Você está na página 1de 9

ANALISIS YURIDIS TENTANG UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP GENERASI BANGSA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN

HIDUP

Disusun untuk Dipresentasikan dalam Ujian Lisan Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Disusun Oleh : IRFAN ALKHOTIRI 09411733000108

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG (UNSIKA) 2012

ANALISIS

A. Kasus Permasalahan Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa lingkungan hidup merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk dimanfaatkan secara baik. Pemanfaatan lingkungan hidup dalam rangka pemenuhan kebutuhan makhluk hidup itu sendiri haruslah disertai tanggung jawab besar dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup agar tetap terjaga kelestariannya sehingga tetap dapat dinikmati oleh para generasi berikutnya secara berkesinambungan. Namun pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. perlindunga dan pengelolaan yang sudah sekian lama ini selalu digembor-gemborkan tetap saja tak ada kemajuan secara signifikan. Hal itu secara nyata terlihat dari pola pembangunan perkotaan yang telah mengorbankan keseimbangan alam dan lingkungan hidup. Ruang terbuka hijau kota semakin menyusut tergusur oleh pembangunan kawasan komersial, seperti pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran, pertokoan, pelebaran infrastruktur jalan, dan pembangunan fisik kota lainnya. Hal ini diperparah lagi deng an fenomena pemanasan global, perubahan iklim secara ekstrim, krisis air bersih, kebakaran di musim kemarau, abrasi pantai, intrusi air laut, serta penurunan muka tanah. Kemacetan lalu lintas yang semakin parah membuat kualitas udara kota memburuk dan penyakit terkait pernapasan dan gangguan ginjal pun meningkat. Bahkan sungai-sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah mulai kering dan terkontaminasi. Masyarakat terpaksa harus menggunakan septic-tank, disebabkan sistem pembuangan limbah tidak bekerja karena kurangnya air. Masyarakat sungguh sangat menderita, kulit tubuh mulai berkerut, tubuh kurus karena dehidrasi, penuh luka yang disebabkan oleh radiasi ultra violet yang lebih kuat tanpa perisai pelindung dari lapisan ozon. Kanker kulit, infeksi gastrointestinal dan saluran urine menjadi sebab utama meningkatnya angka kematian dalam masyarakat. Bahkan, karena pengeringan yang berlebihan kulit orang-orang muda yang berusia 20 tahun terlihat seperti 40 tahun. Meskipun Ilmuwan menginvestigasi, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini. Air tidak dapat diproduksi, oksigen juga terdegradasi akibat kurangnya pepohonan dan vegetasi, dan kapasitas intelektual generasi baru sangat terganggu. Morfologi spermatozoa pada pria telah berubah banyak. Akibatnya, bayi dilahirkan dengan defisiensi, mutasi dan kelainan bentuk fisik. Pemerintah berupaya menanggulangi (atau lebih tepatnya mengurangi resiko kematian) dengan membangun zona berventilasi berupa paru-paru mekanik yang sangat besar dengan tenaga matahari untuk dijadikan tempat tinggal masyarakat yang masih bertahan hidup, meskipun pada kenyataanya udara tidak berkualitas baik dalam zona berventilasi tersebut, tapi setidaknya orang bisa bernapas. Di beberapa negara, di mana masih ada beberapa zona hijau dilintasi oleh sungai, tempat ini dijaga oleh tentara bersenjata berat. Air menjadi harta yang sangat didambakan, lebih berharga

daripada emas dan berlian. Pepohonan sangat jarang sekali terlihat tumbuh, karena jarang sekali hujan. Ketika terjadi presipitasi, itu pun hanya hujan asam1. Jadi, apa yang dihasilkan dari usaha pembangunan berkelanjutan oleh pemerintah selama ini hanyalah menghasilkan kondisi kota-kota yang tengah menuju bunuh diri ekologis. B. Upaya yang dapat dilakukan oleh subyek hukum dalam menanggulangi kerusakan lingkungan hidup. 1. Melaksanakan asas-asas hukum lingkungan a) Tanggung jawab Negara Negara harus menjamin pemanfaatan sumber daya alam sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat baik generaasi masa kini ataupun masa depan. Oleh karena itu, sebagai subyek hukum yang mempunyai hak untuk menikmati lingkungan hidup yang baik, kita dapat berupaya menuntut pertanggungjawaban kepada Negara (dalam hal ini pemerintah) atas kebijakannya dalam mengelola pembangunan perkotaan yang mengakibatkan pemanasan global da berdampak serius terhadap lingkungan hidup yang kian memburuk. b) Kelestarian dan keberlanjutan Setiap orang memilki kewajiban dalam melestarikan lingkungan hidup yang ada. Oleh karena itu, kita sebagai subyek hukum yang di satu sisi mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik kita juga mempunyai kewajiban yang sama sekali tidak dapat diabaikan, yaitu dengan tetap menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup agar tetap baik dan layak untuk dinikmati secara wajar baik untuk kita maupun untuk generasi setelah kita kedepan. c) Keserasian dan keseimbangan Sebagai subyek hukum, dalam memanfaatkan lingkungan hidup kita harus memperhatikan segala aspek dan perlindungan serta pelestarian ekosistem. Sehingga keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup tetap stabil dan terjaga secara baik dan dapat terus dinikmati oleh para generasi penerus kita. d) Keterpaduan Dalam rangka melaksanakan pelestarian lingkungan hidup agar tetap baik, kita sebagai subyek hukum yang di satu sisi mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan atas akibat kerusakan lingkungan, kita pun berkewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup bersama-sama dengan subyek hukum yang lainnya secara sinergis dan terpadu dengan berbagia unsur dalam masyarakat dari berbagai komponen daerah. e) Manfaat Segala usaha atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan baik oleh pemerintah ataupun kita sebagai subyek hukum harus disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras

Surat dari masa depan - majalah Crnica de los Tiempos April 2002 (translated edition).

dengan lingkungannya. Sehingga pembangunan berlangsung dengan baik tanpa berakibat buruk terhadap lingkungan hidup. f) Kehati-hatian Sebagai subyek hukum, kita harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kita harus tahu betul akan manfaat sesuatu hal yang kita temui dalam lingkungan hidup ini dan mampu bertindak jeli dan hati-hati dalam memanfaatkan segala hal serta mampu menjaganya agar tetap setabil. Sehingga Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak menjadi alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. g) Keadilan Kita harus tahu bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

mencerminkan keadilan secara prposional bagi setiap warga Negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender. Sehingga kita tidak bertindak semena-mena dalam memperlakukan alam, sebab setiap orang mempunyai hak atas kesetabilan alam. h) Ekoregion Sebagai subyek hukum, dalam melaksanakan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kita harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan lokal. i) Keanekaragaman hayati Dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, kita sebagai subyek hukum harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiriatas sumber daya alam nabati dan hewani dengan unsur non hayati di sekitarnya. j) Pencemar membayar bagi pencemar wajib menaggung biaya pemuliihan lingkungan, hal ini berlaku untuk semua kalangan dalam kehidupan masyarakat. k) Partisipatif Setiap anggota masyarakat, khususnya kita sebagai subyek hukum, harus berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung. l) Kearifan lokal Dalam melaksanakan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, kita sebagai subyek hukum harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. m) Tata kelola pemerintahan yang baik perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan. n) Otonomi daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman

daerah dalam bingkai NKRI. 2. Melaksanakan amanat undang-undang lingkungan hidup. Dalam rangka menanggulangi kerusakan lingkungan hidup, setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, diantaranya adalah melaksanakan asas-asas (sebagaimana yang telah dipaparkan di atas) dan memahami serta melaksanakan tujuan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam pasal 3 undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu meliputi: a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. j. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan mengantisipasi isu lingkungan global.

Selain itu juga dapat dilakukan upaya pemeliharaan lingkungan hidup melalui upaya : a. konservasi sumber daya alam, yaitu meliputi kegiatan: a) perlindungan sumber daya alam; b) pengawetan sumber daya alam; dan c) pemanfaatan secara lestari sumber daya alam. b. pencadangan sumber daya alam; dan/atau c. pelestarian fungsi atmosfer, yaitu meliputi : a) upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; b) upaya perlindungan lapisan ozon; dan c) upaya perlindungan terhadap hujan asam. Tentunya untuk melaksanakan ini semua membutuhkan kekuatan pemerintah dan bersama anggota masyarakat. Sebab permasalahan lingkungan hidup bukan hanya menjadi urusan perseorangan meskipun setiap individu mempunyai hak atas pemanfaatan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal Pasal 67 Undang Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Saat pencemaran dan kerusakan sudah terlanjur terjadi sebagaimana dipaparkan di atas dalam kasus permasalahan, maka seharusnya dapat dilakukan upaya penanggulangan sebagaimana tercantum dalam pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: (1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. (2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat; b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah melakukan penanggulangan terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, maka barulah dilakukan tindakan pemulihan terhadap lingkungan yang sudah terlanjur tercemar itu, hal ini diatur dalam pasal 54 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: (1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup. (2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan: a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar; b. remediasi; c. rehabilitasi; d. restorasi; dan/atau e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. mengatasi krisis air untuk mngatasi permasalahan krisis air, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, tepatnya pada Pasal 2 ditegaskan bahwa Sumber daya air harus dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa jika saja pengelolaan sumber daya air dilaksanakan secara adil, seimbang dan merata serta tetap memperhatikan upaya pelestariannya, setidaknya kita dapat terhindar dari krisis air yang berlebihan. padahal kebutuhan akan sumber daya air tidak hanya meliputi kepentingan dindividu, tetapi meliputi seluruh mahluk hidup yang ada di alam ini. Seingga pengelolaannya pun harus menyeluruh dan terpadu dengan tetap memperhatikan keberlanjutannya untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa Sumber daya air harus dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Kebutuhan akan sumber daya air sangatlah vital, hal ini karena setiap individu dalam masyarakat selalu membutuhkan air dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, oleh karena itu dalam hal ini negara harus menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokoknya masingmasing, sebagaimana tercantum dalam pasal 5: Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. adapun tujuan pengelolaan sumber daya air diatur dalam pasal 6 yang menyatakan bahwa: (1) Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (2) Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan. (3) Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. (4) Atas dasar penguasaan negara maka ditentukanlah hak guna air. 4. Pengendalian pencemaran udara Pengendalian pencemaran udara harus diupayakan dengan baik selaras dengan amanat peraturan perundang-undangan. dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada Pasal 4 ayat (1) bahwa Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, kemudian pada Pasal 6 ayat (2) bahwa Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan daerah harus melakukan kegiatan inventarisasi dan/atau penelitian terhadap mutu udara ambien, potensi sumber pencemar udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata guna tanah. kemudian pada ayat (4) disebutkan bahwa Gubernur menetapkan status mutu udara ambien daerah berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Apabila hasil inventarisasi dan/atau penelitian menunjukkan ternyata status mutu udara ambien daerah berada di atas baku mutu udara ambien nasional, Gubernur harus menetapkan dan menyatakan bahwa status mutu udara ambien daerah yang bersangkutan sebagai udara tercemar. hal ini diatur dalam pasal 7 ayat (1). setelah itu Gubernur wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan mutu udara ambien. 5. Upaya Penghijauan Pengoptimalan fungsi hutan sebagai paru-paru bumi dalam rangka gerakan penghijauan sangat diperlukan demi keselamatan lingkungan hidup yang baik, oleh karena itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan pada Pasal 3 dirumuskan tentang tujuan Penyelenggaraan kehutanan adalah untuk : a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; b. mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari;

c. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; d. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Selain itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 dan 30 mensyaratkan setiap kota harus memiliki ruang terbuka hijau (RTH) 30%, terdiri atas RTH publik 20% dan RTH privat 10%. RTH adalah surga perkotaan yang berfungsi sebagai paru-paru kota, sekaligus sebagai daerah resapan air, dan tulang punggung pengendalian perkembangan kota dan infrastruktur hijau kota. C. Upaya yang dapat dilakukan oleh subyek hukum dalam menanggulangi kerusakan lingkungan hidup. Setiap korban (bahkan setiap orang, bukan hanya korban) pencemaran lingkungan pada dasarnya berhak untuk memperjuangkan haknya dalam mendapatkan lingkungan hidup yang baik, dalam undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pada Pasal 66 disebutkan bahwa Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata. Hal ini menunjukkan bahwa hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik benar-benar dianggap penting dan dijamin oleh undang-undang, sehingga terlindung dari ancaman gugatan balik secara perdata atau tuntutan secara pidana. mengapa demikian?, karena memang penegakkan hukum lingkungan dan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting dan perlu diutamakan. bahkan dalam setiap penyusunan peraturan perundang-undangan baik di tingkat nasional maupun daerah harus memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. sebagaimana disebutkan dalam Pasal 44 bahwa Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang. Bahkan dalam pasal 65 ayat (1) ditegaskan bahwa hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik merupakan bagian dari hak asasi manusia. sehingga setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan jika ada rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. jika ada terjadi pencemaran maka setiap orang pun dapat melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air pada Pasal 51 ayat (4) telah jelas behwa Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat. Kemudian pada Pasal 55 ayat (1) disebutkan bahwa Penanggulangan bencana akibat daya rusak air yang berskala nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dalam perkara krisis air, sudah jelas bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah dan pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat harus bertanggung jawab atas permasalahan kerisis air. Termasuk pemulihan daya rusak air pun menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengelola sumber daya air, dan masyarakat. Hal ini sebagaimana diatus dalam pasal 57 ayat (2). Korban pencemaran lingkungan, sebagai pihak yang

dirugikan, berhak menuntut pertanggung jawaban terhadap pemerintah atas tercemarnya air atau atas terjadinya krisis air. Selain itu korban pun berhak mengajukan gugatan kepada pengadilan tata usaha negara atas surat izin yang dikeluarkan oleh pemerintah yang bersangkutan yang memberikan izin kepada pihak yang melakukan kegiatan yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan. Apalagi jika sampai mengakibartkan krisis air. Bahkan pelaku pencemaran lingkungan tidak cukup hanya sekedar ditarik izin kegiatan yang dilakukannya dan mengganti rugi tapi juga harus melakukan penanggulangan pencemaran atas kerusakan lingkungan. Hal ini sebagaimana diatur Dalam pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Karawang, 10 November 2012 Penyusun;

IRFAN ALKHOTIRI 09411733000108

Você também pode gostar