Você está na página 1de 17

Abortus Provokatus Kriminalis Siti Nurjawahir Bt Rosli NIM: 10.2009.323 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.

Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: purple_lilac90@yahoo.com

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 g. Secara hukum abortus adalah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami(spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengajakan (abortus provocatus). Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi medis. 1 Abortus provokatus dibagi menjadi dua yaitu provokatus medisinalis(terapeutik) dan abortus provokatus kriminalis. Secara statistik 40 % dari semua kasus abortus merupakan abortus provokatus kriminalis. Dokter dapat diminta oleh polisi dan penyidik untuk memeriksa kasus abortus provokatus dengan melakukan pemeriksaan forensik yang bertujuan untuk mencari bukti dan tanda kehamilan,mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan atau alat-alat tertentu dan sekiranya menyebabkan kematian harus ditentukan apakah sebab kematian berhubungan dengan tindakan abortus.1

TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari mengenai ilmu kedokteran forensik dari aspek hukum dan prosedur medikolegal melibatkan profesi kedokteran dalam kasus abortus. Selain itu, mempelajari mengenai pemeriksaan forensik dalam menentukan kasus abortus apakah legal atau tidak.

Page | 1

SKENARIO
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan didalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke bagian kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut. Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang memeriksa perempuan - perempuan diatas, agar pemeriksaan medis dapat memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi penyidikan dan penegakan hukum.

BAB II PEMBAHASAN
i. Prosedur Medikolegal Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Geneva yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika profesi, profesi dokter didasarkan atas Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) yang terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri. Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam KODEKI mengenai kewajiban umum yaitu Pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. 2 Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Page | 2

Pasal 53 UU Kesehatan a. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya. b. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati pasien. c. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. d. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 54 UU Kesehatan a. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan displin. b. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh Majlis Displin Tenaga Kesehatan. c. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK ditetapkan dengan Keppres.

Pasal 55 UU Kesehatan

Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
ii. Aspek Hukum Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus adalah tidak bersifat mutlak. Abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu : 1,2 1. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica) Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pasal 15 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli Page | 3

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya. d. Pada sarana kesehatan tertentu 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian danwewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Buatan Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis) Disebut abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) : PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

Page | 4

PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) iii. Abortus Provokatus Kriminalis Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang berlaku.3

Page | 5

Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai minggu ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning sickness). Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti. Metode Abortus Buatan Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provokatus kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-ibu. Berdasarkan survey cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: 4 kuret isap (91%) pemijatan (79%). dilatasi dan kuretase (30%) jamu/obat tradisional (33%) alat lain (17%) Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%) sertas prostaglandin / suntikan (4%). 5

a. Kekerasan mekanik 5,6 (1) Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau tidak langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis. Metode ini misalnya: (i) penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan, penendangan, pengurutan dan melompat-lompat (ii) aktifitas berlebihan seperti mengenderai sepeda, berkendara pada jalanan yang rusak berat, meloncat dari ketinggian, mengangkat benda berat (iii) Cupping: meletakkan sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan menutupnya dengan sebuah mangkuk yang kemudian menyebabkan penarikan oleh mangkuk tersebut yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya. Metode ini digunakan pada kehamilan lanjut, (iv) mandi dengan air hangat dan dingin bergantian, (vi) mengurut uterus pada dinding abdomen (2) Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, pemasangan laminaria stif atau kateter kedalam serviks, manipulasi serviks dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.

Page | 6

b. Obat-obatan Abortifasien Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media elektronik beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat terlambat datang bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum, obat yang sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat dibagi dalam beberapa golongan: 1,5,6 1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah menstruasi (obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae. 2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina, ekstrak pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk tujuan abortivum harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat menimbulkan bahaya. 3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah (emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta juga dapat menyebabkan hyperemia. 4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar (purgative) seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-lain, menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga mempengaruhi hasil konsepsi. 5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi refleks kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil, ekstrak cantharidium (dalam dosis besar menyebabkan inflamasi pada ginjal dan albuminuria), kalium permanganas (120-300 ml per vaginam) menyebabkan inflamasi dan perdarahan oleh karena erosi pembuluh darah. 6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik seperti timah, antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic seperti ppepaya, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar Plumago rosea dan jus calotropis, (iii) Abortion pill F-6103 yang dikembangkan di Swedia yang mengandung diphenyl-ephylene dan juga pil berbahaya lainnya. Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan obat malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi. c. Instrumen Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai mekanisme: 4,5 (1) Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat, jarum merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan alasan bahwa uterusnya mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang tidak hati-hati dapat menyebabkan aborsi dengan memasukkan sonde uterus. Pada kasus ini, dokter diharapkan harus yakin dahulu bahwa pasien tidak hamil. (2) Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil dengan panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus dengan kapas atau rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lain-lain. (3) Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/ air panas. Page | 7

Campuran air dan udara ini dimasukkan secara paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan dengan vena uterus. Cairan ini menyebabkan lepasnya kantung amnion dan plasenta dari dinding uterus. Uterus kemudian akan berkontraksi menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini berbahaya dapat menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan juga emboli udara. (4) Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan kutub positif pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang menyebabkan kontraksi uterus. iv. Komplikasi Akibat Abortus Penggunaan obat-obatan abortifasion sebenarnya tidak ada yang efektif tanpa menimbulkan gangguan pada si ibu, Cara yang efektif dan adalah dengan melakukan manipulasi mekanik oleh tangan yang terampil. Penyulit yang mungkin timbul adalah: 1,3 a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik dan lain lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenk Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.

c. Emboli udara pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

d. Inhibisi vagus hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan panic. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KMnO4 pekat, AgNO3, K-Morat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan lab darah dengan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Page | 8

f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan.

g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan pengaliran listrik lokal. v. Pemeriksaan Forensik Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan tandatanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan, pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. 1 Gambaran Klinis Akibat Aborsi terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu ( untuk memperkirakan usia kandungan saat di aborsi) pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi 3,6 Pemeriksaan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi, memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada ukuran fetus yang dikeluarkan. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun instrumen yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

Page | 9

Pemeriksaan pada wanita tersangka 1. Pada perempuan yang disangka sebagai pelaku dan juga ibu pada mayat bayi tersebut boleh dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda telah melahirkan. Antara tanda-tanda yang boleh dilihat adalah adakah: 1,6,7 Terdapat tanda involusi uterus iaitu setelah placenta lahir uterus adalah merupakan organ yang keras karena kontraksi dan retraksi otot-otot uterus. Perubahan pada cervix dan vagina iaitu lebih longgar di mana canalis cervicalis masih dapat dilalui oleh dua jari, dimana pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena terjadi robekan selama partus. Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama. Dinding kandung kencing mengalami oedema dan hyperemia dan terjadinya obstruksi dari urethra dan terjadinya retention urin. Apakah terdapat lochia iaitu cairan yang keluar dari vagina yang merupakan sekret dari luka akibat partus. Apakah terjadi robekan pada perineum. 2. Perlu juga untuk mengetahui berapa lamanya waktu si ibu tersebut sudah melahirkan bayi tersebut. Antara yang pemeriksaan yang boleh digunakan adalah 1,7: Pemeriksaan lochia : Lochia adalah sekret dari luka akibat partus, terutama luka pada bekas perlekatan placenta dan sifat lochia ini berubah sesuai dengan tingkat penyembuhan luka. o Pada dua hari pertama lochia berupa darah dan disebut lochia rubra. o Setelah hari ke-3 dan 4, berupa darah encer iaitu disebut lochia serosa. o Pada hari ke-10 menjadi cairan putih disebut lochia alba. Pemeriksaan darah atau lekosit. o Lekosit pada hari pertama nifas bias sampai 30,000/mm3 o Normal leukosit adalah 4000-10000/mm3 3. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan golongan darah pada ibu untuk memastikan apakah terdapat kecocokan DNA dari perempuan tadi dan bayi tersebut. Antara pemeriksaan darah yang boleh dilakukan adalah : Pemeriksaan golongan darah. a. Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh : Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A. b.Bila sel darah merah sudah rusak : Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Page | 10

Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi.

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik 1,5,6 Pada USG : o endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi. Darah lengkap o Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik. o LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi. Pemeriksaan test kehamilan o masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. o Sekiranya wanita tersebut pernah hamil, maka kadar hormone ini akan meningkat dan hasilnya akan positif. Pemeriksaan DNA o untuk pemastian hubungan ibu dan janin. o Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama. Pemeriksaan toksikologik o untuk menilai apakah ada obat atau zat yang diminum untuk menginduksi aborsi. Pemeriksaan mikroskopik 6,7 o meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas dan tanda usaha penghentian kehamilan. o Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas. o Darah yang masih basah atau baru mengering diletakkan pada kaca obyek dan ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah. Page | 11

o o

Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval/elips dan berinti. Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Pemeriksaan kimiawi. 6,7 o Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. o Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah o Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi fenoftalin. o Reaksi benzidin(Test Adler) : Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh kristal benzidin dalam asam asetat glasial Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin. Hasil positif bila timbul warna biru gelap pada kertas saring. o Reaksi fenoftalin(Kastle Meyer Test): digunakan reagens yang dibuat dari fenolftalein 2 g + 100 ml. NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji Zinc sehingga terbentuk fenoftalin yang tidak berwarna. kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenoftalin yang akan memberikan warna merah muda bila positif o Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan penentuan darah 6,7 o Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar. Reaksi Teichman Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam aseta glasial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin-HCl yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop. Reaksi Wagenaar Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu sisi Page | 12

diteteskan aceton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan. Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang berwarna coklat. o Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak adalah darah. o Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. Penentuan spesies 6,7 o Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan gram faal. Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 g darah kering, tetapi tidak melebihi separuh bahan yang tersedia. o Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung). Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin manusia, dan ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung. Biarakan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan. o Reaksi presipitat dalam agar. Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubanglubang sejenis. Masukkan serum anti globulin manusia ke lubang di tengaj dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperatur ruang selama satu malam. Hasil positif memberikan presipitium jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada :3 1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk itu diperiksa : a. payudara secara makros maupun mikroskopik b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik Page | 13

c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua. 2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan. a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka, perdarahan pada jalan lahir. b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril. c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri. 3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok, emboli udara, emboli cairan atau emboli lemak. 4. Pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam rongga perut atau kecurigaan lain. 5. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya sel trofoblast, kerusakan jaringan, dan sel radang. 6. Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus. Periksa genitalia eksterna apakah pucat, kongesti atau memar. 7. Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah. 8. Sampel urin diambil untuk tes kehamilan dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain seperti biasa. Pemeriksaan Pada Janin Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari : 6,7 a. Panjang bayi Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan (PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah 25 minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25 minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban abortus dan pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka perbedaan tersebut adalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm. b. Lingkaran kepala Bayi 5 bulan : 38,5 41cm Bayi 6 bulan : 39 42cm Bayi 7 bulan : 40 42cm Bayi 8 bulan : 40 43cm Bayi 9 bulan : 41 44cm c. Pusat penulangan Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut. Pada telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan cuboid. Ketiga tulang ini dapat diperiksa melalui sayatan (pemotongan) dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit. Adanya pusat Page | 14

penulangan di tulang talus menunjukkan bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan dan tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan untuk memeriksa pusat penulangan di proksimal tulang tibia dan distal femur. Untuk mencapai kedua tulang, tulang patella harus disingkirkan. Setelah tampak tulang femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi selapis seperti pengiris bawang. Demikian juga pada tulang tibia. Adanya pusat penulangan pada kedua tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan dalam kandungan (cukup umur).

vi. Interpretasi Hasil Temuan


Berdasarkan kasus, terdapat 3 orang wanita yang saat tersebut sedang dirawat di bagian kebidanan karena diduga melakukan aborsi. Ternyata hasil laboratorium yang dilakukan pada campuran darah dan jaringan hasil suction yang dibawa oleh penyidik menunjukkan salah seorang wanita itu baru sahaja melakukan aborsi. Hasil pemeriksaan dokter dari bagian kebidanan juga menunjukkan wanita tersebut baru saja melakukan aborsi berdasarkan hasil temuan berikut : 1. Adanya tanda kehamilan yaitu perubahan pada payudara dan striae. 2. Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah menurun, denyut nadi n cepat dan kecil, suhu badan normal. 3. Ada perdarahan pervaginam, tercium bau busuk dari vulva. 4. Adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi, memar sesuai penggunaan instrumen pada bagian perinium dan bagian genitalia interna. 5. Kondisi ostium serviks masih dalam keadaan dilatasi Besarnya dilatasi tidak terlalu luas. 6. Terdapat tanda involusi uterus. Cervix dan vagina iaitu lebih longgar. 7. Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama 8. Pemeriksaan lochia berupa darah. 9. Kadar leukosit meningkat 27.000/mm3 dan kadar Hb yang rendah yaitu 7.0g/dL akibat perdarahan pervaginam. 10. DNA wanita tersebut cocok dengan campuran darah hasil suction. 11. Kadar hCG darah dan urin masih tinggi,yaitu wanita tersebut pernah hamil. 12. Pemeriksaan toksikologik negative. 13. Pemeriksaan mikroskopik Hasil Adanya sel trofoblas dan sel radang PMN. Sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti o Sel darah merah merupakan sel mamalia Pada sediaan hapus dengan pewarnaan , terlihat sel leukosit berinti banyak, telihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0.05% . o Darah berasal dari seorang wanita 14. Pemeriksaan penentuan darah i. Reaksi Teichman Hasil Tampak batang berwarna coklat Page | 15

ii.

o Bercak adalah darah Reaksi Wagenaar Hasil Tampak batang berwarna coklat o Bercak adalah darah

15. Penentuan spesies i. Reaksi cincin Hasil Tampak cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan Hasil positif Reaksi presipitat dalam agar Hasil Tampak presipitium jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi. Hasil positif

ii.

Daripada ketiga-tiga jenis darah dari ketiga-tiga jaringan didapati kesemua bercak adalah darah manusia dan kesemuanya berasal dari wanita. 16. Penentuan golongan darah

o terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah


tersebut adalah A. o dari ketiga wanita tersebut,hanya seorang yang mempunyai golongan darah A.

KESIMPULAN
Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Secara hukum abortus berarti tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami (spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja (abortus provokatus). Kasus abortus di indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang merupakan korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya. Pemeriksaan forensik pada kasus abortus provokatus kriminalis bertujuan mencari bukti dan tanda kehamilan, mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan atau instrumen dan menentukan kaitan antara sebab kematian dengan abortus. Page | 16

DAFTAR PUSTAKA
1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-164. 2. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran, Bagian Kedokteran Forensik FKUI ;1994; hal. 1-25. 3. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II. Medan : Ramadhan, 2005. 159-168. 4. Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19. 5. Mansjoer, Arief. Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri. Dalam : Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Badan Penerbit FK UI, 2007. 225-226. 6. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi Medikolegal Edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44. 7. Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174

Page | 17

Você também pode gostar