ANNAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI

Banyak sekali definisi dan klasifikasi yang ada mengenaiGangguan pendengaran.Dua yang umum adalah tuli dan kesulitan mendengar ( hard of

hearing ).Pengertian mengenai gangguan pendengaran juga sering dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu sudut pandang yang berorientasi fisiologis dan sudut pandang yang berorientasi edukasional ( Hallahan & Kauffman,1988 ak dapat mend). Orientasi fisiologis menyebutkan bahwa anak yang tidak dapat mendengar bunyi pada tingkat intensitas ( kenyaringan ) tertentu diklasifikasikan sebagai tuli,selain daripada itu dipandang sebagai keslitan mendengar(hard of hearing).Sensitivitas pendengaran diukur dengan decibel (dB),dan orang yang tuli adalah orang yang kehilangan pendengaran sekitar 90 dB atau lebih. Orientasiedukasional memiliki perhatian yang besar terhadap berapa banyaknya pendengaran yang hilang,yang akan mempengaruhi kemampuan anak untuk berbicara dan mengembangkan bahasa.Jadi,dapat dikatakan bahwa para profesionL membuat kategori mengenai gangguan pendengaran berdasarkan kemampuan berbicara seseorang. Berikut ini merupakan definisi yang menggambarkan orientasi edukasional (Brill,MacNeil&Newman dalam Hallahan&Kaufman,1988) yaitu :
1. Kerusakan pendengaran ( hearing impairment),merupakan istilah umum

yang menunjukan gangguan pendengaran dengan rentang keparahan dari ringan sampai dengan parah,meliputi ketulian dan kesulitan mendengar. 2. Orang yang tuli (deaf person ),adalah orang yang memiliki gangguan pendengaran sehingga menghalangi keberhasilannya untuk memproses informasi bahasa melalui indra pendengaran dengan atau tanpa alat bantu pendengaran.
3. Kesulitan mendengar (hard of hearing ),adalah orang yang secara umum

mempunyai sisa pendengaran yang cukup untuk dapat memproses

informasi bahasa melalui indra pendengaran dengan menggunakan alat bantu pendengaran. Dalam sudut pandang yang berorientasi edukasional,usia ketika terjadinyagangguan pendengaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan ( Hallahan & Kaufman,1988,Telford & Srawey,1981).Menurut orientasi ini , ada hubungan yang erat antara kehilanagan pendengaran dan keterlambatan bahasa.Makin awal seseorang kehilangan pendengaran , makin terganggu perkembangan bahasanya. Ada dua istilah lain yang sering digunakan dalam menunjukan periode kritis dalam perolehan bahasa adalah Prelingua ldeafness dan postlingual deafness. Prelingual deafness, adalah ketulian yang terjadipada saat lahir atau terjadi di awal kehidupan,terjadi pada usia ketika belum terjadi perkembangan bicara dan bahasa. Postlingual deafness,adalah ketulian yang terjadi pada saat anak sudah mengalami perkembangan bahasa dan bicara. Telfrod & sawrey ( 1981 ) membuat kategori yang sedikit berbeda mengenai gangguan pendengaran,yang berkaitan dengan batas intensitas suara yang dapat didengar, yaitu :
1. Mild losses (20-30

dB),orang yang mengalami pendengaran dalam rentang

ini dapat belajar melalui telinga dengan cara biasa dan berada pada batas antara perkembangan normal dan kesulitan mendengar (hard of hearing).
2. Marginal losses (30-40 dB ),orang yang mengalami gangguan pendengaran

dalam rentang ini biasanya mempunyai beberapa kesulitan untuk mendengar pembicraan dan mengikuti percakapan pada jarak lebih dari beberapa kaki (feat ).Namun demikian mereka masih bisa belajar melalui telinganya. 3. Moderate losses ( 40-60 dB), orang dengan gangguan pendengaran dalam rentang ini dapat belajar bicar secara oral dengan menggunakan pengeras suara dan bantuan visual (misalnya dengan melihat objek yang sedang dibicarakan).

4. Severe losses (60-75 dB),orang yang mengalami gangguan pendengaran

dalam rentang ini tidak akan memperoleh kemampuan bicara tanpa tanpa menggunakan teknik khusus.karna mereka berada di perbatasan kesulitan mendengar dan tuli.

5. Profound losses (lebih dari 75 dB ),orang dengan pendengaran dalam

rentang ini jarang mampu belajar dengan mengandalkan telinga saja,bahkan merekapun sulit untuk belajar bahasa dengan pengeras suara sekalipun dengan volume yang maksimal.