Você está na página 1de 5

AKUNTABILITAS DALAM KONSELING

Akuntabilitas merupakan pusat dari bentuk tanggung jawab semua konselor profesional. Bukan sekedar pencatatan angka jumlah klien, atauseberapa banyak waktu yang di habiskan untuk sekedar memberi jenis layanan. Intinya, akuntabilitas menunjukkan sebuah pengaruh bahwa konselor profesional harus bisa memberikan perubahan pada klien dan menyusun program stakeholder. Bab ini akan mempresentasikan model dan metode untuk bagaimana konselor yang profesional dapat menunjukkan akuntabilitasnya dengan mengimplementasikan kebutuhan penilaian yang efektif, program evaluasi, layanan penilaian, dan hasil penelitian.

AKUNTABILITAS

Penelitian dilakukan untuk menunjukkan bahwa konseling merupakan pengiriman sistem penyembuhan yang efektif. Whiston (1996) menyatakan, klien, pihak ketiga, dan administratur sekolah hanyalah sebagian kecil contoh mereka yang menginginkan informasi data base tentang efektivitas konselor-konselor profesional. Agar konseling tetap dihargai oleh masyarakat dan berharga (dibayar) oleh pihak ketiga dan klien, konselor profesional harus memberikan bukti yang menunjukkan pekerjaannya yang bermanfaat dan menghasilkan produk-produk. Konselor sekolah yang profesional harus menunjukkan bahwa mereka adalah pusat dari kesuksesan dengan segala upayanya. Demikian juga pihak ketiga wajib asuransi telah membuat tuntutan peningkatan untuk kinerja konselor yang efektif dengan kliennya. Konselor profesional yang menunjukkan keefektivan menerima alih tangan dan mengembangkan reputasi untuk keterampilan dan efisiensinya. Menurut berbagai penulis (Erford, 2007; Issacs, 2003; Loesch & Ritchie, 2004; Myrick, 2003), akuntabilitas biasanya melibatkan hal-hal berikut: Mengidentifikasi dan berkolaborasi dengan kelompok stakeholder (seperti komite penasehat, klien, para orang tua, guru dan siswa) Mengumpulkan data dan menilai kebutuhan para klien, staf dan komunitas Menyusun tujuan dan menetapkan kebutuhan berdasarkan data dan ketentuan Mengimplementasi intervensi yang efektif untuk mengatasi tujuan dan sasaran Mengukur hasil intervensi Menggunakan hasil penelitian untuk pengembangan program Menyampaikan hasil tersebut kepada para stakeholder (seperti klien, administratur, para guru dan staf, orang tua dan wali, siswa, dewan sekolah, komunitas dan para pemimpin bisnis/pengusaha, konselr profesional dan pengawas.

Bab ini lebih berfokus pada fungsi akuntabilitas konselor profesional secara luas. Ada beberapa keuntungan dan tantangan dalam melaksanakan penelitian akuntabilitas, seperti pada tabel 15.1 berikut : Keuntungan : 1. Data hampir selalu lebih baik dari persepsi dimana itu berfungsi membimbing membuat keputusan mengenai program, praktek, dan intervensi. 2. Penelitian akuntabilitas membantu menunjukkan perlunya, efisiensi dan efektivitas dari layanan konseling 3. Penelitian akuntabilitas membantu mengidentifikasi pengembangan profesional dan staf pengembangan kebutuhan 4. Konselor profesional dapat membuat jaringan untuk berbagi hasil penelitian, menyebarkan hal itu mengenai praktek yang efektif 5. Melakukan penelitian akuntabilitas merupakan tanggungjawab profesional dan menunjukkan komitmen pribadi dan perbaikan profesionalitas

Tantangan : 1. Hasil pengukuran dan survey membutuhkan beberapa pelatihan dan keterampilan untuk mengembangkan (kadang melakukan konsultasi dengan para ahli) 2. Membutuhkan waktu dan sumber daya untuk menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas serta evaluasi, waktu dan sumber daya dapat didedikasikan untuk pengiriman layanan tambahan. 3. Sedikit pemahaman mengenai dasar dan tujuan akuntabilitas karena salah persepsi atau pengalaman buruk sebelumnya 4. Data kadang diinterpretasikan secara berlebihan atau memberikan arti yang tidak semestinya.

PENGGUNAAN PROGRAM KONSELING KOMITE PENASIHAT

Program ini berfugsi menyuarakan adanya sebuah komite pengarah. Komite ini biasanya digunakan di sekolah, komunitas, atau agen konseling di masyarakat. Faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan ketika menyusun program konseling komite penasihat adalah pengaruhnya. Konselor profesioanal harus mencari untuk memasukkan individu yang dapat mempengaruhi dan memegang kepercayaan dari pengambil keputusan program. Dari perspektif personel di lembaga-lembaga, adalah penting untuk administrator program atau perwakilan dari sumber-sumber pendanaan penting untuk menjadi anggota komite penasihat. Anggota dapat menginformasikan komite penasihat, mengenai perhatian

berbagai konstitusi 'dan memberikan informasi kembali ke konstitusi tentang tindakan yang direkomendasikan oleh panitia. Komite berbasis sekolah , adalah penting bagi kepala sekolah untuk menjadi anggota komite penasihat. Dengan cara ini, kepala sekolah bisa mendengar langsung ide-ide dan perencanaan yang masuk sebagai rekomendasi untuk perbaikan, dan alasan di balik mengapa dana tambahan mungkin diperlukan. Untuk melengkapi komite, dibutukan juga sumber daya dan organisasi komunitas yang berpengaruh atau bahkan pemimpin bisnis bisa juga dimasukkan. Individu dari masyarakat dan bisnis yang berguna untuk memberikan perspektif eksternal, dan kemitraan serta pendanaan eksternal dan sumber daya.

MELAKUKAN PENILAIAN KEBUTUHAN

Ada dua tujuan primer yang mendasari penggunaan penilaian program konseling, yaitu : 1. Penilaian kebutuhan membantu konselor profesional memahami kebutuhan-kebutuhan populasi dalam komunitas 2. Penilaian kebutuhan membantu membangun prioritas yang membimbing pembuatan konstruksi program konseling atau intervensi kerja kelompok, dan melanjutkan pengembangan program yang berkualitas. Penilaian kebutuhan dapat diklasifikasikan sebagai penilaian kebutuhan berbasis data dan penilaian kebutuhan berbasis persepsi.

Penilaian Kebutuhan Berbasis Data

Ada dua jenis contoh penilaian kebutuhan berbasis data yaitu Kebutuhan berbasis data Sekolah dan Kebutuhan Berbasis Data dan contoh dari Klinik.

Penilaian berdasarkan kebutuhan di sekolah


adalah sebuah data seperti jumlah siswa perempuan dan laki-laki, kewarganegaraan, pendidikan sebelumnya, kelas. Data-data tersebut merupakan semacam bentuk penghargaan yang dikumpulkan (pengumpulan) dan di pilah (pemilahan). Pengumpulan dimaksudkan bahwa semua siswa yang hasilnya disatukan untuk menunjukkan tingkat kelas total atau hasil (rata-rata) sekolah. Pengumpulan data membantu untuk memahami bagaimana ratarata tingkah laku siswa di kelas, tingkat atau sekolah secara menyeluruh. Seperti yang digambarkan pada tabel 15.2 hal 365.

Untuk memahami secara penuh bagaimana menggunakan data prestasi siswa, konselor profesional harus menjadi cakap/pandai dalam memahami norma dan kriteria yang di referensikan untuk memperoleh interpretasi skor. Dalam tabel 15.2 disebutkan ada istilah persentil, quartil, dan juga jumlah siswa dalam sampel. Pada intinya yang ingin disampaikan dalam pembahasan tabel 15.2 ini adalah bahwa sebagai konselor, baiknya juga memahami dan bisa menginterpretasikan hasil dari data prestasi siswa, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa yang belum terpenuhi. Dalam hal ini , konselor sekolah bisa bekerja sama dengan pihak wakasek kurikulum atau barangkali guru matematika untuk membantu memahami data yang ada. Pemilahan diartikan sebagai penyusunan data yang menunjukkan perbedaan mengenai kelompok, dan yang bisa di analisis. Biasanya analisis ini didasarkan pada beberapa hal seperti pria atau perempuan, ras, etnik, pendidikan khusus atau pendidikan reguler).

Kebutuhan Berbasis Data dan contoh dari Klinik

Pemilahan data sampel total pada Tabel 15.3, menunjukkan bahwa beberapa perbedaan yang tampaknya ada mengenai efektivitas pengobatan pada sub kelompok tertentu. Sebagai contoh, peserta SES rendah hanya mengalami peningkatan skor 3 poin mentah setelah perawatan, sedangkan non-peserta SES rendah berpengalaman lebih dari empat kali tingkat gejala awal. Pemilahan data ini dapat membantu konselor profesional untuk membuat keputusan mengenai perawatan bagi calon klien, dan membuat membuat pengembangan program untuk membantu klien mengenai masa depannya sebagai aplikasi pendekatan yang efektif dalam pengembangan program. Pada intinya dalam pembahasan ini disampaikan bahwa, data klinis individu bisa menjadi bahan untuk mengembangkan sebuah program konseling. Hal ini dimaksudkan bagi konselor klinis, mengingat bahwa data yang ada adalah berisikan mengenai kesehatan secara psikologis individu-individu. Mengingat bahwa ilmu konseling bukan hanya di sekolah, maka sebagai seorang konselor profesional, selayaknya memiliki pemahaman atau paling tidak pengetahuan mengenai kesehatan mental, perilaku-perilaku abnormal dan sebagainya sebagai modal sebagai konselor yang profesional di bidang konseling.

Kebutuhan Penilaian berbasis Persepsi

Konselor profesional kadangkala perhatian pada apa yang klien, pemimpin komunitas, warga negara, guru, orang tua, dan siswa rasakan sebagai kebutuhan primer terpenuhi. Konselor profesional menyadarkan untuk mempertimbangkan penilaian kebutuhan, dimana stakeholder bisa menilai, dan bagaimana mendesain penilaian kebutuhan secara efisien.

KEKERAPAN/FREKUENSI DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN KEBUTUHAN

Di sekolah, ASCA (American School Counselor Association) standar nasional (Campbell & Dahir, 1997) dan model nasional (ASCA, 2005), mendesain beberapa area pengembangan akademik, karir, dan personal-sosial sebagai pilar dari pengembangan program konseling komprehensif; ini sesuai bahwa komunitas sekolah butuh untuk di nilai sesuai dengan komponen perputaran basis. Untuk program baru atau renovasi yang luar biasa, tahun pertama dan kedua dalam 6 tahun bisa dihabiskan untuk melaksanakan penilaian kebutuhan dan mengimplementasikan perubahan program. Tahun ketiga dan keempat dihabiskan untuk pengembangan kebutuhan karir siswa dan tahun kelima dan keenam berfokus pada isu kebutuhan pribadi dan sosial siswa. Implementasi perubahan bisa membutuhkan waktu yang intensif, dan hanya membuangbuang waktu jika tidak dipandu oleh penilaian kebutuhan yang akurat dan hasil program penelitian.

Você também pode gostar