Você está na página 1de 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok. ( http://metlit.com) Lebih dari 70.000 artikel telah membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau berbahaya bagi kesehatan. Artikel ilmiah itu membuktikan bahwa konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau berdampak serius pada kesehatan, antara lain mengakibatkan penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lain, penyakit jantung, penyakit saluran pernafasan kronik dan kelainan kehamilan. Adanya selang waktu 20-25 tahun antara mulai merokok dan akibat ditimbulkannya penyakit, menyebabkan dampak tersebut tidak disadari. ( gizi.net ) Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta di antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok saat ini adalah 4 juta jiwa setiap tahun. Menurut badan kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok 2,1% meningkat setiap tahunnya. Di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok

pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% . (http://metlit.com) WHO: Setiap Menit 60 Orang Meninggal Akibat Rokok Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Departemen Kesehatan (Depkes) RI membantah keras mengenai pernyataan riset tentang dampak tembakau terhadap kesehatan belum tuntas. Hal itu terungkap dalam data WHO dalam laporannya untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2004 yang diterima Antara di Jakarta, Senin. ( gizi.net ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2020, di dunia diperkirakan rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang menewaskan lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya. (http://Library.usu.ac.id) Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO 1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita muda (young females). Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita penyakit akut akibat merokok Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung, dan gangguan peredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa ''Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah

serta bisa menimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).'' (http://metlit.com) RS. Khusus Jantung, Yayasan Jantung Indonesia, Cabang tama Sumbar, Jalan Khatib Sulaiman, Padang, Sumatera Barat telah membuka poliklinik stop merokok dan obesitas pertengahan tahun 2008 lalu, "Yang berobat disini adalah pasien yang dirawat disini yang mengalami penyakit jantung akibat merokok dalam satu bulan rata-rata pasien ada sekitar 450 orang, kebanyakan mereka berhenti merokok setelah mendapat penyakit jantung," katanya. Poliklinik stop merokok dan obesitas adalah satu-satunya yang ada di Sumatera Barat. Dari data yang dirangkum sejak tahun 1998 ke bawah jumlah persentase merokok di Sumatera Barat tinggi ada sekitar 80 persen yang merokok, dari 100 orang ada sekitar 87 orang merokok, dan persentase merokok dari tahun 1998 sampai tahun 2009 terjadi penurunan jumlah yang merokok dari 100 orang, yang merokok hanya 37 orang selebihnya tidak merokok.

(http://news.okezone.com) Kota Solok terdiri dari 2 kecamatan yaitu, kecamatan Tanjung Harapan dan kecamatan Lubuk Sikarah. Jumlah remajanya yang paling banyak yaitu Di kecamatan Tanjung Harapan. Kelurahan Koto Panjang berada di wilayah kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok. Berdasarkan profil Kelurahan Koto Panjang Kec. Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2008, jumlah remaja yang menetap di Kelurahan Koto Panjang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL I Jumlah Remaja di Kelurahan Koto Panjang Berdasarkan Profil Kelurahan Koto Panjang Kota Solok Tahun 2008 Umur Jumlah 12 tahun 47 13 tahun 53 14 tahun 49 15 tahun 51 16 tahun 56 17 tahun 52 18 tahun 33 19 tahun 37 20 tahun 31 21 tahun 39 Jumlah 448

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah remaja di Kelurahan Koto panjang berjumlah 448 orang. Berdasarkan kategori remaja, remaja awal (1215th) berjumlah 200 orang, remaja tengah (15-18 th) berjumlah 141 orang, remaja akhir (18-21 th) berjumlah 107. Jumlah remaja yang paling banyak berdasarkan kategori remaja yaitu remaja awal. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara pada hari selasa, 23 Desember 2008 terhadap 10 orang remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang 8 orang remaja mengatakan bahwa sudah pernah merokok bahkan telah terbiasa mengkonsumsi rokok. 3 orang remaja mengatakan merokok dengan alasan orang tua mereka juga merokok dan tidak ada larangan dari orang tua untuk merokok. 3 orang remaja mengatakan merokok karena diajak teman, 2 orang remaja mengatakan merokok karena melihat orang disekitar mereka merokok dan berusaha menirunya. 2 orang remaja mengatakan sudah mulai batuk-batuk karena mengkonsumsi rokok.

Disini kita bisa melihat di samping Koto Panjang merupakan Kelurahan yang paling padat penduduknya yaitu 2.041 orang dengan luas pemukiman 20,00 ha, dan dekat dengan pasar serta besarnya pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja ke arah negatif, karena remaja akan cenderung meniru perilaku yang dilihat disekitarnya. Salah satunya dalam hal merokok yang dimulai sejak awal mereka menginjak masa remaja. Subanada dalam Soetjiningsih mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja diantaranya : Faktor

psikologis/kepribadian ( stress, rasa bosan, rasa ingin tahu), Faktor biologis ( keturunan, jenis kelamin dan umur ), Faktor lingkungan ( orang tua, saudara kandung, teman sebaya ), faktor regulatori. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada empat variabel yaitu dukungan keluarga, dukungan teman, jenis kelamin dan umur. Berhubung karena keterbatasan biaya dan waktu penelitian. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kec.Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2009.

1.2 Perumusan masalah Banyaknya remaja yang merokok dan sangat besarnya dampak merokok dan belum diketehuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku remaja terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009? 1.3.2 Apakah ada hubungan antara dukumgan teman dengan perilaku remaja terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009? 1.3.3 Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku remaja terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009? 1.3.4 Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku remaja terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahui distribusi frekuensi remaja yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.2 Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.3 Diketahui distribusi frekuensi dukungan teman pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.4 Diketahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

1.4.2.5 Diketahui distribusi frekuensi umur pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.6 Diketahui hubungan antara Dukungan keluarga dengan perilaku remaja yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.7 Diketahui hubungan antara Dukungan teman dengan perilaku remaja yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.8 Diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku remaja yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 1.4.2.9 Diketahui hubungan antara umur dengan perilaku remaja yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Bagi peneliti itu sendiri merupakan pemenuhan tugas dalam menyelesaikan Pengetahuan studi dalam Keperawatan sekaligus menambah wawasan mengolah, Ilmu dan

mempersiapkan,

mengumpulkan,

menginformasikan data temuan. 1.5.2 Bagi Remaja Remaja dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan rokok dan dampak negatif dari perilaku merokok yang bisa menjadi acuan bagi remaja untuk tidak merokok. 1.5.3 Instansi Kelurahan Sebagai gambaran bagi Instansi Kelurahan mengenai perilaku merokok pada remaja, sebagai bahan acuan untuk mengurangi perilaku merokok bagi

remaja selanjutnya, sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah di terapkan di Kelurahan bagi remaja, sebagai landasan untuk pelaksanaan program Incidental / program Extra yang membahas mengenai masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja. 1.5.4 Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini di harapkan dapat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku merokok pada anak anak remaja dan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian di masa yang akan datang.

1.6 Ruang Lingkup Pada penelitian ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kec. Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2009, dimana variabel akan diteliti adalah dukungan keluarga,dukungan teman,jenis kelamin dan umur. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok dengan jumlah yaitu 448 orang dan jumlah sampel 82 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik simple random sampling. Penelitian ini direncanakan pada tanggal 5 mei s/d 30 mei 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. (http://anti-rokok.com) Rokok adalah racun yang dapat menyebabkan gejala yang sangat fatal bila tidak dihentikan.Kebiasaan merokok selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi kepribadian .Perokok biasanya berkepribadian yang keras dan apabila tidak merokok sekali saja maka kelakuaannya semakin menjadi-jadi. 2.1.2 Bahaya rokok Bahaya rokok bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok adalah : (dalam bahaya-merokok-bagi-kesehatan.html) 1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb. 2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.

3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas. 4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa. 5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker. 6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.

10

2.1.3

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Rokok Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok

tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 racun kima berbahaya. Hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan dari rokok. (prilaku-merokok-pada-remaja-Smp.html) Beberapa penyakit tersebut antara lain : a. Penyakit Paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanker paru terjadi pada perokok (Basyir 2005).

11

b. Penyakit jantung koroner Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner. c. Impotensi Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok. d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya

12

kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Basyir 2005). e. Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh. f. Mengancam kehamilan

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.

2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere

(kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadidewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saatini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,

13

melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998). Sedangkan menurut Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan 1821 tahun adalah masa remaja akhir. 2.2.2 Ciri Ciri Masa Remaja

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola

14

perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu : a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap

penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

15

rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka

menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan. Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu : 1. Remaja awal (12-15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahanperubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat

16

tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. 2. Remaja madya (15-18 tahun) Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya. 3. Remaja akhir (18-21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian : a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting,

17

periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan. 2.2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Havighurst (dalam Hurlock, 1999) menyatakan tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah : 1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karir ekonomi. 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 8. Memperoleh perangkat nilai dan sisitim etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Hurlock (1999) menyatakan ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Faktor-faktor

yangmenghalanginya adalah : 1. Tingkat perkembangan yang mundur. 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya. 3. Tidak ada motivasi.

18

4. Kesehatan yang buruk. 5. Cacat tubuh. 6. Tingkat kecerdasan yang rendah. Faktor-faktor yang membantu penguasaan tugas-tugas perkembangan : 1. Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselarasikan. 2. Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam

perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya. 3. Motivasi. 4. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh. 5. Kreatifitas. 2.2.4 Perubahan Sosial Pada Masa Remaja Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah (dalam Hurlock, 1999) : 1. Teman dekat Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain. 2. Kelompok kecil Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya, terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

19

3. Kelompok besar Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya. Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka. 4. Kelompok yang terorganisasi Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan social para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. 5. Kelompok geng Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

2.3 Perilaku Merokok 2.3.1 Perilaku Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yan tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping

20

aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional dan kognitif. 2.3.2 Pengertian Perilaku Merokok Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. Poerwadarminta (1995)

mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat

21

bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya (Levy, 1984). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. 2.3.3 Tipe Perilaku Merokok Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu : 1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Halhal ini menimbulkan minat untuk merokok. 2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. 3. Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

22

Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1.Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadin (2002) menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi : 1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). 2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Silvan & Tomkins (Mutadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah: 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. a. Pleasure relaxation, Perilaku merokok hanya untuk menambah atau

23

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Simulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. 2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja diantaranya : Faktor psikologis/kepribadian ( stress, rasa bosan, rasa ingin tahu),

24

Faktor biologis ( keturunan, jenis kelamin dan umur ), Faktor lingkungan ( orang tua, saudara kandung, teman sebaya ), faktor regulatori. 1. Pengaruh Orang Tua Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua( Single Parent ). Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri. Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004). Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk

merokok.(http://metlit.com)

25

Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikan kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga. 2. Pengaruh Teman Sebaya Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti karena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menjalankan peran dan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung menjadi anggota kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, minat dan penampilan remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock 1993). Friedman Kekuasaan yang dkk dalam hurlock anggota 1993 kelompok mengungkapkan hampir :

mempengaruhi

menuntut

pengawasan mutlak dari anggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa

26

mereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat yang lebih parah. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin benyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok. Kurniawati (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk semakin menjadi perokok. 3. Jenis Kelamin Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial cakap. Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005).

27

4. Umur Smet ( dalam Komasari & Helmi, 2000 ) menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11 13 tahun dan pada umumnyaindividu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Data WHO jugasemakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok (Tandra, 2003). Bahkan menurut data pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey ( GYTS ) dari2074 responden pelajar Indonesia usia 15 20 tahun, 43,9% ( 63% pria ) mengaku pernah merokok. (http://Library.usu.ac.id) Secara psikologis remaja usia 12-16 tahun berada pada tahapan perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun negatif (Kartono, 1995).

28

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep Penulis mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Subanada dalam Soetjiningsih, dalam penelitian ini penulis mencoba memfokuskan penelitian mengenai dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, jenis kelamin dan umur yang dihubungkan dengan perilaku merokok pada remaja. Variabel Independent Variabel Dependent

Dukungan keluarga Dukungan teman sebaya Jenis Kelamin Umur Perilaku merokok pada remaja

3.2 Definisi Operasional


N o Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

Variabel dependent Perilaku Seseorang Wawancara merokok pada dikatakan remaja sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurangkurangnya selama 1 tahun.

kuesioner

Ordinal

Perokok ringan : 1-4 btg/hari Perokok sedang : 5-14 btg/hari Perokok berat: 15 btg/hari Tidak merokok

29

Variabel Independent 2 Dukungan keluarga Dorongan atau Wawancara stimulus yang diberikan oleh anggota keluarga kepada remaja untuk melakukan kegiatan merokok kuesioner Ordinal Ya : jika anggota keluarga ada yang merokok serta tidak ada larangan Tidak : jika keluarga tidak ada yang merokok serta ada larangan

Dukungan teman

Dorongan atau Wawancara stimulus yang diberikan oleh anggota kelompok sepermainan kepada remaja untuk melakukan kegiatan merokok Identitas dimiliki remaja laki-laki perempuan yang Wawancara oleh yaitu dan

kuesioner

Ordinal

Ya : jika ada dorongan untuk merokok Tidak : jika tidak ada dorongan untuk merokok

Jenis Kelamin

kuesioner

Nominal

Laki-laki Perempuan

Umur

Usia seseorang Wawancara mulai dari lahir sampai sekarang

kuesioner

Ordinal

Remaja awal : 12-15 th Remaja tengah/madya: 15-18 th Remaja akhir : 18-21 th

30

3.3 Hipotesa Hipotesa adalah jawaban sementara atau dalil sementara dari suatu penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (notoatmodjo,72,2002). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan teman dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

31

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah analitik yang mana akan meneliti hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan desain cross-sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel yang akan diteliti baik variabel independen maupun variabel dependen akan dikumpulkan pada saat yang sama. (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:142)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok pada tanggal 5 Mei 30 Mei 2009.

4.3 Jenis Data dan Sumber Data 4.3.1 Jenis data

4.3.1.1 Data kualitatif Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel. Misalnya, baik-sedang-kurang, baik-tidak baik, tinggi-sedang, ya-tidak dan sebagainya. (Soekidjo notoadmodjo, 2005:185) Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga, dukungan teman, jenis kelamin dan umur.

32

4.3.1.2 Data kuantitatif Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif. (Soekidjo notoadmodjo, 2005:185). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu jumlah remaja dan data merokok pada remaja. 4.3.2 Sumber Data

4.3.2.1 Data Primer Data Primer adalah semua data yang diperoleh langsung dari wawancara peneliti dan responden tentang dukungan keluarga, dukungan teman, jenis kelamin, umur dan perilaku merokok pada remaja. 4.3.2.2 Data Sekunder Data sekunder adalah : semua data yang diperoleh dari kantor kelurahan serta instansi lainnya tentang jumlah remaja.

4.4 Populasi dan Sampel 4.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok yang berjumlah 448 orang. 4.4.2 Sampel Sampel adalah : sebagian objek penelitian yang mewakili populasi Tekhnik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus :

33

N 1 N (d 2 )

Keterangan : n : Besar Sampel

N : Besar Populasi D : Tingkat Kepercayaan/ Ketetapan yang diinginkan (Sukidjo Noto Admodjo : 2002 : 92) Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : n =
N 1 N (d 2 )
448 1 448 (0,12 )

n =

n =

448 1 4,48
448 5,48

= 81,75 = 82 Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang. Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan kriteria sampel sebagai berikut : dengan kriteria sampel sebagai berikut : 1. Bersedia menjadi responden 2. Bisa diajak berkomunikasi 3. Bisa tulis baca 4. Bertempat tinggal di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok

34

4.5 Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik Pengumpulan Data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan wawancara pada responden dimana responden diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan untuk dukungan keluarga dan dukungan teman dalam merokok, jenis kelamin serta umur.

4.6 Tekhnik Pengolahan dan Analisa 4.6.1 Tekhnik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, data diolah secara manual dengan langkahlangkah sebagai berikut : 4.6.1.1 Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang dijawab responden melalui wawancara. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. 4.6.1.2 Coding Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden ke dalam kategori-kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode yang berbentuk angka pada masing-masing pertanyaan. Jawaban Ya diberi nilai 1 (satu) dan jawaban Tidak diberi nilai 0 (nol) untuk aspek dukungan keluarga dan dukungan teman.

35

4.6.1.3 Tabulasi Tabulasi adalah pekerjaan mebuat tabel jawaban-jawaban yang sudah diberi kode, kategori jawaban kemudian dimasukkan ke dalam tabel distisusi frekuensi. (Cholid Narbuko : 2001 : 153) 4.6.2 Tekhnik Analisa Data

4.6.2.1 Analisa Univariat Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:188). Seluruh variabel yang digunakan dilakukan tabulasi frekuensi baik variabel independen maupun variabel dependen dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Mean (X ) Keterangan :
X : Nilai rata-rata

Xi
n

: Sigma Xi : Jumlah nilai yang diobservasi n : Jumlah responden

4.6.2.2 Analisa Bivariat Analisa Bivariat yang di lakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:188). Dalam penelitian ini akan dilakukan uji statistik yaitu uji Chi-Square dengan menggunakan komputerisasi yaitu program SPSS dengan melihat nilai p. jika p < 0,05 maka secara statistik disebut bermakna jika p > 0,05 maka secara statistik disebut tidak bermakna

36

4.7 Pertimbangan Etik Dalam melakukan penelitian ini peneliti turut mempertimbangkan faktorfaktor etika sebuah informen consent atau surat persetujuan akan diberikan kepada masing-masing responden sebagai tanda kesediaannya terlibat dalam peelitian ini dan juga sebagai jaminan dan perlindungan responden terhadap halhal yang tidak diinginkan.

4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Tahap Pra Penelitian

4.8.1.1 Memilih Lokasi Penelitian 4.8.1.2 Mengurus Izin Penelitian 4.8.1.3 Melakukan Studi Pendahuluan Untuk Mencari Masalah. 4.8.1.4 Menyusun Proposal dan Instrumen 4.8.1.5 Seminar Proposal 4.8.2 Tahap Persiapan

4.8.2.1 Revisi Instrumen Pengumpulan Data. 4.8.2.2 Memperbanyak Instrumen Pengumpulan Data. 4.8.3 Tahap Pelaksanaan

4.8.3.1 Penjelasan Tujuan Pada Responden 4.8.3.2 Penyampaian Informed Consent Pada Responden 4.8.3.3 Pengisian Kuesioner Oleh Responden 4.8.3.4 Mengumpulkan Kuesioner dan Mengecek Kelengkapannya.

37

4.8.3.5 Pengolahan dan Melakukan Analisa Data yang Terkumpul. 4.8.3.6 Pembahasan Hasil Penelitian. 4.8.3.7 Penyusunan Laporan Penelitian 4.8.3.8 Sidang Hasil Penelitian.

38

Você também pode gostar