Você está na página 1de 4

KELOMPOK-KELOMPOK YANG PARSIAL DALAM MEMAHAMI AQIDAH YG MENGANDALKAN PERASAAN DAN EMOSIONAL : ALIRAN SYIAH

(AL-MANHAJUL JUZ'I FI FAHMIL AQIDAH FI SYU'UR : ASY-SYI'AH)


Oleh : DR. M. Hidayat Nurwahid, MA. DEFINISI :

Syiah secara bahasa sebenarnya berarti pendukung, penolong, teman dekat (QS 37/83
dan 28/18), istilah ini pada masa-masa pasca periode para shahabat ra digunakan oleh orang2 rawafidh (kelompok yang menolak kepemimpinan Abubakar ra dan Umar ra) sbg nama bagi kelompok mereka. DALIL2 SUNNAH DAN SEJARAH TENTANG SYIAH 1. :

Bahwa setelah perang Shiffin, Ibnu Abbas ra berdialog dengan Muawiyyah ra dan

ditanya oleh Muawiyyah ra : Dari syiah (pendukung) kelompok mana anda ? Dari

syiah Utsman atau dari syiah Ali ? Jawab Ibnu Abbas ra : Saya dari syiah Rasulullah SAW. (HR Abu Nuaim dalam al-Hilyah)
2. Said bin Hatim ra bertanya tentang witirnya Nabi SAW pada Ibnu Abbas ra, maka jawab Ibnu Abbas ra : Maukah anda aku kabarkan orang yang paling tahu tentang

witirnya Nabi SAW ? Kujawab : Ya!

Maka kata Ibnu Abbas ra : Tanya pada

Aisyah ! Lalu aku minta tolong tanyakan melalui Hukaim bin Aflah ra sebab aku
pada waktu itu termasuk syiah Ali ra (dst dalam hadits yang panjang). 3. Pada abad ke-2 dan 3 hijrah istilah syiah juga digunakan. Dalam tarikh, khalifah Ibnu Khayyan saat mengomentari keruntuhan khalifah sblmnya mengatakan :

Inilah akibat syiah-nya Marwan bin Muhammad.


Dari beberapa hadits diatas, jelas bahwa makna syiah artinya pendukung, penolong atau teman dekat secara umum, bukan menunjuk secara khusus kepada sebuah kelompok/aliran tertentu. PARSIALNYA MANHAJ SYIAH : Yaitu dalam syuur (emosi), karena mereka selalu berusaha mengangkat emosi ummat melalui perantaraan ahlu bait Nabi SAW. Tapi cinta mereka parsial, karena

ahlu bait mereka batasi hanya pada Ali ra dan keluarganya saja, sementara Aisyah
ra mereka caci-maki (padahal beliau ra adalah salah seorang istri Rasulullah SAW). Makna ahlu bait dalam al-Quran ternyata berarti : Suami dan istri (QS 11/73), ibu dan bapak (QS 28/12), isteri2 (QS 33/33).

Kelompok syiah mengartikan bahwa QS 33/33 itu yang dimaksud Ali ra saja, karena menggunakan dhamir alaikum, hal ini dijawab bahwa kum juga mencakup lelaki dan wanita sbgm dalam lafadz salam (assalamu alaikum), apalagi dalam awal ayat QS 33/33 itu bicara tentang istri nabi SAW.

PARSIAL DALAM MENCINTAI AHLUL BAIT ini tercermin pada hal-hal sebagai berikut ; 1. Terhadap paman-paman Rasulullah SAW :

Orang-orang Syiah sangat parsial dalam mencintai ahlul bait (keluarga Nabi SAW), hal

Mereka habis2an menyatakan Abu Thalib itu muslim dengan menolak hadits2 yang shahih, tp menolak Abbas ra, bahkan menyatakan bahwa Abbas itu tidak ada, dan hanya rekayasa sejarah orang2 Abbasiyyah. Kenapa ? Sebab dalam fiqh (termasuk fiqh syiah) anak paman terhalang oleh paman dalam hak waris, artinya jika mereka mengakui keberadaan Abbas ra, maka klaim mereka bahwa Ali ra lah yang paling berhak akan kekhalifahan pasca Rasulullah SAW akan gugur, karena Abbas ra sebagai paman jelas lebih berhak (kelompok Syiah menganggap kekhalifahan pasca Nabi SAW menjadi hak Ali ra). 2. Terhadap para isteri Rasulullah SAW : Istri nabi SAW mereka bagi dalam 2 kubu (padahal kenyataannya tidak demikian), yaitu kubu Aisyah, Hafshah, dll (yang menolak Ali ra) dengan kubu Ummu Salamah (pendukung Ali ra), pokoknya semua hal dalam agama Islam ini diterima dan ditolak bukan berdasarkan dalil yang shahih melainkan berdasar perasaan mereka pada Ali ra. Kemarahan mereka kepada Aisyah dan Hafshah, sebab beliau ra berdua adalah anak dari Abubakar ra dan Umar ra (yang dianggap oleh kelompok Syiah telah merampas kekhalifahan dari hak Ali ra). Merekapun memelintir kisah perang Jamal menjadi citra persekongkolan Ummul Muminin Aisyah ra dan para sahabat ra menentang Ali ra, padahal perang tsb adalah disebabkan perbedaan ijtihad dalam melakukan qishash atas pembunuhan Utsman ra, kisah perang Jamal secara panjang lebar disebutkan dalam Sirah Ibnu Hisyam dan Thabaqat Ibnu Ishaq. 3. Terhadap anak-anak Rasulullah SAW : Mereka memuji-muji Fathimah ra saja, tetapi pada putri Rasulullah SAW yang lain Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra dianggap bukan putri Nabi SAW, hanya karena mereka dinikahkan oleh Nabi SAW dengan Utsman ra, sementara mereka membenci Utsman ra. 4. Terhadap para menantu Rasulullah SAW :

Mereka mencintai Ali ra, tapi membenci Utsman ra (padahal Utsman ra termasuk 10 org sahabat yang dijamin masuk syurga), begitu bencinya mereka pada Utsman ra sehingga istri Utsman ra (Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra) dianggap mereka bukan anak asli Nabi SAW. 5. Terhadap para cucu Rasulullah SAW : Yang dianggap cucu Nabi SAW oleh mereka hanyalah Hasan ra dan Husain ra, sedangkan Ummu Kultsum ra, putri Ali ra yang dinikahkan dengan Umar ra dianggap jin perempuan (padahal Imam Jalaluddin as Suyuthi dalam tarikhnya meriwayatkan kisah keutamaan Ummu Kultsum dengan suaminya, dalam sebuah hadits yang panjang). Demikian pula mereka menafikan Umamah ra (anak Zainab ra dengan pernikahannya dengan Abul Ash ra), padahal Umamah ra ini sangat dicintai Nabi SAW, sampai2 saat beliau shalat pernah sambil menggendong Umamah ra (oleh kelompok syiah hadits tsb diganti dengan Husein ra), bahkan saat Fathimah ra sakit menjelang wafatnya ia meminta Ali ra untuk menikahi Umamah ra. 6. Terhadap Para Mertua Nabi SAW : Mereka tidak mengakui kekhalifahan Abubakar ra dan Umar ra, karena mereka menganggap keduanya sebagai merebut hak Ali ra. Padahal keduanya ra adalah mertua Rasulullah SAW. Dari pemaparan di atas, jelas bahwa jika kita menerima faham Islam versi Syiah, maka berarti kita terpaksa memandang bahwa Rasulullah SAW telah gagal dalam menyampaikan Islam, karena jangankan mendidik orang lain, keluarga terdekat beliau SAW sendiripun telah menyimpang dari Islam, maka bagaimanakah Islam ini akan sampai kepada kita sekarang?! JENIS-JENIS ALIRAN SYIAH DALAM MEMANDANG ALI RA : 1. Ekstrim Mencintai Ali ra : Merupakan mayoritas dari syiah, yang sangat mengkultuskan Ali ra, dan mengkafirkan Abubakar ra dan Umar ra, kelompok ini berawal dari ajaran Abdullah bin Saba (seorg Yahudi yang pura2 masuk Islam), alirannya disebut Sabaiyyah, termasuk kelompok ini adalah Khomeini yang dalam bukunya yang menggemparkan (Kasyful Asrar) menulis doa untk melaknat Abubakar ra dan Umar ra (doa shanamai/berhala Quraisy). Kelompok syiah mati2an mem-fiktif-kan Ibnu Saba ini dan menyatakan hadits tentang Abdullah bin Saba ini hanya melalui jalur Abu Mihnah saja, padahal juga terdapat dalam al-Musnad oleh Imam Ahmad, Tazhim

wa Tahdzib oleh Ibnu Hajar, dll. Ibnu Saba ini lalu dibuang oleh Ali ra ke Madain
karena kesesatan ajarannya.

2.

Ekstrim Mengkafirkan Ali ra :

Tokohnya

adalah

Ibnu

Kamil,

kelompok

ini

mengkafirkan Ali ra karena menganggapnya tidak serius menjelaskan masalah

Imamah pada ummat sehingga membuat umat Islam berpecah-belah (Imamah


adalah ajaran Syiah yang menyatakan bahwa sepeninggal Rasulullah SAW hak atas kekhalifahan diberikan kepada 12 Imam Syiah yang merupakan keturunan Ali ra). 3. Moderat: Mereka adalah Syiah Zaidiyyah yang menganggap bahwa Ali ra adalah sahabat yang paling utama dan paling berhak thd kekhalifahan setelah Nabi SAW, tetapi mereka tidak mengkafirkan para sahabat ra yang lain. Tapi inipun menurut

ahlus sunnah wal jamaah merupakan ijtihad yang kurang tepat, yang benar bahwa
urutan keutamaan dan kemuliaan para sahabat ra menurut ahlus sunnah secara sepakat berurutan sesuai dengan urutan keempat khalifah ra yang dipilih oleh kaum muslimin. Dengan mengikuti pemikiran syiah, maka sejarah para sahabat ra bukanlah merupakan sejarah keagungan dan kemuliaan ketinggian akhlaq serta mutiara indah dalam sejarah peradaban manusia hasil keberhasilan tarbiyyah Rasulullah SAW, melainkan tidak lebih dari sejarah perebutan kekuasaan yang berlumuran darah serta sejarah kezaliman manusia dan peperangan antar kelompok belaka.

MARAJI BUKU2 SESAT KARANGAN SYI'AH: 1. 2. 3. 4. Al-Habsyi, Husein. 1991. SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWWAH ISLAMIYYAH. AlKautsar. Malang. Musawi, Ali bin Hushain ar-Radhi, 1990. NAHJUL BALAGHAH. YAPI. Jakarta. Al-Musawi, S., 1983. DIALOG SUNNAH-SYIAH. Mizan. Bandung. Subhani, Jafar, 1405. ISHMAH. Muassasah an-Nashri al-Islami. Qum-Iran.

Você também pode gostar