Você está na página 1de 18

Laporan Resmi Praktikum Uji Spesimen Klinik

Flora Normal pada Manusia

Disusun oleh: 1. Nathalia Kalis U. 2. Dewi Andini 3. Hutri Catur S.W. 4. Siska Augusta L. 5. Marcella Indah K. (31091194) (31091197) (31091198) (31091205) (31091209)

Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar, dan vagina. Bakteri ini terkadang sangat sulit dibedakan dengan bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit pada setiap tubuh kita yang terluka maupun tidak terluka tetapi dihuni oleh bakteri pathogen tersebut. Dalam membedakan bakteri pathogen ataupun mikroorganisme flora normal tidak memiliki batasan yang jelas karena hal tersebut bergantung dengan keadaan di lingkungan sekitar dan juga keadaan manusia dimana flora normal tersebut tumbuh. Untuk mengetahui specimen tersebut adalah pathogen atau bukan biasanya diperlukan proses analisis specimen tersebut dinamakan uji specimen klinik dengan cara mengambil specimen tersebut dan menanamnya pada medium yang disediakan untuk tempat tumbuh bakteri tersebut kemudian dilakukan pewarnaan untuk mengetahui jenis bakteri pathogen ataukah mikroorganisme flora normal yang terdapat dalam media tumbuh tersebut.

B. Tujuan Untuk memberi gambaran mengenai flora normal dalam tubuh manusia.

BAB II DASAR TEORI

Manusia sejak lahir berada didalam biosfer yang penuh dengan mikroorganisme. Mikroorganisme berada didalam tubuh manusia, tumbuh dibeberapa bagian tubuh dalam keadaan tidak pernah statis, selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai kondisi lingkungan setempat. Pada tubuh dalam keadaan normal, diperkirakan terdapat lebih kurang 1012 bakteri yang menghuni kulit, 1010 di mulut dan 1014 di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dalam hal kemampuan menggunakan bahan makanan, kemampuan menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi) terhadap hospes (Flody, 2011). Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Pengetahuan mengenai flora normal sangat penting dalam penegakan diagnosis penyakit infeksi. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat. Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat menyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh (Krisno, 2011). Flora normal adalah berbagai bakteri dan fungi yang secara tetap menghuni bagian tubuh tertentu, terutama kulit, orofaring, kolon dan vagina. Virus dan parasit tidak dianggap sebagai anggota flora normal, walaupun keduanya dapat berada secara asimtomatik. Dari satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lain flora normal bervariasi baik dalam hal jumlah maupun macamnya. Fetus berada dalam kondisi lingkungan yang steril. Pada saat lahir fetus segera kontak dengan ibunya atau perawat atau yang lain. Pada saat itulah fetus diinfeksi oleh

mikroorganisme dari sekitarnya mikroorganisme tersebut kemudian sebagian akan menetap sebagai flora normal (Flody, 2011). Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Mikroorganisme tetap/ normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/ tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans (Anonim, 2012). 2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/ mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit (Anonim, 2012).

Beberapa faktor mempengaruhi jumlah dan tipe mikroorganisme penyusun flora normal diantaranya adalah oksigen, reseptor tertentu perlekatan, pH, nutrient, respon imun hospes, kebersihan seseorang dan mikroorganisme yang lain sebagai pesaing. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Selain itu, keuntungan adanya mikroorganisme flora normal adalah mampu mencegah kolonisasi mikroorganisme lain pada area yang dihuninya (Anonim, 2012).

Flora Normal Pada Kulit Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti

Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat-tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal (Anonim, 2012). Flora Normal Pada Mulut Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam, banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. Diperolehnya mikrobiota mulut; pada waktu lahir rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut. (Pelczar, 2008). Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan hari kedua setelah air, ialah Streptococcus salivarius. Bakteri ini mempunyai afinitas terhadap jaringan epithelial dan karena itu terdapat dalam jumlah besar pada permukaan lidah. Sampai munculnya gigi, kebanyakan

mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri fusiform

(Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik. Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikroba. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan

gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans. Yang disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakaride bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteribakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi (Pelczar, 2008). Flora Normal Pada Orofaring (oropharinx) Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah Streptococcus hemolitik, yang juga dinamakan Streptococcus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia) (Anonim, 2012). Flora Normal Pada Hidung dan Nasofaring (nasopharynx) Flora utama hidung terdiri dari Corynebacteria, Staphylococcus dan Streptococcus (Jawetz, 2005). Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur (Pelczar, 2008). Flora Normal Pada Usus Kecil Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan Basilus gram positif. Di dalam jejunum kadang kala dijumpai spesies-spesies Enterokokus, Laktobasilus, dan Difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus

besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar (Anonim, 2012). Flora Normal Pada Usus Besar Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah 1.012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (serta spesies-spesies Lactobacillus) (Anonim, 2012). Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen (Anonim, 2012). Flora Normal Pada Saluran Kemih Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umumnya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup Enterococcus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri anaerobik. Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus,

Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat pada kulit (Anonim, 2012). Flora Normal Pada Mata (Konjungtiva) dan Telinga Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S. epidermidis dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim. Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril (Anonim, 2012).

Tabel.1. Bakteri flora normal dan lokasi anatomiknya Bakteri Bacterioides Candida albicans Clostridium Corynebacterium (difteroid) Eschericia coli Gardharella vaginalis Haemophylus Lactobacillus Neisseria Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus faecalis (enterococcus) Streptococcus viridans Lokasi anatomik Kolon, tenggorokan, vagina Mulut, kolon, vagina Kolon Nasofaring, kulit, vagina Kolon, vagina, uretra luar Vagina Nasofaring, konjungtiva Mulut, kolon, vagina Mulut, nasofaring Kolon, kulit Hidung, kulit Kulit, hidung, mulut, vagina, uretra Kolon Mulut, nasofaring

Tabel. 2. Anggota flora normal utama di berbagai lokasi Lokasi Kulit Organisme utama Staphylococcus epidermidis Penghuni lainnya Stephaureus, corynebacterium, straptococci, P. Aeruginosa, anaerob (peptococcus), yeast Mis: Candida albicans Staph. Epidermidis, corynebacterium, berbagai streptococci berbagai streptococci -

Hidung

Staphylococcus aureus

Plak gigi Streptococcus mutant Mulut Streptococcus viridans Sela ginggiva Berbagai anaerob (bacterioides) Kolon Fusobacterium, streptococci, Bifibacterium, eubacterium, fusobacterium,

actinomyces Vagina Tenggorok Lactobacillus, E.coli, streptococcus, grup-B Streprococcus viridans

lactobacillus, batang gram negatif, strep faecalis, streptococcus lain, clostridium Berbagai streptococci (S.pyogenes, S.pneumonia), Neisseria, Haemophylus influenzae, S.epidermidis S.epidermidids, Corynebacetrium, berbagai strptococcus, berbagai batang gram negatif

Uretra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat 1. Mikroskop 2. Kapas lidi steril 3. Bunsen 4. Ose 5. Propipet 6. Rak tabung 7. Pipet ukur

B. Bahan 1. Cat gram A, B, C, dan D 2. Formalin 1% 3. Medium Mc Conkey 4. Usapan rongga mulut 5. Saliva 6. Nasal 7. Permukaan kulit C. Cara Kerja Spesimen diambil dengan usapan kapas atau lidi steril Ditanam pada medium Mc Conkey menggunakan ose bulat dengan metode penggoresan Dilakukan identifikasi pada koloni yang tumbuh (pengecatan gram) Diamati bentuk koloni dengan menggunakan mikroskop 8. Cap telapak tangan 9. Usapan pipi 10. Usapan kulit ketiak 11. Usapan kulit kepala 12. Usapan bibir 13. Cap telapak kaki

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil Kelompok Rongga mulut Saliva 1 Gram Gram + 2 Gram Gram + 3 Gram + 4 Gram Gram 5 Gram + Gram 6 Gram + Keterangan : (-) : tidak terdeteksi Pembahasan Pada proses pengujian adanya flora normal pada berbagai anggota tubuh ini, kita mengidentifikasi ke dalam bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Cara untuk mengetahui bahwa bakteri yang ditemukan adalah gram positif atau gram negatif yaitu dengan cara pewarnaan gram. Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin. Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru, walaupun setelah diberi larutan safranin. Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek. Lubang nasal Gram + Gram Gram Gram Gram + Tambahan Telapak tangan : Gram Pipi : Gram Kulit ketiak : Kulit kepala : Gram Bibir : Gram Telapak kaki : -

Pertama, bakteri yang telah dioleskan pada kaca benda diteteskan dengan kristal violet (Gram A= cat utama), yang dapat memberikan warna violet pada sel. Kemudian didiamkan 5 menit dan dicuci dengan akuades hingga berwarna bening agar larutan kristal violet yang terdeteksi hanya ada pada sel. Lalu dibubuhi dengan larutan iodin (Gram B = larutan mordan), dibiarkan selama 1-2 menit, kemudian dicuci dengan akuades hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering supaya tidak ada sisa larutan mordan. Melakukan dekolorisasi dengan dibubuhi etil alkohol 95% (Gram C) dan didiamkan 2-3 menit, kemudian dicuci dengan akuades hingga tetesan menjadi bening untuk menghentikan aktivitas dekolorisasi, dianginkan hingga kering. Tahap terakhir dari pengecatan adalah ditetesi dengan safranin selama 2-3 menit, dicuci dengan air mengalir selama beberapa detik untuk menghabiskan sisa-sisa cat. Sehingga apabila masih tersisa cat violet, maka didapatkannya bakteri gram positif. Tetapi jika yang didapatkan sel yang berwarna merah, adalah gram negatif, karena terwarnai dari larutan safranin. Dari pewarnaan ini dapat kita ketahui jenis bakteri yang ada, mulai dari sifat pewarnaan ataupun bentuk nya. Dari bakteri yang kita temukan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, ada yang merupakan flora normal di dalam tubuh manusia, yaitu yang memang ada di dalam tubuh kita. Di dalam tubuh setiap manusia terdapat mikro flora normal. Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar, yaitu: kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Flora normal manusia terdiri dari beberapa eucaryotic jamur dan protista, tetapi bakteri yang paling banyak dan komponen mikroba flora normal. Mikro flora normal yang terdapat di kulit ini dapat terbagi menjadi 2, yaitu: Flora Tetap (Resident Flora) Merupakan mikroorganisme tetap pada permukaan kulit dan mukosa. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.

Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans. Flora Sementara (Transient Flora) Terdiri atas mikroorganisme nonpatogen dan potensial patogen, selama beberapa jam, hari atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, dan tidak menimbulkan penyakit serta hidup tidak menetap. Flora sementara ini biasanya hanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh. Namun apabila flora tetap berubah, flora sementara akan melakukan kolonisasi, tumbuh dan berkembang biak, serta menimbulkan penyakit. Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis, seperti: suhu, kelembapan, dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora, penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal. Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen. 1. Kulit (telapak tangan, pipi, kulit ketiak, telapak kaki, bibir) Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 dan memiliki temperatur kurang dari 37C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang-lubang alami yang terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang-lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.

Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri non patogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic (misalnya: Corynebacterium, Propionibacterium), Staphylococcus aerobic dan anaerobic non hemolitikus (Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang S.aureus dan golongan pepto streptococcus), bakteri gram postif aerobic, bakteri pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, tanah; Streptococcus alfahemoliticus (S.viridians) dan Enterococcus; dan bakteri coliform gram negative serta acitenobacter. Kebanyakan bakteri di kulit adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus) dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi dari kotoran manusia, baik itu melalui udara ataupun dari tangan yang tidak bersih sehingga tersebar ke bagian tubuh yang lainnya. Pada praktikum ini ditemukan adanya bakteri gram negative pada telapak tangan, yang dapat disebabkan kurang adanya kebersihan dari tangan probandus, sehingga dapat menyebabkan adanya bakteri gram negatif yang dimungkinkan adalah E.coli. Selain itu di dalam lubang lapisan kulit, terdapat lisozim (enzim yang merusak peptidoglikan dinding sel bakteri gram positif), sehingga dimungkinkan dinding sel bakteri gram positif rusak, dan yang ditemukan adalah bakteri gram negatif.

Gambar letak bakteri di dalam bagian kulit manusia

Faktor yang dapat menyebabkan berkembang biaknya jasad renik di permukaan kulit, yaitu : a) Suasana hidup yang cocok, yaitu: suhu (suhu optimal bagi pertumbuhan jasad renik adalah 20o 40o C), kelembaban, atau keasaman (pH) b) Adanya berbagai komponen yang mendukung hidup jasad renik, misalnya CO2, nitrogen, karbohidrat, protein, garam, elektrolit. Makanan yang dibutuhkan jasad renik untuk berkembang biak yang berasal dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diproduksi oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari kelenjar keringat ekrin atau apokrin Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Jumlah mikroorganisme pada permukaan kulit mungkin bisa berkurang dengan jalan menggosok-gosoknya dengan sabun yang mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat.

2. Rongga mulut dan saliva Pada rongga mulut akan terdapat flora normal seperti: Streptococcus viridians (pada mukosa mulut dan faring), Streptococcus non hemoliticus, Alfa hemoliticus, Neisseria (faring dan trakhea), Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus. Satu-satunya spesies yang selalu diperoleh dari rongga mulut, ialah Streptococcus salivarius. Bakteri ini mempunyai afinitas terhadap jaringan epithel dan karena itu terdapat dalam jumlah besar pada permukaan lidah. Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah Streptokokus -hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia). Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam, jumlah banyaknya bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. Dengan adanya flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit, dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri.

Di dalam mulut terdapat air liur yang kaya akan nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobia di dalam mulut. Kadar bakteri pada saliva adalah sekitar 108/ml, dan kurang lebih setengah dari jumlah itu berupa bakteri anaerob, dengan Veillonella sebagai bentuk yang dominan. Pada hasil yang didapatkan bahwa adanya bakteri gram negatif pada rongga mulut kemungkinan adanya bakteri Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Bakteri ini bukan lah merupakan bakteri flora normal yang dapat ditemukan pada tubuh manusia, karena bakteri Haemophilus influenzae merupakan gram negatif yang dapat mengakibatkan penyakit bronkitis dan pneumoniae.

3. Lubang nasal Pada hidung terdapat Staphylococcus (S.epidermidids, flora normal utama dan yaitu dari Corinebacteria, Didalam hulu

S.aureus)

Streptococcus.

kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Lubang nasal probandus ditemukan bakteri flora normal (gram +) yang terdapat di dalamnya, hal ini dapat disebabkan salah satu faktor penyebabnya adalah adanya rambut hidung dan lendir hidung,sehingga dapat melindungi rongga hidung dari bakteri yang patogen. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang dihirup sehingga dapat menghalangi adanya bakteri patogen yang masuk. Tetapi kemungkinan probandus yang ditemukan suatu bakteri gram negatif pada lubang nasal karena kurangnya perlindungan alami yang terdapat di hidung, sehingga tidak dapat melindungi dari bakteri yang ada di udara yang bersifat patogen.

BAB V KESIMPULAN

Flora normal yang dapat berada di dalam tubuh manusia lebih banyak merupakan bakteri gram positif. Tanda adanya bakteri gram positif adalah setelah pengecatan gram, maka sel akan berwarna ungu, karena bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal, sehingga pada saat dicuci dengan alkkohol, maka cat violet tidak luntur.

Daftar Pustaka

Anonim,

2012.

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/10/patogenisitas-

mikroorganisme/. Diakses pada tanggal 7 April 2012. Anonim, 2012. http://catatangadogado.blogspot.com/2011/01/flora-normal.html. Diakses pada tanggal 7 April 2012. Anonim, 2012. http://khanzima.wordpress.com/2011/09/13/flora-normal-dan-invasi-

mikroorganisme/. Diakses pada tanggal 7 April 2012. Anonim, 2012. http://www.scribd.com/lhinym/d/52350686-FLORA-NORMAL-DLM-

TUBUH-MC Flody, Viorensha. 2011. http://viorenshaflody.blogspot.com/2011/12/flora-normal-

tubuh.html. Diakses pada tanggal 7 April 2012. Jawetz, Melnick and Adelbergs, 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Jakarta: Salemba Medika. Krisno, Agus. 2011. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/10/patogenisitas-

mikroorganisme/. Diakses pada tanggal 7 April 2012. Melanie,2010. www.scrib.com/melanie87http://oelanakmyu.blogspot.com/2010/11/flora-

normal-tubuh-manusia.html Michael J. Pelczar and E.C.S Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UIPress. Wasiaatmaja, Syarif M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta.UI Press .1997. http://clittlebee.wordpress.com/2008/11/18/mikrobiologi-kulit/ Wiwik, 2008. http://www.scribd.com/doc/31918978/LAPORAN-PRAKTIKUM-Flora-

Normal-Tubuh-Manusia

Você também pode gostar