Você está na página 1de 26

Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Januari 28, 2009 totonrofiunsri Pengertian Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan Sistem Perkemihan Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria. Ginjal (Ren) Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Fungsi ginjal Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Fascia Renalis terdiri dari: Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal Struktur Ginjal Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius. Proses pembentukan urin Tahap pembentukan urin 1. Proses Filtrasi ,di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus. 2. Proses Reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. 3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar. Pendarahan Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior. Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Ureter Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari: 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) 2. Lapisan tengah lapisan otot polos 3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Vesika Urinaria (Kandung Kemih) Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari: 1. Lapisan sebelah luar (peritoneum). 2. Tunika muskularis (lapisan berotot). 3. Tunika submukosa. 4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Uretra Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari: 1. Urethra pars Prostatica

2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa) 3. Urethra pars spongiosa. Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan: 1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup. 2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf. 3. Lapisan mukosa. Urin (Air Kemih) Sifat fisis air kemih, terdiri dari: 1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya. 2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. 3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. 4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak. 5. Berat jenis 1,015-1,020. 6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). Komposisi air kemih, terdiri dari: 1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. 2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin. 3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat. 4. Pagmen (bilirubin dan urobilin). 5. Toksin.

6. Hormon. Mikturisi Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu: 1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2. 2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri). . Ciri-Ciri Urin Normal 1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. 2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. 3. Baunya tajam. 4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Bahan Bacaan Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistemperkemihan/

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)


2/17/2010 NurAd1K 5 comments A. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). 1. Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. 2. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses. 3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal: 1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia. 2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna). 3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. 4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa. c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari : 1. Tes untuk protein albumin Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine. 2. Mengukur konsentrasi urenum darah Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 40) mg%. 3. Tes konsentrasi Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik. d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison. 2. URETER Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik. 3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih ) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : 1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus

deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. 4. URETRA Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis

panjangnya 20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. C. Urine (Air Kemih) 1. Sifat sifat air kemih - Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. - Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. - Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya. - Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. - Baerat jenis 1.015 1.020. - Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). 2. Komposisi air kemih - Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air - Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin - Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

- Pigmen (bilirubin, urobilin) - Toksin - Hormon 3. Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. 4. Tahap tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja. b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari

ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. 4. Mikturisi Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri ciri Urine Normal Rata rata dalam satu hari 1 2 liter, tapi berbeda beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata rata 6.

Daftar Pustaka Luvina, Evi Dwisang, (2003), Inti Sari Biologi Untuk SMA, Jakarta : Gramedia. Prawirohartono Slamet, (1991), IPA Biologi SMP, Jakarta : Gramedia. Syamsuri Istamar, (2004), Biologi Untuk SMA, Jakarta : Erlangga. Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC. Gambar ginjal, (2008), www.geoogle.com Gambar proses pembentukan urine, (2008), www.geoogle.com http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html

Anatomi Mata
Mata Bagian Luar (yang terlihat dari luar)

- Palpebra, yaitu bagian luar yang menutupi/membungkus mata Palpebra Inferior (terletak dibagian bawah mata) Palpebra Superior (terletak dibagian atas mata) a. Palpebra Superior pars supratarsalis (bagian atas mata dibawah alis, yang tetap terlihat ketika membuka mata) b. Palpebra Superior pars tarsalis (bagian atas mata dibawah pars supratarsalis, yang terlihat hanya ketika menutup mata) - Angulus oculi, Angulus berarti sudut, Angulus Oculi adalah bagian yang membentuk sudut mata pada sisi kiri dan kanan Angulus oculi lateral (kearah pelipis) Angulus oculi medial (kearah hidung) - Rima Palpebra, garis tengah mata yang terbentuk ketika menutup mata, ujung palpebra yang menonjol. Hanya terbentuk ketika menutup mata karena bagian ini adalah satu kesatuan, ketika mata terbuka, Rima Palpebra akan terpisah dan bagian yang sama itu disebut Limbus ketika mata terbukan - Limbus Palpebra Limbus Palpebra Anterior Limbus Palpebra Posterior - Comissura Palpebra, adalah area atau jalur, atau bentukan yang terbentuk oleh karena bentuk mata. Terdiri dari dua bagian Comissura Palpebra lateral (kearah pelipis) Comisurra Palpebra medial (kearah hidung) - Caruncula Lacrimalis, bentukan seperti daging yang menonjol berwarna merah muda pada sudut mata tepat di Angulus Oculi media. - Tunica Konjunctiva, lapisan tipis berwarna putih yang menyelubungi bagian mata Tunica conjunctiva Palpebra, menyelubungi palpebra Tunica conjunctiva bulbi, menyelubungi bola mata

Papila Lacrimalis, bagian menonjol pada Limbus Palpebra Posterior arah media dekat Caruncula Lacrimalis, pada Papila Lacrimalis terdapat tonjolan kecil yang ditengahnya terdapat lubang kecil yang disebut Punctum Lacrimalis. - Plica Semilunaris Conjunctiva, terletak dibelakang caruncula lacrimalis, ukurannya sangat kecil, namun jika diperbesar akan terlihat plica-plica. - Pupil, bagian tengah mata yang berwarna hitam, berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk kemata - Iris, bagian pinggir atau sisi dari pupil, berfungsi sebagai pengatur ukuran pupil sekaligus tampak sebagai warna mata - Sulcus sclera, sulcus yang mengelilingi iris - Fornix Conjunctiva, terdapat dibelakang Limbus palpebra posterior, batas antara bulbi dan palpebra. Fornix conjunctiva inferior Fornix conjunctiva posterior Musculus pada mata.

1. 2. 1.

Secara umum Musculus pada mata terbagi dua, yaitu : Musculus yang menyokong mata melalu insersinya pada wajah Musculus yang langsung menempel di bulbi (bola mata)

Musculus yang menyokong mata melalui insersinya pada wajah Contohnya : M.Orbicularis oculi; M.Depressor Supercili; M.Levator Palpebra superior, dll 2. Musculus yang langsung menempel di bulbi, terdiri dari enam musculus a. Musculus rectus superior (terletak tepat diatas mata) b. Musculus rectus inferior (terletak tepat dibawah mata, satu garis lurus dengan M.Rectus Superior)

c. Musculus rectus media (terletak tepat disamping, kearah hidung) d. Musculus rectus lateral (terletak tepat disamping, kearah pelipis) e. Musculus obliqus Superior (terletak disisi miring, diantara medial dan superior) f. Musculus obliqus inferior (terletak disisi miring, diantara lateral dan inferior) Persarafan mata Terdapat 2 nervus cranial paling penting yang mengatur mata yaitu : 1. N.Opticus (II), berfungsi terutama untuk asosiasi dari apa yang ditangkap oleh mata. Berhubungan ke area calcarina, Brodmann 17, 18 yang merupakan area asosiasi dari penglihatan 2. N.Oculomotor (III), berfungsi terutama untuk motorik dari bola mata. 3. Nervus-nervus lainnya terutama berfungsi juga sebagai pengatur dari motorik mata yaitu N.Trochlearis (IV) dan N.Abducent (VI). Perdarahan mata Perdarahan mata dimulai dari arteriol-arterial kecil yang membukus bagian bola mata yang disebut Aa.Cilliare, bagian ini terus berjalan kebelakang hingga bagian tengah N.Opticus, memperdarahi bagian tersebut, bernama A.Centralis Retina, keluar dari bola mata, terdapat A.Opthalamica yang terus berjalan menuju otak, bersambung ke bagian A.Karotis Interna. Pada bagian A.Karotis Interna, bercabang menuju area calcarina, yaitu A.Coroidea Anterior.

Bagian dalam mata (Bulbi) Camera anterior bulbi Camera Posterior bulbi Facies Anterior Facies posterior Cornea

Reticulum trabeculare Zonula cilliaris Lensa mata Corpus cilliare Stratum pigmentosum Stratusm nervosum

Jaras persarafan mata secara umum : Cahaya didepan mata Masuk ke bulbi dan melewati retina N.Opticus Chiasma opticus Tractus opticus, pada bagian ini jaras serabut saraf membagi menjadi dua bagian yaitu 1. Radiatio optica Calcarina, area Brodmann 17,18 untuk diasosiasikan 2. Cornu Gerniculatum Lateral N.Oculomotor untuk menggerakan bola mata sesuai keinginan, objek apa yanga dilihat didepan mata.

Askep Katarak
Askep Katarak

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Katarak


Definisi Katarak Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.

Askep Katarak Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan. Etiologi Katarak 1. 2. Ketuaan ( Katarak Senilis ) Trauma

3. 4.

Penyakit mata lain ( Uveitis ) Penyakit sistemik (DM)

5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles ) Patofisiologi Katarak

Anatomi Mata Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Manifestasi Klinik Katarak

Katarak Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pemeriksaan Diagnostik Katarak 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2. 3. 4. 5. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. 8. 9. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. EKG, kolesterol serum, lipid Tes toleransi glukosa : kotrol DM

Penatalaksanaan Katarak Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ; 1. Ekstraksi katarak intrakapsuler

Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Pengkajian Keperawatan Katarak 1. Aktifitas Istirahat

Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Neurosensori

Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata. 3. Nyeri / Kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Katarak 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :

Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan pandangan kabur, dll

Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Intervensi : Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru. Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.

2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :

menurunnyaketajaman penglihatan perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi : Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. Orientasikan klien tehadap lingkungan Observasi tanda-tanda disorientasi. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :

pertanyaan/pernyataan salah konsepsi tak akurat mengikuti instruksi terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan : Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : - Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. - Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan. - Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. - Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. - Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. - Dorong aktifitas pengalihan perhatian. - Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung. - Anjurkan klien tidur terlentang. - Dorong pemasukkan cairan adekuat. - Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba. Daftar Pustaka Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC

Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC http://radyman.wordpress.com/2011/03/17/anatomi-mata-dan-fisiologi-mata/

Você também pode gostar