Você está na página 1de 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan. Sebagian besar siswa kurang berkonsentrasi serta cenderung pasif pada saat jam pelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil Tes Formatif Pra Siklus untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa Kelas IV SDN Rancasalak IV Kecamatan kadungora Kabupaten garut, masih banyak siswa belum tuntas dalam KD tersebut, ini terlihat dari 43 siswa hanya 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau tuntas, sedangkan 25 siswa belum tuntas. Tingkat ketuntasan hanya mencapai 41,9%. Hal tersebut diatas terjadi karena selama ini siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru saja sehingga siswa mudah lupa yang telah disampaikan pada mereka. Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus muncul bebagai masalah diantaranya ialah : 1. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran. 2. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru. 3. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi. 4. Metode pembelajaran yang kurang tepat. 5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang diterima. Agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan interaksi siswa perlu adanya upaya yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam pengajaran. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui penggunaan metode diskusi dan media gambar, agar siswa tidak merasa sulit belajar Ilmu Pengetahuan Alam, pemahaman terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam lebih mudah dan siswa tidak merasa jenuh, guru dapat memanfaatkan alat peraga sederhana yang dibuat guru itu sendiri. Menurut Sri Anitah, dkk. (2008), Melalui penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan dan manfaat media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian pesan kepada penerima pesan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran

diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan indra manusia, perbedaan gaya belajar, dan karakteristik penerima pesan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran kelas yang terjadi, peneliti sebagai guru Sains merasa perlu melakukan penelitian masalah penggunaan metode diskusi dan media gambar sebagai alat bantu atau media yang bisa diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi dengan media pembelajaran siswa kelas VI SDN Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012.

1.2. Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Dalam proses belajar mengajar guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. 2. Penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam siswa masih kurang. 3. Kurangnya interaksi pada saat proses belajar - mengajar. 4. Belum adanya peningkatan prestasi siswa yang dibuktikan dengan pencapaian nilai rata-rata siswa di bawah KKM Indikator (65).

1.3. Analisis Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah pembelajaran di kelas IV SDN Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut dan hasil konsultasi dengan supervisor bahwa penggunaan metode dengan peran guru yang dominan serta cara penyampaian yang kurang menarik menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang aktif sehingga penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam rendah serta masih rendahnya pencapaian nilai ketuntasan siswa (41,9%).
Penguasaan konsep kurang, Nilai KKM rendah

Siswa tidak aktif

Monoton dan kurang bervariasi

Monoton dan kurang bervariasi

Metode diskusi dan media gambar Guru dominan

Gambar 1.1 Diagram Alir Analisis Masalah di Kelas IV SDN Rancasalak IV Kadungora

1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan, maka penulis dapat menetapkan suatu rumusan masalah yaitu: Bagaimana Cara Penggunaan Metode Diskusi dan Penggunaan Media Gambar Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Interaksi Dengan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Pada Klasifikasi Hewan di SDN Rancasalak IV ?

1.5. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi dengan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV pada Klasifikasi Hewan di SDN Rancasalak IV Kadungora melalui metode diskusi dan penggunaan media gambar.

1.6. Manfaat Penelitian Adapun tindakan perbaikan ini dapat bermanfaat antara lain : a. Bagi Siswa Dapat meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi sehingga dapat dicapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya dengan perubahan nilai yang signifikan. b. Bagi Guru Dapat mengembangkan wawasan keilmuan serta meningkatkan keterampilan dan inovasi guru dalam proses pembelajaran hingga dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. c. Bagi Sekolah Dapat menambah wahana pembelajaran menjadi lebih variatif sehingga mampu memajukan proses pendidikan dimasa mendatang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Metode Diskusi Endang Mulyatiningsih (2010), menegaskan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan rencana yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis. Menurut pembelajaran Surya bisa Dharma (2008), untuk menyebutkan beberapa metode strategi

yang

digunakan

mengimpelementasikan

pembelajaran, diantaranya yaitu : (a) Metode Ceramah; (b) Metode Demonstrasi; (c) Metode Diskusi; (d) Metode Simulasi; (e) Metode Tugas dan Resitasi; (f) Metode Tanya Jawab; (g) Metode Kerja Kelompok; (h) Metode Problem Solving; (i) Metode Sistem Regu (Team Teaching); (j) Metode Latihan (Drill) (k) Metode Karyawisata (Field-Trip). Metode Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998; dikutip Surya Dharma, 2008). Selanjutnya, Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menambahkan metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan CBSA atau keterampilan proses. A. Jenis-Jenis Metode Diskusi Untuk dapat melaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya nanti dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan digunakan. Menurut Surya Dharma (2008), mengemukakan macam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :

a. Diskusi Kelas Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi. b. Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompokkelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya. c. Simposium Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.Simposium dilakukanuntuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. d. Diskusi Panel Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

B. Prosedur Metode Diskusi Surya Dharma (2008), menyatakan Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Langkah Persiapan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya: 1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. 2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. 4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan. b. Pelaksanaan Diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah : 1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi. 2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan. 3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya. 4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. 5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus. c. Menutup Diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut: 1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya .

C. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran diskusi Pada dasarnya setiap metode memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaanya. Agar metode pembelajaran yang diterapkan dapat berjalan dengan efektif, setiap guru harus memperhatikan langkah-langkah kegiatan dari metode pembelajaran yang kita pilih. Begitupun dengan metode diskusi, ada beberapa langkah-langkah kegiatan yang harus diikuti guru ketika akan memilih metode ini dalam proses pembelajaran. Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menyebutkan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran diskusi, diantaranya yaitu : (a) mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (b) mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi mengelompokkan permasalahan siswa sesuai serta menarik kesimpulan; (c) mampu dan

dengan

kebutuhan

permasalahan

pengembangan kemampuan siswa; (d) mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi; dan (e) menguasai permasalahan yang didiskusikan. Sedangkan yang harus diperhatikan dari kondisi dan kemampuan siswa untuk menunjang pelaksanaan diskusi di antaranya adalah : (a) memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi; (b) mampu melaksanakan diskusi; (c) mampu menerapkan belajar secara bersama; (d) mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide, dan (e) mampu memahami dan menghargai pendapat orang lain.

D. Keunggulan metode diskusi Beberapa keunggulan penggunaan metode diskusi menurut Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008) dalam memfasilitasi kegiatan belajar mengajar siswa sehingga siswa dapat, yaitu : (1) bertukar pikiran; (2) menghayati permasalahan; (3) merangsang siswa untuk berpendapat; (4) mengembangkan rasa tanggung jawab; (5) membina kemampuan berbicara (6) belajar memahami pendapat atau pikiran orang lain (7) memberikan kesempatan belajar.

E. Kelemahan metode diskusi

Adapun kelemahan pada metode diskusi, yaitu : (1) relatif memerlukan waktu yang banyak; (2) apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak akan efektif; (3) materi pelajaran dapat menjadi luas, dan (4) yang aktif hanya siswa tertentu saja. Setiap metode yang dilaksanakan dalam setiap pembelajaran

tentunyamemiliki kelebihan dan kelemahan atau kendala, oleh karena itu, seorang guru harus pandai mengantisipasi pada saat menggunakan metode diskusi ini.

2.2. Media Gambar A. Pengertian media pembelajaran Menurut Heinich, dkk. (1993) dalam Asep Herry Hernawan (2008), media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver), contohnya : film, televisi, diagram, bahan tercetak, computer dan instruktur. Contoh media tersebut bias dipertimbangkan, sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dadang Supriatna (2009), mengutip beberapa pengertian media pembelajaran menurut para ahli antara lain, yaitu : Briggs menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dengan demikian media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Benny Agus Pribadi, dkk. (2012), menerangkan bahwa, Media yang tergolong sebagai gambar diam adalah foto, bahan-bahan grafis baik yang dicetak ataupun dilukis. Gambar diam dapat berisi informasi atau pengetahuan tentang objek, peristiwa, atau prosedur. Informasi yang dikemas dalam gambar diam dapat berbentuk diagram, chart, atau grafik. Gambar diam berupa diagram pada umumnya digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep yang menggambarkan komponen-komponen dalam sistem. Chart biasanya digunakan untuk menjelaskan proses atau prosedur dalam bentuk aliran,

misalnya flowchart. Sedangkan grafik lazim digunakan untuk mejelaskan konsep-konsep yang mengupas perbandingan antara variabel yang satu dengan yang lain. Gambar diam berbentuk foto dapat digunakan untuk menjelaskan objek dan peristiwa secara realistik.

Andoyo Sastromiharjo (2008), mengungkapkan manfaat media pendidikan sebagai berikut : (1) Media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (2) Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa. Dengan demikian, media berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang langsung antara siswa, lingkungan, dan kenyataan, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya, (4) Dengan adanya unsur keunikan pada diri siswa, guru dapat menggunakan media untuk memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman, dan menyamakan persepsi.

B. Jenis-jenis media Media visual/gambar adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Menurut Asep Herry Hernawan (2008), menyatakan bahwa media visual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Media Visual yang tidak diproyeksikan Media Visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang dalam pemanfaatannya tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk

memproyeksikan perangkat lunaknya.Jenis media ini meliputi: (1) gambar mati atau gambar diam, (2) ilustrasi, (3) karikatur, (4) poster, (5) bagan, (6) grafik, (7) peta, (8) realia dan model, dan (9) berbagai papan. b. Media Visual yang diproyeksikan Media Visual yang diproyeksikan adalah media visual yang dalam pemanfaatannya membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunaknya. Jenis media ini meliputi : (1) OHP (Overhead projector), (2) Slide Projector (proyektor film berbingkai), (3) Filmstrip Projector, dan (4) Opaque Projector.

10

2.3. Penguasaan Konsep Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik (http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses Tanggal 19 Nopember 2012). Menurut Nuryani Rustaman (2011), Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsepkonsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah symbol yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Nama atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan kata lain konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Contohnya konsep tumbuhan, sel, hidup. Bell (1995) dalam Nuryani Rustaman (2011), mengemukakan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai konstruk mental dari seseorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata yang menyatakan konsep khusus. Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang diterima secara sosial. Konsep sebagai konstruk mental merupakan komponen-komponen kritis dari perubahan kematangan seseorang yang secara terus menerus, perluasan struktur kognitif. Konsep juga merupakan batu-batu pembangun berpikir. Pendidikan formal di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang terorganisir. Prinsip terbentuk dari konsep. Pembentukan prinsip dari konsep melibatkan hubungan antar konsep. Terdapat empat (4) tipe dasar hubungan yang dinyatakan dalam prinsip, yaitu : (1) sebab akibat (cause and effect), (2) korelasional (corelational), (3) peluang (probability), dan (4) aksioma (axiomatic). Tipe dasar hubungan sebab akibat paling banyak terdapat dalam IPA, tetapi dalam tipe lainnya juga banyak ditemukan. Penguasaan konsep dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam pembelajaran dengan model konstruktivisme pemahaman konsep dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk bahasa. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan mengenai apa yang tidak dikuasainya

11

menunjukkan penguasaan konsep yang lebih baik. Dalam sistem pendidikan di Indonesia berlandaskan pada pemikiran bahwa penguasaan konsep ditunjukkan dengan hasil belajar melalui tes. Oleh karena itu, evaluasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini menggunakan tes dan observasi proses belajar yang merupakan modifikasi antara evaluasi pembelajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivisme (Yuliati, dalam seminar nasional IPA, 2005).

2.4. Interaksi Dengan Media Pembelajaran Menurut murid. Pembelajaran terwujud dalam bentuk interaksi timbal balik secara dinamis antara guru dengan siswa dan atau siswa dengan kondisi belajarnya. Guru pada saat tertentu berposisi sebagai perangsang atau stimulasi yang memancing siswa untuk bereaksi sebagai wujud aktivitasnya yang disebut belajar. Pada saat yang lain guru bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat siswa. Interaksi diantara kedua belah pihak berjalan secara dinamis bertolak dari kondisi awal melalui titik-titik sepanjang garis kontinum hingga akhir kegiatan pembelajaran. Interaksi dinamis guru-siswa dalam pembelajaran dapat terwujud dalam berbagai bentuk hubungan. Interaksi guru-siswa dapat mengambil bentuk hubungan langsung, yakni interaksi secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan guru-siswa bersifat tidak langsung, yakni melalui perantaraan media pembelajaran seperti paket belajar, modul pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas terstruktur, dan sejenisnya. Di samping itu interaksi guru-siswa terealisasi pula melalui hubungan yang bersifat campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan media pembelajaran, tetapi guru tetap hadir dalam pembelajaran. Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus komunikasi. Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi: (1) komunikasi guru-siswa searah, (2) komunikasi dua arah arus bolak-balik, (3) komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa, (4) komunikasi optimal total arah. Arus komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang membedakan kedalam dua jenis, yakni one way traffic comunication dan two way traffic comunication. Syaiful Bahri Djamarah (1995), Interaksi adalah saling

mempengaruhi, hubungan timbal balik antara pihak tertentu misalnya antara guru dan

2.5. Klasifikasi Hewan

12

A. Materi Pembelajaran Hewan banyak jenisnya.Ada yang besar ada yang kecil.Ada yang berjalan, merayap, dan ada yang terbang. Menurut jenis makanannya, hewan digolongkan menjadi tiga, yaitu herbivor, karnivor, dan omnivor (Budi Wahyono dan Setya Nurachmandani, 2008).

1. Herbivor Hewan yang makanannya hanya berupa tumbuhan saja (rumput,daundaunan, biji-bijian, dan buah-buahan) digolongkan sebagai hewanpemakan tumbuhan. Hewan pemakan tumbuhan juga disebut herbivor. Hewan herbivor banyak terdapat di sekitar kita.permukaan lebar dan bergerigi. Gigi gerahamnya juga memiliki banyak hubungan (bagian

puncakgigi).Mengapa demikian? Agar dapat digunakanuntuk menggiling rumput dan daun-daun yang keras. Dengan begitu, rumput dan daun yang telah dimakan dapat masuk ke dalam lambung secara mudah. Ada juga herbivor yang tidak memiliki gigi melainkan memiliki tembolok. Fungsi tembolok hampir sama dengan fungsi gigi geraham. Contoh hewan herbivor yang makan dedaunan, yaitu kambing, kuda, gajah, dan sapi. Herbivor pemakan biji-bijian, antara lain, burung pipit, kenari, tupai, dan merpati. Herbivor pemakan buah adalah burung beo, ulat buah, dan jalak.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.1 Hewan-hewan herbivora, yaitu (a) sapi, (b) kuda, dan (c) kambing (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)

2. Karnivor

13

Di depan telah dijelaskan bahwa terdapat hewan yang makanan utamanya hewan lain. Hewan jenis ini disebut karnivor. Hewan karnivormudah dikenali karena memiliki bagian tubuh yang berbeda dengan hewan herbivor. Karnivor berkaki empat memiliki gigi geraham khusus yang digunakan untuk mengunyah daging. Gigi geraham ini dapat mengerat dan menghancurkan makanan. Gigi serinya kecil-kecil dan tajam. Gigi seri berfungsi untuk menggigit dan memotong makanan. Gigi taringnya panjang, besar, dan runcing. Gigi taring berfungsi untuk mengoyak mangsanya.

(a)

(b)

Gambar 2.2 Hewan-hewan karnivora, yaitu (a) elang dan (b) harimau (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009) Karnivor dari jenis burung memiliki kuku dan paruh yang kuat dan tajam. Bentuk paruh ini disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu agar mudah mencabikcabik mangsa.Mangsanya terdapat di udara, di air, dan di darat. Burung apa sajakah yang suka makan daging atau hewan lain? Burung elang, burung rajawali, burung alap-alap, burung hantu adalah contoh-contoh burung pemakan daging.

3. Omnivor Apakah kamu tahu hewan yang disebut musang? Selain dikenal sebagai pencuri ayam, musang juga dikenal sebagai pemakan buah-buahan, antara lain, buah kopi. Hewan pemakan tumbuhan maupun daging disebut omnivor. Musang adalah salah satu contoh omnivor. Contoh lainnya adalah beruang, ayam, bebek, dan tikus. Beruang selain makan ikan juga memakan buah-buahan dan madu. Ayam dan bebek sangat suka terhadap biji-bijian. Namun, keduanya juga sering makan cacing atau serangga kecil lainnya. Tikus seperti musang, ikan dan buah-buahan merupakan makanan kesukaannya. Bentuk gigi omnivor merupakan gabungan dari bentuk gigi herbivor dan karnivor. Gigi geraham omnivor berguna untuk melumat, gigi serinya untuk memotong, dan gigi taringnya untuk mengerat makanan. Bagaimana dengan manusia? Termasuk kelompok pemakan apakah manusia itu?

14

Bangsa burung juga ada yang termasuk hewan karnivor. Misalnya, burung kutilang, burung jalak, dan burung cucakrawa. Pernahkah kamu melihatnya? Bagaimana bentuk paruh burung-burung tersebut? Bentuk paruhnya panjang, kecil, dan runcing. Bentuk paruh seperti itu sangat sesuai untuk mengambil makanan berupa tumbuhan serta hewan-hewan kecil yang berada di daun ataupun di dalam batang pohon.

(a)

(b)

Gambar 2.3 Hewan-hewan omnivora (a) bebek dan (b) ayam (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009).

B. Peta Konsep

HEWAN
Digolongkan berdasarkan

Jenis makanannya
Meliputi

Karnivora
Misalnya

Herbivora
Misalnya

Omnivora
Misalnya

Ular, buaya, singa, srigala, harimau

Kambing, belalang, sapi, kuda, zebra.

Ayam, angsa, musang, beruang, burung jalak

Gambar 2.4 Peta Konsep Klasifikasi Hewan (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)

2.6. Penelitian Tindakan Kelas A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

15

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Menurut IGAK Wardhani (2009), menyatakan bahwa Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan Stephen Kemmis (1983) dalam Darwiyanto (2009), PTK adalah suatu bentuk kegiatan penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh

peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993: 44). Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999)

mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001dalam Darwiyanto, 2009).

B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain bertujuan untuk memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat penunaian misi profesional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri. Dalam hubungannya dengan peningkatan profesionalisme guru, kegiatan PTK penting untuk dilakukan dengan alasan:

16

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. 2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. 3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di kelas. 4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu meninggalkan kelasnya. 5. Dengan PTK guru akan menjadi kreatif.

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan PTK: 1. Guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri, sehingga berkembang inovasi-inovasi pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pembelajaran. 2. PTK juga bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme guru.

D. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992) yaitu: (1) Planning (Rencana); (2) Action (Tindakan); (3) Observation (Pengamatan); (4) Reflection (Refleksi) Untuk memperjelas fase-fase dalam PTK, siklus spiral-nya dan bagaimana pelaksanaannya, Stephen Kemmis menggambarkannya dalam siklus sebagaimana tampak pada gambar 2.5.

17

REFLEKSI
REVISI

Rencana Yang direvisi

Rencana Awal

STRATEGI TINDAKAN

STRATEGI
REFLEKSI

TINDAKAN
OBSERVASI OBSERVASI

23 February 2008

Mahfud PTK

Gambar 2.5 Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart

Você também pode gostar