Você está na página 1de 4

Pneumonia : Radang parenkim paru / eksudat di alveoli/bronkeolus, suara perkusi redup Ketidak efektifan pola nafas b/d infeksi

paru defisit volume cairan b/d Respiratory distress, penurunan intake cairan. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d respiratory distress, anoreksia, vomiting, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi. Perubahan rasa nyaman d/b Respiratory distress, lethargy, penurunan intake cairan dan makanan, demam. Kecemasan : anak b/d hospitalisasi, respiratory distress. Infeksi Saluran Kemih Kandung kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat (prostatitis), ginjal (pielonefritis) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain. 2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain. 3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
1.

Diabetes Melitus 1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi Kriteria Hasil : Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya Intervensi :

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Pantau masukan dan pengeluaran Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi Intervensi : Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut. Kaji tanda vital Kaji adanya nyeri Lakukan perawatan luka Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. 4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan Tujuan : pasien tidak mengalami injury Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury Intervensi : Hindarkan lantai yang licin. Gunakan bed yang rendah. Orientasikan klien dengan ruangan. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Osteomielitis 1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan. 2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. 3) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang. 4) Kurang pengetahuan tentang program pengobatan. Diare Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan. Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan. n Hipertermia b/d proses infeksi injury SSP reaksi pengobatan Nyeri b/d demam Intoleransi aktivitas b/d berkurangnya energi Kekurangan cairan b/d peningkatan metabolisme Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d : Peningkatan metabolisme

n n n n Angina Piktoris

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard. Intervensi : Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri. Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler. Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina. Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu. Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan. Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Kolaborasi pengobatan. 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.

Intervensi : Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman. Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi. Catat warna kulit dan kualittas nadi. Tingkatkan katifitas klien secara teratur. Pantau EKG dengan sering. 3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba. Intervensi :

Jelaskan semua prosedur tindakan. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut. Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya. Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung. Kolaborasi. 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Intervensi :

Tekankan perlunya mencegah serangan angina. Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina. Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga. Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan. Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina. Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.

Você também pode gostar