Você está na página 1de 39

0

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR AKUNTASI DAGANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : PERDINI ADMA SARI A1A308069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama. Tujuan penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan adalah untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dan mandiri dengan perbekalan keahlian yang didapat di sekolah. SMK memiliki beberapa jurusan, salah satunya adalah jurusan akuntansi produktif. Hasil akhir pada pembelajaran produktif di jurusan akuntansi adalah untuk melahirkan siswa-siswi yang berkompeten di bidang akuntansi (menjadi seorang akuntan yang handal). SMK program keahlian akuntansi mempunyai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan (Dasar- Dasar Akuntansi), Kompetensi Kejuruan Akuntansi, dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa. Di dalam Standar Kompetensi Lulusan terdapat beberapa standar kompetensi yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar, yakni pada SKL Dasar Kompetensi Kejuruan (Dasar- Dasar Akuntansi) terdapat enam standar kompetensi yaitu Menerapkan Prinsip Dasar Produksi Dalam Kegiatan Bisnis yang terdiri dari dua kompetensi dasar, Menentukan Bentuk Badan Usaha dan Memanfaatkan Lembaga Keuangan yang terdiri dari dua kompetensi dasar, Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan yang terdiri dari empat kompetensi dasar,

Berkomunikasi Melalui Telepon dan Faximili yang terdiri dari empat kompetensi dasar, Mengerjakan persamaan dasar akuntansi yang terdiri dari tiga kompetensi dasar, serta Mengelola Bukti Transaksi yang terdiri dari tiga kompetensi dasar. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam baik dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Seperti yang dipaparkan oleh Ary H. Gunawan (2010: 59) Perkembangan manusia sering dipengaruhi oleh berbagai faktor/aspek, baik internal maupun eksternal. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh para pendidik agar pandai-pandai memecahkan atau menggarap masalah pendidikan melalui analisis sosiologis. Faktor intern meliputi faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Abu Ahmadi, 2007:27). Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku di kalangan anak didik. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam akuntansi, maka

diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan. Patokan tersebut dapat dilihat dari tingkat keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut: a. Istimewa / maksimal dapat dikuasai siswa b. Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa c. Baik / minimal % dikuasai siswa d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%- 75

dari 60% dikuasai siswa (Djamarah dan Zain, 2006: 107). Di bawah ini data jumlah siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011/2012 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan umum semester kurang dari 75 mengenai siklus akuntansi jasa dan dagang.

TABEL 2 Daftar Jumlah Siswa kelas X Akuntansi yang berkesulitan belajar Jumlah Siswa dengan Kelas Jumlah Siswa Nilai UTS <75 X Akuntansi 1 X Akuntansi 2 Jumlah 35 35 70 11 14 25

(Data SMK Negeri 1 Martapura) Dari data nilai Ujian Tengah Semester kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura terdapat 14 siswa atau lebih dari 35 persen siswa kelas X Akuntansi yang berkriteria minimal dalam proses belajar, yaitu siswa yang nilai ujian tengah semesternya kurang dari 75. Kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda, sehingga cara menanganinya juga berbeda sesuai permasalahannya. Dengan demikian siswa tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari guru. Guru harus berusaha membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mendiagnosa kesulitan belajar yaitu meneliti dimana letak kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi pelajarannya dan mencari alternatif pemecahan masalah, dengan diagnostik kesulitan belajar siswa maka usaha perbaikan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah.

Pentingnya pemahaman siswa mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi maka dirasa perlu untuk dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam mempelajari siklus akuntansi dagang, khususnya pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi. Hal ini perlu dilakukan agar guru dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam penguasaan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam mengelola bukti transaksi sehingga dapat meminimalisir kesalahan- kesalahan siswa dalam menyelesaikan persoalan siklus akuntansi dagang. Selain itu guru dapat mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bukti transaksi pada siklus akuntansi dagang sehingga dapat memberikan remedial kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah: pertama, SMK progran keahlian akuntansi mempunyai tiga Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan (Dasar- Dasar Akuntansi), Kompetensi Kejuruan, dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa. Dalam SKL Dasar Kompetensi Kejuruan terdapat Standar Kompetensi mengelola bukti transaksi yang merupakan salah satu standar kompetensi yang sangat penting karena merupakan hal yang paling mendasar dalam mempelajari akuntansi. Kedua, terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar akuntansi sehingga guru perlu memberikan program remedial. Ketiga,

guru belum mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari kompetensi dasar Mengelola Bukti Transaksi.

C. PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada kajian kesulitan belajar siswa dalam mempelajari siklus akuntansi dagang khususnya pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan, dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kajian kesulitan belajar tersebut dapat ditelaah dengan diagnostik kesulitan belajar serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

D. PERUMUSAN MASALAH Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Identifikasi kesulitan apakah yang dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur? 2. Siapa sajakah siswa yang mengalami kesulitan belajar akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur?

3. Faktor- faktor apa sajakah pada standar kompetensi sebelumnya yang menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi? E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui identifikasi kesulitan yang dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. 2. Untuk mengetahui siswa-siswa mana yang mengalami kesulitan pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi 3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa pada kompetensi dasar sebelumnya yang menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Berguna untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi. 2. Berguna untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transasksi

3. Mengetahui siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam akuntansi. 4. Mempermudah guru yang bersangkutan untuk memberikan program remedial secara tepat dan terarah. 5. Meminimalisir kesalahan siswa dalam mengerjakan persoalan

akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AKUNTANSI DAGANG

i.

ii. iii. 1.

Perusahaan dagang memiliki karakteristik sebagai berikut: Perusahaan dagang menjual produk berupa barang berwujud antara lain barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku (bahan mentah). Barang dagang tersebut berasal dari hasil pertanian, perkebunan, pertambangan, dan hasil industri. Perusahaan dagang tidak melakukan pengolahan atas barang dagang. Produk perusahaan dagang merupakan pembelian pihak luar. Perusahaan dagang memiliki aktivitas pokok sebagai berikut. Pembelian Barang. Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang meliputi pembelian aktiva produksi, pembelian barang dagang serta pembelian barang dan jasa lain untuk kegiatan usaha. Pembelian tersebut dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit dan pada umumnya dilakukan kepada beberapa pihak atau pemasok (supplier).

2. Penyimpanan Barang Setelah melakukan pembelian, maka barang-barang yang tealh dibeli tersebut disimpan untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Pada umumnya penyimpanan barang diletakkan pada suatu gudang sebagai persediaan barang dagang perusahaan. 3. Penjualan Barang Sumber utama pendapatan bagi perusahaan dagang berasal dari penjualan. Seperti pembelian, penjualan barang dagang juga dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit (Wahyu Adji, 2008: 3- 5).

10

Pemilik atau pengelola dapat memantau kondisi keuangan bisnis yang dijalankan melalui langkah- langkah dalam akuntansi (Wahyu Adji, 2008: 6). BAGAN 1 Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang

Bukti Transaksi

Dibuat dan diterima, dicatat dalam


Jurnal Umum Jurnal Khusus

Ayat Jurnal Pembalik

Beberapa transaksi juga Dicatat langsung ke


Buku Besar Pembantu

Dibalik menggunakan
Neraca Saldo setelah Tutup Buku

dipindah ke
Buku besar

Dirangkum dalam

di susun dalam

Neraca Saldo Setelah Disesuaikan

Neraca Saldo

Ditutup menggunakan
Ayat Jurnal Penutup

disesuaikan menggunakan
Kertas Kerja Ayat Jurnal Penyesuaian

Dilaporkan dalam bentuk (Wahyu Adji, 2008: 7)

diikhtisarkan dalam

Akuntansi merupakan mata pelajaran yang menggunakan pendekatan prosedural. Pendekatan Prosedural (procedural approach) dipakai bila standar kompetensi harus dikuasai berupa langkah-langkah secara urut dalam

11

mengerjakan suatu tugas pembelajaran (Dependiknas, 2008: 12). Sedangkan menurut Atmono (2009: 5) model pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Salma (2008: 39) mengemukakan model prosedural menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan. Contoh: Dalam pelajaran akuntansi, agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil). Siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (Penguasaan konsep); setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (Penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (Penguasaan Penerapan dalil) (diakses pada tanggal 14 Februari 2012, http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkahlangkah-mengurutkan-materi-pembelajaran). Manfaat model prosedural, yakni: 1. Alur pelaksanaan model dilaksanakan secara jelas, biasanya arah diatur dengan simbol tanda panah ( ( ). ), garis putus-putus untuk umpan balik

2. Setiap langkah jelas mudah diikuti 3. Dengan keteraturan ini, maka terjadi efektifitas dan efesiensi pelaksanaan (Salma, 2008: 39). Menurut Salma (2008: 81) Ilmu atau pengetahuan berdasarkan teori informasi dapat dipilah dan dikaji karakteristiknya. Analisis pengetahuan dilaksanakan melalui mengelompokkan jenis ilmu berdasarkan struktur di

12

dalamnya serta jenjang atau tingkat pemahamannya bagi proses belajar seseorang. Pada model disain pembelajaran merill (CDT) telah menyinggung kategori ilmu itu. Ia menyatakan bahwa isi pelajaran terdiri atas fakta, konsep, prosedur, dan prinsip (Salma, 2008: 81). 1. Fakta Bagi Merril (1983), fakta adalah informasi tentang nama, tempat, kejadian julukan, istilah, simbol. Selain itu fakta juga mengenai hubungan antar-informasi tersebut (Salma, 2008: 83). 2. Konsep Konsep adalah kelompok objek atau kebendaan, kejadian, simbol, yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik serta nama atau julukan (Salma, 2008: 85). Sedangkan menurut Santrock (2008: 352) yang mengutip pendapat Zacks & tversky (2001), konsep adalah kategori - kategori yang mengelompokan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Selain itu mengutip pendapat Hann & Ramscar (2001) dan Medin (2000) yang mengatakan bahwa konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi. 3. Prosedur Kemp, dkk merumuskan prosedur adalah tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap atau berurutan. Pendapat Merril juga tidak jauh berbeda dari pendapat Kemp,dkk. Prosedur adalah rangkaian langkah pelaksanaan pekerjaan yang harus

13

dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu, atau untuk menyelesaikan suatu masalah atau produk (Salma, 2008: 87). 4. Prinsip Menurut Merril (1983), prinsip berupa penjelasan atau ramalan atas suatu kejadian di dunia ini. Prinsip menyangkut hukum sebab-akibat dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian khusus (Salma, 2008: 86). Selain empat ragam pengetahuan menurut Merril, ada empat aspek kognitif yang dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hierarki piramidal (Daryanto, 2008: 101). Sistem klasifikasi Bloom itu dapat digambarkan sebagai berikut: BAGAN 2 Sistem Klasifikasi Bloom Penilaian Sintesis Analisis Penerapan Pemahaman Pengetahuan (Evaluation) (Syntesis) (Analysis) (Application) (Comprehension) (Knowledge)

Keenam aspek ini bersifat kontinu dan overlap (saling tumpang tindih). Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.

14

Dengan demikian: Aspek 2 meliputi juga aspek 1; Aspek 3 meliputi juga aspek 2 dan 1; Aspek 4 meliputi juga aspek 3, 2, dan 1; Aspek 5 meliputi juga aspek 4, 3, 3, dan 1; Aspek 6 meliputi juga aspek 5, 4, 3, 2, dan 1; (Daryanto, 2008: 102). Berikut ini penjelasan mengenai tiap aspek sebagaimana diberikan dalam taksonomi Bloom (1956). 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jemjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya (Daryanto, 2008: 103) 2. Pemahaman (Comprehension) Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajarmengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain (Daryanto, 2008: 106) 3. Penerapan (Aplication) Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret (Daryanto, 2008: 109)

15

Sedangkan menurut Sudjana (2009: 25) aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun item tentang aplikasi. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip atau generalisasi. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab-akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghdapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi (Sudjana, 2009: 26-27)

1.

2. 3. 4. 5.

6.

7.

8.

5.

Analisis (Analysis) Menurut Sudjana (2009: 27) analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas

16

hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya (Daryanto, 2008: 110) 6. Sintesis (Syntesis) Menurut Sudjana (2008: 27) penyatuan unsur-unsur atau bagianbagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada (Daryanto, 2008: 112). Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menenmukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu, unit-unit yang tak berharga menjadi sangat berharga. Termasuk dalam kecakapan ini adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang lainnya. Kecakapan sisntesis yang kedua ialah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan. Kecakapan sintesis yang ketiga ialah kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentukbentuk lain (Sudjana, 2009: 28).

7. Penilaian (Evaluation) Menurut Sudjana (2009: 28) evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materill, dll. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan,

17

atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar, atau ukuran untuk

mengevaluasi tertentu (Daryanto, 2008: 113).

B. KESULITAN BELAJAR DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYA Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar ( Fakihuddin, 2007: 26). Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyatan manisfestasi gejala kesulitan belajar antara lain: Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapai selalu rendah. Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dan sebagainya. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya. Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya ( Fakihuddin, 2007: 28) Menurut Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati dalam Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi, banyak hal yang dapat manghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada

1. 2.

3.

4. 5.

6.

18

pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor. Faktor Intern, meliputi: faktor biologis, kesehatan, faktor Psikologis, Intelegensi, perhatian, minat, bakat, emosi. Sedangkan Faktor Ekstern yang meliputi: Lingkungan, faktor suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor Lingkungan Sekolah, faktor Lingkungan Masyarakat (diakses pada tanggal 11 Desember 2011,

(http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431). Menurut Muhibbin (2003: 182-184) kesulitan belajar juga dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktorfaktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai harapan. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni: 1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri 2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini. a. Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmapuan psiko-fisik siswa, yakni 1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa; 2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; 3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan meliputi: 1. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga

19

2. Lingkungan perkampungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer gruop) yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Fakihuddin (2007:34) mengutip pendapat Djamarah (2002), menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (siswa) sebagai berikut. 1. Faktor lingkungan a. Lingkungan Alami Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, tempat mereka hidup dan berusaha didalamnya. Lingkungan rumah/ sekolah yang gersang, pengap, tandus, panas dan lembab sekali tentu membuat anak merasa bosan dan cenderung gelisah, konsentrasi menurun, dan bisa jadi membuat anak didik menghindari belajar (Fakihuddin, 2007: 3839) b. Lingkungan sosial budaya Sistem sosial yang berlaku akan mengikat perilaku mereka untuk tunduk pada sosial, susila, dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah, sering mendatangkan masalah tersendiri bagi kehidupan mereka di sekolah ( Fakihuddin, 2007: 39) 2. Faktor Instrumen Berbagai instrumen yang terkait dengan pencapaian tujuan pendidikan, antara lain kurikulum, program pendidikan, dan guru ( Fakihuddin, 2007: 39). 3. Kondisi Fisiologis Nasution, dkk (dalam Djamarah, 2007: 155 menjelaskan, pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar

20

seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya daripada orang yang dalam kelelahan ( Fakihuddin, 2007: 42) 4. Kondisi Psikologis Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam diri siswa tentu merupakan hal utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Oleh karena itu, faktor- faktor psikologis siswa seperti minat, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif akan mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik ( Fakihuddin, 2007: 42)

Fakihuddin (2007: 69) memaparkan pada garis besarnya penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu a. Faktor internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh: - Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensi, ayau kecakapan/ bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu; kelemahan fisik; panca indra, saraf, kecepatan, karena sakit dan sebagainya; - Gangguan yang bersifat emosional; - Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran tertentu; dan - Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut. b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi: - Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid aktif antisipatif (kurang memungkinkannya siswa belajar secara aktif student active learning) - Sifat kurikulum yang tidak fleksibel; ketidakseragaman pola dan standar administrasi; - Beban studi yang terlampau berat; - Metode mengajar yang kurang memadai - Sering pindah sekolah - Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar; dan

21

- Situasi rumah tangga yang kurang mendorong aktivitas belajar

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar siswa baik dalam diri siswa maupun diluar diri siswa dapat dikelompokkan menjadi: 1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi: a). Minat Tidak adanya minat seorang anak akan menimbulkan kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak akan sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu, pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dll (Dalyono, 2009: 235). b). Motivasi Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas- aktivitas tertentu dan untuk tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya ( Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010: 72) c). Bakat Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir (Dalyono, 2009: 234). Sehingga seseorang akan mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Seorang anak yang harus mempelajari bahan yang lain yang tidak sesuai dengan bakatnya akan mudah bosan, mudah putus asa dan

22

cenderung tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang tidak suka mengikuti pelajaran sehingga nilainya rendah. d). Inteligensi Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Dan anak yang mempunyai IQ kurang yang banyak mengalami kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 233). 2. Faktor Ekstern ( faktor dari luar manusia) 2.1 Faktor Keluarga Sarana/Prasarana Kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua dan tidak adanya tempat belajar yang baik akan menghambat kemajuan belajar anak (Dalyono, 2009: 240-241). 2.2 Faktor Sekolah a). Guru Besar kecilnya peranan guru dalam mengantarkan siswa mencapai keberhasilan belajar sangat tergantung pada tingkat penguasaan materi, metode, pendekatan, penggunaan media yang tepat ( Fakihuddin, 2007: 41) Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 242) apabila: i. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. ii. Hubungan guru dengan murid kurang baik, karena adanya sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya. iii. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.

23

iv. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar siswa. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya. v. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. b). Faktor alat Sarana/ prasarana juga berperan penting dalam pendidikan, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994: 5) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sarana prasaran antara lain buku pelajaran, alat pelajaran, alat praktik, ruang belajar, laboratorium dan perpustakaan (Fakihuddin, 2007:41). c). Kondisi Gedung Ruangan tempat belajar anak harus memenuhi syarat kesehatan seperti: i. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan. ii. Dinding harus bersih, putih dan tidak kotor. iii. Lantai tidak becek, licin atau kotor. iv. Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian, sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajar (Dalyono, 2009: 244- 245). Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi, maka situasi belajar kurang baik. Anakanak akan selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.

C.

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR Dalam menjelaskan pengertian diagnosis ini, Abi Syamsudin mengutip pendapat Torndike dan Hagen (1955: 530- 532) sebagai berikut.

24

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejala (symptoms) 2. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik artau kesalahan, dan sebagai yang esensial. 3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal (Fakihuddin, 2007: 62). Sedangkan menurut Sudjana (2009: 5) penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Pendapat ini diperjelas oleh Daryanto (2008: 37) yang memaparkan tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan- kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya? ( Anas Sudijono, 2009: 70). Santrock (2008: 607) mengemukakan diagnostic testing terdiri dari evaluasi area pembelajaran spesifik secara relatif dan mendalam. Tujuannya adalah menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid sehingga kebutuhan tersebut dapat dpenuhi melalui instrusi reguler dan remedial. Tahapan-Tahapan diagnosis (the level of diagnosis) menurut Ross and Stanley and William yang dikutip Fakihuddin (2007: 63- 64) sebagai berikut.

25

5. How can Errors be prevented (Bagaimana kelemahan itu terjadi) 4. What remedies are suggest (Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan) 3. Why do the errors happened

(Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi) 5. Where are the errors located (Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalosasikan 1. Who are the pupils having problem (Siapa-siapa saja siswa yang mengalami gangguan) (Skema : Tahapan Tahapan Diagnosis) Dari skema diatas tampak bahwa keempat langkah pertama dari diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau penyembuhan. Sedangkan yang kelima merupakan upaya pencegahan (preventive) (Fakihuddin, 2007: 64).

26

G. Kerangka Pikir BAGAN 3 KERANGKA PIKIR

Standar Kompetensi Lulusan SMK Program Keahlian Akuntansi

Dasar Kompetensi Kejuruan SK. Mengelola Bukti Transaksi

Kompetensi Kejuruan SK. Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan dagang fakta

Ketidakmampuan Memahami

konsep prinsip prosedur

Kesulitan Belajar Diagnostik Kesulitan Belajar

Sekolah Menengah Kejuruan program keahlian akuntansi memiliki tiga Standar Kompetensi Lulusan yaitu dasar- dasar kompetensi kejuruan, kompetensi kejuruan dan kompetensi dasar muatan lokal/ global. Siswa terlebih dahulu harus memahami dasar- dasar kompetensi kejuruan agar dapat menguasai kompetensi

27

kejuruan. Dari landasan teori, mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang bersifat prosedural yang didalamnya terdapat empat ragam pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dikuasai oleh siswa. Mempelajari akuntansi berarti mempelajari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Ketidakmampuan siswa dalam memahami empat ragam jenjang pengetahuan tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan siswa dalam mengelola bukti transaksi mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam materi pelajaran selanjutnya khususnya dalam menyelesaikan siklus akuntansi. Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa, maka perlu dilakukan diagnostik kesulitan belajar untuk mengetahui letak kesulitannya serta faktor- faktor timbulnya kesulitan belajar antara lain: 1) Faktor Intern, yakni hal- hal atau keadaan yang muncul pada diri siswa sendiri; 2) Faktor Ekstern, yakni hal- hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa.

28

BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN OPERASIONAL Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena (Bambang Prasetyo, 2008: 42). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi tentang kesulitan yang dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi pada pokok bahasan akuntansi dagang. B. POPULASI PENELITIAN Populasi adalah keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. Sementara itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Bambang Prasetyo, 2008: 119). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012. TABEL 3 Jumlah Populasi KELAS XII SOSIAL 1 XII SOSIAL 2 JUMLAH POPULASI JUMLAH SISWA 27 orang 27 orang 54 orang

(Sumber : Data SMKN 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012)

Sedangkan

pengambilan

sampel

dalam

penelitian

ini

adalah

menggunakan teknik total sampling atau complete enumeration yaitu teknik

29

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pengambilan sampel secara keseluruhan dimaksudkan agar dapat diperoleh data yang lebih akurat.

C. VARIABEL PENELITIAN Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian penelitian. Pada metode analisis faktor variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan terikat, namun sebagai penggantinya seluruh set hubungan interdependen antar-variabel diteliti. Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Akuntansi Dagang siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011/2012 adalah: 1. Faktor Intern 1.1 Siswa 1. Minat (X1) 2. Motivasi (X2) 3. Bakat (X3) 4. Intelegensi (X4) 2. Faktor Ekstern 2.1 Faktor Lingkungan Keluarga 5. Sarana dan prasarana belajar yang ada di rumah (X5) 2.2 Faktor Lingkungan Sekolah 6. Cara penyajian guru (X6) 7. Hubungan antara guru dengan siswa (X7)

30

8. Hubungan antara siswa dengan siswa (X8) 9. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah (X9) 10. Kondisi lingkungan sekolah (X10) 11. Kondisi ruang belajar di sekolah (X11) 2.3 Faktor Lingkungan Masyarakat 12. Sikap teman-teman sebaya (X12) 13. Pengaruh teman terhadap semangat belajar (X13) Variabel ini dapat diketahui dengan cara penyebaran angket dengan menggunakan skala likert dalam pengukurannya. Pertanyaan yang akan dijawab oleh responden diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut: TABEL 4 Pilihan Jawaban Responden

Pernyataan Selalu (SL)/ Sangat setuju (SS) Sering (S)/ Setuju (S) Kadang- kadang (KK)/ Tidak Setuju (TS) Tidak Pernah (TP)/ Sangat Tidak Setuju (STJ)

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Dokumentasi Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura, daftar nilai Ulangan Umum

31

semester 1 mata pelajaran akuntansi tahun ajaran 2011/2012 dan kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. 2. Teknik Tes

standar

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berapa tes tertulis dengan memperhatikan hal berikut: 1. Sesuai dengan tujuan penelitian 2. Soal sesuai kurikulum 3. Butir soal berbentuk essay Sebelum pelaksanaan tes, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal yang akan diujikan. Dibawah ini kisikisi soal sesuai taxonomy bloom pengetahuan dan pemahaman berdasarkan ragam ilmu pengetahuan. TABEL 5 Kisi- Kisi Soal Tes DIagnostik KOMPENTENSI DASAR STANDAR KOMPETENSI INDIKATOR DALAM RAGAM JENJANG PENGETAHUAN INDIKATOR DALAM SOAL

6. Mengelola Bukti Transaksi

6.1 Menyiapkan Bukti Transaksi Keuangan Fakta

Konsep

- Siswa dapat menafsirkan definisi bukti transaksi - Siswa dapat menyebutkan jenis- jenis bukti transaksi - Siswa dapat mengetahui penggunaan bukti transaksi - Siswa dapat menggambarkan bukti transaksi

32

Prinsip

Prosedur 6.2 Menganalisa Bukti Transaksi Fakta

Siswa dapat menyebutkan unsurunsur yang terdapat dalam bukti transaksi Siswa dapat mengisi bukti transaksi

Konsep

Prinsip

Mengetahui perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi yang ada pada bukti transaksi Mengetahui pengaruh penambahan dan pengurangan pada harta, utang, modal, pendapatan, beban Siswa dapat menentukan debet/ kredit dari akun yang bersangkutan Siswa dapat menjumlah transaksi yang terdapat pada bukti transaksi, dan menentukan jumlah yang harus di debit atau di kredit

Prosedur

3. Kuesioner Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) (Daryanto, 2008: 30). Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura. Dibawah ini kisi- kisi angket faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa

33

TABEL 6 Kisi- Kisi Angket Faktor- Faktor Kesulitan Belajar dalam Mempelajari Akuntansi Dagang

NO

FAKTOR 1. FAKTOR INTERN

ASPEK a. Minat

1.1 Siswa

b. Motivasi

c. Bakat

d. Intelegensi

INDIKATOR ITEM - Ketertarikan terhadap akuntansi - Sikap terhadap pembelajaran akuntansi - Perhatian terhadap pembelajaran akuntansi - Usaha untuk belajar akuntansi dagang - Pemahaman terhadap akuntansi dagang - Kemampuan menyelesaikan soal akunsi dagang - Kecakapan dalam menyelesaikan soal akuntansi dagang - Ruang Belajar - Alat- alat dan Buku - Penguasaan Materi - Kejelasan menerangkan - Penggunaan metode mengajar - Perhatian guru terhadap siswa dalam belajar - Komunikasi siswa dalam pelajaran - Fasilitas yang menunjang belajar di sekolah - Kondisi Gedung sekolah - Letak gedung

2. FAKTOR EKSTERN 2.1 Lingkungan a. Sarana/Prasarana Keluarga 2.2 Lingkungan a. Cara Penyajian Sekolah Guru

b. Hubungan Guru dan Siswa c. Hubungan Siswa dengan Siswa d. Sarana dan Prasarana di Sekolah e. Kondisi Lingkungan Sekolah

34

2.3 Lingkungan Masyarakat

f. Kondisi ruang belajar di Sekolah a. Sikap temanteman sebaya b. Pengaruh teman terhadap semangat belajar

sekolah - Kondisi ruang kelas - Pergaulan teman sebaya di luar sekolah - Pergaulan teman sebaya di luar sekolah terhadap keinginan belajar

E. INSTRUMEN PENELITIAN Untuk melihat ketepatan dan tingkat kepercayaan data diadakan uji validitas dan reliabilitas dengan formulasi sebagai berikut: 1. Uji Validitas Angket Untuk menentukan validitas item angket digunakan korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus lengkapnya adalah sebagai berikut: { ( )}

Keterangan:

rxy
N X Y

= Koefisien korelasi product moment = Jumlah subyek / responden = Skor butir angket = Skor total angket (Anas Sudjiono, 2009: 181)

35

Setelah diperoleh harga koefisien korelasi product moment dari hasil perhitungan, kemudian harga rhitung tersebut dibandingkan dengan harga rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5 %. Jika rhitung>rtabel maka maka dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika rhitung<rtabel maka dapat disimpulkan bahwa data tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Angket Untuk menentukan reliabilitas suatu angket (butir soal) menggunakan rumus Alpha, yaitu:

r11 =

Keterangan : r11 n 1 = Koefisien reliabilitas tes = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes = Bilangan konstan = Jumlah varians skor dari tiap butir item = Varian total (Anas Sudjiono, 2009: 208) Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi (= riliable)

36

2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un- relaible) (Anas Sudjiono, 2009: 209)

F. TEKNIK ANALISIS DATA Data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian diolah sesuai dengan jenis data atau informasi. Teknik yang digunakan adalah teknik persentase. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: a. b. Mengumpulkan angket dan hasil tes dari responden Membuat tabel distribusi frekuensi dan menghitung persentasenya dengan rumus yaitu: P= Keterangan: P = persentase F = frekuensi jawaban responden dari item N = jumlah responden yang memberi jawaban (Anas Sudijono, 2009: 107). F N x 100 %

37

DAFTAR PUSTAKA

Alim Sumarno, 2011. Langkah- langkah mengurutkan Materi Pembelajaran. (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkahmengurutkan-materi-pembelajaran, diakses pada tanggal 14 Februari 2012) Abu Ahmadi, 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Atmono, Dwi. 2009. Strategi Pembelajaran Ekonomi. Universitas Lambung Mangkurat Press. Banjarmasin. Bambang Prasetyo dan Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dalyono, 2009. Psikologi Pendidikan.PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto, 2008. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Data Nilai Ulangan Tengah Semester SMK Negeri 1 Martapura. Data Standar Kompetensi Lulusan SMK. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta. Dewi Salma Prawiradilaga, 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Fakihuddin, 2007. Remedial dan Pengayaan. Bayumedia Publishing. Malang. John W. Santrock, 2008. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Kencana. Jakarta. Muhibbin Syah, 2003. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati, Faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi. (http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431, diakses tanggal 11 November 2011) Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. 2009. Jakarta

38

Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.. Wahyu Adji, Suwerti, Suratno. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XII.Erlangga. Jakarta.

Você também pode gostar