Você está na página 1de 33

MAKALAH PEDODONSIA

Teknik Sedasi Perawatan Gigi Anak

Disusun Oleh : Herpika Diana ( 04111004013) Ayu permata sari ( 04111004014) Amelia piliang ( 04111004018) Mk. Zahrah ( 04111004021) Rini andriani ( 04111004024) Fitra permata putri ( 04111004042) Widya anggraini ( 04111004056) Putri ajri mawaddara ( 04111004063)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012


1

Bab I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

Walaupun rasa takut dan cemas terhadap perawatan yang diakukan dokter gigi bukan masalah kesehatan yang serius, akan tetapi merupakan hambatan bagi dokter/perawat gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat. Oleh karena itu penanggulangan rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi perlu dilakukakn jalan keluarnya. Rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien gigi baik anak maupun orang dewasa. Perasaan ini seringkali menjadi penyebab seseorang menghindar dari perawatan gigi. Kecemasan sering memicu anak menjadi tidak kooperatif terhadap perawatan gigi sehingga waktu perawatannya lebih lama dan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa survei memperlihatkan bahwa sebagian besar populasi umum menghindari kunjungan rutin ke dokter gigi karena meraka takut. Dari sampel tersebut 58% mengatakan bahwa sebagian alasannya adalah karena mereka takut pada dokter gigi. .Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya rasa takut dan cemas timbul akibat perawatan gigi semasa kanak-kanak. Oleh karena itu perlu diperhaikan bahwa pencegahan terhadap timbulnya rasa takut dan cemas harus dimulai pada anak-anak. Dengan demikian dokter/perawat gigi cukup berperan dalam usaha pencegahan rasa takut dan cemas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi, maka dikembangkan pula penemuan dan teknik dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan dalam praktek dokter dan salah satunya teknik sedasi.

Sedasi merupakan salah satu teknik yang sering dilakukan dokter gigi dalam menangani kecemasan pasien. Terdapat beberapa teknik pemberian sedasi yaitu melalui oral, rectal, intranasal, intravena, dan intramuskular. Berdasarkan hal tersebut diatas maka kami mengkaji tentang peranan teknik sedasi dalam mengatasi kecemasan pasien anak dalam perawatan kedokteran gigi. Sehingga dalam perawatan gigi anak tidak lagi timbul rasa cemas dan takut yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi anak. II. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan bahwa Bagaimanakah peranan fungsi teknik sedasi dalam mengatasi kecemasan pasien anak pada perawatan gigi anak?

III. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui peranan fungsi teknik sedasi dalam mengatasi kecemasan pasien anak pada perawatan gigi anak. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui sikap dan perilaku anak terhadap keberhasilan perawatan gigi anak. b. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi teknik sedasi.

Bab II PEMBAHASAN A. Definisi Sedasi Pasien anak memerlukan pendekatan yang khusus sehubungan dengan perkembangan jiwanya dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat dengan baik terutama untuk anak yang kurang koperatif. Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama untuk penanggulangan prilaku anak. Dokter gigi harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan sebahagian anak yang berusia tiga tahun atau lebih. Kunci keberhasilan dokter gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah pada kemampuannya untuk berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan pada diri anak tersebut. Komunikasi dengan anak akan bertambah baik apabila dokter gigi mengetahui tingkat perkembangan diri psikologi anak. Cara pendekatan anak pada perawatan gigi yaitu : i. ii. iii. iv. v. vi. komunikasi modeling desensitisasi home reinforcement sedasi

Pada umumnya sedasi sangat efektif pada anak-anak yang benar-benar penakut tetapi mengerti pentingnya perawatan gigi dan mau ditolong. Sedasi berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang. Walaupun demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide dapat menyebabkan analgesik terhadap sedasi, tetapi analgesik tidak selalu diperlukan. Perlu diketahui bahwa pasien yang diberi penenang sadar dan mempunyai refleks normal seperti refleks batuk. Sebab sedasi dapat diberikan oleh dokter gigi yang hendak melakukan perawatan gigi pada pasien dimana anastesi tidak boleh diberikan.

Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari sistem saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan, kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga.berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkan pasien dapat dipertahankan jalan napas dan refleks protektif. Telah disarankan suatu konsep 'sedasi dalam', akan tetapi definisi terhadap hal ini belum jelas. Mungkin lebih sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi. Selain itu Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen farmakologik untuk menghasilkan depresi tingkat kesadaran secara cukup sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan komunikasi verbal. The American Society of Anesthesiologists menggunakan definisi berikut untuk sedasi : 1. Sedasi minimal Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi obat, pasien berespon normal terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan koordinasi terganggu, tetapi fungsi kardiovaskuler dan ventilasi tidak dipengaruhi. 2. Sedasi sedang (sedasi sadar) Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi kesadaran setelah terinduksi obat di mana pasien dapat berespon terhadap perintah verbal secara spontan atau setelah diikuti oleh rangsangan taktil cahaya. Tidak diperlukan intervensi untuk menjaga jalan napas paten dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga. 3. Sedasi dalam Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi depresi kesadaran setelah terinduksi obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan berespon terhadap rangsangan berulang atau rangsangan sakit.

Kemampuan untuk mempertahankan fungsi ventilasi dapat terganggu dan pasien dapat memerlukan bantuan untuk menjaga jalan napas paten. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.

Dapat terjadi progresi dari sedasi minimal menjadi sedasi dalam di mana kontak verbal dan refleks protektif hilang. Sedasi dalam dapat meningkat hingga sulit dibedakan dengan anestesi umum, dimana pasien tidak dapat dibangunkan, dan diperlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi untuk penanganan pasien. Kemampuan pasien untuk menjaga jalan napas paten sendiri merupakan salah satu karakteristik sedasi sedang atau sedasi sadar, tetapi pada tingkat sedasi ini tidak dapat dipastikan bahwa refleks protektif masih baik. Beberapa obat anestesi dapat digunakan dalam dosis kecil untuk menghasilkan efek sedasi. Obat-obat sedative dapat menghasilkan efek anestesi jika diberikan dalam dosis yang besar Pedoman terbaru dari Department of Health on general anaesthesia and dentistry telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal anestesi, sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi umum. Jika pemilihan pasien dilakukan secara cermat, dan dengan prosedur yang sesuai, penggunaan sedasi bisa sangat berhasil. Semua penggunaan sedasi harus mempunyai Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dan dental staf, perawat dan personil operasi lain dalam departemen ini, yang semuanya harus terlatih dalam aspek teoritis dan klinis tentang sedasi dan masingmasing mengerti jelas tentang peran mereka. Pemakaian sedasi yang aman bertujuan untuk membuat prosedur lebih aman dan meminimalkan resiko terhadap pasien. Ketika sedasi digunakan di luar lingkungan operasi, perlu dipastikan tersedianya fasilitas yang adekuat, peralatan, dan orang yang berkompeten. Beberapa panduan pemakaian telah diperkenalkan untuk mengatasi hal ini. Panduan terkait penggunaan sedasi untuk endoskopi GI, prosedur di bagian darurat, prosedur pembedahan gigi, dan sedasi pada anak-anak merupakan beberapa tema yang diangkat. Kelayakan pasien untuk menjalani prosedur dengan sedasi harus dievaluasi: misalnya pasien dengan masalah jalan napas tidak boleh menggunakan prosedur ini. Fasilitas harus tersedia untuk memonitor kondisi fisiologis seperti saturasi oksigen arterial, dan individu yang melakukan prosedur tidak bertanggungjawab memonitor kondisi pasien pada saat bersamaan. Seorang personel harus dilatih untuk dapat mengenali, dan berkompetensi untuk menangani komplikasi kardiorespirasi, dan peralatan resusitasi harus lengkap dan tersedia secepatnya

Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai 'operator' dan dan orang yang terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat anak selama prosedur, disebut 'sedationist'. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk: 1. 2. 3. 4. Penilaian pra operasi, informasi pra-dan pasca operasi Protokol puasa. Pemberian informed consent. Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. monitoring minimal meliputi tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernapasan, denyut nadi. Jika menggunakan sedasi IV, pengunaan oksimetri nadi merupakan prosedur standar dan pada banyak prosedur lainnya monitoring tekanan darah, capnography, elektrokardiogram dan suhu semakin sering digunakan secara rutin. 5. 6. Fasilitas resusitasi. Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan Advanced life support. 7. 8. 9. Pelatihan keterampilan resusitasi secara reguler. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis. Rekam medis dan audit praktek.

Banyak cara yang dikembangkan untuk menilai nyeri dari raut wajah, warna, tingkatan, dll., tetapi hal ini hanya berupa penilaian subjektif dan memerlukan pengamatan yang cermat. Berbagai sistem penilaiaan telah dikembangkan untuk menilai sedasi pada anak yang diberi ventilasi. Sebagai contoh adalah skor COMFORT yang menilai dari variabel fisiologis, berupa : 1. Kesadaran 2. Denyut jantung 3. Respon respirasi 4. Tekanan rata-rata arteri (mean arterial blood pressure/MABP) 5. Tenang/Cemas 6. Gerakan fisik 7. Tonus otot

8. Raut wajah 9. Terdapat bukti-bukti bahwa analisis dua arah dapat bermanfaat dalam menentukan derajat sedasi dan anestesi. 10. Penilaian berkaitan dengan pemberian analgesia dan sedasi mungkin agak sulit. Sejumlah faktor perlu dipertimbangkan, antara lain: 11. Sumber ketidaknyamanan (misalnya ventilasi) 12. Variasi pada pengukuran fisiologis (Denyut jantung,TD, keringat) 13. Ekspresi wajah dan postur tubuh 14. Perhatian orang tua Sedasi yang ideal adalah : 1. onset cepat 2. waktu paruh singkat 3. dieliminasi dengan baik Syarat pasien: 1. Anak tersebut tidak alaergi terhadap obat yang akan diberikan 2. Saat melakukan sedasi harus telah mendapat persetujuan dari orang tua

B. Indikasi dan kontraindikasi sedasi Indikasi: 1. Anak yang takut tetapi memahami perlunya perawatan dan mau dibantu 2. Anak anak yang kurang kooperatif dan tidak punya alas an rasional dan tidak mau bekerjasama 3. Anak yang kelihatannya tidak akan menanggapi setiap bentuk penjelasan. Kontraindikasi: 1. Pasien menolak / keluarga menolak. 2. Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi, biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga bayinya bisa tidur selama prosedur. Mereka tidak harus dibius.

3. Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena bererisiko terjadinnya depresi pernapasan serta sedasi berlebihan. 4. Gangguan perilaku berat. 5. Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea, abnormalitas kraniofasial. 6. Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi oksigen. 7. Adanya ketidakstabilan jantung yang signifikan. 8. Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat sedasi. 9. Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus. 10. Peningkatan tekanan intrakranial. 11. Epilepsi berat atau tidak terkontrol. 12. Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks). 13. Prosedur lama atau menyakitkan.

C. Obat-Obat Sedasi 1. Golongan Benzodiazepine Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolytik dan hypnotik dan pada tahun 1960-an menggantikan obat barbiturat oral. Agar sediaan parenteral tersedia, mereka terus

mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan. Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu a. midazolam Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol yang mencapai kelarutan air pada pH

Dosis: o Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 g/kg o Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua) o Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j b. diazepam Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan pada awalnya diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi lemak (diazemuls)

ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar. Dosis : o Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi o Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2 mg. o Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang berhenti. Dosis maksimal 20 mg. o Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.

c. Lorazepam Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset yang pelan. Metabolisme oleh glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15 jam dan durasi yang

10

lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai pemberian obat ini. Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih panjang untuk aksi antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa digunakan untuk penanganan serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis 25-30 g/kg (dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain yang tersedia. a. Mekanisme Aksi Benzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada reseptor benzodiazepin, yang mana merupakan bagian dari kompleks reseptor asam g aminobutirik (GABA). GABA merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuronneuron modulasi GABA ergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABAA. Berikatan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini.

11

b. Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan kemampuan reseptor. Dosis midazolam Efek Kemampuan Dosis flumazenil reseptor (%) untuk membalikan 20-25 20-30 25-50 60-90 Dosis rendah

Dosis rendah Antiepilepsi Anxiolisis Sedasi ringan Penurunnan perhatian Amnesia Sedasi kuat Relaksasi otot Dosis tinggi Anestesi

Dosis tinggi

Reseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar yang mempunyai ikatan yang terpisah dengan obat lain yaitu barbiturat, alkohol dan propofol. Ikatan dengan komponen yang lain pada reseptor benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan beberapa obat lain. Efek sinergis ini menunjukan bahaya depresi SSP jika obat digunakan secara bersamaan dan juga menyebabkan efek farmakologi toleransi silang dengan penggunaan alkohol. Hal ini juga konsisten dengan penggunaan benzodiazepin untuk mengatasi gejala timbal balik akut atau detoksifikasi alkohol atau obat-obatan lain. Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati reseptor tapi tidak dapat menyebabkan aktifitas. Senyawa benzodiazepin telah dikembangkan pada reseptor ligand tapi menyebabkan pergerakan terbalik dari agonis, akibatnya terjadi rangsangan pada otak. Senyawa ini juga merupakan antagonis dari flumazenil. Gambaran ini merupakan reaksi berlawanan pada benzodiazepin yang sebelumnya adalah cadangan yang lama dari flumazenil dan merupakan akibat dari eksaserbasi pada

penambahan dosis obat murni. Lebih dari itu dapat menyebabkan kegelisahan seperti pada hipoksemia dan toksisitas anestasi lokal, yang seharusnya hal ini diperhatikan terkebih dahulu.

12

Penggunaan benzodiazepin yang lama menyebabkan penurunan regulasi dari reseptor dan juga terjadi penurunan ikatan dan funsi dari reseptor, pada akhirnya menunjukan peningkatan toleransi. Penggunaan yang lama juga dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik maupun mental, yang walaupun obat ini mempunyai efek adiktif yang rendah dari opiod dan barbiturat. Hubungan timbal balik yang dalam dapat menyebabkan gejala klinik yang sama seperti pada penggunaan alkohol akut, oleh sebab itu dosis benzodiazepin diturunkan secara teratur setelah penggunaan yang lama.Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif terhadap efek dari benzodiazepin dan dosis harus diturunkan secara teratur. c. Efek pada SSP Efek benzodiazepin pada SSP yaitu anxiolysis, sedasi, amnesia dan aktifitas antiepileptik. Anxiolysis terjadi pada penggunaan obat dengan dosis yang rendah dan apabila obat ini digunakan secara efektif untuk pengobatan anxietas yang akut maupun kronik. Efek yang panjang dari obat oral seperti diazepam dan chlordaizepoksid dapat mengobati efek timbal balik dari alkohol akut. Anxiolysis lebih sering terjadi pada saat premedikasi dan pada prosedur yang salah. Efek sedasi terjadi pada ketergantungan dosis yang menyebabkan depresi aktivitas serebral, dan efek sedasi yang ringan pada kemampuan reseptor yang rendah yang sama dengan pada anestesi umum jika ruang reseptor terisi. Midazolam terbukti benar aman sebagai obat sedatif intravena. Benzodiazepin mempunyai efek terapi yang tinggi (berbanding efektif dengan dosis letal) karena pada dosis yang berlebihan, perbedaan pada densitas reseptor

menyebabkan terjadi reaksi sensitivitas yang berlebihan pada korteks dan depresi medula. Bagaimanapun hal ini dapat

13

menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas dan kehilangan refleks protektif yang terjadi sebelum dalam efek sedasi, dan hal bahaya yang utama yaitu efek sedasi yang berlebihan atau terjadi self poisoning. Amnesia paling sering terjadi pada penggunaan

benzodiazepin secara intravena dan yang digunakan pada penderita yang menjalani pengobatan atau penggunaan pada prosedur yang berulang. Anterograd amnesia mempengaruhi ambilan informasi. Retrograd amnesia tidak ditemukan pada penggunaan benzodiazepin. Periode kronik pada amnesia dilaporkan terjadi pada penggunaan obat oral lorazepam, yang dapat berpotensi bahaya pada kasus ini. Aktivitas antiepilepsi, dapat mencegah pengobatan seizure pada subkortikal. Obat intravena lorazepam dan diazepam dapat digunakan untuk menghentikan seizure dan

clonazepam digunakan untuk membantu terapi pada terapi epilepsi kronik. Benzodiazepin dapat meningkatkan ambang aktivitas seizure pada toksisitas anestesi lokal, tapi dapat terlihat sebagai gejala awal. Penggunaan benzodiazepin dapat memberikan efek yang menyenangkan untuk insomnia dan lebih efektif lagi pada insomnia akut. Bagaimanapun pengobatan yang lama tidak dianjurkan karena dapat memberikan masalah seperti efek toleransi dan ketergantungan dan yang terpenting yaitu kesulitan dalam efek timbal balik pada pengobatan. Penggunaan benzodiazepin sebagai hipnotik sekarang telah digantikan dengan nonbenzodiazepin yang baru sebagai hipnotik yaitu, zopiklon, dimana obat ini dapat bereaksi pada reseptor benzodiazepin. Benzodiazepin menurunkan metabolisme oksigen di otak dan aliran darah otak, dan juga respon serebrovaskular untuk karbondioksida dilindungi, oleh sebab itu mereka

14

menyesuaikan untuk digunakan pada beberapa pasien dengan kelaianan intrakranial. Bagaimanapun harus diketahui bahwa midazolam tidak dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial bersama dengan pemasangan intubasi trakeal. Sebagai tambahan, depresi ventliasi disebabkan oleh benzodiazepin pada pernapasan spontan yang dari pasien menunjukan peningkatan PCO2 arteri, yang tidak diinginkan jika pemenuhan tekanan intrakranial menurun. Efek samping yang tidak diinginkan pada SSP, seperti perasaan mengantuk dan terjadi kerusakan pada tampilan psikomotor. Meskipun efek residu sedatif minimal tapi dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan koordinasi motorik, yang seharusnya dapat diperkirakan kapan pengobatan ini

dihentikan pada pasien. d. Relaksasi Otot Benzodiazepin menyebabkan reduksi otot ringan yang bisa menguntungkan misalnya pada penggunaan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif, yang mengurangi resiko dari dislokasi artikular atau saat pemasangan endoskopi. Bagaimanapun juga relaksasi otot berperan secara responsif pad obstruksi jalan napas pada penggunaan obat sedatif intravena. Relaksasi otot tidak berhubungan dengan efek pada neuromuskular junction, tapi menyebabkan peningkatan pada penghantaran impuls neuron pada medula spinalis dan penurunan transmisi polisinaptik pada otak. e. Efek pada Respirasi Dosis benzodazepin dapat menyebabkan depresi sentral pada ventilasi . respon ventilasi terhadap CO2 dapat terganggu dan respon dari ventilasi yang kurang ditandai dengan adanya depresi. Hal ini diikuti juga dengan adanya sindrom hipoventilasi dan gagal napas tipe 2 yang peka terhadap depresi pernapasan akibat efek dari benzodiazepin. Depresi ventilasi merupakan efek eksaserbasi dari obstruksi jalan napas dan hal ini paling sering pada dari yang

15

sebelumnya. Apabila opiod dan benzodaizepin digunakan secara bersama-sama akan terjadi efek yang sinergis. Apabila kedua obat ini diberikan bersama-sama secara intravena, obat opiod harus diberikan terlebih dahulu dan efeknya dapat diperkirakan. Penurunan dosis benzodiazepin yang diperlukan sampai 75% harus diantisipasi. Hal ini harus menjadi standar praktek untuk menyediakan oksigen tambahan dan monitor saturasi oksigen dengan oximetri selama pemberian obat sedatif secara intravena. f. Efek Kardiovaskuler Benzodiazepin menghasilkan efek hemodinamik yang tidak terlalu besar dimana mekanisme-mekanisme refleks hemostatik masih tetap terpelihara dan lebih aman dari agen anastesi intravena. Suatu penekanan pada resistensi vaskuler perifer menghasilkan sedikit penekanan pada tekanan arteri. Hipotensi yang signifikan dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipovolemia atau vasokonstriksi. g. Farmakokinetik Benzodiazepin adalah molekul kecil yang relative larut lemak, yang siap diabsorbsi secara oral dan dengan cepat melewati SSP. Midazolam harus melewati hepar dulu sehingga hanya sekitar 50% dari dosis oral yang sampai ke sirkulasi sistemik. Setelah pemberian bolus intravena, penghentian aksi obat terjadi secara lebih luas dengan proses redistribusi. Dibandingkan dengan obatobatan seperti propofol, benzodiazepine memiliki waktu yang lebih lambat untuk mencapai keseimbangan konsentrasi pada target organ. Hal ini menganjurkan bahwa harus tersedia waktu untuk menilai seluruh efek klinis sebelum memberikan suatu kenaikan dosis lebih lanjut. Terdapat pengikatan protein secara luas. Eliminasi dari metabolisme hepatik mengikuti ekskresi dari metabolisme renal. Ada 2 jalan utama dari metabolisme meliputi oksidasi mikrosomal atau konjugasi dengan glukoronidase. Makna dari hal ini adalah bahwa oksidasi lebih mungkin dipengaruhi oleh

16

usia, penyakit hepar, interaksi obat dan faktor-faktor lain yang mengubah konsentrasi dari sitokrom P450. Beberapa dari golongan benzodiazepine, termasuk diazepam memiliki metabolic aktif yang secara luas memperpanjang efek klinis mereka. Disfungsi renal terlihat dari akumulasi dari metabolit-metabolit dan ini merupakan satu faktor penting penundaan pemulihan dari pemanjangan sedasi dari itu. 2. golongan barbiturate (thiopental) 3. golongan lainnya (propofol dan chloral hydrate)

Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit, dimana kemungkinan akan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meningkatkan kejadian efek samping (lihat Kotak 1). Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat Kotak 2 dan 3). Kotak 1. Agen sedasi oral Obat Dosis sedasi Detail oral (mg/kg) Chloral hydrate 100 Metabolit aktif = trichlorethanol Dapat diberikan melalui rektal kadang kadang menimbulkan rasa malu Triclofos 50-70 (max 1 g) Metabolit aktif = trichlorethanol Trimeprazine 2 Dosis besar dapat meyebabkan grey baby syndrome Midazolam 0,5 1,0 Umum digunakan Dosis berhubungan dengan efek samping (ataksia, pandangan ganda, sedasi) Dapat juga diberikan melalui nasal Dosis rektal dapat bervariasi Diazepam 200-500 mcg/kg Dapat diberikan melalui rektal Ketamin 5-10 Dapat diberikan melalui nasal juga rektal Halusinasi mungkin terjadi Pada umumnya terjadi mual dan muntah Apnue kemungkinan dapat terjadi Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal.

17

Kotak 2. Agen sedasi intravena Obat Dosis sedasi Detail (mg/kg) Midazolam 0,5 0,2 Apnue mungkin terjadi Amnesia Gangguan prilaku dapat terjadi Diazepam 0,1-0,5 Diazemuls = lipid formulasi Waktu paruh panjang, berisiko pemulihan tertunda Fentanyl, 0,5 mcg/kg Sering digunakan bersama propopol diazepam Midazolam atau ketamin dapat digunakan melalui oral Apnea, mual & muntah dapat terjadi Efek potensiasi dengan obat sedasi lainnya Ketamin 0,5 1,0 Dapat diberikan melalui IM, oral, IV Sering digunakan dengan benzodiazepam Propopol Dalam evaluasi Beresiko apnue Beresiko menginduksi anestesi Kotak 3. Agen sedasi inhalasi Obat Nistrous Oxide Dosis Detail 50 % N2O Memberikan analgesia dalam O2, 70 % Membutuhkan kerja sama pasien dalm O2 Umum menimbulkan Mual Dysphoria 1 % dalam udara Masih dalam evaluasi

Sevoflurane

D. Tujuan Sedasi Dalam Kedokteran Gigi Tujuan utama dari sedasi dalam kedokteran gigi adalah untuk memerangi kecemasan. Andalan pengobatan kecemasan adalah manajemen perilaku. Semua dokter gigi harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien mereka. Jika dianggap perlu sedasi, sedang sedasi analgesia (dikenal sebagai dokter gigi sedasi sadar) biasanya apa yang dibutuhkan. Hal inibiasanya paling efektif dengan penggunaan kombinasi anestesi lokal. Dalam kedokteran gigi,teknik sedasi tidak paincontrol teknik dan sering diganti ketika pasien mengalami nyeri intraoperatif. Untuk mengatasi keadaan ini dengan agen obat penenang saja, dibutuhkan dosis yang sangat tinggi atau penambahan narkotika ke rejimen yang lebih dalam sehinggamenghasilkan tingkat sedasi daripada yang diperlukan bersama-sama dengan kemungkinan

18

meningkatnya efek samping. Teknik tidak boleh digunakan hanya untuk melarikan diri dari kebutuhan untuk menyuntikkan bius lokal.

E. Jenis-Jenis Pemberian Sedasi sedasi dapat diberikan secara : 1. oral 2. intra vena 3. inhalasi 4. intra muskular

1. Sedasi Oral Sedasi Oral (Sedasi Kedokteran Gigi) - diberikan dalam bentuk pil atau cairan, pasien menelan obat. Alasan untuk perbedaan antara pasien yang berhubungan dengan berat badan, genetika, riwayat obat sebelumnya, yang dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah obat penenang. Sedasi oral disebut juga sedasi sadar oral karena pasien tetap sadar selam perawatan gigi tetapi dalam kondisi santai.Sedasi oral diresepkan untuk menghilangkan kecemasan,dan di minum beberapa jam sebelum bertemu dengan dokter gigi. Gigi Sedasi oral sering disebut sebagai kedokteran gigi tidur senja karena saat Anda tidak akan benar-benar menjadi tertidur Anda akan dalam keadaan relaksasi Anda mungkin tidak akan ingat banyak dari prosedur gigi. Bagi banyak pasien jam tampak seperti menit dan pengangkatan gigi berlalu seperti mimpi. Sedasi oral diminum satu jam sebelum menemui dokter gigi di karenakan menunggu reaksi obat Keuntungan Sedasi Oral Diterima dan mudah dipahami bagi kebanyakan pasien Mudah dijalankan Aman dan mudah untuk memantau

19

Pekerjaan yang paling baik untuk orang, bahkan mereka yang memiliki refleks sumbat yang lebih tinggi Biaya rendah Kekurangan Sedasi Oral Tingkat sedasi tidak mudah berubah setelah prosedur yang sedang berlangsung Seseorang harus drive pasien ke dan dari pengangkatan Tidak ada efek analgesik atau sakit bantuan 2. Sedasi Intravena Sedasi intravena (sedasi IV) adalah ketika obat, biasanya dari jenis obat anti-kecemasan, diberikan ke dalam sistem darah selama perawatan gigi. Banyak praktek kedokteran gigi menggunakan istilah seperti "sleep dentistry" atau "twilight sleep" ketika berbicara tentang sedasi IV. Namun, Pada kenyataannya, pasien tetap sadar selama sedasi IV. pasien juga akan dapat memahami dan menanggapi permintaan dari dokter gigi Anda. Akan tetapi, pasien mungkin tidak ingat banyak (atau lupa sama sekali) tentang apa yang terjadi karena dua hal: 1. IV sedasi menginduksi keadaan relaksasi yang mendalam dan perasaan tidak terganggu oleh apa yang terjadi 2. obat yang digunakan untuk sedasi IV membuat kehilangan memori baik sebagian atau penuh (amnesia) untuk periode waktu ketika obat pertama kali masuk sampai habis. Akibatnya, waktu akan terasa sangat cepat dan Anda tidak akan mengingat banyak dari apa yang terjadi. Banyak orang tidak mengingat apapun. Jadi mungkin, memang, tampak seolah-olah pasien "tertidur" selama prosedur. "Intravena" berarti obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah. Sebuah jarum yang sangat tipis dimasukkan ke dalam vena dekat dengan

20

permukaan kulit baik pada lengan atau punggung tangan Anda. Jarum ini dibungkus dengan sebuah tabung plastik lembut. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tabung yang disebut sebagai "kateter" atau kanulasi, tapi lebih dikenal dengan nama dagang dari Venflon).

kateter/kanulasi

Sepanjang prosedur, denyut nadi dan tingkat oksigen yang diukur dengan menggunakan "pulse oximeter". Alat ini klip ke jari atau daun teling. Alat ini memberikan tanda peringatan awal yang berguna jika pasien kekurangan oksigen. Tekanan darah sebelum dan setelah prosedur harus diperiksa dengan mesin pengukur tekanan darah yang disebut "sphygmomanometer". Obat yg umumnya digunakan dalam sedasi IV : 1. Obat Penenang (Benzodiazepin): Midazolam dan Diazepam. Kebanyakan obat yang digunakan untuk sedasi IV adalah benzodiazepin, atau "benzo". IV benzo yang diberikan memiliki 3 efek

21

utama: mengurangi kecemasan /merilekskan pasien, membuat pasien mengantuk, dan menghasilkan amnesia parsial atau total (yaitu membuat Anda lupa apa yang terjadi selama prosedur). Amnesia total lebih sering terjadi pada penggunaan midazolam dibandingkan dengan diazepam. Sejauh ini obat yang paling umum digunakan untuk sedasi IV Midazolam, tapi kadang-kadang Diazepam dapat digunakan. Midazolam adalah pilihan pertama karena efek durasi yang relatif singkat(yang berarti bahwa itu akan dikeluar dari tubuh lebih cepat). Valium adalah (sedikit) lebih murah tapi lagi bertindak dan sedikit "keras" pada vena, sehingga Anda mungkin merasa sensasi terbakar pada lengan Anda / tangan ketika obat pertama kali masuk. Untuk Anestesi local larutan dapat dicampur dengan Diazepam untuk membuat pasien lebih nyaman. Diazepam IV terbaru adalah emulsi yang diklaim lebih baik untuk vena. Obat ini dimasukkan ke dalam pembuluh darah sebesar 1 mg per menit untuk Diazepam atau 1 mg setiap 2 menit (diikuti oleh 2 menit tambahan untuk mengevaluasi efek) untuk Midazolam (karena Midazolam lebih kuat dalam hal dosis yang dibutuhkan untuk mencapai sedasi ). Karena ada perbedaan antara individu terhadap obat, respons pasien terhadap obat harus diperhatikan. Setelah tingkat yang diinginkan dari obat penenang tercapai, obat dihentikan. Venflon dibiarkan di tempat selama prosedur sehingga obat penenang yang dapat diisi ulang(jika diperlukan).

2. Propofol Beberapa ahli anastesi menggunakan Propofol bukan

benzodiazepin. Keuntungannya

adalah waktu pemulihan yang sangat

cepat, kurang dari 5 menit. Obat ini harus terus diberikan, sehingga obat ini dipompa menggunakan pompa infus listrik, laju dosis diatur oleh dokter anestesi. Propofol bukan obat penenang umum karena sudah diambang batas GA (General Anaesthesia), di mana refleks seperti bernapas hilang. Propofol dapat digunakan untuk pasien yang sring mngkonsumsi benzodiazepin karena menyebabkan efek benzo berkurang. Propofol digolongkan sebagai obat GA dan di Inggris hanya dapat

22

diberikan di rumah sakit (meskipun beberapa klinik gigi swasta memenuhi standar rumah sakit, dan menawarkan itu juga). Indikasi sedasi IV : diterapkan untuk berbagai jenis prosedur medis dan operasi. Sedasi IV merupakan pilihan populer di kalangan ahli bedah dan dokter yang akan melakukan operasi plastik kecil untuk perawatan gigi, dan prosedur yang tidak memerlukan daerah operasi yang luas atau jangka waktu yang panjang misalnya pembuangan molar 3. Sedasi IV sangat aman bila dilakukan di bawah pengawasan seorang dokter gigi khusus terlatih. Secara statistik, sedasi IV bahkan lebih aman daripada anestesi local. Namun, sedasi IV juga memiliki kontraindikasi antara lain 1. kehamilan 2. alergi terhadap benzodiazepin 3. alergi alkohol 4. beberapa kasus glaukoma. Kontraindikasi relatif termasuk psikosis, gangguan paru-paru atau ginjal atau fungsi hati, usia lanjut, dan gangguan tidur. Dokter juga harus mengetahui jika pasien mengkonsumsi benzo atau tidak. Para ahli anastesi menggunakan klasifikasi berikut untuk membuat keputusan jika dan dimana sedasi sadar harus disediakan: I. II. Normal, pasien yang sehat Seorang Pasien dengan penyakit sistemik ringan, misalnya terkontrol dengan baik diabetes atau epilepsi, asma ringan III. Seorang pasien dengan penyakit sistemik yang parah membatasi aktivitas tetapi tidak melumpuhkan, e. g. epilepsy(sering) , tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, serangan jantung IV. Seorang pasien (biasanya dirawat di rumah sakit atau terbaring di tempat tidur) dengan penyakit melumpuhkan yang merupakan ancaman konstan bagi kehidupan

23

V.

Seorang pasien yang diperkirakan akan mati dalam waktu 24 jam dengan atau tanpa pengobatan

Jika pasien berada dalam kategori I atau II, maka biasanya dapat diobati dalam praktek umum. Jika pasien berada dalam kategori III, yang terbaik adalah untuk dirawat dalam lingkungan di mana fasilitas lebih berpengalaman tersedia (klinik berbasis rumah sakit atau klinik sedasi dimana fasilitas medis yang tersedia). Keuntungan sedasi IV : 1. sedasi IV cenderung menjadi metode pilihan jika pasien tidak ingin sadar pada saat prosedur atau tidak mau tahu. 2. Timbulnya tindakan yang sangat cepat, dan obat dosis dan tingkat sedasi dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Ini adalah keuntungan besar dibandingkan dengan sedasi oral, di mana efek bisa sangat diandalkan. Sedasi IV, di sisi lain, adalah sangat efektif dan sangat handal. 3. Tingkat maksimum sedasi yang dapat dicapai dengan IV lebih dalam dari sedasi oral atau inhalasi. 4. Benzodiazepin menghasilkan amnesia untuk prosedur. 5. refleks muntah sangat berkurang - orang yang menerima sedasi IV jarang mengalami kesulitan dengan tersedak. Namun, jika meminimalkan refleks muntah yang parah adalah tujuan utama, sedasi inhalasi biasanya pertama kali dicoba. jika gagal untuk mengurangi refleks muntah harus sedasi IV digunakan untuk tujuan ini.

Kerugian sedasi IV: 1. Pasien beresiko mengalami komplikasi di darah di mana jarum dimasukkan, misalnya hematoma (pembengkakan lokal yang penuh dengan darah).

24

2. efek sedasi IV yang diinginkan (amnesia) yaitu lupa apa yang terjadi sementara di bawah pengaruh obat dapat merugikan jika pasien tidak dapat mengingat bahwa prosedur itu tidak nyaman atau mengancam 3. Beberapa dokter gigi mungkin mengambil jalan sedasi IV terlalu cepat. 4. Biaya merupakan kelemahan lain - sedasi IV lebih mahal daripada pilihan sedasi lainnya. Yang harus dilakukan setelah sedasi IV: 1. Mintalah wali (orang dewasa) mengantar pasien pulang dan beristirahat. 2. Ajak orang dewasa tinggal bersama pasien sampai pasien sepenuhnya sadar. 3. Jangan melakukan kegiatan berat atau berbahaya dan tidak mengendarai kendaraan bermotor. 4. Jangan makan makanan berat segera. Jika lapar, makan sesuatu yang ringan, e. g. minuman dan roti panggang. 5. Jika mengalami mual, berbaring untuk sementara waktu. 6. Jangan minum alkohol atau memakai obat kecuali sepngetahuan dokter gigi terlebih dahulu. 7. Minum obat seperti yang diarahkan oleh dokter gigi. 8. Jika Anda memiliki masalah yang tidak biasa, hubungi dokter gigi.

3. Sedasi inhalasi Teknik sedasi inhalasi adalah salah satu teknik satu teknik penanganan anak yang dewasa ini masih dalam proses perkembangan dalam teknik maupun upaya penggunaannya dibidang perawatan gigi dan rongga mulut pasien berdasarkan indikasi dan kontraindikasinya. Sedasi inhalasi dengan N2O-O2 adalah keadaan sedasi disertai analgesi pada penderita yang tetap sadar dengan menghirup campuran gas Nitrogen Oksida (N2O) dengan oksigen. Pasien anak yang biasanya kurang kooperatif dalam menghadapi perawatan gigi. Perawatna pasien anak-anak dengan keadaan umum normal, dapat

25

dimulai dengan pendekatan psikologi (behavior management). Namun untuk pasien anak dengan keadaan ambang rasa cemas yang tinggi, rasa takut yang berlebihan serta ambang rasa sakit tinggi salah satunya dapat ditangani dengan sedasi inhalasi.

Sedasi Inhalasi N2O dan O2 Sedasi inhalasi merupakan cara pemberian anastetikum yang debirekan dalam bentuk gas atau uap, yang kemudian masuk kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan, kemudian diabsorbsi oleh darah dari alveoli paru-paru dan masuk ke dalam peredaran darah. Melalui peredaran darah anastetikum akan sanpai di jaringan otak. Disebut juga gas gelak, N2O merupakan satu-satunya gas anorganik yang dipergunakan sebagai anastetikum. Gas ini memiliki bau dan rasa manis, densitasnya lebih besar dari pada udara, tidak berwarna, tidak mengiritasi dan tidak mudah terbakar. Bila dikombinasikan dengan anestetikum yang mudah terbakar akan memudahkan terjadinya ledakan, misalnya campuran eter dan nitrogen oksida. Umumnya N2O disimpan dalam bentuk cairan di dalam sebuah silinder yang terbuat dari baja yang tahan tekanan tinggi pada temperatur kamar bertekanan 50 atmosfer. Kelararutan N2O dalam darah relatif rendah. Koefisien kelarutan gas dalam darah pada temperatur 37oC adalah 0,47. Koefisiennya kecil, sehingga induksi dan waktu pemulihan N2O relatif cepat. Oksigen (O2) adalah gas yang digunakan bersama-sama dengan N2O selama prosedur perawatan pada teknik sedasi inhalasi. Gas O2 tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan mempuyai daya membakar yang lebih besar daripada udara. Bobot O2 dalam 1 liter pada suhu 0oC dan tekanan 760 mmHg lebih kurang 1,429 gram. Oksigen larut dalam lebih kurang 32 bagian air dan dalam 7 bagian etanol pada suhu 20oC dan tekanan 760 mmHg. Oksigen disimpan dalam tabung atau dalam tangki yang tahan tekanan tinggi. Wadah yang digunakan harus bebas

26

dari setiap zat toksik, atau senyawa penyebab narkosis dan senyawa yang dapat menyebabkan narkosis dan senyawa yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran napas. Fungsi O2 dalam sedasi inhalasi adalah untuk mencegah terjadinya kolaps saat inspirasi pada awal perawatan. Pada akhir perawatan O2 digunakan untuk mencegah anoksia di fusi yang disebabkan oleh pembuangan N2O yang terlalu cepat dari darah ke alveoli paru-paru dan mempercepat pemulihan. Keuntungan dan Kerugian anestetikum N2O dan O2 Keuntungan Aman bila diberikan dengan Kekurangan Tidak dapat menghasilkan anatesi yang lebih dalam Anastesi ringan sehingga

campuran oksigen yang cukup Tidak mudah terbakar Tidak mengiritasi saluran napas Mula kerja dan eksresi cepat Tidak mempunyai efek yang

penggunaannya terbatas Dapat menyebabkan hipoksia bila digunakan secara tunggal Dalam usaha untuk mendapatkan anastesi yang lebih dalam yang melampaui anestesi N2 O akan

merugikan terhadap fisiologi organ tubuh.

menyebabkan anoksi otak yang serius Pada pasca operasi dapat

terjadinausca dan vomitus dan perlu menambah anestetikum lain untuk operasi yang lebih besar.

Mekanisme N2O dalam Tubuh Nitrogen oksida diabsorbsi melalui alveoli paru-paru. Pada permulaan pemberiannya, N2O diabsorbsi dengan cepat kurang lebih 1-2 liter per menit sampai di organ vaskular di otak, hati, jantung, dan ginjal penuh. Gas N 2O tidak
27

mengalami metabolisme dan tidak membentuk senyawa lainnya dalam tubuh, sehingga sekresi secepat absorbsinya. Gas ini dieksresi dalam bentuk utuh, sebagian besar melalui paru-paru, dan sebagian kecil saja melalui kulit, kelenjar keringat dan urine. Tahap keadaan pada penggunaan anestesi digolongkan menjadi empat stadium. Pada stadium I (analgesia), dimulai dari saat pemberian anestetikum sampai menurunnya kesadaran, hilangnya kepekaan terhadap waktu, depresi intelegensi, dan disorientasi, tetapi penderita masih dapat mengikuti perintah. Pada tahap ini rasa sakit hilang dan dapat dilakukan tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi. Pada mulanya, penderita masih sadar dan dapat berbicara dengan dokter giginya. Bila konsentrasi N2O meningkat, maka penderita makin mengalami disorientasi dan bahkan mulai kehilangan kesadarannya, hingga mulai masuk kedalam stadium kedua. Tanda-tanda stadium I adalah respirasi tidak menunjukan irama yang khas, bola mata tidak menunjukan proses yang khas, pupil mata tidak berubah, dan refleks kelopak mata aktif. Stadium II (delirium) dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas gerakan yang tidak menuruti kehendak, tonus otot serta refleks-refleks meningkat. Tanda-tanda stadium ini yaitu respirasi tidak teratur, dapat terjadi apnoe atau hiperapnoe, pupil mata dilatasi, refleks kelopak mata hilang, dapat timbul komplikasi seperti mual, muntah, luksasi atau fraktur, dan warna kulit normal. Tahap anastesi yang ketiga dimulai dari teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III ini terdiri dari empat tingkat menurut kedalaman anestesi : 1) Tingkat 1, yang dimulai dari hilangnya refleks kelopak mata sampai pernapasan teratur. Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan teratur dan spontan, bola mata bergerak kesana kemari, pupil mata terlihat mengecil, relaksasi otot belum sempurna, serta pernapasan dada dan perut seimbang.

28

2) Tingkat kedua dimulai dari gerakan bola mata yang terhenti sampai paralisis sebagian otot interkostal. Tanda-tanda tingkatan ini yaitu pernapasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat 1, bola mata tidak bergerak, pupil mata dilatasi, refleks laring menghilang sehingga dapat dikerjakan intubasi, dan otot relaksasi sebagian. 3) Tingkat ketiga dimulai dari paralisiss sebagian otot interkostal sampai paralisiss seluruh otot interkostal dan hanya terdapat pernapasan perut. Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan sebagian besar oleh perut karena otot interkostal mengalami paralisis, pupil mata dilatasi, dan relaksasi otot sempurna. 4) Sedangkan tingkat ke empat dimulai dari paralisis seluruh otot interkostal sampai paralisis seluruh otot diafragma. Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan perut sempurna, pupil mata dilatasi sempurna, refleks cahaya hilang, dan tekanan menurun. Stadium IV atau paralisiss medula oblongata dimulai dengan lebih melemahnya pernapasan perut dibandingkan stadium III tingkat 4. Tandatanda stadium ini yaitu tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh darah kolaps, denyut jantung berhenti, pernapasan yang lumpuh yang tidak dapat dibantu dengan napas buatan dan dapat menyebabkan kematian. Teknik sedasi inhalasi dibatasi hanya sampai tahap pertama atau tahap analgesia. Seorang dokter gigi harus mengetahui sampai tahap penderita teranalgesi untuk memastikan bahwa tindakannya benat dan bahwa penderita benar-benar telah mengalami sedasi dengan baik. Tanda dan gejala yang sering terjadi pada teknik sedasi inhalasi terdiri dari tanda-tanda objektif yang dapat dilihat selama penderita mengalami sedasi

inhalasi dengan N2O dan O2, yaitu penderita masih sadar, rileks dan nyaman, tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, warna kulit dan pupil normal, kecepatan kedip mata tampak sangat berkurang, refleks vital, terutama laringeal semuanya berfungsi normal, refleks muntah berkurang, mulut depan terus dalam keadaan terbuka, masih terdapat kontak verbal, reaksi terhadap rangsang sakit berkurang, dan penurunan gerak spontan atau kegelisahan, terutama pada anak kecil.

29

Gejala subjektif penderita selama sedasi inhalasi dengan N2O dan O2 yang dapat diamati, adalah rileksasi mental dan fisik, berkurangnya kesadaran akan rasa sakit, parestesia atau sensasi tingling pada bibir, jari tangan, jari kaki, lidah, atau seluruh tubuh, rasa letargi atau keracunan ringan, euforia, rasa melayang yang kadang-kadang diinterpretasi sebagai terbang atau rasa mengambang, rasa hangat, tidak menyadari keadaan sekeliling atau waktu, bermimpi, dan sedasi fisik serta somatik. Indikasi dan Kontra Indikasi Sedasi Inhalasi denganN2O dan O2 Indikasi Kecemasan gigi Penolakan terhadap anastesi umum maupun lokal Refleks muntah yang tinggi dan trismus Prosedur traumatik tertentu, Kontra indikasi perawatan Adanya gangguan pernapasan Penyakit TBC paru-paru atau

terhadap

saluran

penyakit paru-paru akut Perawatan psikiatrik Konsumsi alkohol Reaksi penolakan terhadap sedasi ini Ketidakstabilan emosi Ketidak kooperatifan Kehamilan trimester pertama Miastemia gravis

misalnya operasi kecil pada mulut orang dewasa Gangguan pendarahan, misalnya hemofili Gangguan jantung Retardasi mental Cacat fisik Asma ringan epilepsi

Komplikasi sedasi Inhalasi dengan N2O dan O2 Komplikasi anestesi dengan sedasi N2O dan O2 didefinisikan sebagai penyimpanagn dari pola fisiologik normal yang terjadi selama ataupun sesudah pemberian anatesi. Komplikasi teknik berupa trauma pada mata atau bola mata,

30

kebocoran gas dari tabung silinder,dan kebocoran gas dari masker, sehingga menyebabkan kebocoran anestetikum dengan udara luar. Komplikasi sistem pernapasan meliputi obstruksi pernapasan, dan depresi pernapasan, yang dapat terjadi karena hipoksi, dosis anastetikum yang berlebihan dan narkose yang terlalu lama. Komplikasi sistem sirkulasi berupa: 1) Takikardi yang dapat disebabkan oleh rasa takut dan cemas, kehilangan banyak darah, pemakaian atropin yang overdosis, dan hipoksin 2) Bradikardi yang terjadi karena hipoksi atau stimulasi vagal 3) Hipotensi 4) Aritmia yang disebabkan oleh hipoksi dan pemakaian obat anestesi 5) Cardiac arrest yang merupakan kelanjutan dari aritmia Komplikasi sistem saraf yang terjadi sebagai kelajutan dari hipoksi atau hipotensi, sehingga dapat menyebabkan pemulihan kesadaran lebih lama dan kerusakan korteks serebri. Sedangkan komplikasi sistem pencernaan berupa vomitus akibat pemberian N2O yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa, kecuali jika pengosongan lambung kurang sempurna. 4. Sedasi Intramuscular Sedasi intramuscular adalah sedasi yang diberikan secara langsung pada muscle-muscle tubuh. Obat-obat yang digunakan adalah Promethazine HCL(phenergan) dan pethidine. Promethazine adalah anti histamine yang mempunyai sifat sedative dan antiemetic. Pethidine adalah analgetika yang potensial tetpi mempunyai efek sedative yang kecil. Dosisnya adalah Pethidin 1,5 mg/kg berat badan. Promethazine o,75 mg/kg berat badan Tempat injeksi dapat dilakukan pada kuadran samping atas pantat, bagian anterior paha atas,atau bagian lateral lengan atas.

31

Bab III KESIMPULAN Sedasi merupakan salah satu pendekatan penanganan pasien anak kedokteran gigi, dimana menggunkan prinsip farmakologi. Sedasi ini bertujuan untuk mmbantu dokter gigi dalam menenangkan kecemasan anak sehingga akan memudahkan proses perawatan kedokteran gigi. Sedasi dapat diberikan dengan cara oral, intravena, inhalasi, dan intramuscular.

32

DAFTAR PUSTAKA Sedation: A Guide to Patient Management 5th Edition (2009) by Stanley Malamed Clinical Sedation in Dentistry (2009) by Girdler, Hill and Wilson Harum achmad. Penggunaan Sedasi Inhalasi N2O dan O2. Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 2008:7:79-83 Anonym.2011.guideline on behavior guidance for dental pediatric dental patient. Amerika.

33

Você também pode gostar