Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Menurut Wikipedia, Assisted reproductive technology (ART) adalah sebuah istilah umum
untuk metode yang digunakan untuk mendapatkan kehamilan diluar cara alamiah. ART adalah
teknologi reproduksi yang digunakan untuk pengobatan infertilitas.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan ART sebagai “semua
perawatan kesuburan dimana ovum dan sperma digunakan. Secara umum, prosedur ART
termasuk mendapatkan ovum dari ovarium wanita melalui operasi, menyatukan ovum dengan
sperma di laboratorium dan mengembalikannya ke dalam tubuh si wanita atau mendonorkannya
ke wanita lain”. Menurut CDC, “ART tidak termasuk perawatn dimana hanya sperma yang
menjadi objeknya (contoh: artificial insemination) atau prosedur dimana seorang wanita
meminum obat hanya untuk menstimulasi produksi ovum tanpa keinginan untuk mengambil
ovumnya”.
Macam-macam ART:
2. Transvaginal oocyte retrieval atau oocyte retrieval (OCR) = Proses dimana sebuah
jarum kecil dimasukkan menembus dinding vagina dan dituntun dengan ultrasound menuju folikel
ovarium untuk mengambil cairan yang mengandung sel telur.
4. Autologus Endometrial Coculture = Teknik yang menempatkan sel telur pasien yang
telah dibuahi di atas lapisan sel dari endometriumnya sendiri, menciptakan lingkungan yang
lebih alami untuk perkembangan embrio dan memaksimalkan kesempatan hamil untuk IVF.
5. Assisted Zona Hatching (AZH) = Suatu usaha untuk meningkatkan proses implantasi
embrio di endometrium dengan ‘membuka’ zona pelusida dengan micromanipulator.
6. Zygote intrafallopian transfer (ZIFT) = Prosedur pemindahan zigot sebagai hasil dari
IVF ke dalam tuba falopi menggunakan laparoscopy.
7. Gamete intrafallopian transfer (GIFT) = Prosedur memindahkan ovum yang telah
diaspirasi bersama dengan sejumlah sperma langsung ke dalam saluran tuba falopi, jadi fertilisasi
dapat tetap terjadi dalam tubuh si wanita.
Banyak terdapat pro dan kontra berkaitan dengan ART ini. Misalnya, masalah yang berkaitan
dengan penggunaan ART pada pasangan lesbian, pasangan homoseksual, atau single parent. Ada
juga masalah yang berkaitan dengan penyeleksian embrio, dimana embrio yang dinilai jelek lalu
dibuang. Tapi, ada beberapa ketentuan-ketentuan yang mengatur beberapa hal tentang itu, seperti
Pada tahun 1990 di Inggris, dibentuk suatu badan independen yang disebut Human fertilisation
and Embriology Authority (HFEA). Beberapa kebijakan yang dikeluaarkan HFEA adalah
melarang:
3. Menyimpan atau menggunakan embrio untuk tujuan lain, selain untuk mendapatkan
keturunan.
Prinsip yang direkomendasikan HFEA ini sebagian digunakan oleh Panitia Adhoc khusus yang
dibuat oleh Departemen Kesehatan untuk mengatur hal-hal yang lebih rinci, yang berhubungn
dengan prosedur dan teknik reproduksi buatan yang diperkenankan dan yang tidak, dan syarat
lain; yang kemudian dituangkan dlam: Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit, yang
dibuat oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Dep. Kesehatan RI.
Lokakarya di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir, bulan November 200, membuat beberapa
pernyataan antara lain:
1. IVF diperbolehkan kecuali menggunakan sperma, ovum, atau embrio yang berasal dari
donor.
3. IVF pada wanita pasca-menopause dilaranga; karena mempunyai resiko tinggi bagi ibu
dan bayinya.
4. Reproductive cloning dilarang.
5. Penelitian untuk follical maturation, pematangan oosit in vitro, dan pertumbuhan oosit in-
vitro diperbolehkan.
Di Indonesia,hukum dan perundangan yang mengatur tentang teknik reproduksi buatan diatur
dalam:
1) Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami-isteri mendapa tketurunan.
2) Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh pasangan suami-isteri yang sah dengan ketentuan:
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/ Menkes/ Per/ II/ 1999 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Reproduksi Buatan.
Selanjutnya atas keputusan Menkes RI tersebut diatas, dibuat Pedoman Pelayanan Bayi
Tabung di Rumah Sakit, oleh Direkorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI yang
menyatakan antara lain:
1. Pelayanan Teknologi Buatan hanya dpat dilakukan dengan sel telur dan sperma suami-
isteri yang bersangkutan.
2. Embrio yang dapat dipindahkan satu waktu ke dalam rahim isteri tidak boleh lebih dari
3; boleh dipindahkan 4 embrio pada keadaan tertentu.
dsb.