Você está na página 1de 4

PEMERIKSAAN KELENJAR TIROID Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada penderita dengan struma

(pembesaran tiroid apapun penyebabnya) maka perlu difahami mengenai patofisiologi, morfologi dan histopatologinya. Patofisiologi tumor pada tiroid (pada umumnya) : 1. Hiperplasi / hipertrofi, karena kebutuhan hormon tiroid yang meningkat maka melalui TSH tubuh memacu kelenjar tiroid untuk lebih produktif sehingga tiroid kompensasi dengan cara hiperplasi. Hal ini terjadi pada kondisi dimana metabolisme terutama karbihidrat yang meningkat misalnya usia pubertas, kehamilan, masa penyembuhan dari sakit. 2. Inflamasi / infeksi, ingat tanda radang. 3. neoplasma, bisa benigna/maligna. Klinis curiga malignansi apabila tumor tersebut mempunyai sifat: progresif (tumbuh cepat) infiltratif (tumbuh tidak aturan merusak struktur sekitar) metastase bisa limfogen atau hematogen

Struma ditinjau dari morfologinya: 1. Struma difusa: terjadi pembesaran pada seluruh kelenjar tiroid dengan batas tidak jelas dan konsistensi lunak rata (difus). Bisa terjadi pada masa pertumbuhan atau pada ibu hamil tanpa gangguan fungsi produksi hormon tiroid. Yang disertai produksi hormon tiroid yang berlebih bisa kita dapati pada penderita Basedow. 2. Struma nodosa: pembesaran tidak seluruh kelenjar tiroid dan terdapat nodul dengan batas yang jelas. struma uninodosa bila hanya satu nodul saja, pada satu lobus tiroid. Struma uninodosa 15-20% malignansi, sisanya adenoma atau kista. struma multinodosa bila terdapat beberapa nodul baik hanya satu lobus maupun pada kedua lobus tiroid. Sering terjadi pada penderita kekurangan yodium (endemik goiter) Karsinoma tiroid ditinjau dari histopatologinya: karsinoma tiroid papiler (60%), sering metastase limfogen.

Karsinoma tiroid follikuler (25%), sering metastase hematogen. Karsinoma tiroid meduller (3%) Karsinoma tiroid anaplastik (15%), sangat ganas.

Pemeriksaan fisik penderita dengan struma: Kelenjar tiroid normal tidak tampak pada pemeriksaan inspeksi, yang patognomonis dari kelenjar tiroid adalah ikut bergerak bila pasien menelan. Pemeriksaan penderita struma kita lakukan dari belakang, kepala penderita sedikit fleksi agar m strenokleidomastoideus relaksasi, sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi. Gerakan kedua tangan bersamaan dengan ibu jari ditengkuk sedang keempat jari yang lain dari arah lateral mengevaluasi tiroid serta mencari tepi bawah/pole bawah dari kelenjar tiroid sewaktu penderita disuruh menelan. Pada keadaan tiroid yang besar dan masuk ke dalam retrosternal maka kita tidak bisa meraba trakhea serta pole bawah tiroid. Kelenjar tiroid teraba sebagai bentukan yang lunak dan ikut bergerak pada waktu menelan. Biasanya struma bisa digerakkan ke lateral, kecuali kalau struma tersebut terlalu besar, keganasan yang sudah menembus kapsul, tiroiditis, atau jaringan parut/fibrosis setelah operasi. Untuk memeriksa pembesaran yang berasal dari salah satu bagian kelenjar tiroid, pemeriksaan kita lakukan dari depan penderita menurut cara Lahey, sebagai berikut: Ibu jari salah satu tangan kita letakkan di garis medial dibawah kartilago tiroid, lalu kita dorong benjolan tersebut ke arah sisi berlawanan dengan tangan tersebut. Kemudian ibu jari tangan yang satunya kita letakkan pada permukaan anterior benjolan tersebut sedang keempat jari lainnya kita letakkan pada tepi belakang m sternokleidomastoideus untuk meraba tepi lateral dari kelenjar tiroid tersebut. Pada struma yang menimbulkan pendesakan pada trakhea bisa menyebabkan sesak nafas, hal ini dapat di tes dengan test Kocher. Hipertiroidisme Pada kasus yang klinis tidak jelas ada struma tetapi ada gejala hipertiroid maka bisa disebut latent hipertiroidism yang bisa kita saring dengan pengukuran BMR.

Gejala klinis hipertiroid: eksoptalmus berat badan turun kulit basah (hiperhidrosis) takikardia tremor thyroid thrill gelisah diare kelainan pada kulit kelainan laboratorium pembesaran soliter yang cepat pada kelenjar tiroid tanpa disertai rasa nyeri. Pengerasan pada beberapa bagian atau menyeluruh dari suatu trauma. Struma yang sudah lama, tiba-tiba membesar progresif Hilangnya mobilitas dari struma, terjadi akibat proses infiltrasi tumor ke sekitar Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang m strenokleidomastoideus karena terdesak oleh tumor (berry sign) Adanya obstruksi trakhea Struma disertai suara parau atau sindroma Horner (ptosis, miosis, enoptalmus), hal ini menunjukkan adanya infiltrasi atau metastase kanker ke jaringan sekitarnya. Struma disertai pembesaran kelenjar limfe leher Didapat metastase pada kalvaria atau bagian tubuh lain, dengan pembesaran pada tiroid walau kadang-kadang tersembunyi. Kelainan kongenital di leher yang sering dijumpai sbb: a. kista dan sinus bronkiogenik. Selalu terletak di sebelah atas depan dari m sternokleidomastoideus kira-kira setinggi percabangan a karotis komunis.

Waspada keganasan pada struma apabila didapatkan:

Posisinya kira-kira pada pertemuan antara bagian sepertiga atas dan sepertiga tengah tepi depan m sternokleidomastoideus, dapat mengalami infeksi dan kemudian menjadi fistel. b. Kista duktus tiroglosus. Kista di garis tengah kelainan kongenital, bisa terletak disepanjang perjalanan desensusnya tiroid yaitu milai pangkal lidah sampai istmus kelenjar tiroid, yang patognomonis ialah akan tertarik ke atas bila penderita menjulurkan lidahnya. c. Higroma colli. Tumor kistous di keher lateral, berasal dari jugular lympsac, pada pemeriksaan transiluminasi akan tampak terang (positif) karena berisi cairan jernih. d. Carotid tumor body. Tumor ini sering dikelirukan dengan kista kongenital leher (untuk membedakan maka lakukan pemeriksaan seksama dan akan didapat tumor yang pulsasi) letaknya tepat didepan m sternokleidomastoideus berseberangan dengan tepi atas kartilago tiroidea.

Você também pode gostar