Você está na página 1de 15

Analisis Kelimpahan Ilalang (Imperata cylindria) Terhadap Ekosistem Sekitarnya Di Pondok Hijau

Laporan Praktikum

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan

Disusun Oleh: Indri Rahmithasuci (0907165) Biologi C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem diartikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu yang bersifat dinamis. Artinya, bisa terjadi perubahan, baik besar maupun kecil, yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun akibat ulah manusia. Bentuk ekosistem bermacam-macam sesuai dengan bentangan atau hamparan tempat ekosistem berada, seperti ekosistem hutan, rawa, padang rumput dan padang ilalang. Jika dilihat dari komponen ekosistem terdiri atas komponen fisik (abiotik) dan hayati (biotik). Komponen abiotik terdiri dari komponen yang bukan makhluk hidup. Semua wujud abiotik tersebut dalam bentuk materi dan energi dalam ekosistem. Materi dan energi yang terdapat dalam komponen abiotik mendukung dan mempengaruhi kehidupan komponen biotik di suatu ekosistem. Interaksi komponen abiotik dengan komponen biotik tersebut tidak selalu menguntungkan bagi kedua belah pihak. Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Ilalang adalah jenis tumbuhan rumput yang dianggap sebagai gulma yang ditakuti. Sebagai tanaman gulma, ilalang mengeluarkan senyawa alelokimia yang berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman lain yang tumbuh di sekitarnya dan menyebabkan peristiwa alelopati (Kristiana, 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan analisis vegetasi di sekitar tanaman ilalang yang berlimpah di Pondok Hijau.

1. 2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari pengamatan ini yaitu bagaimanakah vegetasi yang ada di lingkungan dengan tanaman Ilalang (Imperata cylindria) yang berlimpah?

1. 3 Batasan Masalah Dalam pengamatan yang dilakukan dibutuhkan beberapa batasan masalah untuk keakuratan data. Batasan masalah dalam pengamatan ini yaitu sebagai berikut. a. Tempat yang diamati adalah padang yang keberadaan ilalangnya melimpah dan paling dominan dibandingkan tanaman di sekitarnya. b. Faktor abiotik yang diukur : suhu, intensitas cahaya, pH dan kelembaban tanah

1. 4 Tujuan Adapun tujuan dari pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui vegetasi yang ada di lingkungan dengan tanaman Ilalang (Imperata cylindria) yang berlimpah di Pondok Hijau.

BAB II EKOSISTEM ILALANG 2. 1 Ekosistem Ekosistem adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari berbagai spesies makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkunganya, baik lingkungan biotik maupun abiotik (materi dan energi). Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Bagi setiap makhluk hidup, komponen ekosistem yang berupa biotik dan abiotik mampu menyediakan sumber daya untuk kebutuhan hidup dan membentu kondisi lingkungan (Anonim, 2004). Di alam ekosistem terdapat pola interaksi sbb: 1. Kompetisi, terjadi karena memperebutkan makanan yang sama, memperebutkan habitat yang sama atau memperebutkan pasangan untuk berkembang biak. Kompetisi pada tumbuhan: perebutan air, mineral, oksigen antara rumput, semak danalang-alang. 2. Predasi, terjadi antara konsumen tingkat II dan konsumen tingkat I, misalnya harimau dan kijang (harimau sebagai pemangsa dan kijang sebagai yang dimangsa) 3. Simbiosis, yaitu hidup bersama antara dua jenis makhluk hidup yang berbeda dalamhubungan yang erat. Makhluk hidup yang bersimbiosis disebut simbion. Simbiosis dibedakan menjadi: a. Simbiosis Mutualisme adalah hidup bersama yang saling menguntungkan antara dua jenis makhluk hidup yang berbeda. Contoh: Lebah madu atau kupu-kupu dengan tanaman bunga (lebah mendapat madu sedangkan tanaman mengalami

penyerbukan). b. Simbiosis Komensalisme adalah hidup bersama antara dua jenis makhluk hidup yang berbeda, yang salah satunya tidak

mendapat

keuntungan

sementara

lainnya

mendapat keuntungan ataupun kerugian. Contoh: Epifit dan pohon-pohon tinggi,misalnya anggrek mendapat

cahaya matahari karena berada di pohon yang tinggi. c. Simbiosis Parasitisme adalah hidup bersama antara dua jenis makhluk hidup yangberbeda, salah satu makhluk hidup mendapat keuntungan sedangkan makhluk hiduplainnya dirugikan. Contoh: benalu dan tanaman inang (benalu mengambil air dan zat-z a t m a k a n a n d a r i t a n a m a n i n a n g n ya ) , t a l i p u t r i d a n t a n a m a n p a g a r ( t a l i p u t r i mengambil air dan zat-zat makanan dari tanaman pagar). d. Antibiosis,pola interaksi antara dua makhluk hidup yang berbeda, dimana salah satu makhluk hidup menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Penicellium notatum dan bekteri, dimana Penicellium notatum menghasilkan antibiotik penisilin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 2. 2 Tumbuhan ilalang (Imperata cylindrica) Klasifikasi tanaman ilalang: Kingdom Divisi Kelas : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae Ordo Famili Genus Spesies : Poales : Poaceae : Imperata : Imperata cylindrica

Ilalang (I.cylindrica) adalah jenis tumbuhan rumput (Gramineae) yang dikenal sebagai gulma yang sangat ditakuti. Ada dua alasan mengapa ilalang sangat ditakuti, yaitu sukar dibasmi dan buahnya yang sangat ringan

memudahkannya terbawa angin sehingga sangat mudah menyebar dan tumbuh menjadi pengganggu tanaman lain. Sebagai tanaman gulma, ilalang mengeluarkan senyawa alelokimia yang berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman lain yang tumbuh di sekitarnya dan menyebabkan peristiwa alelopati (Kristiana, 2004). Ilalang merupakan tumbuhan yang dapat hidup pada tanah dengan berbagai tingkat
o o

kesuburan yang berbeda, tumbuh baik pada temperaturu

29 /23 C (siang/malam), tanah dengan keasaman 4,7. Rhizomanya dapat bertahan pada temperatur -14oC. Menurut Kartasapoetra,1992 tanaman alangalang memiliki ciri-ciri sebaga berikut : Ketebalan akar sekitar 24 mm, berkeriput dengan ukuran yang panjang (>4 cm). Berwarna kuning jerami, terdiri dari beberapa ruas. Tiap ruas diliputi sisik tipis. Jarak ruas masing masing antara 13 cm. Ilalang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Ilalang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin hara, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang hidup di tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tidak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas. Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang

pertumbuhan alang-alang. Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar semacam ini sering digunakan sebagai tempat untuk berburu.

2. 3 Alelopati Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Fenomena

alelopati

mencakup

semua atau

tipe antara

interaksi tumbuhan

kimia dan

antartumbuhan,antarmikroorganisme,

mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996). Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b). Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995b). Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig, 1995b). Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis

protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada

terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran. Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan

berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.

2. 4 Alelopati pada Ilalang Alang- alang menghasilkan senyawa fenol, asam valinik dan karbolik yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati). Ilalang memiliki sistem rhizoma yang luas dan dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang buruk, tahan kekeringan dan dapat beradaptasi setelah dibakar. Jangkauan rhizoma yang luas tidak hanya membuat ilalang beregenerasi dengan sangat cepat tapi juga memproduksi alelopati yang dapat menghambat germinasi biji tumbuhan lainnya (Hussain et al., 1994, in Ramsey et al. 2003). Selain itu banyaknya rhizoma ilalang menghalangi pertumbuhan tanaman lain dan ujung rhizomanya berbentuk tajam sehingga dapat menembus

akar tanaman lain menyebabkan akar tanaman tersebut luka ataupun mati karena infeksi (Eussen & Soerjani 1975, in Daneshgar et al. 2008). Perubahan siklus nutrisi yang disebabkan oleh ilalang dapat

membahayakan kehidupan bibit tanaman muda lainnya(Daneshgar & Shibu 2009). Ilalang merebut kebutuhan fosfor tumbuhan lainnya, terutama legume (Brewer and Cralle 2003).

BAB III METODE

3. 1 Waktu dan Tempat Pengamatan dilakukan di Cilimus, hari kamis tanggal 29 November 2012.

3. 2 Alat dan Bahan a. Soil tester b. Termometer c. Lux meter d. Meteran 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

3. 3 Cara Kerja Mengukur dan membuat plot wilayah Menentukan titik-titik pengamatan. Membuat kuadran minimum Melakukan pengambilan sampel tanaman Melakukan pengukuran suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, pH tanah dan kelembaban tanah. Menghitung kerapatan individu Gambar 1. Bagan alir cara kerja 3. 4 Denah Pengamatan Daerah pengamatan berada di belakang rumah kaca, dengan kriteria terbuka tanpa tutupan kanopi atau pun semak. Rancangan denah pengamatan dengan 2 line dalam kotak 5mx5m karena daerah terbuka di botani yang tidak tertutupi kanopi sangat terbatas, ada pun rancangannya, sebagai berikut :

Gambar 2. Denah Pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil 4. 1. 1 Pengukuran faktor abiotik Pengukuran abiotik perlu dilakukan sebagi data penunjang dari faktor populasi, adapun hasil yang didapat, yaitu: 4.1 Tabel 1. Faktor Abiotik di Pondok Hijau Faktor yang diamati Intensitas Cahaya Suhu udara Kelembaban udara pH tanah Kelembaban tanah Plot 1 1370 30 72 6,2 80 Plot 2 1250 29 85 6,2 70 Plot 3 875 29 77 6 50 Rata-rata 1165 29,3 78 6,1 66,6

4. 1. 2 Kelimpahan Semut Perolehan jumlah semut setelah tiga hari pengamatan dicatat dalam tabel berikut: Tabel 2. Kerapatan dan frekuensi spesies-spesies yang tumbuh disekitar ilalang Nama spesies jumlah kerapatan Kerapatan relatif (%) Imperata cylindrica Mimosa pudica Fabaceae Centella asiatica Spesies B Spesies C Pennisetum purpureum 836 233 222 710 125 34 18 52,2 14,6 13,9 44,4 7,8 2,2 1,1 37,7 10,5 10,04 32,1 5,63 1,58 0,79 1 1 1 1 0,66 0,33 0,66 Frekuensi Frekuensi relatif (%) 0,16 0,16 0,16 0,16 0,104 0,052 0,104 37,86 10,66 10,2 32,26 5,734 1,632 0,894 INP

Ipomoea cairica Spesies F

3 32

0,2 2 138,4

0,14 1,44

0,33 0,33 6,31

0,052 0,052

0,192 1,492

4. 1. 3 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Pondok hijau, didapatkan 8 spesies rumput yang berada di sekitar ilalang. Spesies yang mendominasi adalah Centella asiatica dengan nilai INP 32,26 yang berarti bahwa spesies Centella asiatica memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga spesies ini lah yang mendominasi areal di sekitar ilalang di pondok hijau dan dapat dinyatakan sebagai jenis yang memiliki kemampuan beradaptasi dan toleran yang besar terhadap kondisi lingkungan. Sedangkan untuk spesies yang paling sedikit disekitar ilalang adalah Ipomoea cairica dengan nilai INP 0,192, berarti bahwa tersebut memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang rendah dengan lingkungan setempat. Meskipun diketahui bahwa ilalang memiliki senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain, akan tetapi senyawa alelopati yang dihasilkan ilalang di pondok hijau belum mencapai kadar yang tinggi, sehingga daya hambatnya pun masih rendah. Hal ini dapat diketahui karena masih ada beberapa spesies yang masih dapat hidup disekitar ilalang tersebut, terutama Centella asiatica. Centella asiatica memiliki nilai INP yang tinggi dibanding dengan spesies lainnya yaitu sekitar 32,6 dan nilai ini bahkan hampir mendekati nilai INP ilalang itu sendiri, yaitu 37,86. Senyawa alelokimia bersifat selektif (berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain) (Weston, 1996: 114). Bedasarkan hal tersebut kami menduga bahwa Centella asiatica dan tumbuhan lainnya memiliki daya tahan yang tinggi terhadap alelopati yang dihasilkan ilalang, sehingga spesiesspesies tersebut masih dapat tumbuh. Hal ini didukung pula oleh beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa pada konsentrasi tertentu senyawa alelopati tidak menghamabat pertumbuhan suatu tananaman namun mendukung daya hidup tanaman tersebut (Moewardi.2006).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan Seperti halnya data yang kami peroleh pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa dari 8 jenis tanaman yang kami temukan disekitar ilalang, tanaman Centella asiatica memiliki toleransi tertinggi terhadap alelopati dari Imperata cylindrica (ilalang) nilai INP 32,6. Sedangkan tanaman yang memiliki toleransi alelopai terendah adalah Ipomoea cairica dengan nilai INP 0,192.

5. 2 Saran Agar pada praktikum yang serupa dapat berjalan lebih baik, berikut saransaran yang dapat diberikan: 1. Faktor abiotik yang diukur difokuskan pada faktor yang berada memengaruhi kelimpahan ilalang tersebut. 2. Agar lebih terfokus pada pengaruh alelopati, maka diperlukan penghitungan kadar alelopati.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2004.

Ekosistem sebagai

lingkungan hidup

manusia. BI-1001

Pengetahuan Lingkungan Kuliah 2. Departemen Biologi ITB. Kristianasari, D. 2004. Pemanfaatan Daun Ilalang (Imperata cylindrica) Sebagai
Campuran Media Tanam Pada Pertumbuhan Jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum). Undergraduate thesis, FMIPA Undip.

Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang. Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, DakhsiniKMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications.Washington DC: American Chemical Society. Hal. 1 24. Rice EL. 1984. Allelopathy. Second Edition. Orlando FL: Academic Press.

Você também pode gostar