Você está na página 1de 2

Analisis: Qisas ( ) adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip

dengan istilah "hutang nyawa dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh. Seperti yang disebutkan dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 178: "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu qishash atas orangorang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Barangsiapa mendapat ma'af dari saudaranya, hendaklah yang mema'afkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik." (Q. S. Al Baqarah: 178) Dasar qisas juga disebutkan di surat Al-Maa-idah ayat 45: "Dan Kami tetapkan atas mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada Qisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak Qisas, maka melepaskan hak itu jadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang zalim." (Q. S. Al Maa-idah: 45) Dikatakan pula dalam Al Quran hak qisas dapat dilepaskan oleh keluarga korban, dengan demikian menjadi penebus dosa bagi mereka. Sebagai ganti hak qisas yang dilepaskan keluarga dapat meminta tebusan dalam bentuk materi. Negara-negara yang mempraktekkan qisas antara lain: Arab Saudi, Iran, dan Pakistan. Negara-negara yang lain menganggap qisas masih tidak relevan untuk diterapkan karena berdasarkan konsep hukuman mati yang bertentangan dengan HAM. Namun seharusnya hukum sesuai syariat yang terdapat dalam Al Quran wajib untuk diterapkan. Di Indonesia, hukum atas pembunuhan tidak berdasarkan apa yang ditetapkan dalam Al Quran. Kita ambil contoh kasus Nasruddin Zulkarnaen yang ditembak sehabis berolahraga golf di Padang Golf Modernland, Tangerang. Kasus pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Banjaran ini melibatkan mantan pemimpin KPK Antasari Azhar. Data dari pengadilan mengatakan pembunuhan Nasruddin sehubungan dengan masalah asmara Antasari dan Rani Juliani yang merupakan istri siri korban. Sebanyak 9 orang dijadikan tersangka kasus ini termasuk sejumlah orang yang menjadi pembunuh bayaran. Meskipun proses persidangan menyisakan banyak tanda tanya, namun Antasari tetap mendapatkan vonis 18 tahun penjara setelah permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang ia ajukan ditolak oleh Hakim Agung Harifin Tumpa. Selain itu ada pula kasus pembunuhan Marsinah, seorang aktivis perempuan sekaligus buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Porong, Jawa Timur (1993). Setelah dilakukan penyelidikan, 10 tersangka ditahan termasuk pemilik perusahaan tempat Marsinah bekerja, Yudi Susanto, juga seorang anggota TNI. Marsinah diduga dibunuh karena memperjuangkan nasib para buruh meminta kenaikan upah. Yudi Susanto lalu dihukum 17 tahun penjara dan beberapa stafnya divonis 4-12 tahun,

namun mereka akhirnya divonis bebas setelah naik banding ke Pengadilan Tinggi. Proses kasasi juga menjatuhkan vonis bebas kepada mereka. Vonis dari Mahkamah Agung tersebut menuai protes dari banyak kalangan. Berdasarkan contoh-contoh yang disebutkan di atas, kasus serupa pembunuhan yang menjadi contoh pada berita ditemukannya mayat di Tangerang Selatan dapat berakhir menggunakan penyelesaian hukum yang serupa. Meskipun pada kasus ini korban pembunuhan bukan merupakan seorang public figure, tetapi jika investigasi menghasilkan kronologis lengkap terjadinya pembunuhan tersebut serta identitas pelaku secara jelas, pengadilan akan mengacu pada undang-undang yang berlaku. Ulasan di atas mengarah pada kesimpulan bahwa hukum qisas belum diterapkan di Indonesia. Hukum kita menganut prinsip yang berbeda dari apa yang telah tercantum dalam Al-Quran. Ada unsur-unsur relativitas yang membuat porsi dari setiap kasus berbeda-beda tergantung status korban, pelaku, dan pihak-pihak yang terlibat, berlawanan dengan asas fondasi hukum tanpa pandang bulu.

Nama Kelas/No.

: Alfina Meidina R. C. : XI CI / 03

Você também pode gostar