Você está na página 1de 17

BAB I PENDAHULUAN

Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian rama tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian (scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI (magnetic resonance imaging). BNO IVP adalah salah satu pemeriksaan radiografi yaitu dengan cara menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena. Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut . BNO IVP sangat efektif sebagai penegakan diagnosis pada penyakit kelainan pada ginjal, sehingga pemeriksaan ini sering digunakan. Fungsi ginjal adalah tempatnya membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan racun yang tidak dibutuhkan dalam berntuk air seni. sebagai organ vital, ginjal harus dirawat sebaik mungkin. Kalau tidak, penyakit gagal ginjal bukanlah suatu yang mustahil akan menyerang diempunya. Walau kecil, organ ginjal ini tergolong sangat vital sehingga masyarakat awam menyebutnya juga dengan buah pinggang. Bila fungsi ginjal manusia terganggu maka zat sisa tersebut tidak dapat di ekskresikan oleh ginjal sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit ginjal khususnya penyakit gagal ginjal kronis di dunia sudah menjadi masalah global. Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta penduduk per tahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin membahas pemeriksaan BNO IVP pada traktus urinarius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria. IVP atau Intra Venous Pyelography merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena. Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut .
2. Anatomi dan fisiologi Ginjal

Sisi lateralnya berbentuk cembung, sisi medial cekung, sedikir pada permukaan anterior, sedikit cembung pada permukaan porterior. Ukuran ginjal 11cm x 6cm x 2,5 cm. Ginjal kiri sedikit lebih panjang dari pada ginjal kanan. Letak ginjal yang normal setinggi columna vertebralis thoracalis XII s.d columna vertebralis lumbalis III dibelakang peritonium bersinggungan dengan dinding abdomen posterior. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri. Pada bagian yang cekung memiliki hilus tempat transmisi dari pembuluh-pembuluh darah, limfe, syaraf dan ureter. Hilus berlanjut membentuk cavitas pusat yang disebut sinus renalis. Lapisan luar dinjal disebut substansi cortical dan lapisan dalam disebut substansi medular, permukaan luar ginjal ditutupi oleh lapisan tipis jaringan fibrosus. Substansi medular terdiri dari sekumpulan tubuli membentuk 8 sampai dengan 15 segmen conus yang disebut pyramid yang masing-masing puncaknya membentuk sistem calyses.

Ureter

Panjang ureter 20-30 cm, terletak pada posterior dari peritoneum dan didepan dari musculus psoas dan processus transversum columna vertebralis lumbalis. Bagian distal berhubungan dengan vesica urinaria pada tepi lateral bagian superior.
Vesica Urinaria

Penampungan urine, letaknya postero-superior terhadap sympisis pubis. Bentuk dan ukurannya bervariasi sesuai banyaknya urine yang ditampung. Kapasitasnya sekitar 700-1000 ml.
Uretra

Merupakan traktus urinarius paling distal, tempat ekskresi urine. Panjangnya kira-kira 2,5 cm-4 cm pada wanita dan 20cm pada pria.
3. Patologi dan indikasi klinis

Hydroneprosis Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal.

Pyelonepritis Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.

Renal Hypertension Renal Hypertension adalah Sindrom yang terdiri dari tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal (stenosis arteri ginjal)

Polyuria Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.

Neprolithiasis Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.

Urolithiasis Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu didalam saluran ureter.

BPH BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).

4. Kontra Indikasi

a. b. c. d. e. f. g. h.

Alergi terhadap media kontras Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung Multi myeloma Neonatus Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah Pasien yang sedang dalam keadaan kolik Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%

5. Efek samping Efek samping yang ditimbulkan oleh media kontras BNO IVP Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.
7

Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dan kelainan pada jantung. Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat dilakukan sebagai berikut: Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan radiolog/dokter yang jaga. Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine). Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk tubuh dan menimbulkan alergi) Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut. Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog). 6. Persiapan pemeriksaan a. Persiapan pasien Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) maksudnya supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan.

Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.

Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)

Tujuan prosedur persiapan pasien tersebut adalah untuk membersihkan usus (gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan faeces. b. Persiapan bahan kontras Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan. Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke vena capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS bahan kontras akan masuk ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmo. Kemudian mengalir ke vena pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel kiri dan mengalir ke aorta, serta terus mengalir menuju aorta desendens kemudian kedalam aorta abdominalis dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal. c. Persiapan alat 1) Peralatan Steril
o o o

Wings needle No. 21 G (1 buah) Spuit 20 cc (2 buah) Kapas alcohol atau wipes

2)

Peralatan Un-Steril
o o o o o o

Plester Marker R/L dan marker waktu Media kontras Iopamiro ( 40 50 cc) Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras) Baju pasien Tourniquet
9

7. Prosedur pemeriksaan Berikut adalah prosedur pemeriksaan BNO IVP: a. b. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan). c. Buat plain photo BNO terlebih dahulu dengan tujuan Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien, untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara umum.,untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi. d. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti e. f. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien g. h. i. j. Membuat foto 5 menit post injeksi Membuat foto 15 menit post injeksi Membuat foto 30 menit post injeksi Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil (pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi. k. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun

8. Kriteria teknik pemeriksaan BNO IVP a. Plain foto BNO AP (sebelum injeksi)
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan

memanjang Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis.
10

CP : pertengahan film CR : Vertikal tegak lurus film

b. Foto 5 menit post injeksi Menggunakan kaset 24 x 30 yang diletakkan melintang. Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; Aturlah kaset dengan batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah pada crista iliaca/SIAS CP : pertengahan film CR : Vertikal tegak lurus film Gambaran : Densitas baik Tidak ada bagian Nefron yang terpotong Kontras mengisi ginjal/ Calyx sampai ureter proximal Opasitas mampu menampilkan organ

11

Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron pada ginjal (terisi minimal) c. Foto 15 menit post injeksi Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang. Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis. CP : Umbilikus CR : Vertikal tegak lurus film Kontras media memperlihatkan nefron , Pelvis renalis dan ureter proksimal terisi maksimal ( Fungsi Ekskresi Ginjal yang terbendung )

12

d. Foto 30 menit post injeksi Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang. Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis. CP : Umbilikus CR : Vertikal tegak lurus film Gambaran: Densitas baik Tidak ada bagian ginjal yang terpotong Kontras mengisi ginjal Calyx sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih Opasitas mampu menampilkan organ Tractus Urinarius

Kontras media memperlihatkan nefron , Pelvis renalis dan ureter proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi Ekskresi Ginjal tidak terbendung ).
13

e.

Foto post mixi Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang. Semua foto dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi. Jika dokter meminta foto post mixi, pasien diminta untuk buang air kecil untuk mengosongkan blass dari media kontras. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis. CP : Umbilikus CR : Vertikal tegak lurus film Gambaran: o o o o o Densitas baik Tidak ada bagian Ginjal hingga VU yang terpotong Kontras Keluar dari kandung kemih hingga VU Opasitas mampu menampilkan organ penuh kontras media dapat terlihat kosong

vesica urinaria terisi

Kontras media memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong ( Fungsi pengosongan kandung kemih).

14

9. Kekurangan dan kelebihan pemeriksaan BNO IVP a. Kelebihan o Bersifat invasif. o IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan o Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan. o Radiasi relative rendah o Relative aman

b. Kekurangan o Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang diperoleh. o Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata radiasi yang diterima dari alam dalam satu tahun. o Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada pasien, yang menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut. o Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.

15

BAB III PENUTUP

BNO IVP merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena. Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut . Pemeriksaan BNO IVP dilakukan berdasarkan indikasi dan kontraindikasi yang tertera. Pemeriksan BNO IVP harus dipersiapkan secara benar agar tidak terjadi pengulangan pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan BNO IVP dilakukan secara urut agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pemeriksaan BNO IVP juga memiliki kekurangan sehingga perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan BNO IVP dilakukan.

16

DAFTAR PUSTAKA Boer, A, 2005. Ultrasonografi. Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 453 - 455. Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 453455. http://emedicine.medscape.com

17

Você também pode gostar