Você está na página 1de 5

A. Pengertian Herpes Simplex Penyakit Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV).

Penyakit ini lebih sering menjangkiti daerah mulut, kulit, dan alat kelamin. Penyakit herpes simplex menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit pada otot di sekitar daerah yang terjangkit. Awal mula terjangkitnyapenyakit herpes, biasanya terasa gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli pada daerah daerah yang terjangkit. Kemudian timbul ruam merah pada kulit dan akhirnya timbul lesi bulat yang berisi cairan. Seiring berjalannya waktu, lesi ini kemudian pecah yang menimbulkan rasa sakit dan perih. Virus yang menyebabkan herpes simplex dapat menyebar ke orang lain melalui kontak langsung kulit dengan lesi (berpelukan, berciuman, hubungan seksual, dll). Virus herpes simplex ada 2 jenis yaitu tipe 1 (HSV I) yang biasa menyebabkan herpes pada daerah mulut dan tipe 2 (HSV II) yang biasa menyebabkan herpes pada daerah genital.Tetapi virus herpes tipe 1 ini juga dapat menyebabkan infeksi didaerah genital, begitu juga sebaliknya. Perpindahan virus dari mulut ke alat kelamin dan juga sebaliknya biasanya disebabkan karena perilaku seks yang memakai gaya oral seks, sehingga virus bisa berpindah tempat. Ketakutan masyarakat akan penyakit menular seksual(PMS), yang

dihubungkan dengan kesadaran akan bahaya terhadap HIV, ternyata tidak mampu menurunkan insidens infeksi HSV-2 (herpes simplex virus tipe 2), penyebab umum herpes genitalis. Infeksi HSV tidak lagi terbatas pada kelompok berisiko tinggi (yaitu, orang dengan banyak pasangan seksual, atau orang yang memulai aktivitas seksual pada usia muda), namun meluas sampai ke populasi umum. B. Gejala Herpes Simplex Gejala herpes simplex dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti: 1. Demam Ketika suatu bakteri atau virus memasuki tubuh, maka imun tubuh dalam hal ini sel darah putih mengenali virus berbahaya ini dan memulai usaha untuk melumpuhkan bakteri itu, dengan melepas berbagai jenis protein bernama cytokine. Beberapa macam cytokine mengakibatkan terbentuknya senyawa-

senyawa

prostaglandin.

Hypothalamus

di

otak

sangat

peka

akan

prostaglandin ini, sehingga mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh untuk menaikkan suhu. Ini dilakukan antara lain dengan mempercepat proses metabolilsme, atau menggetarkan otot-otot (menggigil) untuk menimbulkan panas yang berlebih. Karena itu demam bisa jadi indikasi terjadi perlawanan antara imun tubuh dengan virus yang memasuki tubuh. 2. Badan terasa lemas Hal ini terjadi karena biasanya virus menyerang daerah tertentu pada organ tubuh. Nyeri di sekitar mulut.Karena HSV tipe 1 menyerang daerah sekitar mulut, maka hal ini menyebabkan daerah disekitar mulut terasa nyeri. Nafsu makan berkurang atau bahkan hilang.Sudah menjadi kebiasan umum bahwa ketika seseorang terserang penyakit, maka nafsu makan akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh demam yang melanda. Ketika tubuh demam, lidah kehilangan rasa, karena itulah seseorang akan kehilangan minatnya pada makanan. 3. Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening Pembengkakan kelenjar getah bening paling umum timbul di daerah leher. Kelenjar getah bening atau disingkat menjadi KGB termasuk dalam sistem pertahanan tubuh. Jika ada infeksi, maka kelenjar getah bening di sekitar tempat infeksi bisa membesar. Hal ini terjadi akibat meningkatnya aktifitas kelenjar melawan kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Dalam keadaan normal, umumnya kelenjar getah bening ini tidak teraba. Tapi pada orang yang kurus atau pada anak-anak kadang-kadang bisa diraba. Selain gejala diatas, ada gejala utama lainnya yang berupa timbulnya gelembung-gelembung yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu. Gelembung-gelembung ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong. Seringkali pada minggu pertama terjadinya gejala, sakit ketika kencing juga menjadi salah

satu gejalanya, bahkan terkadang disertai sakit kepala. Setelah masa itu, penderita penyakit herpes simplex masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita. C. Penularan Penyakit Herpes Simplex 1. Penularan Secara Horisontal. Transmisi secara horisontal terjadi ketika seorang individu yang seronegatif berkontak dengan individu yang seropositif melalui vesikel yang berisi virus aktif (81-88%), ulkus atau lesi HSV yang telah mengering (36%) dan dari sekresi cairan tubuh yang lain seperti salivi, semen, dan cairan genital (3,625%). Adanya kontak bahan-bahan tersebut dengan kulit atau mukosa yang luka atau pada beberapa kasus kulit atau mukosa tersebut maka virus dapat masuk kedalam tubuh host yang baru dan mengadakan multiplikasi pada inti sel yang baru saja dimasukinya. Dengan kata lain penularan secara horisontal ini adanya kontak kulit penderita penyakit herpes simplex dengan orang lain. 2. Penularan Secara Vertikal. Penularan secara vertikalpenyakit herpes simplexterjadi ketika ibu hamil memiliki virus HSV-1 dan atau HSV-2. Apabila infeksi terjadi pada trimester I biasanya akan terjadi abortus (keguguran) dan pada bila infeksi terjadi pada trimester II akan terjadi kelahiran prematur. Bayi dengan infeksi HSV mempunyai angka mortalitas kurang lebih sekitar 60 % dan separuh dari yang hidup tersebut akan mengalami gangguan syaraf pusat dan mata. Infeksi primer yang terjadi pada masa-masa akhir kehamilan akan memberikan prognosis yang lebih buruk karena tubuh ibu belum sempat membentuk antibodi (terbentuk 3 sampai 4 minggu setelah virus masuk kedalam tubuh seseorang) untuk selanjutnya disalurkan kepada fetus sebagai suatu antibodi neutralisasi transplasental dan hal ini akan mengakibatkan 30 sampai 57% bayi yang dilahirkan terinfeksi HSV dengan berbagai komplikasinya.

D. Pencegahan Penyakit Herpes Simplex. Pencegahan terhadap penyakit herpes simplek dapat dilakukan dengan

menggunakan suatu barrier protection (kondom) untuk mencegah kontak dengan cairan genital yang mengandung virus. Kondom yang terbuat dari latek menyebabkan virus tidak dapat melaluinya serta kandungan spermatisid (nonoxynol9) dapat membunuh virus secara invitro. Efektivitas kondom sebagai pencegah transmisi HSV atau penyakit kelamin lainnya hanya sekitar 25 %, karena keterbatasan kondom yang tidak dapat menutup semua bagian penis (batang penis) maka hal itu masih memungkinkan adanya kontak dengan cairan genital yang mengandung virus. Pencegahan kontak dengan saliva penderita HSV dapat dilakukan dengan menghindari berciuman dan menggunakan alat-alat makan penderita serta menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik yang dapat membunuh virus sehingga menurunkan risiko tertular. Selain melakukan pencegahan di atas, untuk mencegah penyakit herpes simplex dan penyakit menular seksual lainnya, yang paling mudah adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi PMS (penyakit menular seksual). Namun hal ini tentunya tidak mudah dilakukan, karena itu bisa juga dengan melakukan cara-cara lain seperti : 1. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan organ genital (atau alat kelamin pria dan wanita) secara teratur. 2. Setia kepada pasangan. Kita tidak pernah tahu apakah pasangan seksual yang lain terinfeksi penyakit herpes simplex atau tidak. 3. Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi penyakit herpes simplex atau penyakit menular seksual lainnya. 4. Biasakan meminta jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang menggunakan jarum suntik. Selain bisa mencegah tertular penyakit herpes simplex, cara ini juga bisa mencegah penyakit yang lebih berbahaya seperti HIV AIDS dan penyakit hepatitis B.

E. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Herpes Simplex. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menemukan virus herpes simplex yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan laboratorium terhadap virus herpes simplex sebagian besar dilakukan hanya untuk mereka yang terinfeksi HSV tipe 2. Sedangkan untuk mengetahui apakah luka yang diderita penderita herpes simplex ini akibat virus HSV atau bukan, maka tes yang lain perlu dilakukan. Tanda-tanda pada permukaan sel yang terinfeksi oleh virus herpes simplex akan diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorum ini juga bisa mengungkap perbedaan antara HSV-1 dan HSV-2. Umumnya pemeriksaan laboratorium ini meliputi IGg dan IgM baik itu untuk HSV-1 maupun HSV-2

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah.

Sumber Artikel:http://www.djamilah-najmuddin.com/pengobatan-penyakit-herpes-simplex

Você também pode gostar