Você está na página 1de 4

Skenario 3 Di rumah sakit X tipe C dengan Bed Occupancy Rate 60% per tahun, sering terjadi kesalahan dalam

pemberian makanan kepada pasien yang dirawat. Belum ada SOP (Standar Operating Procedure) untuk pemesanan diet dan perubahan pemesanan diet pada pasien baru maupun pasien lama. Didapati sisa makanan kadang cukup tinggi, kadang juga makanan diet untuk pasien kurang. Untuk rumah tersebut sudah memiliki ketenagaan gizi yang memadai. A. Identifikasi Masalah Analisa situasi dari sistem penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit X, meliputi : a. Kekuatan Ketenagaan gizi di Rumah Sakit X sudah memadai Hal ini bisa dimanfaatkan pihak rumah sakit untuk memperbaiki hal yang berkaitan dengan pelayanan makanan di rumah sakit, misalnya saja yang bermasalah di rumah sakit ini seperti belum adanya SOP (Standar Operating Procedure) untuk pemesanan diet dan perubahan pemesanan diet pada pasien baru maupun lama, didapati sisa makanan yang kadang cukup tinggi juga kadang makanan diet untuk pasien kurang. Hal ini dilakukan dengan cara mengkoordinasikan tenaga gizi yang ada.

Bed Occupancy Rate 60% per tahun, Hal ini dapat menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di Rumah Sakit X sudah ideal karena masuk dalam rentang BOR 60%-85%.

b. Kelemahan
SOP untuk pemesanan diet dan perubahan pemesanan diet pada pasien baru

maupun lama belum ada Sering mengakibatkan terjadinya kesalahan pemberian makanan pada pasien yang dirawat, didapati sisa makanan yang cukup tinggi dan terkadang makan diet untuk pasien kurang. Manajemen penyelenggaraan makanan kurang baik Terlihat dari sering didapatinya sisa makanan kadang cukup tinggi dan kadang juga makanan diet untuk pasien kurang. Komunikasi pemesanan makanan kurang baik Terbukti dari terkadang ada makanan diet untuk pasien yang kurang.

c. Ancaman Sisa makanan tinggi Dimana food waste tersebut dipengaruhi oleh selera makan pasien, mutu makanan, cara penyajian makanan, kebiasaan makan pasien di rumah, dan adanya makanan dari luar, sehingga sisa makanan yang tinggi dapat menggambarkan kemungkinan selera makan pasien yang kurang karena mutu makanan yang rendah dan cara penyajian makanan yang kurang menarik, kebiasaan makanan pasien di luar dan adanya makanan dari luar yang dibawa oleh keluarga pasien. Kadang ditemukan makanan diet untuk pasien kurang Hal ini menunjukkan bahwa koordinasi dalam penyelenggaraan makanan untuk pasien kurang terkoordinsi dengan baik. Acaman kerugian Ketiadaan SOP mengakibatkan sering terjadinya kelebihan pemasokan/pengolah bahan, sehingga sering didapati sisa. Kesalahan pemesanan seperti ini dapat membebani neraca keuangan RS, sehingga RS mengalami kerugian. d. Peluang Tenaga gizi yang memadai Tenaga gizi yang memadai memungkinkan dilakukannya pengembangan pelayanan gizi yang lebih baik, termasuk pengembangan SOP terkait pemesanan diet. Pengkoordinasian tenaga gizi yang ada dan didukung dengan pengembangan SOP memungkinkan output pelayanan gizi yang lebih optimal.

Bed Occupancy Rate 60% per tahun, BOR 60% merupakan kategori rate yang masih memungkinkan dilakukan pengembangan kualitas pelayanan dan fasilitas yang lebih baik, sehingga rumah sakit bisa lebih dipercaya oleh masyarakat.

Strength (kekuatan) Ketenagaan gizi di RS X sudah memadai


Bed Occupancy Rate 60% per

Weakness (kelemahan)

SOP untuk pemesanan diet dan perubahan belum ada pemesanan diet pada pasien baru maupun lama

tahun, Opportunity (kesempatan)

Manajemen Komunikasi

penyelenggaraan pemesanan

makanan kurang baik makanan kurang baik Threat (ancaman) Sisa makanan tinggi Ditemukan makanan diet untuk pasien kurang Acaman kerugian

Ketenagaan gizi di RS X sudah memadai Bed Occupancy Rate 60% per tahun

B. Pemecahan Masalah Strategi Pemecahan Masalah a. Strategi SO Ketenagaan gizi di RS X sudah memadai dan Bed Occupancy Rate 60% per tahun menjadi kekuatan untuk merealisasikan peluang pengembangan kualitas pelayanan dan fasilitas yang lebih baik, sehingga rumah sakit bisa lebih dipercaya oleh masyarakat. b. Strategi ST Ketersediaan tenaga gizi yang memadai merupakan asset untuk mengatasi food waste dan penyediaan diet yang tepat, sehingga dapat mengatasi acaman kerugian yang mungkin muncul karena kesalahan perkiraan kebutuhan makan pasien. c. Strategi WO Ketenagaan gizi yang memadai di RS X dapat mengatasi masalah ketiadaan SOP untuk pemesanan diet dan perubahan pemesanan diet pada pasien baru maupun lama, manajemen penyelenggaraan makanan kurang baik, dan komunikasi pemesanan makanan kurang baik. d. Strategi WT

Memperbaiki manajemen pelayanan dan komunikasi pemesanan, serta menyusun SOP untuk mengatasi food waste dan penyediaan diet yang tepat. Usulan kegiatan
- SOP

Masalah untuk pemesanan

diet

dan

Usulan Kegiatan Pembuatan SOP Membuat perhitungan kebutuhan makanan menggunakan system komputerisasi

perubahan pemesanan diet pada pasien baru maupun lama belum ada - Komunikasi kurang baik - Sisa makanan tinggi - Acaman kerugian - Ditemukan makanan diet untuk pasien pemesanan makanan

kurang Manajemen penyelenggaraan makanan Perbaikan manajemen kurang baik C. Monitor dan Evaluasi D. Kesimpulan E. Daftar Pustaka Lampiran

Você também pode gostar