Você está na página 1de 21

TUGAS AGAMA KRISTEN PROTESTAN

JUITA KRISTINNA (1222471868) TEKNIK INFORMATIKA/ SOFTWARE ENGINEERING

Perguruan Tinggi Raharja Jl. Jendral Sudirman No. 40 Modern-Tangerang, Banten 15117 Telepon : 021-552-9692, 021-552-9586 Fax : 021-5529742

Keselamatan Adalah Anugerah


Efesus 2:4-5 "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan-" Menurut pandangan orang dunia, untuk dapat masuk Kerajaan Sorga atau beroleh keselamatan kekal kita harus banyak berbuat baik. Kita harus

mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, supaya nanti kalau ditimbang oleh malaikat, pahala kita 'lebih berat' atau lebih banyak dari dosa-dosa kita. Sebagai manusia berdosa, berapa banyak pahala yang harus kita kumpulkan supaya cukup menebus segala perbuatan dosa yang telah kita perbuat? Sampai kapan pun kita takkan mampu! Alkitab menegaskan, "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman," (2 Timotius 1:9). Jelas sekali bahwa keselamatan adalah karena anugerah, kasih karunia Tuhan semata, bukan hasil usaha kita. Untuk beroleh kasih karunia atau anugerah Tuhan ini tidak ada jalan lain selain percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sebagai orang berdosa, seharusnya kita sendiri yang bertanggung jawab menanggung dosa yang kita perbuat, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Jadi orang berdosa hanya dituntut beriman kepada Yesus agar anugerah keselamatan itu berlaku atasnya, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9). Oleh kasih karunia Tuhan semata, kita manusia berdosa menerima apa yang seharusnya tidak
1

patut kita terima. Maka tidak selayaknya kita yang telah menerima kasih karunia keselamatan itu memegahkan diri. Dan kita yang sudah diselamatkan memiliki tugas dan kewajiban melakukan perbuatan baik. Tanpa campur tangan Allah manusia yang telah mati tidak mungkin bisa hidup lagi. Demikian pula dengan manusia yang sudah mati rohani dengan usaha bagaimanapun rohaninya tidak akan hidup lagi. Hanya oleh karena kasih Allah yang besar maka manusia yang mati Rohani bisa hidup dan menerima keselamatan kekal. Usaha manusia untuk mencapai keselamatan adalah sia-sia. Dan bagi yang sudah menerima anugerah keselamatan tidak bisa menyombongkan diri atas usahanya untuk mendapatkan keselamatan, karena keselamatan adalah anugerah Allah. Dalam kitab Efesus Paulus menegaskan hal ini: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri (efesus 2:8) Jadi, perbuatan baik adalah buah-buah yang harus kita hasilkan setelah diselamatkan, bukan sarana untuk mendapatkan keselamatan! Sifat-Sifat Anugerah Keselamatan Anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus memiliki 3 sifat: 1. Keselamatan adalah hal yang sangat berharga. Anugerah keselamatan bukanlah barang rongsokan yang dibagikan gratis tetapi menyangkut hubungan dengan Allah yang dipulihkan, pengampunan dosa, kepastian hidup kekal di surga, hidup baru dan hal-hal lain yang tak ternilai harganya. 2. Keselamatan bersifat cuma-cuma. Keselamatan bukan dibayar oleh usaha manusia. Sebab semua kebaikan manusia seperti kain kotor di mata Allah. Manusia yang sudah tercemar oleh dosa, tidak mungkin dengan satu juta

perbuatan baik yang sudah tercemar oleh dosa bisa masuk ke dalam surga. Tetapi oleh anugerah Allah, manusia memperoleh keselamatan. Bersifat cuma-cuma karena dosa dan hukuman orang percaya telah ditanggung oleh Kristus di atas kayu salib. 3. Keselamatan diberikan kepada orang yang tidak layak. Penganugerahan keselamatan berbeda dengan penganugerahan doktor kehormatan. Gelar dan penghargaan lain diberikan kepada orang yang memang layak menerimanya. Tetapi anugerah keselamatan diberikan kepada manusia yang tidak layak, yang adalah musuh Allah, yang telah menghina Allah tetapi Allah mau menyelamatkan manusia. Anugerah Keselamatan dan Penciptaan Dua konsep anugerah yang dinyatakan di dalam Alkitab dibangun dari dua karya besar Allah, yaitu penciptaan dan keselamatan. Karya penciptaan Allah kita kenal sebagai dasar anugerah umum dan karya keselamatan Allah kita kenal sebagai anugerah khusus atau anugerah keselamatan. Di antara penciptaan dan sejarah keselamatan terdapat fakta kejatuhan manusia. Pengertian akan natur dan kedalaman fakta kejatuhan manusia akan mempengaruhi pengertian hubungan antara anugerah umum dan anugerah khusus Allah. Theologi Anugerah Menurut theologi Roma Katolik, natur asal manusia tidak berubah jauh setelah kejatuhan, sehingga walaupun manusia memiliki kecenderungan dosa, manusia masih dapat melakukan pekerjaan baik melalui anugerah umum atau natural grace. Akan tetapi anugerah umum ini tidak cukup untuk mencapai hidup kekal, maka manusia memerlukan infus anugerah supranatural, atau supranatural grace, yang memberikan kuasa untuk mencapai pembenaran tahap demi tahap sampai mendapatkan keselamatan. Theologi Arminian percaya bahwa manusia sudah rusak akhlak setelah kejatuhan akan tetapi di dalam anugerah umum, manusia berdosa masih dapat
3

memilih untuk menerima Injil Kristus. Anugerah umum memungkinkan manusia berdosa untuk percaya, sedangkan anugerah khusus bekerja sama dengan hasrat manusia mengakibatkan pertobatan, iman, dan keselamatan. Kedua anugerah ini dapat ditolak, maka anugerah umum maupun khusus tidak menjamin keselamatan. Theologi Arminian tidak membedakan anugerah umum dan anugerah khusus secara esensi. Theologi Reformed percaya bahwa kejatuhan manusia menyebabkan kerusakan total sehingga manusia berdosa tidak lagi memiliki hasrat maupun kekuatan untuk melakukan pekerjaan baik ataupun untuk bertobat dan beriman kepada Kristus. Hanya anugerah keselamatan Allah yang supranatural dan rohaniah yang dapat membawa manusia berdosa kepada Kristus. Maka theologi Reformed berbeda dengan theologi Roma Katolik yang menerima usaha manusia untuk mencapai keselamatan dengan bantuan anugerah supranatural. Theologi Reformed juga bertentangan dengan theologi Arminian yang menerima kemampuan manusia berdosa untuk memilih menerima keselamatan. Menurut theologi Reformed, keselamatan adalah semata-mata kedaulatan Allah yang tidak berhubungan dengan pilihan maupun hasil usaha manusia, dan anugerah khusus ini tidak dapat ditolak. Akan tetapi, jikalau manusia sungguh-sungguh rusak total, mengapa banyak dari mereka yang dapat melakukan pekerjaan yang begitu baik di dalam membangun masyarakat? Jikalau manusia berdosa sungguh-sungguh hidup di bawah murka Allah, apa sebabnya Allah memberikan begitu banyak berkat dan talenta kepada mereka sampai sekarang? Doktrin anugerah umum theologi Reformed bertujuan menjelaskan paradoks antara kerusakan total manusia dan kebaikan Allah yang masih dapat dinikmati setelah kejatuhan manusia. Sejarah Perkembangan Doktrin Anugerah Umum Theologi Reformed Agustinus menegaskan kerusakan total dan ketergantungan mutlak manusia berdosa pada anugerah keselamatan Allah untuk menerangi pikiran dan mengubah

kehendaknya menuju kebenaran. Walaupun manusia yang belum diselamatkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan terhormat jika dilihat dari segi kehidupan sementara ini, semua perbuatan ini masih merupakan dosa karena mereka tidak berasal dari iman sejati dan kasih Allah serta tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah. John Calvin juga menegaskan bahwa dengan sendirinya manusia berdosa tidak dapat melakukan perbuatan baik dan menekankan natur khusus anugerah keselamatan. John Calvin tidak memakai istilah anugerah umum, akan tetapi dia menjelaskan tentang adanya anugerah yang Allah berikan kepada keseluruhan umat manusia yang tidak mengampuni dan memulihkan manusia dari dosa serta tidak membawa keselamatan. Anugerah ini membatasi kuasa dosa yang menghancurkan dan memelihara hukum moralitas Allah, sehingga memungkinkan berjalannya kehidupan di dunia yang sudah jatuh. Anugerah ini juga membagikan bakat-bakat dan talenta-talenta kepada manusia, mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan seni, dan memberikan berkat yang melimpah kepada umat manusia. Setelah John Calvin, doktrin anugerah umum diakui oleh pengikutnya para theolog Reformed pada umumnya, walaupun masih ada sebagian kecil yang menentang doktrin ini. Mengapa Anda Butuh Keselamatan? Saya telah mendengar ratusan kali banyak orang berkata, "Saya yakin bahwa keselamatan baik untuk beberapa orang, tetapi saya mempunyai hidup saya sendiri, agama saya sendiri, dan gagasan saya sendiri; itu sudah cukup baik untuk saya." Karena banyak orang yang merasa seperti ini, apakah yang memnerikan hak kepada saya untuk mengatakan kepada Anda bahwa keselamatan adalah suatu keharusan bagi semua orang? Untuk memahami keselamatan, pertama-tama kita harus memahami rencana semula Allah bagi manusia. Allah menciptakan kita dengan tujuan untuk bersekutu dengan-Nya. Ada 3 aspek dalam diri kita: roh, jiwa, dan tubuh. Roh kita

adalah bagian dari diri kita yang paling dalam. Bagian inilah yang mepunyai potensi untuk memahami dan berhubungan dengan Allah. Iman kepada Allah selalu berasal dari roh kita. Jiwa terdiri dari emosi, kehendak, dan pikiran kita, dan tentu saja, semua orang mengetahui apa yang dimaksud dengan tubuh. Kita berbeda degan binatang, karena kita dalah makhluk yang memiliki roh. Binatang memiliki jiwa, walaupun tidak semajus ebagaimana jiwa manusia. Tentu saja binatang mempunyai emosi, kehendak, dan akal budi yang berbeda tingkatannya. Sebagai manusia kita ini unik. Anda dapat mengatakan bahwa kita adalah makhluk yang memiliki roh, yang mampu mengenal Allah. Kita mempunyai jiwa, dan kita hidup di dalam tubuh jasmani. Iman Ada tiga bagian dari iman yang menyelamatkan: Pertama, adalah mendengar. Saya harus mendengar dan mendengar dengan seksama. Paulus menulis dalam Kitab Roma, bahwa iman itu timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Allah. Oleh karena itu, seseorang harus mengkhotbahkan Alkitab, ketika ia berada di atas mimbar. Iman itu datang dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Allah. Ketika seorang pengkhotbah berdiri di atas mimbar dan dia menguraikan dengan panjang lebar tentang ekonomi, dan berbicara tentang hubungan ras dan politik, dan kejadiankejadian yang terjadi pada hari ini, orang-orang bisa mendengarnya selamanya dan tidak akan pernah diselamatkan. Tidak akan pernah bertobat. Itulah yang mereka dengar dari siaran radio. Itu apa yang mereka dengar dari para komentator di televisi. Itu apa yang mereka baca di Koran-koran. Iman itu datang dari pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan. Jika seseorang berdiri di atas mimbar dan mengkhorbahkan Alkitab, maka seseorang akan diselamatkan. Dia hanya berkehendak. Mungkin tidak semua, tetapi seseorang akan diselamatkan. Iman datang dari pendengaran dan pendengaran
6

akan Firman Tuhan. Salah satu pasal yang sangat menakjubkan dalam Alkitab adalah Kitab Yesaya 55, yang menyebutkan ayo, ayo, ayo bagi setiap orang yang haus. Itulah sebuah puji-pujian yang mulia, yang anda nyanyikan, ayo, ayo, ayo, bagi setiap orang yang haus. Apakah anda ingat hal itu? Sendengakanlah telingamu dan datanglah kepadaKu. Dengarlah, maka jiwamu akan hidup. Dengarlah! Dengarlah. Iman yang menyelamatkan adalah belajar mendengar. Yang kedua adalah, iman yang menyelamatkan adalah belajar bagaimana menerima sesuatu. Misalnya; Saya mendengarnya dan menerimanya sebagai kebenaran. Saya percaya akan kesaksian Alkitab dan saya juga percaya akan kesaksian orang-orang Kristen. Saya tidak pernah ke Tibet. Tetapi saya percaya ada Negara namanya Tibet. Saya tidak pernah ke Afganistan, tetapi saya percaya ada Negara yang namanya Afganistan. Walaupun saya belum pernah berbicara dengan orang-orang Afganistan di sana. Saya tidak pernah melihat Gunung Himalaya, tetapi saya telah berbicara dengan orang-orang Himalaya. Saya percaya bahwa ada daerah yang namanya Himalaya. Saya percaya kesaksian ini. Dan itu adalah sebuah saluran, yang olehnya anugrah Allah datang kepada saya. Seperti tanganmu; tanganmu diciptakan dengan tujuan untuk meraih dan mengambil sesuatu. Keduanya diciptakan untuk maksud tersebut. Hatimu diciptakan untuk dengan cara seperti itu, yakni menerima dan mengambil. Maka demikianlah maksud-maksud sesuatu diciptakan Tuhan. Seperti; jembatan-jembatan air yang ada di kota Roma. Banyak di antaranya telah runtuh, tetapi masih ada satu yang saya lihat tetap ada bertahun-tahun lamanya. Dari gunung Apennine, datang air kehidupan yang mengalir turun ke kota kerajaan, sebuah saluran air yang memberi kehidupan. Itulah saluran iman, yang olehnya Allah dapat menjangkau kita dangan anugrah dan kemurahanNya. Dan bagian ketiga dari hal di atas, bukan hanya pendengaran atau penerimaan, tetapi bagian lain adalah komitmen diri sendiri terhadap FirmanTuhan. Seperti penabur yang menabur benih-benihnya di ladang. Dia

percaya bahwa benih itu akan tumbuh dan membawa seuatu tuaian besar bagi Tuhan. Itu seperti seorang yang sedang sakit. Di bawah tangan ahli bedah, ia percaya sepenuhnya akan ahli bedah itu. Seperti kita naik pesawat terbang, kita pasti percaya bahwa pilot akan membawa kita sampai kepada tujuan. Seperti itulah kita diselamatkan, kita percaya bahwa Yesus telah melakukan itu untuk kita. Kita mendengar suaraNya, kita menerimanya, tawaran janji yang telah Ia buat dan kita memberi diri kita sepenuhnya untuk itu. Ketika anda melakukannya anda ada di dalam jalur itu. Anda telah menyeberang masuk pintu gerbang. Anda telah masuk melalui pintu. Anda telah melangkah masuk melewati garis keselamatan. Dan anda akan diselamatkan. Pandanglah kepada Yesus, oh, betapa indah dan manisnya sebuah komunitas, sebuah persekutuan, sebuah keselamatan, sebuah janji, sebuah pengharapan, sebuah visi, sebuah mimpi, sebuah komitmen, sebuah hidup, sebuah kemuliaan. Lakukanlah itu pada hari ini, maka kamu akan mendapatkan semua itu. Keselamatan Pandangan Alkitab tentang keselamatan ialah: tatkala orang bebas dari pengaruh dosa, dan maut, maka ia disebut orang yang selamat. Pemahaman orang Yahudi tentang keselamatan pertama-tama ialah: kebebasan dari perbudakan di Mesir, juga kelepasan dari pembuangan Babel. Jadi keselamatan diartikan sebuah kemerdekaan dari sesuatu yang menindas kehidupan ini. Yesus Kristus mengajar kita bahwa manusia berada di dalam perbudakan dosa. Sama seperti orang Israel tidak dapat membebaskan diri dari Mesir, juga dari pembuangan Babel, demikian jugalah orang tidak dapat membebaskan diri dari perbudakan dosa. Oleh karena itulah maka Tuhan Yesus datang ke dunia ini, agar Ia membebaskan manusia dari perbudakan dosa, bahkan dari ketakutan atas maut. Hal itu sangat jelas dikatakan oleh penulis surat Ibrani (Ibr 2:15). Kita tidak hanya dimerdekakan dari dosa! Paulus menggambarkan sebuah pergulatan antara manusia lama dengan manusia baru dalam surat Roma pasal 7. Karya Yesus Kristus di kayu salib, juga memerdekakan kita dari diri sendiri. Diri
8

kita sendiri adalah satu pribadi yang berdosa dan yang tidak tunduk kepada kehendak Allah. Keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus bagi kita, juga mencakup kelepasan dari diri sendiri. Allah di dalam Yesus Kristus mengerjakan sesuatu di dalam diri kita, dengan jalan menciptakan manusia baru di dalam diri kita. Cf II Kor 5: 17. Manusia baru itu dibahrui tiap-tiap hari oleh Roh Kudus yang diam di dalam diri kita. Dengan hadirinya Roh Kudus di dalam diri kita, maka Ia akan menuntun kita berjalan di dalam kekudusan sebagaimana mestinya. COMMON GRACE DAN SPECIAL GRACE Di dalam teologi sistematika, terdapat dua istilah yang lazim dipergunakan untuk membedakan dua sebutan anugerah, yakni anugerah umum (common grace) dan anugerah khusus (special grace). Yang dimaksud anugerah umum adalah setiap kebaikan atau berkat dalam jenis atau tingkatan apa pun yang dicurahkan Tuhan kepada manusia dan dunia yang terkutuk ini, tetapi tidak berkaitan dengan karya penyelamatan Tuhan. Anugerah umum terlihat pada: pencurahan berkat jasmaniah, material, maupun yang bersifat ekologis. Sebagai contoh, Tuhan Yesus berkata bahwa Allah Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat. 5:45). Apa yang Ia hendak sampaikan ada hubungannya dengan karya Allah sebagai Pencipta yang secara umum menopang ciptaan dan memeliharanya secara merata dan universal (bdk. Luk. 6:35-36; Kis. 14:15-17; Mzm. 145:9). Ini adalah aspek pertama dalam anugerah umum. Aspek kedua terlihat pada aspek moralitas, hati nurani, sensus divinitatis (perasaan beragama secara umum), serta bayangan kebenaran yang ada pada diri manusia. Melalui perangkat tersebut semua manusia sedikit banyak dapat berbuat baik dan memiliki kesadaran mengenai perbedaan baik dan jahat walaupun ia belum percaya dan masih berstatus sebagai orang berdosa (lih. Luk. 6:33).

Aspek ketiga juga terlihat pada pribadi-pribadi yang sekadar terpesona pada pengalaman rohani tertentu atau kuasa dan kemuliaan dunia spiritual dan religius. Sebagai contoh, ketika Petrus dan Yohanes tiba di Samaria dan orangorang di sana menerima penumpangan tangan dan sekaligus menerima Roh Kudus (Kis. 8:16-17), Simon, seorang tukang sihir, serentak terpesona pada fenomena religius itu dan menawarkan uang kepada kedua rasul untuk memperoleh kuasa serupa (ay. 18-19). Hal ini memperlihatkan adanya indikasi orang yang hanya tertarik pada anugerah secara umum. Sedangkan anugerah khusus adalah pemberian Allah yang cuma-cuma melalui pribadi dan karya penebusan Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya untuk menyediakan jalan keselamatan. Hal ini dibuktikan melalui fakta bahwa Ia telah menang atas kuasa dosa melalui karya penebusan, pengudusan dan pemuliaan. Berbeda dengan anugerah umum, pemberian Allah melalui Kristus ini hanya diperoleh melalui iman kepada karya Kristus. Apabila anugerah umum lebih terfokus pada penciptaan (creation), maka anugerah khusus lebih terfokus pada penciptaan kembali (re-creation; lih. 2Kor. 5:17; Yoh. 3:7; Tit. 3:5; atau redemption). Sebenarnya garis batas antara anugerah khusus dan anugerah umum telah jelas, yaitu yang pertama bersifat redemptive dan yang kedua tidak. Namun belakangan ini di dalam teologi kontemporer terdapat sebuah arus kecenderungan yang berusaha membuat garis batas itu menjadi kabur. Hal ini terlihat pada sikap dan pendirian teolog tertentu yang terlalu terpesona pada anugerah umum (dan juga lebih luas lagi, wahyu umum) yang ada pada umat manusia dan alam, sehingga mereka memberikan apresiasi yang tinggi terhadap agama-agama. Apresiasi dan bahkan dialog dengan agama-agama lain adalah sesuatu yang wajar dan juga mungkin tidak dapat dielakkan dalam era pluralitas dan globalisasi masa kini. Tetapi apresiasi dan dialog tidak seharusnya mengarah pada pendirian yang berlebihan dan akhirnya mengarah pada konsep pluralisme. Sikap seperti ini pada saat yang berbarengan berarti jatuh pada pendirian yang

10

terlalu meninggikan anugerah umum dan sekaligus mengabaikan signifikansi anugerah khusus. Di sinilah bahayanya pendevaluasian anugerah dari pemikir-pemikir teologi modern: Mereka bukan hanya memberi apresiasi, berdialog dengan agama lain dan mengartikan pluralisme hanya sekadar menjamurnya kepelbagaian iman, suku, ras dan nilai-nilai yang berbeda yang harus diakui keberagamannya, tetapi pluralisme telah diartikan sebagai makna yang memiliki muatan filosofis di mana semua orang (dan tentunya orang Kristen) didorong untuk meninggikan nilai toleransi, adaptasi atau akomodasi dengan mengakui bahwa masing-masing keyakinan yang berbeda-beda mempunyai nilai kebenaran sendiri-sendiri. Akibatnya, tidak boleh ada satu keyakinan iman yang dapat mengklaim adanya kebenaran yang absolut di tengah kepelbagaian tersebut, jikalau tidak ingin dianggap arogan, otoriter atau paling sedikit intoleran. Transformasi pemikiran teologi seperti ini telah menyebabkan banyak penulis kontemporer secara tidak hati-hati telah menyimpulkan bahwa iman Kristen bukanlah satusatunya iman yang eksklusif dan anugerah khusus yang bermuatan berita tentang karya penebusan Kristus bukanlah sebuah proposisi yang absolut. Suasana pemikiran teologi kaum pluralis sampai hari ini nampaknya sedikit banyak masih bertumpu pada dasar pemikiran tersebut. Ketika teologi Kristen menghadirkan ajaran tentang finalitas Kristus dalam lingkup kristologi, cukup banyak teolog di masa kini baik yang modern atau pascamodern yang mempermasalahkannya. Salah seorang pluralis yang sangat gencar mempersoalkan tema itu adalah Paul Knitter. Dalam Perjanjian Baru istilah anugerah yang paling banyak dipakai adalah charis (dalam bahasa Yunani) 156 kali yang kebanyakan dipakai dalam konteks Tuhan mencurahkan kasih atau belas kasihan-Nya tanpa disebabkan oleh adanya kebaikan manusia, baik secara aktual maupun potensial (Rm. 11:6; 2Kor. 4:15; 6:1).

11

Menurut K. Berger, selain pengertian umum seperti terima kasih atau ucapan syukur, kata charis yang dipergunakan 100 kali dalam surat-surat Paulus melukiskan secara dominan aspek special grace yang berkaitan dengan panggilan rasuli dan penerimaan terhadap injil (mis. Gal. 1:15; 2:9; 1Kor. 3:10; 15:10; 2Kor. 12:9; Ef. 3:2, 7, 8). Ketika berbicara tentang topik charis ini Paulus menguraikannya secara otoritatif yang dianggapnya sebagai antitesis terhadap hikmat dunia (Rm. 12:3; 15:15; 2Kor. 1:12); bahkan lebih mengejutkan lagi, kehadiran Paulus dalam jemaat diidentikkan dengan kehadiran anugerah (2Kor. 1:15). Hubungan antara charis dan pribadi serta karya Kristus juga beberapa kali dipaparkan. Selain diterima melalui Allah Bapa (2Kor. 1:12), charis juga dicurahkan melalui Kristus (Gal. 1:6; Rm. 5:15). Dalam 2 Tesalonika 1:12 pernyataan yang diberikan lebih jelas lagi: . . . sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia [charis] Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus. Ibrani 4:16 juga berbicara mengenai akses kepada takhta anugerah yang didasarkan atas pengorbanan Imam Besar Agung Yesus Kristus: Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia [charis], supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia [charis] untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Ada sebuah bagian dari Alkitab yang memberikan sebuah parameter kristologis yang sedemikian ketat ketika berbicara tentang charis seperti dicatat oleh Berger, yakni Injil Yohanes 1:14, 16, 17 (Firman itu [Yesus Kristus] . . . penuh kasih karunia [charis] dan kebenaran. . . . Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia [charis] demi kasih karunia [charis]; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia [charis] dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus). Menurutnya pada ayat-ayat ini terkandung sebuah indikasi bahwa charis yang datang melalui Kristus bersifat lebih superior dan berada jauh melampaui Musa dan hukum Taurat. Sebab itu, di dalam iman Kristen ketika seseorang membahas tentang konsep dasar soteriologis, ia tidak dapat tidak harus melihatnya dari karya Kristus yang berelasi dengan konsep anugerah.

12

Dalam soteriologi, konsep dasar yang paling penting adalah konsep pembenaran (justification) di mana pembicaraan mengenai Kristus dan charis tidak dapat ditiadakan. Sebab itu rasul Paulus berani mengatakan: . . . dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Rm. 3:24; bdk. Tit. 3:7). Anugerah bukan hanya satu bagian kecil saja dari pembenaran, melainkan merupakan benang merah untuk seluruh aspek pembenaran (dan juga penebusan). Dalam kata-kata penulis surat Ibrani, kedatangan Kristus ke dalam dunia, kematian-Nya di atas salib dan pemuliaan-Nya setelah kebangkitan, Ia jalani dengan anugerah (2:9), dan anugerah tersebut menurut Paulus tersedia dengan melimpah (Ef. 1:7; Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya). Rumusan sederhananya adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana manusia dapat diselamatkan dan dibenarkan? Jawabnya, manusia diselamatkan dan dibenarkan oleh anugerah Allah melalui iman. (2) Anugerah Allah yang seperti apa yang Allah berikan dan iman yang bagaimana yang dibutuhkan? Jawabnya, anugerah Allah yang datang melalui kebenaran yang dikerjakan oleh Kristus satu kali dan untuk selamanya di atas kayu salib, dan iman yang dibutuhkan adalah iman yang percaya bahwa karya pembenaran Kristus itu cukup bagi keselamatan kita. (3) Jikalau demikian, setelah beriman, kita harus percaya kepada anugerah pembenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita atau anugerah pembenaran Kristus yang bekerja di dalam kita?

13

Jawabnya, kita harus percaya kepada anugerah pembenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita, karena anugerah itu tidak secara subjektif berasal dari dalam kita dan sama sekali bukan hasil karya manusia. Anugerah pembenaran itu terjadi secara objektif di luar kita, yaitu merupakan pemberian Allah semata. Dengan demikian, anugerah adalah awal, proses dan efek dari keselamatan. DISELAMATKAN KASIH KARUNIA OLEH IMAN Keselamatan adalah kata kunci dalam kekristenan. Kata ini menjadi jaminan dan penghiburan bagi orang percaya dalam Kristus. Keselamatan kita datang sebagai karunia Allah. Tetapi hanya dapat diterima oleh manusia melalui iman. Apakah kunci keselamatan itu? Pertama, kita harus memahami bahwa keselamatan adalah kasih karunia Tuhan (Ef. 2:5, 8-9). Keselamatan bukan hasil jasa dan karya kita semata. Itu semata-mata adalah anugerah Allah. Dalam PL, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang penuh dengan kasih karunia dan kemurahan terhadap umatNya. Itu bukan karena mereka layak tetapi karena keinginan-Nya sendiri untuk setia pada perjanjian-Nya yang dibuat dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kel. 6:8). Penulis PB melanjutkan bahwa kasih karunia Allah dinyatakan melalui kehadiran Kristus Yesus. Yoh. 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan (memberikan) anak-Nya yang tunggal Titus 3:5 Kita diselamatkan bukan oleh kebaikan kita, tetapi oleh anugerah Allah. 1Ptr. 1:18-19 Kita ditebus bukan dengan barang yang fana, bukan dengan emas dan perak tetapi dengan darah Kristus yang mahal. Pahamilah bahwa keselamatan bukan hasil usahamu, jangan sombong dan tinggi hati sebagai orang Kristen (1Ptr. 5:5-7). Rendahkan dirimu dan layanilah Tuhan sebagai ungkapan syukur/terima kasih kepada Tuhan. Kedua, kita harus merespons keselamatan itu melalui iman kepada Kristus (Ef. 2:9; Yoh. 3:16) Yoh. 3:16b Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya

14

tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Bagaimana hubungan iman dengan keselamatan? Allah memberikan Yesus Kristus, anakNya yang tunggal mati di kayu salib menggantikan dan menanggung hukuman dosa manusia. Keselamatan merupakan kasih karunia atau pemberian Allah, namun itu menuntut adanya respons atau tanggapan kita untuk beriman atau percaya kepada Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Iman kepada Kristus adalah satu-satunya syarat yang diminta Allah untuk keselamatan. Iman bukan saja suatu pengakuan tentang Kristus, tetapi juga suatu tindakan yang muncul dari hati orang percaya yang ingin mengikuti Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Mat. 4:19; 16:24; Luk. 9:23-25; Yoh. 10:4, 27; 12:26; Why. 14:4). Pengertian Iman dalam PB meliputi 4 unsur: 1) Iman berarti percaya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus yang tersalib dan bangkit sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. 2) Iman meliputi pertobatan: berbalik dari dosa, dengan penyesalan yang mendalam (Kis. 17:30; 2Kor. 7:10); dan berbalik kepada Allah dalam iman melalui Kristus. 3) Iman termasuk ketaatan kepada Yesus Kristus dan firman-Nya. 4) Iman meliputi pengabdian diri yang sepenuh hati kepada Yesus Kristus. Iman menjadi tindakan pribadi yang rela berkorban dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Kristus. Ketiga, kita harus menghasilkan buah perbuatan baik (Ef. 2:10). Paulus berkata bahwa tujuan kita diselamatkan adalah bukan hanya untuk masuk surga dan menikmati surga yang damai, tetapi untuk melakukan keperjaan baik (Ef. 2:10). Kita sudah ditebus dan harganya telah lunas dibayar karena itu muliakan Allah dengan tubuhmu (1Kor. 6:20). Untuk itu persembahkan seluruh tubuh dan hidupmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada

15

Allah (Rm. 12:1-2). Tuhan Yesus menegaskan hal yang sama dalam Matius 5:16, bahwa melalui perbuatanmu yang baik nama Bapa dipermuliakan. Matius 3:8,10 Hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang dalam api. Yohanes 15:6 setiap ranting yang tinggal diluar Aku, akan menjadi kering dan dikumpulkan lalu dibakar. Matius 7:17-22 pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, dan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Jadi dari buahnyalah kita mengenal siapa mereka, apakah orang Kristen palsu atau sejati. Petani menebang pohon rambutan di pekarangan, karena tidak menghasilkan buah. Apakah anda sungguh-sungguh yakin bahwa anda sudah diselamatkan? Apakah buktinya? Buah apa yang sudah anda hasilkan dan tunjukkan? Lihat dirimu dan bandingkan sebelum dan sesudah anda jadi Kristen, sejauh mana hidupmu berubah? Apakah sikapmu, perbuatannya, karaktermu, tutur katamu, motivasi hidupmu sudah berubah? 2Kor. 5:17 Siapa dalam Kristus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Pasal 2:1 dibuka dengan statmen tentang status mansia, bahwa manusia telah mati karena pelanggaran dan dosa. Dalam keadaan status manusia seperti ini maka konsekwensi logisnya maka hidup manusia mengikuti jalan dunia ini, manusia mentaati penguasa kerajaan angkasa (iblis) yang selalu bekerja di antara orang-orang durhaka. Manusia tanpa terkecuali ada di dalam keadaan seperti ini, apa yang diperbuat manusia ini mendukakan hati Allah. Maka Allah akan menghukum manusia karena status dan perbuatannya, tetapi Allah tahu bahwa manusia tidak sanggup menerima cawan dan murka Allah. Kasih Allah adalah kasih yang luar biasa untuk dipahami dan dimengerti oleh manusia, manusia yang seharusnya dihukum serta dibinasakan tetapi kasih Allah yang melimpah rahmat anugerahnya justru mengampuni bahkan memberikan tempat bersama-sama Allah di sorga (ay 6). Allah telah

16

mendemontrasikan kebaikanNya dengan luar biasa kepada semua orang tanpa terkecuali sehingga manusia yang mendapat rahmatNya akan dipulihkan statusnya. Kasih karunia Allah diberikan dengan cuma-cuma, bukan hasil pekerjaan baik kita, itu adalah pemberian Allah yang diberikan karena kasihNya. Tidak ada alasan bagi manusia untuk memegahkan diri atas keselamatan yang telah Tuhan berikan. Dengan status yang baru dimiliki manusia maka Allah telah

mempersiapkan bagi kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Supaya kita hidup di dalam kasih serta kebaikan Allah serta melakukan kebenaran Allah di dunia ini. Ini panggilan yang Allah berikan bagi setiap kita yang telah meneriman anugerah itu sampai selama-lamanya. Setiap orang paling tidak memiliki 3 fase dalam hidupnya yaitu masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Demikian juga dalam hal rohani kita juga mempuyai masa lali, kini dan masa yang akan datang. Masa lalu kita adalah orang yang harus dimurkai Allah, masa kini kita orang yang mendapat kemurahan dan masa yang akan datang kita orang yang mendapat janji. Paulus mengungkapkan hal ini kepada jemaat Efesus. Kemurahan Tuhan yang diberikan kepada manusia sifatnya bertingkat kasihNya yang besar dilimpahkan kepada kita, menghidupkan, menyelamatkan, membangkitkan dan memberi tempat di sorga (Ef 2:4-6). Dasar inilah yang seharusnya selalu diingat oleh orang percaya bahwa keselamatan adalah inisiatif Allah tidak ada sedikitpun karya manusia dalam penyelamatan ini, maka tidak ada seorangpun yang boleh menyombongkan diri atas karya keselamatan Allah (ay 8-9). Sebagai respon adalah bagaimana kita menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik sehingga karya Allah yang diberikan kepada kita tidak sia-sia. Ketika kita diselamatkan berarti kita memiliki : 1. Hikmat dari Allah

17

Hikmat Allah merupakan bagian keselamatan yang di anugerahkan kepada kita, mintalah selalu hikmat Allah dalam apapun yang kita lakukan. 2. Kepercayaan. Hal yang Tuhan inginkan bagi kita adalah percaya yang sungguh kepada Tuhan. Allah akan memberkati kita jika kita selalu percaya dan setia dengan kehendak Tuhan. Cari dahulu kerajaan Allah maka semua akan ditambahkan kepada kita. Ketika kita percaya maka hal yang lainnya Tuhan akan berikan untuk kita. Keselamatan memang adalah Anugerah Tuhan, tapi kita juga harus mengerjakannya, dengan melekat pada Tuhan, sungguh-sungguh mencari Tuhan, punya iman yang kuat dan percaya selalu sebab tanpa hal-hal ini kita tidak mampu berdiri teguh dan tidak menjadi dewasa didalam Tuhan. Kerjakan keselamatan dengan takut dan gentar maka keselamatan menjadi hak penuh kita. A M I N ~ Kesimpulan Tatkala kita beriman kepada Kristus, kita dibenarkan di hidapan Allah. Itu berarti, kita dianggap Allah sebagai satu pribadi yang dosanya telah diselesaikan melalui korban Yesus Kristus. Dengan jalan demikian, maka terciptalah damai sejahtera antara kita dengan Allah. Itu berarti kita tidak punya masalah lagi dengan Allah. Sebagai produk lanjutannya, kita berada di dalam rahim Allah, selama kita hidup di dunia ini. Oleh karena itu, hidup kita sangat aman selama kita berada di dalam rahin Allah itu, apa pun yang terjadi di dalam kehidupan ini. Allah bekerja aktif untuk memungkinkan kita tetap berada di dalam rahim-Nya. Di dalam rahim Allah itu kita akan mendapatkan kemuliaan Allah. Pun di dalam penderitaan yang mungkin akan kita alami, sisi positifnya akan kita nikmati juga karena kasih karunia Allah. Untuk menjamin keselamatan itu tetap ada di dalam hidup kita, maka Roh Kudus pun diberikan tinggal di dalam hidup kita, supaya Dia yang menuntun perlanan kita di dunia ini. Ia yang akan memungkinkan kita berjalan di dalam kekudusan yang seharusnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

19

Curtis, A. Kenneth. 2001. 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 25-27. Lohse, Benhard. 1990. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157-163 Peter Youngren, Keselamatan, Anugerah Allah Bagi Anda, Dominion Media Productions, 1994. Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2012 Renungan Malam, Juni 2009 Sudarmo R. 2010. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 64. Urban, Linwood. 2003. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157. Verkuyl J. 1989. Aku Percaya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 189.

20

Você também pode gostar