kerajan Utsman telah dibangun masjid-masjid dengan gaya arsitektur tinggi dan menawan hati. Masjid-masjid itu seperti Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaeman, Masjid Bayazid, dan Masjid Abu Ayub Al-Ansari. 2. Seni Sastra Seni sastra sebagai bagian dari kebudayaan terdapat pula di berbagai wilayah kerajaan dan wilayah Islam seperti Turki, Persia, Irak, dan India. Sastrawan-sastrawan muslim yang hidup di abad pertengahan antara lain o Fariduddin Al-Attar (1119-1230 M) Beliau lahir di Nisabur, timur laut Persia. Karya beliau yang sangat terkenal adalah Musyawarah Burung, sebuah sajak alegori yang mengisahkan pengalaman religius kaum sufi. o Jalaluddin Ar-Rumi (1207-1273 M) Beliau lahir di Afghanistan pada 1207 M dan wafat di Turki tahun 1273 M. Karya tulis beliau antara lain Diwan Syams-i Tabriz, dan Masnawi. o Saadi Syiraz (wafat di Syiraz antara tahun 1291 dan 1295 M) Beliau adalah seorang sastrawan Persia yang karya tulisnya berjudul Bustan (Kebun Buah) dan Gulistan (Kebun Bunga).

2.1.4 PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN DUNIA ISLAM PADA MASA MODERN Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dari tahun 1800 M samapi sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang IPTEK. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh-tokoh pembaharu dan pemikir Islam di berbagai negara Islam. Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M, dunia Islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan bangsa barat (Eropa).

13

Setelah negara-negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut memperoleh kemerdekaan, maka umat Islam bersama-sama dengan pemerintah negaranya melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang. PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan, yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M, umat Islam di berbagai negara telah menyimpang dari ajaran islam yang bersumber kepada Al-Quran dan Hadits. Penyimpangan itu terdapat dalam hal: 1. Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan 2. Adanya kelompok umat Islam yang selam hidup di dunia ini hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Penyimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan Hadits. Tokoh-tokoh pembaharuan yang dimaksud antara lain: 1. Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1703 M dan wafat di Daryah tahun 1787 M. Para pengikut beliau menamakan kelompoknya Al-Muslimun yang berarti kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan para pengikut beliau disebut gerakan Wahabi. 2. Rifaah Badawi Rafi At-Tahtawi lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan wafat di Mesir. Beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia agar umat Islam tidak dijajah bangsa lain. Pada masa pembaharuan, jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke seluruh pelosok dunia. Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Dzulhijjah tahun 1381 H (Mei 1962) telah didirikan Liga Dunia Islam. Di Benua Eropa dalam Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa di London pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah didirikan Dewan Islam Eropa. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Pada masa pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat di berbagai negara, seperti Turki, India, dan Mesir. 14

Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dari kesultanan Turki Usmani melakukan berbagai usaha agar umat Islam di negaranya dapat menguasai IPTEK. Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M dan Turki diroklamirkan sebagai negara berbentuk republik, maka kemajuan Turki di bidang IPTEK terus meningkat. Di India ketika masih dijajah Inggris, telah bermunculan para cendekiawan muslim berpikiran modern yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai IPTEK sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu penjajah. Pada masa pembaharuan terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M), umat islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar menguasai berbagai IPTEK yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa. Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk mempelajari IPTEK ke Prancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas Al-Azhar. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM 1. Arsitektur Arsitektur ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasah dan ada pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti istana, benteng, pasar, karavan serai (sejenis hotel), jalanjalan raya, rel-rel kereta api, dan lain-lain. Setelah ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi sebagai negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya tersebut, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota. Juga membangun Maskapai Penerbangan Internasional di Jeddah, Zahran, dan Riyadh. Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah bertaraf internasional. Arsitektur yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan sekuler, selain terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain, terutama di negara berpenduduk mayoritas Islam, misalnya Turki. Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (1794-1925 M) telah dibangun kota Teheran sebagai ibukota Iran. Bangunan arsitektur peninggalan Dinasti Qatar antara lain Istana Niavarand (tempat kediaman Syah Muhammad Reza

15

Pahlevi dan keluarganya) dan Pekuburan Behesyti Zahra (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri Rasulullah SAW). Pada masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat arsitektur yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, misalnya bangunanbangunan industri, jalan kereta api, jalan-jalan beraspal antarkota, dua bandara internasional, dan dua pelabuhan internasional. 2. Sastra Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karyakaryanya bersifat islami di berbagai negara, misalnya Muhammad Iqbal, Mustafa Lutfi Al-Manfaluti, Dr. Muhammad Husain Haekal, Jamil Siqdi, AzZahawi, dan Abdus Salam Al-Ujaili. 3. Kaligrafi Kaligrafi merupakan satu-satunya seni Islam yang murni dihasilkan oleh orang islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang terpengaruh unsur non-Islam. Seni kaligrafi berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya ke negara-negara yang penduduknya mayoritas umat Islam. Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang, hiasan dinding rumah kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga, dan lain-lain.

2.2 AYAT-AYAT SAINS DALAM AL-QURAN 1. Al-Baqarah ayat 164


Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang bberguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi setelah mati (kering) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi sungguh terdapat

16

tanda-tanda (Ke-Esaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. 2. Ali-Imron ayat 190


Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. 3. Ar-Rahman : 33


Artinya: Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.

17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada masa Daulat Bani Umayyah dan Abbasiyah, agama Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang ilmu pengetahuan, budaya, politik, dan ekonomi. Tetapi bada abad pertengahan, agama Islam mengalami kemunduran disebabkan adanya penjajahan dari bangsa-bangsa Eropa terhadap negara-negara Islam. Dan akhirnya agama Islam mengalami kemajuan kembali pada masa modern ini walaupun sempat ada penyimpangan-penyimpangan dalam agama islam. Bukti kemajuan Islam dalam masa modern ini adalah pada saat ini banyak terdapat negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. 3.2 Saran Kita sebagai umat Islam harus mempelajari IPTEK agar tidak dijajah kembali oleh bangsa-bangsa Eropa. Selain itu, kita juga harus melestarikan budaya Islam, seperti kaligrafi, seni musik (hadrah, marawis), seni suara (nasyid), seni ukir (ukir-ukiran asma Allah pada dinding masjid), dan lain-lain agar keindahan budaya tersebut tidak hilang atau luntur akibat masuknya budaya lain khususnya budaya barat yang sekarang mulai merajalela disekitar kita.

18

DAFTAR PUSTAKA Tim MGMP Surabaya. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas 3. Surabaya: MGMP Surabaya. Haludhi, Khuslan dan Abdurrohim Said. 2007. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam 2. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Tim MGMP Surabaya. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas 2. Surabaya: MGMP Surabaya. www.indonesiaindonesia.com

19

Você também pode gostar