Você está na página 1de 26

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI KAB.

SRAGEN - PROVINSI JAWA TENGAH


A. PENDAHULUAN

Kabupaten Sragen dikenal se-bagai daerah pusat kegiatan agribisnis peternakan yang ter-penting di Prov. Jawa Tengah. Kegiatan agribisnis ini banyak dikelola masyarakat Sragen dan sudah menye-bar secara merata ke seluruh wilayah. Sebagai-mana sifat pertanian tradisional di daerah agraris pada umumnya, maka pemeliharaan ternak di Kab. Sragen telah menjadi salah satu andalan dari mata rantai kegiatan ekonomi rumah tangga petani. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sragen memandang bahwa kegiatan agribisnis peternakan ini mempunyai prospek yang sangat potensial untuk mengangkat pertumbuhan per-ekonomian daerah, sehingga Pemerintah Kab. Sragen perlu membangun komitmen yang tinggi untuk menjadikan Sragen sebagai pusat pe-ngembangan agribisnis peternakan yang ter-depan di Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan agri-bisnis Peternakan di Kabupaten Sragen dapat dikembangkan secara berkelanjutan, karena mempunyai beberapa keunggulan : 1. Skala usaha dapat disesuaikan dengan ke-terbatasan yang ada pada petani. 2. Kegiatan agribisnis peternakan mudah dan dapat dikelola petani, 3. yang terlalu canggih, 4. 5. yang berlimpah. Tidak membutuhkan lahan yang luas, Tidak memerlukan stok ketersediaan air Tidak mengharuskan penggunaan teknologi

6. 7.

Ketersediaan pakan yang cukup berlimpah, Dapat ditangani oleh tenaga kerja keluarga : baik suami, istri maupun anak-anak, serta

8.

Mempunyai dampak ekonomi yang nyata dan cukup tinggi terhadap peningkatan kesejah-teraan penduduk. Sebagian besar penduduk Sragen, bekerja sebagai petani dengan kepemilikan la-han yang sempit. Dengan ke-pemilikan lahan yang sangat terbatas, maka mereka mempunyai banyak waktu luang pada setiap musim sesuai dengan tahapan umur tanaman.

Banyaknya waktu luang ini me-nyebabkan sebagian besar petani di Kab.Sragen, banyak memanfaatkan waktu luangnya dengan menekuni kegiatan budidaya ternak. Berbagai kegiatan budidaya ternak seperti Sapi potong perbibitan,

penggemukan sapi potong, budidaya ternak kambing / domba, ternak ayam ras potong, ternak ayam ras petelur, ternak itik petelur dan budidaya ternak jangkrik industri, burung puyuh dan kelinci serta aneka ternak yang lain, telah dipelihara secara intensif di kandang-kandang komunal. Semua anggota ke-luarga dapat berperan dalam kegiatan agribisnis peternakan ini. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kab. Sragen masih sangat besar. Namun, serapan tenaga kerja sektor pertanian di atas, ternyata baru mampu memberikan kontribusi terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. sebesar 34,92 %, yaitu sebesar Rp. 1.448.369.280.000,00 (Satu triliun empat ratus empat puluh delapan miliar tiga ratus enam puluh sembilan juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah) dari total PDRB sebesar Rp.4.042.561.360.000,0 (Empat triliun empat pu-luh dua miliar tiga ratus enam puluh ribu rupiah). Di sisi lain, daerah Sragen ter-nyata mempunyai potensi dayadu-kung ketersediaan pakan ternak herbivora sangat

besar, yaitu : 1.085.881,51 ton Bahan Kering (BK) per tahun (SDA / Sumberdaya Alam), sedangkan kebutuh-an pakan untuk ternak pada tahun 2007 dicatat sebesar 250.006,55 ton Bahan Kering / tahun. Sehingga terdapat kelebihan ketersediaan pakan herbivora sebesar 835.874,96 ton BK / tahun, atau setara dengan kebutuhan pakan untuk 286.259 Unit Ternak (UT). Dengan kata lain, sebenarnya daerah Sragen pada saat ini masih mampu menampung penambahan ternak sebe-sar 286.259 ekor setara sapi dewasa. Populasi ternak sapi di Kabupaten Sragen pada saat ini sebesar 77.923 ekor, sehingga daerah Sragen secara optimal, sebenarnya mampu mendukung populasi sapi sebesar 364.182 ekor. Seiring dengan itu, Sragen di tingkat Nasional sudah dikenal mempunyai Trade mark seba-gai pusat Inovasi Pertanian Or-ganik di Indonesia. Guna me-nunjang keberhasilan inovasi program pengem-bangan pertanian organik tersebut di masa depan, maka penyediaan dan pembuatan pupuk organik yang bermutu tinggi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan lokal maupun regional menjadi sebuah pertimbangan sangat penting bagi Pemerintah Kab. Sragen.

C. POLA OPERASIONAL
Suatu kebijakan yang berupa upaya upaya real dalam rang-ka memberikan pelayanan dan pemberdayaan Sumberdaya ma-nusia (SDM) yang lebih baik kepada tenaga kerja di sektor pertanian, termasuk memberikan pelayanan dan pemberdayaan kepada buruh tani yang ada pada khususnya maupun kepada para tenaga kerja di sub sektor Peternakan di Kabupaten Sragen. Selanjutnya pemberdayaan tenaga kerja pertanian dan buruh tani agar dapat difokuskan pada peningkatan kinerja yang efektif dan efisien terhadap investasi yang dikelolanya serta diarah-kan guna mampu mencapai penghasilan seku-rang-kurangnya dapat memenuhi standar biaya hidup minimum (Minimum living Cost).

Berdasarkan laporan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Sragen 2008, dinyatakan bahwa upah minimum Kabupaten (UMK) sebesar Rp.607.500,00 (Enam ratus tu-juh ribu lima ratus rupiah) untuk setiap orang tenaga kerja produktif per bulan. Dengan demi-kian, harus menjadi pedoman bahwa setiap tenaga kerja produktif yang vertempat tinggal di daerah Sragen harus berusaha untuk dapat bekerja secara produktif dengan berpenghasilan minimum sebesar Rp.607.500,00 setiap bulan, termasuk tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan

pemanfaatan sumberdaya alam berupa potensi pakan ternak herbivora yang berlimpah, dan sekaligus untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja per-tanian yang ada, untuk membu-ka lapangan pekerjaan agribis-nis peternakan pada segment hulu (upstream agribusiness), pada segment usaha budidaya ternak (on farm agribusiness) dan pada usaha agribisnis di segment hilir (down-stream agribusiness), maka pengembangan ke-giatan pusat perbibitan ternak pedesaan (Sragen Village Breeding Center), dan Peningkatan Daya tampung pasar-pasar ternak se Kab. Sragen merupakan jawaban yang paling tepat. Selanjutnya, kebijakan perbibitan ternak di Kabupaten Sragen diarahkan melalui tiga alter-natif yakni : (1) Pemurnian bangsa ternak dan (2) Pembentukan bangsa ternak baru melalui per-silangan (3) Perbaikan mutu Genetik. Guna mendukung kawasan-kawasan pusat perbibitan ternak di pedesaan (VBC), pemerintah Kab. Sragen melalui Dinas Peternakan dan Perikanan mulai tahun 2002 telah mengalokasikan dana untuk pengembangan kawasan-kawasan pusat perbibitan ternak Sapi Potong, kawasan pusat perbibitan Kambing Jawa randu, kawasan pusat perbibitan domba lokal, kawasan pusat perbibitan ternak Itik dan kawasan pusat perbibitan ternak ayam buras. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sragen juga mengembangkan kawasan sentra produksi, seperti : Sentra Penggemukan

ternak sapi potong, Sentra produksi ternak jangkrik industri, Sentra produksi ternak ayam ras potong dan Sentra produksi pengolahan pangan asal ternak di berbagai lokasi. Pengembangan kegiatan tersebut, sangat memerlukan dukungan dari berbagai stakehol-ders terkait. Agribisnis perbibitan peternakan ini ke depan mempunyai prospek yang sangat cerah, sehingga akan terus dipacu, karena usaha ini merupakan kegiatan agribisnis di segment hulu, yang diharapkan mampu untuk menggerakkan usaha-usaha agribisnis peternakan yang lain pada segment on farm, downstream agribusiness dan kegiatan trading. Pengembangan kawasan - kawasan pusat perbibitan ternak ini, perlu didisain untuk dapat dikembangkan menjadi kegiatan agribisnis pe-ternakan unggulan Daerah, dalam rangka me-wujudkan Sragen sebagai sumber bibit berbagai jenis ternak yang berkualitas dan terbesar di provinsi Jawa Tengah maupun di tingkat Nasion-nal. Jatidiri Sragen sebagai daerah sumber bibit ternak yang berkualitas akan selalu diusahakan menjadi semakin kuat untuk dapat berperan nyata dalam mendukung Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) Nasional pada tahun 2010. Selanjutnya untuk menciptakan dan me-nambah luas kesempatan berusaha, mencipta-kan lapangan kerja bagi tenaga kerja pertanian pengangguran setempat, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, menurunkan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan region-nal secara berkelanjutan perlu diupayakan peme-rintah. Suatu konsep mengenai pola pengelolaan agribisnis perbibitan Sapi Potong di Kab. Sragen, dapat disampaikan bahwa apabila setiap peter-nak dapat memelihara 2 ekor bibit Sapi Potong dengan pejantan IB, sebagai modal awal usaha-nya, didukung dengan fasilitas Bio Gas dan kegiatan pengolahan pupuk organik dari bahan slurry yang dihasilkan, maka peternak sapi bibit di Sragen akan dapat memperoleh penghasilan minimum sebagai pengelola

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terpenuhi.

sesuai

ketentuan UMK di atas dapat

Untuk itu, maka keberadaan wawasan pembangunan peternakan yang semula hanya dititik beratkan pada usaha budidaya ternak, ha-rus dikembangkan menjadi suatu kegiatan yang berwawasan industri biologi peternakan yang dapat dikendalikan oleh manusia. Sehingga kompo-nen pembangunan peternakan menjadi : (1) nya; (2) Ternak sebagai objek yang harus diusaha-kan untuk dapat Peternak sebagai subjek pembangunan, harus lebih

diberdayakan untuk dapat me-ningkatkan penghasilan dan kesejahteraan-

ditingkatkan produksi dan produktivitasnya; (3) Lahan sebagai basis ekologi budidaya ter-nak harus dapat

dilestarikan fungsi kesu-buran hamparan dan fungsi hidrologinya; (4) Teknologi dan pengetahuan peternakan sebagai cara inovasi untuk meningkatkan efisiensi usaha tani perlu selalu ditingkat-kan, diperbaharui dan dimodernisasi, serta harus disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku agribisnis peternakan. (5) Pengolahan, Pemasaran dan perdagangan produk produk layak dan

agribisnis peternakan yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau konsumen. B. KONSEP DASAR PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI KAB. SRAGEN

Untuk memberikan arah yang jelas dan gambaran pelaksanaan agribisnis peternakan di Kab. Sragen pada masa depan, maka ditetapkan Visi dan Misi pembangunan Peternakan se-bagai berikut : a. VISI :

Sragen menjadi kabupaten terdepan dalam pengembangan inovasi tekno-logi bidang peternakan b. MISI : Mewujudkan peternak yang unggul, produktif dan sejahtera Dengan penjabaran sebagai berikut : 1. Membentuk SDM Peternak yang professio-nal, unggul dan berdaya saing. 2. Menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan yang mempunyai basic agribisnis peternakan di pedesaan. 3. Inovasi pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan efi-siensi kegiatan agribisnis dan industri biologi peternakan yang ramah lingkungan dan ber-kelanjutan. Memperhatikan Visi dan Misi tersebut, serta dengan disertai adanya penerapan kebijakan Trilogi pembangunan pertani-an, maka wawasan pembangunan peternakan di Kab. Sragen, berorientasi kepada : 1. Pemerataan pembangunan dan hasil hasil-nya (Equity). 2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (Growth). 3. Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis (Stability). Selanjutnya, sebagai satu bahan pertim-bangan, bahwa selama ini pembahasan yang mendalam tentang pembangunan peternakan, selalu diidentikkan dengan pro-ses budidaya ternak, sehingga hasilnya hanya terbatas pada upaya peningkatan produksi ko-moditas ternak saja. Sedangkan azas Trilogi pembangunan pertanian harus dilak-sanakan melalui pendekatan komoditas, pende-katan usaha tani dan pendekatan wilayah ter-padu, menuju kepada sasaran : peningkatan produksi dan kesejahteraan peternak. Karena pada dasarnya pembangunan subsektor peter-nakan, adalah sebagai

bagian dari pembangun-an sektor pertanian, tidak hanya membangun produktivitas komoditi ternak saja, tetapi sekali-gus membangun peternakan dalam basic eko-nomi usaha tani hamparan. Keberhasilan pembangunan sub sektor pe-ternakan, tidak dapat hanya diukur dalam ke-mampuannya meningkatkan produksi saja, tetapi juga harus berkemampuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat peternak dalam rang-ka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.

C. HASIL YANG DICAPAI


Kegiatan agribisnis peternakan di Kab. Sragen, dikembangkan dengan konsep pem-bangunan kawasan terpadu dengan memper-tahankan kelestarian lingkungan hidup, diawali dengan menerapkan kegiatan agribisnis inti pengembangan : seperti pengandangan ternak secara koloni, khususnya pada kegiatan budi-daya peternakan sapi potong perbibitan, peng-gemukan sapi potong, perbibitan ternak kambing / domba dan kegiatan peternakan unggas serta kegiatan budidaya aneka ternak telah berkem-bang dengan pesat. Selanjutnya dengan telah terwujudnya inti pengembangan pada kawasan-kawasan peternakan tersebut, akan menjadi tan-tangan untuk dapat menumbuhkan kreasi-kreasi penerapan teknologi, guna pengembangan ke-giatan agribisnis peternakan yang telah ada, se-suai dengan keinginan dan kebutuhan masya-rakat peternak setempat. Keberhasilan Inovasi teknologi agribisnis peternakan atas prakarsa pemerintah tersebut ternyata sangat direspon masyarakat peternak Sragen. Kenyataan ini dapat diukur dengan menghitung besarnya nilai Location Quotient (LQ) terhadap peran kegiatan peternakan yang dike-lola masyarakat peternak di Kabupaten Sragen, yaitu sebesar 2,25 (> 1,0). Fakta ini, merupakan indikator yang harus diakui semua pihak bahwa kegiatan peternakan di Kab. Sragen merupakan salah satu basic pem-bangunan ekonomi kerakyatan yang utama dan terpenting dalam pengembangan ekonomi

guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah pada umumnya dan khususnya dan peningkatan kese-jahteraan penduduk. Atau dengan kata lain ma-syarakat peternakan sangat memerlukan pela-yanan yang lebih baik dari Pemerintah. LQ 1,0 berarti pelayanan bidang / sektor tertentu tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkat-an kesejahteraan penduduk.
1. KEBERHASILAN KEGIATAN PERBIBITAN

Keberhasilan kegiatan perbibit-an ternak sapi potong di Kab. Sragen, diukur dengan menghi-tung nilai Natural Increase (NI) terhadap populasi ternak yang ada. NI untuk ternak Sapi PO / Brahman sebesar 34,86 % dan sapi Brangus Sragen : Angka ini ternyata lebih 32,26 %. tinggi apabila

dibandingkan dengan hasil penelitian Ahmadi (2000) dalam Sumadi, dkk (2001), bahwa NI ternak sapi potong di Provinsi Jawa Tengah sebesar 22,63 %. Fakta ini menunjukkan bahwa keberhasilan pengembangan perbibitan ternak sapi potong, sudah didukung oleh pelaksanaan program Inseminasi Buatan (IB) yang semakin baik serta bertambah baiknya kualitas pengelola-an reproduksi ternak oleh para peternak sapi potong di daerah Sragen. Selanjutnya dilaporkan bahwa keberhasil-an kegiatan perbibitan Sapi Potong di Kabupaten Sragen, juga ditunjukkan dengan nilai Net Re-placement Rate (NRR) sebesar 357,65 % untuk sapi PO / Brahman dan 341,45 % untuk sapi Brangus Sragen. Fakta ini menunjukkan bahwa daerah Sragen, telah terbukti kelebihan bibit betina sapi potong yang digunakan untuk pengembangan populasi sapi setempat. Kelebihan produksi sapi bibit ini, selanjutnya dapat dijual ke lain daerah sebesar 357,65 % dari kebutuhan sapi betina bibit PO / Brahman dan sebesar 341,45 % dari kebutuhan bibit betina sapi Brangus Sragen. Besarnya NRR ini menjadi indikator stock ketersediaan pengganti induk ternak (Replace-ment) yang ada di daerah Sragen, dengan catat-an populasi ternak tetap.

Sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa daerah Sragen merupakan daerah sum-ber bibit ternak Sapi PO / Brahman dan bibit Sapi Brangus Sragen yang terpenting di Provinsi Jawa Tengah. Secara rinci dapat disampaikan bahwa ternak sapi yang dapat dikeluar-kan dari daerah Sragen dengan tanpa mengganggu populasi setempat, yaitu sebesar 32,02 % dari populasi ternak sapi total atau sebesar 24.473 ekor per tahun, yang terdiri dari sisa sapi muda sebesar 12.275 ekor dan sapi dewasa / afkir 12.198 ekor (Survey Disnakkan Kab. Sragen dan Fapet UGM, 2007). Pada saat ini, telah dapat dikembangkan beberapa kawasan pusat perbibitan ternak pe-desaan (VBC) untuk berbagai jenis ternak, yang menyebar di seluruh wilayah Sragen : a. 10 dengan lokasi VBC pembentukan sapi Brangus Sragen dengan induk awal dari sapi Brangus, populasi sebesar 780 ekor. b. 12 lokasi VBC pembentukan sapi Brangus Sragen dengan induk awal dari sapi Brahman, populasi sebesar 1.693 ekor. c. 17 lokasi VBC Kambing, populasi 3.680 ekor d. 22 lokasi VBC Domba, populasi 6.960 ekor. e. 6 lokasi VBC Itik, populasi 35.000 ekor. f. 1 VBC ayam buras, populasi 2.500 ekor. g. 4 perbibitan Babi, populasi 3.500 ekor.

Guna memperkuat dukungan terhadap kebijakan pemerintah untuk penyediaan bibit ternak yang berkualitas bagi masyara-kat peternak lokal dan daerah sekitarnya, yang sekaligus untuk memacu keber-hasilan Program Pencapaian Swasembada Da-ging Sapi Nasional (P2SDS) pada tahun 2010, Pemerintah Kabupaten telah membangun satu Kawasan Pusat Perbibitan Ternak Terpadu (PPT) yang menempati lahan seluas 6 hektar. Merupa-kan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ternak (AUT). PPT. UPTD. Aneka Usaha Ternak tersebut berada di bawah manajemen langsung institusi

Dinas Peternakan dan Perikan-an Kab. Sragen. Kegiatan agribisnis peternakan yang diinovasikan : (1) Pada segment hulu (Up Stream Agribusi-ness) berupa satu unit industri Pengolahan Pakan Ternak, Pengolahan Jerami Padi dan Pengelolaan Kebun Hijauan Pakan Ternak. (2) Pada segment Budidaya Ternak (On Farm Agribusiness), dikelola berbagai jenis ternak. Jumlah ternak bibit sapi potong sebanyak 200 ekor, bibit ternak Domba Lokal sebanyak 150 ekor Di komplek PPT. UPTD. Aneka Usaha Ternak tersebut juga dibudidaya ternak Kuda, Ternak Ayam Ras Potong, ternak Cacing dan ternak Jangkrik Industri. (3) Kegiatan agribisnis peternakan pada seg-ment hilir (Down Stream Agribusiness), di-kembangkan beberapa kegiatan Industri dan Pemasaran sebagai berikut : (a) Kemitraan Pemasaran produk Pakan Ternak Mash MATERI FEED , yang ke depan akan dikembangkan menjadi bentuk pakan Pellet dengan formula Complete Feed dan (b) menjadi agen pemasaran produk Wheat Bran produksi PT. Sri Boga Ratu Raya Semarang. Produk lain yang sudah laris di pasar adalah (c) Produk Pupuk Kompos Organik Mash, (d) Pupuk Kompos Organik Granula dan pellet, (e) Pupuk Organik Casting serta (f) Pupuk Organik Cair dari bahan Urine Ternak Sapi. Sedangkan (g) Industri peng-olahan pangan (Food) asal ternak, baru terbatas untuk kebutuhan pelatihan dan magang bagi para peminat agribisnis peter-nakan yang datang di Sragen. 2. KEGIATAN KEMITRAAN AGRIBISNIS Dalam upaya mempertahankan dan me-ningkatkan kesejahteraan produsen peternakan melalui penguatan daya saing pasar (Competition power),Pemerintah mengarahkan agar para pela-ku agribisnis peternakan untuk saling menjalin kerjasama kemitraan. Karena kemitraan difor-mulasikan sebagai kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar, yang disertai adanya pembinaan dan pendampingan oleh usaha menengah dan atau usaha besar

dengan memperhatikan prinsip saling memperkuat, saling menghidupi dan harus saling menguntungkan. Beberapa kegiatan kemitraan usaha yang sudah berlangsung dan dilakukan oleh para peternak Sragen adalah : a. Kemitraan usaha ternak ayam ras potong, tidak kurang 200 unit kandang ternak ayam ras potong telah diinvestasikan peternak Sragen. Kapasitas tampung kandang ternak ayam tersebut, adalah sebesar kurang lebih 3.000.000 ekor, dengan produksi per hari berkisar 60 ton, yang dipasarkan untuk konsumen lokal, Solo Raya, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto dan Jakarta. b. Kemitraan usaha ternak burung puyuh. Kemitraan ini dibina oleh Poultry Shop se-tempat, dengan lokasi usaha berada di wilayah Kecamatan Gemolong, Sumberla-wang, Tanon dan Kedawung, dengan daerah segment pasar : Lokal, Solo Raya, Yogya-karta, Semarang dan Jakarta. c. Kemitraan usaha ternak Itik. Kemitraan usa-ha ini dibina oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Agribisnis peter-nakan Itik ini, dilaksanakan secara menye-luruh dari kegiatan di sektor hulu sampai pada kegiatan hilir. Sentra produksi berlo-kasi di Kec. Sambirejo, Kedawung dan Sidoharjo, dengan daerah segment pasar : Lokal, Solo Raya, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. d. Kemitraan usaha penggemukan sapi potong. Kemitraan usaha ini dibina oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Ke-lompokkelompok penggemukan sapi potong berlokasi menyebar di berbagai wilayah Ke-camatan se Kabupaten Sragen, dengan daerah segment pasar : Lokal, Solo Raya dan Jakarta. e. Kemitraan usaha Perbibitan Sapi Potong. Kemitraan usaha ini dibina dengan pen-dampingan usaha dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen.

f. Kelompok-kelompok peternak perbibitan sapi potong, berlokasi menyebar di berbagai wilayah Kecamatan se Kab. Sragen, dengan daerah segment pasar Pekalongan. g. Kemitraan usaha Jangkrik Industri. Kemitra-an usaha ini dibina oleh pengusaha dari Semarang,Yogyakarta dan Kediri. Kelompok-kelompok peternak Jangkrik Industri. Sentra produksi berlokasi menyebar di berbagai wilayah Kec. Sumberlawang, Tanon, Miri, Karangmalang dan Gondang, dengan daerah segment pasar : Semarang, Kediri, Surabaya dan Yogyakarta. Kemitraan Pakan Ternak MATERI FEED . Kemitraan usaha ini dibina oleh Dinas Peter-nakan dan Perikanan Kab. Sragen. Kelom-pok-kelompok peternak Sapi potong, ternak kambing dan domba plasma berlokasi me-nyebar di berbagai Kecamatan se Kab. Sragen, Ngawi dan Magetan : Lokal, Solo Raya, Temanggung, Wonosobo dan

D. DAMPAK KEGIATAN
Dampak positif yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan kegiatan pembangunan peternakan melalui pengembangan agribisnis Peternakan di Kabupaten Sragen adalah : a. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan ma-syarakat petani peternak melalui pengem-bangan agribisnis Peternakan di Kab. Sragen pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. b.Terwujudnya peningkatan perkuatan modal kerja peternak Sragen melalui pengembang-an kegiatan agribisnis Peternakan di Kab. Sragen . c. Terwujudnya peningkatan kemampuan eko-nomi dan penguasaan teknologi dalam pe-ngelolaan peter-nakan di Kabupaten Sragen. kegiatan agribisnis Peternakan secara professional, seiring dengan pelaksa-naan kegiatan pembangunan agribisnis

d.Terwujudnya peningkatan kemampuan eko-nomi masyarakat secara luas, menambah lapangan pekerjaan, meningkatkan serapan tenaga kerja penganggur dan menurunkan angka kemiskinan. e. Terwujudnya peningkatan Pendapatan Do-mestik Regional Brutto (PDRB) Kab. Sragen. f. Terwujudnya peningkatan partisipasi dan ke-pedulian masyarakat dalam kegiatan pem-bangunan daerah Sragen. g.Tereliminasinya tengah masyarakat Sragen. faktor-faktor negatif agribis-nis peternakan,

penyebab pemicu munculnya kejadian Impending Disaster di tengah

E. MANFAAT KEGIATAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari pelak-sanaan kegiatan pengembangan agribisnis peter-nakan di Kab. Sragen adalah : I. MANFAAT BAGI DAERAH :

1. Memacu percepatan laju pertumbuhan ekonomi Daerah, peningkatan Produk Do-mestik Regional Bruto (PDRB) dan per-cepatan pencapaian kesejahteraan pen-duduk. 2. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui kontribusi kegiatan agri-bisnis peternakan melalui semakin me-ningkatnya volume pemasaran produk ternak dan pangan olahan asal ternak di pasar pasar tradisional se Kab. Sragen. 3. Penyediaan lapangan pekerjaan bagi tena-ga kerja penganggur setempat. 4. Peningkatan dan pengembangan usaha Agribisnis dan Agroindustri peternakan di bagian hulu dan hilir sebagai multiplayer effects yang positif terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis peter-nakan di Kab. Sragen, yang meliputi :

a. Peningkatan kesejahteraan rakyat me-lalui meningkatnya serapan tenaga kerja penganggur, meningkatnya pen-dapatan para peternak, Pedagang Ter-nak, Pedagang Produk Pangan Asal Ternak, pengrajin Industri yang ber-bahan baku berasal dari produk peter-nakan dan pengusaha kecil pakan ternak yang semakin membaik. b. Meningkatnya ketahanan pangan asal produk peternakan. c. Meningkatnya ketersediaan bahan ba-ku industri yang berasal dari produk peternakan. d. Kegiatan agribisnis peternakan men-jadi salah satu sarana untuk memba-ngun sikap untuk meningkatkan par-tisipasi serta kepedulian masyarakat peternak dalam rangka untuk lebih me-macu kegiatan pembangunan daerah yang menyebar secara merata di selu-ruh wilayah Sragen. e. Kegiatan agribisnis peternakan meru-pakan salah satu sarana membangun karakteristik sikap mental dan jiwa Enterpreneur Peternakan yang profes-sional, yang mempunyai semangat ker-ja keras, jujur, ulet, disiplin, mandiri serta menguasai teknologi modern pendukung kegiatan agribisnis peter-nakan. II. MANFAAT SECARA NASIONAL : 1. Terciptanya berbagai jenis kegiatan agribisnis peternakan di bagian hulu sampai hilir di Kabupaten Sragen, sebagai dam-pak positif dari pengembangan agribisnis peternakan yang ada. 2. Bersifat padat karya, karena kegiatan

pengembangan kegiatan agribisnis peter-nakan ini, telah melibatkan cukup banyak sumberdaya tenaga kerja peternakan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan, yang berasal dari berbagai desa dan Kecamatan se Kab. Sragen. 3. limbah industri pertanian, Banyak memanfaatkan limbah pertanian, limbah perke-bunan, limbah industri perkebunan, limbah pakan dan kotoran ternak maupun sam-pah-sampah

yang dihasilkan di lingkungan pekarangan peternak, untuk diproses menjadi pupuk kompos organik. 4. Investasi yang dilaksanakan pemerintah ini, akan membantu usaha dalam rangka penyediaan berbagai jenis kesempatan lapangan pekerjaan usaha agribisnis Pe-ternakan di bagian hulu sampai hilir di Kabupaten Sragen, sebab investasi akan membuka lapangan kerja baru (Investment for creating a job opportunity). 5. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan, hasil ikutan produk limbah pertanian, limbah industri pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri pengolahan produk per-kebunan. 6. Menambah devisa Negara karena produk peternakan ini seluruhnya berorientasi ke-pada permintaan pasar Dalam Negeri untuk memproduksi persediaan bibit Ter-nak di tingkat lokal, regional maupun Stok bibit Nasional, mendukung sistim ketahan-an pangan asal ternak, sehingga mampu menurunkan atau menghapus devisa im-por ternak / bibit ternak dari Luar Negeri. 7. 8. Sehat pada tahun 2010. 9. Ternak di Kabupaten Sragen. Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Peternakan melalui Mendukung promosi langsung usaha peternakan di daerah Sragen dan sekitar-nya. kawasan pusat perbibitan Mendukung percepatan Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi Nasional pada tahun 2010. Mendukung program Kabupaten Sragen

pengembangan agribis-nis peternakan di Kab.Sragen, pelaksanaan di lapangan dirancang sebagai berikut : a. b. Menyusun rencana operasional di lapang-an / Sasaran. Menyiapkan dan menetapkan sasaran / calon peternak penerima / peserta ke-giatan yang bergabung dalam kelompok tani ternak.

c. Penetapan

lokasi

kegiatan

pembangunan

peternakan

melalui

pengembangan kegiat-an agribisnis peternakan di Kab. Sragen. d. Para calon penerima ternak membangun kandang komunal. e. Para calon penerima ternak menyiapkan kebutuhan pakan dan peralatan peme-liharaan Ternak yang akan dikelolanya. f. Pengadaan sarana kegiatan. g. Penyelesaian administrasi pengelolaan ke-giatan. h. Pendampingan usaha dilaksanakan oleh Tim Kerja dari Dinas Peternakan dan Per-ikanan Kabupaten Sragen. i. Bimbingan pengolahan pupuk kompos organik yang berbahan baku dari kotoran Ternak yang dimiliki kelompok tani ternak. j. Penanganan revolving kegiatan, kepada kelompok penggaduh baru.
k.

Pemilihan calon penerima kegiatan pe-ngembangan (Revolve) kegiatan agribis-nis peternakan yang baru.

E. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi Pe-merintah Kab. Sragen pada saat ini adalah : Rendahnya kontribusi sektor pertanian terhadap per-olehan angka PDRB, yang berdampak kepada besarnya angka tenaga kerja pengangguran di sektor pertanian, rendahnya tingkat kesejahteraan petani, besarnya kemiskin-an pada keluarga petani dan besarnya angka pe-ngangguran tidak kentara pada keluarga tani. Salah satu penyebab rendahnya kontri-busi sektor pertanian terhadap perolehan angka PDRB Kabupaten Sragen adalah tingginya tenaga kerja buruh pertanian sebesar 113.869 orang, sebagian besar 74.589 orang berstatus sebagai tenaga kerja tidak dibayar, yang ke-banyakan adalah para pekerja yang berasal dari 52.666 KK Miskin (Laporan Dinas PKBM, 2007). Tenaga kerja demikian merupakan tenaga kerja penangguran tidak kentara (Disguise unemploy-ment).

Permasalahan Pembangunan peternakan, bukan hanya peningkatan produksi (aspek tek-nis) saja, tetapi bagaimana cara untuk meng-hasilkan produk dan jasa secara efisien pada taraf produksi tertentu (segar, beku, olahan atau hasil industri), bukan hanya untuk mening-katkan daya beli melalui efisiensi produksi serta harga produk murah, jumlah pembeli meningkat, tetapi tujuan akhirnya adalah meningkatkan tingkat penghidupan dan kesejahteraan peternak dengan cara meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu, maka strategi pokok pembangunan peternakan perlu diarahkan sebagai : 1. Peningkatan usaha dan industri biologi peter-nakan. 2. Pengembangan kelembagaan di tingkat pe-tani peternak 3. Pengembangan wilayah usaha berdasarkan komoditas ternak unggulan (One village one product). 4. Pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan. 5. Pengembangan teknologi / bioteknologi tepat guna yang ramah lingkungan. 6. Pendukung sistim ketahanan pangan Nasional yang berasal dari produk peternakan. 7. Optimalisasi pemanfaatan sekaligus peng-amanan dan perlindungan terhadap sumber daya alam. Strategi ini, dilaksanakan sesuai dengan prakarsa dari masyarakat peternak, sehingga operasionalisasi, pemeliharaan dan pilihan ke-giatan merupakan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Peternak sebagai subjek pada tingkat usaha budidaya usahatani ternak (on-farm agribusiness), harus didorong pada tingkat usaha tani ternak yang lebih (off-farm agribusiness) dalam kegiatan pengolahan, pemasaran pada masa yang akan datang. Hal ini karena nilai tambah (added value) pada tingkat budidaya usahatani ternak ternyata lebih rendah dibanding dengan usaha di luar budidaya usahatani ternak.

a. Kebijakan
Adanya kenyataan bahwa peme-rintah masih sering mengijinkan impor sapi potong, daging sapi, paha ayam, bubur by product ayam serta adanya produk produk peternakan ilegal yang masuk ke Indonesia, mengakibatkan para

peternak sapi potong dan ternak ayam broiler banyak menemui kesulitan yang tiada berujung berakhir. Selanjutnya program Kredit Ketahan-an Pangan (KKP) yang telah diupayakan Departemen Pertanian untuk mendorong laju kegiatan investasi di bidang peternakan, ternyata dana tersebut tidak dapat disalurkan oleh perbankan pelaksana secara ketentuan yang semestinya, dengan berbagai alasan. Kesulitan pada peternakan unggas makin bertambah parah dengan adanya kasus Flu Burung yang berkepanjangan dan belum dapat teratasi, yang menyebabkan semakin banyak memuncukan adanya per-aturan pelarangan pemasaran produk ayam dan unggas lain antar daerah, telah menye-babkan stok produksi menumpuk dan berlim-pah di daerah sentra produksi tertentu, sehingga berdampak terhadap harga jual produk menjadi terpuruk. Kompensasi kerugian akibat Flu Burung yang pernah dijanjikan pemerintah untuk mempertahankan investasi perunggas-an di Indonesia, ternyata tidak dapat ter-realisasi secara baik bahkan menjadi bermasalah. Sementara itu, anggaran pemba-ngunan peternakan yang disediakan Pe-merintah melalui Departemen Pertanian sangat tidak memadai untuk membiayai pelaksanaan pembangunan pada sektor per-tanian. Sehingga secara keseluruhan petani peternak menghadapi kesulitan untuk mempertahankan investasi dengan tidak menda-pat solusi pelayanan yang cepat dan tepat dari pemerintah.

b. Operasional
Terbatasnya anggaran Pemerintah dan tidak dapat tersalurnya dana crash programme dari perbankan pelaksana untuk mendorong kegiatan investasi agribisnis pe-ternakan, menarik perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sragen untuk mengalokasikan dana pinjaman lunak dengan persyaratan mudah dan pelayanan cepat bagi masyara-kat peternak. Melalui

Badan Layanan Umum (BLU), sebagian kesulitan permodalan dari para peternak dapat sedikit terobati. Namun pada pelaksanaannya, per-mintaan dana pinjaman dari masyarakat terakumulasi sangat besar, sehingga ba-nyak yang tidak dapat dilayani. Peluncuran dana ini, sebenarnya bertujuan untuk me-ningkatkan investasi dan kesejahteraan peternak, mewujudkan peternak yang professional dan unggul dalam persaingan. Tetapi kenyataan di lapangan, ter-nyata masih juga didapati adanya kemacetan pengembalian pinjaman, meskipun persen-tasinya kecil.

c. Kelembagaan dan Institusi di Daerah


Dalam menjalankan kegiatan bisnis peternakan, para pengusaha sering dilanda berbagai jenis penyakit, dari penyakit yang sederhana sampai penyakit yang sangat komplek, yang dapat mengganggu atau bahkan dapat mematikan usaha. Terdapat tujuh macam penyakit yang sering dialami peternak kecil : (1) Hanya ada satu pembeli produk (Tuli), (2) Menjual produk secara ceroboh dan tele-dor (Mencret), (3) Menjual produk dalam keadaan mentah (Muntah), (4) Kurangnya pemasok sapronak (Kurap), (5) Barang yang dihasilkan tunggal dan ke-tinggalan jaman (Batuk). (6) Kemampuan peternak yang kurang te-rampil (Kutil), dan (7) Campur aduk antara usaha dengan ke-giatan keluarga (Campak). Berbagai permasalahan yang ditemu-kan pada kemitraan usaha kecil dan mene-ngah peternakan tersebut, dapat digolong-kan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Masalah Pemasaran : Satu pembeli (Tuli), Menjual produk secara ceroboh dan teledor (Mencret) dan Menjual produk secara mentah (Muntah). Banyak

dihadapi oleh para pengusaha Ternak ayam ras potong di Kabupaten Sragen. Belum ada organi-sasi peternak yang mewadahi berbagai kepentingan para peternak. Para meter-nak berusaha sendiri-sendiri, tanpa ber-hubungan satu dengan yang lainnya. 2. Masalah Produksi : Banyak peternak kecil yang ha-nya memiliki satu pemasok sara-na produksi ternak (Sapronak). Penyakit demikian disebut kurang pemasok (Kurap). Bahkan, dalam kemi-traan ayam ras potong, dengan satu pe-masok sapronak sekaligus menjadi satu-satunya pembeli produknya. Dengan demikian masalah yang dihadapi peter-nak adalah tidak mampu menentukan harga pembelian dan kualitas sapronak dan juga tidak mampu menentukan har-ga jual produknya. Biasanya juga hanya memproduksi satu produk dan sudah ketinggalan zaman. 3. Masalah Organisasi : Banyak peternak kecil yang memasuki bisnis peternakan dengan tanpa ke-terampilan yang memadai, atau dengan keterampilan yang sangat terbatas, dan terus dipertahankan selama menjalan-kan usahanya. Penyakit ini sering di-alami oleh para peternak kecil yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan, dengan ciri-ciri kepemilikan ternak yang sedikit, cara budidaya yang sederhana dan tidak disertai perhitungan laba rugi secara cermat. Mereka tidak mau mengembangkan usahanya, tidak mengalami kemajuan,bahkan lebih cepat mengalami kebangkrutan. Pada saat ini, jumlah kelompok tani di Kab. Sragen tercatat sebanyak 179 Kelompok Pemula, 755 Kelompok lanjut, 317 Ke-lompok Madya dan 43 Kelompok Utama (Bappeluh, 2007). Sedangkan jumlah Koperasi sebanyak 982 buah (Disperin-dagkop, 2007). Adanya berbagai kemu-dahan pendirian koperasi, menyebabkan banyak koperasi yang hanya berorien-tasi untuk mengejar pinjaman

modal dari pemerintah, sedangkan kekuatan modal internal koperasi sering kurang menda-pat perhatian para pendirinya.Keadaan ini berakibat pada rendah dan kurang-nya peran kelompok tani dan koperasi di Kab.Sragen peternak. 4. Masalah Keuangan : Penyakit yang paling parah dan banyak dijumpai pada peternak kecil adalah penyakit campur aduk keuangan per-usahaan dengan keuangan keluarga (Campak). Tidak ada pemisahan antara urusan perusahaan dan urusan keluar-ga, baik yang menyangkut keuangan, tenaga kerja maupun pengambilan ke-putusan. Dalam masalah keuangan, pe-ternak membeli keperluan keluarga dengan menggunakan uang perusaha-an. Keadaan ini membuat kesulitan dalam mengontrol keuangan perusahaan dan menjadi contoh tidak baik bagi karyawan perusahaan. G. SOLUSI MASALAH Kenyataan bahwa jumlah waktu yang ter-serap dalam kegiatan agribisnis peternakan ber-hubungan nyata dengan jumlah anggota keluar-ga yang ikut aktif mengelola usaha dan adanya keterbatasan luas lahan yang digarap, mengterhadap upaya penguatan posisi tawar

indikasikan bahwa para peternak belum efektif dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu. So-lusi untuk mengatasi masalah tersebut, adalah penggunaan

tenaga kerja dari keluarga petani dapat ditingkatkan efektifitasnya dengan memberikan inovasi - inovasi dan mendorong inves-tasi pada kegiatan : a. Investasi agribisnis di sektor Hulu (Upstream Agribusiness) : Pengembangan perbibitan berbagai jenis ternak, untuk mencukupi kebutuhan bibit setempat maupun daerah sekitarnya.

Peningkatan fasilitas pelayanan kepada Masyarakat peternak : penambahan pos pelayanan IB dan kesehatan ternak, sarana transportasi pelayanan dan insentif yang lebih menarik bagi petugas.

Rekayasa dan inovasi teknologi peng-olahan pakan ternak. Kerjasama kemitraan pemasaran pakan ternak Materi Feed , untuk menjamin kepastian usaha budidaya ternak sapi, kambing dan domba di seluruh wilayah Sragen.

b.

Investasi agribisnis di sektor Budidaya (Onfarm Agribusiness) : Memberikan kemudahan pinjaman mo-dal usaha budidaya ternak. Menambah jumlah ternak yang telah di-usahakan petani. Memberikan petunjuk besaran skala mini-mal usaha budidaya ternak, agar peng-hasilan peternak minimum sama dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar Rp. 607.500,00 per tenaga kerja produktif per bulan. Menganjurkan peternak Sragen untuk menjalin kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan menengah maupun dengan perusahaan peternakan skala be-sar, untuk menjamin kelangsungan ber-usaha.

c.

Investasi agribisnis di sektor Hilir (Down-stream Agribusiness) : Pengolahan Pangan asal Ternak (Da-ging, Telur dan Susu) Pengolahan By Product Peternakan : Tulang, Kulit, bulu dan Tanduk. Pengolahan Kotoran Ternak : Bio gas, Industri Pengolahan Pupuk Kompos dan Pengolahan Urine ternak. Dukungan Research and Development (R & D).

Standarisasi Produk dan Quality Controll (QC). Dukungan fasilitas pemasaran dan per-dagangan yang baik. Untuk mencapai maksud tersebut, di-perlukan adanya kebijakan

pembangunan eko-nomi yang lebih memfokuskan pada strategi pertumbuhan ekonomi daerah, yang disertai dengan berbagai upaya peningkatan investasi di

bidang Peternakan

dan

penerapan

teknologi yang

mengutamakan

pemberdayaan tenaga kerja pertanian, dipandang sebagai langkah pendekatan yang paling efektif dan efisien untuk lebih meningkatkan tercapainya output produkti-vitas kinerja daerah dan KERJA masya-rakat Sragen. G. ETOSkesejahteraan PROFESSIONAL

Peningkatan kualitas sumber daya manusia, harus dimulai dengan merealisasi dan meningkatkan etos kerja professional dari para pelaku budaya kerja suatu organisasi Pemerin-tah dan organisasi

kemasyarakatan yang ada. Karena budaya organisasi yang baik dan kuat akan mampu menciptakan suatu suasana kerja yang produktif dan kondusif dengan produktivi-tas kinerja yang tinggi serta mampu menghadir-kan citra Spirit of Succes bagi setiap pelakunya. Sehingga apabila dicermati lebih men-dalam, dapat dikatakan bahwa tinggi-rendah-nya etos kerja suatu masyarakat merupakan masalah ada tidaknya struktur ekonomi, sosial maupun politik yang mampu memberikan insentif bagi setiap orang untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. Sikap-sikap yang mencerminkan adanya etos kerja adalah efisiensi, kerajinan, kerapihan, sikap tepat waktu, kesederhanaan, kejujuran, sikap mengikuti resiko dalam mengambil ke-putusan dan tindakan, kesediaan untuk ber-ubah, kegesitan dalam mengambil atau mem-pergunakan kesempatan yang datang, sikap be-kerja secara energitik, sikap bertumpu pada diri sendiri, sikap mau bekerja sama dan kesediaan memandang wawasan jauh ke depan. Apabila etos kerja dapat diterapkan secara kontinyu dalam rentang waktu yang panjang, maka secara psikis terbentuklah ke-biasaan kerja yang mapan, yang pada gilirannya menjadi ciri khas kelompok tersebut. Proses ini, akhirnya

membentuk karakter bekerja para anggota suatu organisasi. Etos kerja yang dibutuhkan untuk sukses dan menjadi pemenang dalam persaingan global adalah etos kerja professional.

H. PROSPEK AGRIBISNIS PETERNAKAN Adanya keterbatasan anggaran Peme-rintah dan sulitnya mengakses dana pinjaman permodalan dari perbankan umum, semestinya pemerintah sudah saatnya mempertimbangkan pendirian Lembaga Keuangan Perbankan Pertanian, yang secara khusus diarahkan untuk melayani permodalan dan investasi kegiatan agribisnis pertanian secara luas. Keberadaan perbankan ini sangat penting, karena dengan adanya akumulasi modal tersebut akan dapat lebih mendorong masyarakat peternak menuju industri biologi peternakan maju, yang dapat memperlancar kegiatan produksi dan peningkat-an produktivitas daerah dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan produktivitas daerah dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan investasi Agribisnis Peternakan di Kab. Sragen tersebut, sangat diyakini dapat membuka la-pangan kerja baru untuk pemberdayaan tenaga kerja penganggur, yang secara sinergi dan terfokus pada upaya mewujudkan kemakmuran rakyat. Beberapa aspek yang terangkat dari dampak pelaksanaan kegiatan ini antara lain adalah meningkatnya kesejahteraan Masyarakat Peternakan Sragen dan daerah di sekitarnya serta adanya peningkatan kemampuan ekonomi dan penguasaan teknologi yang ramah ling-kungan, seiring dengan pelaksanaan berbagai kegiatan agribisnis peternakan. Dampak lain yang tercakup dari pelak-sanaan kegiatan pembangunan peternakan melalui pengembangan investasi agribisnis peternakan di Kab. Sragen adalah munculnya multiplayer effects positif terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), mening-katnya kemampuan ekonomi dan penguasaan

teknologi serta semakin menurunnya angka kemiskinan penduduk. Realisasi pembangunan peternakan selama ini, sangat diyakini mampu meningkatkan eliminasi berbagai kemungkinan faktor pemicu munculnya bahaya Impending disaster ditengah-tengah masyarakat Sragen. Kondisi demikian dapat terwujud sebagai dampak dari semakin membaiknya kinerja dan produktivitas Pemerintah Daerah dan Masyara-kat Sragen, sehingga mampu menurunkan angka pengangguran tenaga kerja, terwujudnya keberhasilan peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan kemakmuran yang semakin dapat dirasakan dan dinikmati rakyat Sragen secara adil. Untuk itu, maka kebijakan pengurangan pengangguran tenaga kerja, pengurangan ang-ka kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan investasi agribis-nis peternakan ke depan perlu dirancang agar mampu berperan paling depan dalam mencipta-kan Kabupaten Sragen Sehat. Kab. Sragen sehat dan ASRI yang bernuansakan agribisnis peternakan professional serta didukung adanya Masyarakat sejahtera, kondisi lingkungan bisnis dan investasi yang semakin mantap, kondusif dan terkendali, merupakan dambaan seluruh masyarakat Sragen dan telah lama dinanti - nantikan kehadirannya. Sragen, Agustus 2008. Penyusun

Ir. AGUS PURWANTO, MM.

Pembina Tingkat I NIP. 500 085 886

Você também pode gostar