Você está na página 1de 3

http://www.sinarharapan.co.id/content/read/asih-mendobrak-tabu/ 16.11.

2011 10:15

Asih Mendobrak Tabu


Penulis : Wheny Hari Muljati Salah satu teman kos saya hamil di luar nikah. Lelaki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab, tutur Turasih Widyowati (Asih) dalam pembicaraan via telepon dengan SH, Selasa (15/11). Ada juga beberapa ibu yang mengalami masalah dengan alat kontrasepsi, seperti pusing-pusing dan pendarahan, tapi mereka berdiam diri karena urusan reproduksi umumnya mereka anggap tabu dibicarakan, tambah Asih. Menurut anak ke-10 dari 14 bersaudara ini, hal yang mendesak dilakukan saat ini adalah membekali para perempuan dengan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (kespro). Tujuannya agar para perempuan bisa menghargai dirinya sendiri dan mengetahui hak seksualitasnya. Keinginannya menyebarkan informasi kespro inilah yang mendorong Asih dan teman-temannya mendirikan Bayt Al-Hikmah (Bayt) sebagai komunitas yang mencermati persoalan kespro. Melalui organisasi ini, diskusi-diskusi kespro pun kian meluas. Beberapa program pun dibuat, antara lain Sekolah Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR), Camping Kespro, Teman Dengar, Sanlat Kespro, Bayt Goes to School, diskusi rutin dua mingguan, dan pembuatan Buletin The Gazette Youthly. SKRR misalnya, merupakan program pelatihan kespro untuk kaum muda usia 14-25 tahun, yang dibuat dengan prinsip menyenangkan sehingga mereka bisa dengan mudah menceritakan apa yang mereka alami. Begitu juga Camping Kespro, yang memiliki moto: dengan kespro kita senang dan kita senang dengan kespro. Melalui kemping unik ini, Bayt mengajak kaum muda baik perempuan maupun laki-laki belajar mengenal tubuh dan setiap organ reproduksi mereka dengan cara menyenangkan dan tidak melukai, yakni dengan bermain dan belajar di alam terbuka. Program ini cukup berhasil, dan telah menjadi rujukan bagi komunitas muda asuhan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Lombok. Keprihatinan juga yang lantas menggerakkan Bayt untuk menyediakan diri menjadi tempat curahan isi hati (curhat) kawula muda. Melalui Program Teman Dengar, para remaja mendapat keleluasaan berbicara seputar masalah hak seksualitas mereka dan melalui Pesantren Kilat (Sanlat) Kespro, kaum muda juga dibekali dengan ilmu kespro dari perspektif Kitab Kuning.

Semua aktivitas ini selalu kami lakukan dengan cara menyenangkan, ujar Asih lagi. Supaya remaja tertarik, karena selama ini Kespro di kalangan mereka juga dianggap tabu, ungkap Asih. Trauma Sepak terjang Asih di bidang kespro ini bermula dari kelompok diskusi di perpustakaan Institute Fahmina. Mencermati kurangnya informasi kespro, Asih dan teman-teman diskusinya pun mulai meneliti dampak penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan. Hasil riset kecil kami menunjukkan hampir 80 persen perempuan tidak mendapatkan informasi soal dampak penggunaan alat kontrasepsi, tulis Asih lewat surelnya. Hasil penelitian juga menemukan bahwa setelah memakai alat kontrasepsi, banyak perempuan mengalami masalah seperti kegemukan, pendarahan, pusing-pusing, atau malah makin kurus. Ada perempuan yang sampai mengalami trauma menggunakan alat kontrasepsi, tulis Asih lagi. Menurut Asih, informasi kespro belum bisa kita dapatkan dengan mudah karena adanya budaya tabu dan rasa takut di masyarakat. ICPD Kairo (1994) padahal memuat 12 hak kespro, yang salah satunya adalah hak mendapatkan informasi kespro dan hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sejalan dengan Undang-undang Kesehatan No 36 Tahun 2009, tulis Asih. Kenyataan ini yang membuat gadis yang dikenal sebagai aktivis yang gigih oleh teman-temannya ini terus berupaya memberikan pelatihan, penyuluhan, dan pendidikan kespro ke berbagai kalangan perempuan, termasuk remaja. Komitmennya ini pun menjadikannya terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan pembaru sosial muda (Young Changemaker/YCM) dari lembaga Ashoka Indonesia akhir 2010 lalu. Diancam Dibunuh Banyak tantangan yang dihadapi gadis yang langganan mendapat beasiswa ini. Pertama bicara vagina, saya dianggap bicara tabu. Saat memperkenalkan kondom, saya dianggap melegalkan kondom. Saya juga dianggap kafir oleh dosen-dosen saya sewaktu bicara tentang kesetaraan gender dan dianggap liberal oleh salah satu dosen sewaktu saya kuliah, tutur alumnus IAIN Cirebon yang pernah diancam dibunuh ketika mendampingi masyarakat dalam kasus sengketa tanah di kampung halamannya ini. Tapi saya senang di Fahmina, kampus tempat saya bekerja sekarang. Di kampus ini ada Program Islam dan Gender, dan ada Lies Marcoes yang sangat saya kagumi karena pengetahuan dan semangatnya dalam mengajarkan kesetaraan gender, tutur Asih yang mengaku terinspirasi oleh Madam Theresa, Fatimah Marnesi, Nawal el Sahadawi, dan juga KH Husen Muhammad, Marzuki Wahid, dan Faqihudin Abdul Kodir.

Tidak banyak laki-laki yang gigih berbicara, memperjuangkan dan membela hak perempuan, tapi ketiga sosok laki-laki yang menginspirasi saya ini sangat luar biasa dalam hal itu, dan sangat mendukung kegiatan Bayt, tutur Asih. Kendati belum mendapat dukungan maksimal dari pemerintah setempat dan mengalami banyak tantangan dalam hal pendanaan komunitasnya, perempuan yang bercita-cita mendirikan radio komunitas ini terhitung telah meraih beberapa pencapaian, seperti membuat basecamp untuk kegiatan komunitasnya dan menjalankan program-program kespronya. Di tengah kesibukannya kuliah, jadi asisten dosen, dan berdagang kerudung, satu-satunya anak buruh tani yang mengenyam pendidikan tinggi ini rupanya juga sempat menggalang dan menginisiasi beberapa gerakan masyarakat dan kaum muda di beberapa kota. Komunitas Harmonika di Yogya dan Komunitas Pemuda Lintas Iman (KPLI) di Cirebon adalah contohnya. KPLI 28 Oktober 2011 lalu berikrar mengikis stigma negatif yang merusak keberagaman. Misalnya, stigma bahwa muslim identik dengan kekerasan, dan nonmuslim, seperti kristen, yang cenderung dicurigai melakukan kristenisasi, ujar lajang yang mengaku hobi nongkrong dengan anak jalanan ini. Aktivis PMII ini berharap informasi kespro kelak dipahami oleh lebih banyak perempuan. Aku ingin membuat rumah sehat dan menyenangkan untuk kawula muda, juga menulis buku, ujar gadis yang hobi membaca ini saat ditanya SH tentang harapannya lima tahun mendatang.

Você também pode gostar