Você está na página 1de 24

LAPORAN PENDAHULUAN MYOMA UTERI MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL KONSEP ADAPTASI ROY I. Pendahuluan A.

Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari wanita pada usia reproduktif mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik (Drife et al, 2004). Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007). Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387). Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005). Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson et al, 2009). Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen terjadinya mioma uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita berkulit putih, Hispanik dan wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75% histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit hitam. Simptom mayor yang berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang dihasilkan oleh mioma yang berukuran besar (Speroff et al, 2005). Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 hingga 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin et al, 2005).Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak karena otot rahimnya dominant Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsngan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid dan akan mengalami pengecilan setelah berhenti

haid ( menopause ). Bila pada masa menopause tumor yang berasaldari mioma uteri masih tetap besar kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarcoma uteri ( Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 : 410 ) Dep. Kes melaporkan angka kejadian mioma uteri rasionya 10-12 % dari seluruh kasus ginekologi. Penyakit ini dilakukan penyembuhan dengan cara operasi ( histerektomi ) sehingga bisa mengganggu fungsi produksi. Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya. B. Perumusan Masalah Klien dengan myoma uteri akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun fisiologis, bahkan psikologis. Oleh karena itu seseorang dengan myoma uteri harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Pendekatan adaptasi Roy, dapat digunakan untuk membuat klien mampu beradaptasi terhadap segala perubahan yang ada. Dalam pelaksanaannya perawat perlu memahami. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia.. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan Adaptasi Roy pada kasus Klien dengan kondisi Myoma Uteri (Yoma Geburt) dengan status obstetri di ruang Dahlia RSD dr. Soebandi Jember.

2.

Tujuan Khusus

a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus Myoma Uteri b. Melakukan penerapan Model Konsep Keperawatan Adaptasi Roy pada Klien M dengan kondisi Myoma Uteri c. Melakukan pengolaan pada kasus Myoma Uteri dengan menggunakan model konsep keperawatan tersebut. d. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola. e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut pada kasus myoma uteri

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis Myoma Uteri 1. Definisi Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387) Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409) 2. Klasifikasi Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas: a. Mioma sub mukosum Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt) b. Mioma intiamural Berada diantara serabut miometrium. c. Mioma subserosum Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid. (Sarwono, 2005) 3. Anatomi Fisiologi Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi

(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram. Uterus terbagi atas 3 bagian berikut: a. Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina b. Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan dan servix terdapat istmus c. Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu: a. b. c. Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm. Fungsi Uterus Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus. Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi. (Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 261)

4.

Etiologi

Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus. Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan penting tetapi dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen dapat menyebabkan mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti estrogen. Untuk mencegah timbulnya myoma pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan yang diawetkan, makanan setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek kesehatan secara teratur dan berkala.Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu: a. Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil. b. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil. c. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. d. Degenerasi membatu (calcireous degeneration)

Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. e. Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. f. Degenerasi lemak Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Penekanan organ sekitar

5. Patofisiologi Herediter Pola Hidup Hormonal

Myoma Uteri

Myoma Intramural

Myoma Submukosum

Myoma Subserosum

Tanda /Gejala

Perdarahan pervagina

Massa suhu tubuh

Informasi mengenai penyakit

Tindakan operasi

Proses Infeksi/nekrosis HB Gangguan keseimbangan cairan Cemas

Anemia Syok Hipovolemik

Vesika Urinaria

Rectum

Pola Eliminasi Urin

Pola Eliminasi Alvi

Retensio Urin

Konstipasi

6.

Manifestasi Klinis

Gejala klinik mioma uteri adalah: a. Perdarahan tidak normal 1) Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi 2) Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi 3) Gangguan kontraksi otot Rahim 4) Perdarahan berkepanjangan 5) Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi. b. Penekanan rahim yang membesar Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi: 1) Terasa berat di abdomen bagian bawah 2) Sukar miksi atau defekasi 3) Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi: 1) Kehamilan dapat mengalami keguguran 2) Persalinan prematurus 3) Gangguan saat proses persalinan 4) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas 5) Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 411) 7. Komplikasi a. Nekrosis dan infeksi Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea. b. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium. c. Pertumbuhan leioma sarkoma Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap sarkoma dan mioma uteri timbul bila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar tibatiba menjadi besar, apabila hal itu terjadi setelah menopause. 8. Evaluasi Diagnostik a. Ultrasonografi Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium. b. Foto BNO / IVP Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. c. Tes kehamilan d. Darah lengkap dan urine lengkap e. Histerografi dan histeroscopi Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas. (Chrisdiono, 2004) 9. Penatalaksanaan a. Pengobatan konservatif / medikasi Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative. Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.

Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan. (Mari Baraden, dkk, 2007) b. Pengobatan kolaboratif 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Observasi Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu Ekstirpasi Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt Laparatomi . momektomi Bila fungsi reproduksi masih diperlukan. Histerektomi Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat

tanpa disertai penyulit lain.

umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.

cepat sebagai tindakan hemostasis. (Crisdiono, 2004) B. Konsep Model Adaptasi Roy 1. Konsep Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Roy mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu : a. Asumsi dari Teori Sistem 1) 2) 3) Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu dengan yang Sistem mempunyai input, out put, control, proses dan umpan balik. Input bagian ke bagian lain. lain saling ketergentungan. merupakan umpan balik yang juga disebut informasi.

4)

Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai

standard dan umpan balik langsung terhadap fungsinya. b. Asumsi dari Teori Melson 1) 2) dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual. 3) 4) 1) 2) 3) 4) 2. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan Respon merupakan refkleksi keadaan organisme terhadap stimulus Individu mempunyai kekuatan kreatif Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran Opini manusia dan nilai yang akan dating Mobilisasi antar manusia bermakna lingkungan. c. Asumsi dari Humanism Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang organisme

sebab akibat Manusia merupakan makhluk holistic.

Faktor Penting Dalam Teori Adaptasi Roy

Ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan keperawatan yang saling terkait, yaitu sbb: a. Manusia Sistem adaptasi dengan proses koping. Menggambarkan secara keseluruhan bagian bagian. Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga, organisasi, masyarakat, bangsa dan masyarakat secara keseluruhan). Sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem bertindak untuk memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan. b. Lingkungan Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh perkembangan dan tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa pertimbangan saling

menguntungkan individu dan sumber daya alam. Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual stimulasi. Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk perkembangan keluarga dan budaya. c. Sehat-Sakit Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan refleks individu dan lingkungan yang saling menguntungkan. Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan merasakan seperti individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan memilih untuk membuat kesatuan individu dan lingkungan. Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan lingkungan. Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan pencapaian tujuan. Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang menggambarkan tiga perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi dan kompromi. d. Keperawatan Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi dan mempertinggi perubahan individu dan lingkungan. Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok dalam empat adaptasi model yang berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan kematian dengan bermartabat. Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi lingkungan. 3. Asumsi Dasar Teori

Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi dasar model teori ini adalah : Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu ; penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi. Individu selalu berada dalam rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini. Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya; a. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu. b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subyektif. c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi. Proses adaptasi yang dikemukakan Roy: a. Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana coping tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya b. Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin. c. Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.

III.

APLIKASI MODEL KONSEP ADAPTASI ROY PADA STUDI KASUS

MYOMA UTERI PADA KLIEN M A. PENGKAJIAN 1. Riwayat Pasien a. b. Identitas Keluhan Utama Ny S, usia 30 tahun, Islam, pekerjaan buruh tani, suku Jawa, status : Cerai Nyeri pada perut bagian bawah, skala nyeri menurun saat klien duduk atau berdiri, meningkat saat tirah baring terlalu lama. c. Riwayat Obstetri 1) Riwayat Menstruasi Klien lupa usia berapa tahun pertama menarche,siklus mens klien sebelum sakit 5-7 hari, namun pada bulan desember 2012 klien mengatakan siklus mensnya memanjang sampai 15 hari. 2) Riwayat Perkawinan Klien Ny S menikah 1 kali dengan Tn M pada usia 14 tahun, Namun kemudian bercerai. 3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan G0P0A0, klien mengatakan belum memiliki anak 4) Riwayat Kelainan Obstetri Klien mengatakan sakit yang dialaminya sudah 5 tahun, namun karena terkendala biaya klien hanya membawa priksa ke puskesmas. 5) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Klien mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi d. e. Riwayat Ginekologi Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan mulai merasa ada benjolan di vagina sejak 5 tahun yang lalu Klien sebelumnya mengeluhkan nyeri hebat didaerah perut bagian bawah, kemudian klien memeriksakan ke puskesmas, di puskesmas klien menjalani rawat

inap selama 2 hari, kemudian oleh puskesmas klien dirujuk ke RSD Dr. Soebandi Jember. f. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak memiliki keluhan penyakit yang berkaitan dengan DM dan Hipertensi. g. h. i. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Perkembangan Riwayat Psikososial Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit seperti klien Ny. S belum memiliki anak Ny M beragama Islam, suku Madura, Tn S beragama Islam suku Madura. Pernikahannya dengan Tn M kandas sejak 17 tahun yang lalu j. k. Status Sibling Pola Seksualitas Tidak ada sibling Klien telah bercerai dengan suaminya sejak 17 tahun yang lalu dan sampai saat ini belum menikah kembali. 2. Aplikasi Teori Adaptasi Roy a. Pengkajian Tahap Pertama 1) Physicological Mode a) Oksigenasi Pernafasan 20 kali/menit, nadi 80 kali /menit, tekanan darah 110/70, Capilary refill time < 2 detik, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada PCH, ekspansi dada maksimal. b) Nutrisi Klien tidak c) Eleminasi Klien terpasang DC , tidak ada keluhan BAB d) Aktifitas dan Istirahat mengalami gangguan pada nutrisi, klien selalu menghabiskan porsi makan dari RS,

Aktifitas klien sejak klien di RS dibantu oleh anggota keluarganya secara bergantian. Klien memiliki tingkat ketergantungan sebagian. e) Proteksi Kulit klien utuh, tidak ada lesi pada kulit f) Sense Klien kadang merasa ada penekanan pada daerah perut bagian bawah, klien kadang juga merasakan nyeri pada perut bagian bawah. g) Cairan dan elektrolit Pola minum klien tidak mengalami gangguan, turgor kulit klien baik, klien mendapatkan ekstra cairan melalui IV (Ringer Laktat) h) Fungsi Neurology Kesadaran compos mentis, daya ingat baik , fungsi kognitif baik, tida ada gangguan fungsi neurology i) Fungsi Endokrin Tidak ada masalah pada gangguan hormonal, klien tidak mengalami kelainan pada kelenjar thyroid 2) Self Concept Mode a) Physical Self Klien mengatakan tidak ada perunbahan yang sigifikan atas kondisi yang dihadapi, klien hanya merasakan adanya perubahan pada area vagina karena adanya penonjolan, yang keluar dari vagiana, sejak adanya penonjolan tersebut pola hubungan seksual mulai terganggu, klien jarang berhubungan dengan suaminya karena takut memperparah kondisi klien

b) Personal Self Klien merasa kurang percaya diri,kalien merasa malu dengan kondisinya ssat ini. Klien berharap penyakit yang ia derita segera dapat disembuhkan. 3) Role Function Mode

Klien merasakan kecemasan akan prognosis dari penyakitnya, klien juga mengalami ansietas akan operasi yang akan dilakukan. 4) Independent Mode Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, hubungan dengan suaminya juga baik, bila klien memiliki masalah dibicarakan dengan suaminya. b. Pengkajian Tahap Kedua 1) Faktor Fokal Klien datang ke RS untuk memeriksakan benjolan pada vaginanya, klien kadang mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah. Klien sering bertanya kenapa ada benjolan pada vaginanya, koping klien cukup adaptif dalam menghadapi persoalan yang terjadi. 2) Faktor Kontekstual Klien berusia 40 th, dengan riwayat Obstetri G7P7A0M3, klien kurang memahami sakit yang dialaminya, klien kadang bertanya mengenai penyakitnya. Klien sangat membutuhkan 3) Faktor Residual Klien mengatakan belum pernah menjalani operasi. Klien mengatakan ketiga anaknya telah meninggal.sehingga klien memerlukan dukungan dan informasi mengenai operasi yang akan dijalani klien. 3. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum sedang, tanda tanda vital pernafasan 20 kali/menit, nadi 80 kali /menit, tekanan darah 110/70, Capilary refill time < 2 detik, tidak ada PCH , kesadaran Compos Mentis, secara umum penampilan klien bersih. Kepala : rambut bersih, distribusi rata dengan ada uban pada rambut, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, palpebral tidak edema, tidak ada keluhan pada pandangan . hidung bersih, tidak ada pembesaran tonsil, mulut bersih, tidak ada kesulitan dalam menelan. Dada simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, ekspansi dada maksimal, suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, ictus cordis tampak pada midclavicula sinistra, dan teraba pada ics ke 5 midclavikula sinistra, bunyi jantung normal s1 dan s2 tunggal. Abdomen : perut cembung , adanya informasi mengenai penyakitnya.klien juga mencemaskan akan operasi yang akan dilaluinya

nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Vulva / vagina muncul penonjolan dengan ukuran sekitar 10cm x 15 cm. penonjolan berdarah dan bertangkai, klien terpasang DC, rectum : klien mengatakan tidak ada hemoroid, namun klien kesulitan untuk BAB karena adanya penonjolan yang keluar dari vagina. Ekstremitas, tidak ada edema, pergerakan bebas,kekuatan otot maksimal. 4. Analisa Data a. Analisa I Data Subyektif Klien mengatakan tidak mencemaskan akan operasi yang akan dilakukan, klien berharap operasi dapat segera dilakukan karena klien ingin segera sembuh agar dapat melakukan aktifitas sehari hari dengan lancer. Data obyektif Klien berusia 30 tahun, klien telah bercerai dari suaminya, setiap harinya klien didampingi kakaknya. Masalah : (Wellnes) Mekanisme koping efektif Kemungkinan penyebab: b. Analisa II

Data Subyektif Klien mengatakan, klien merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri perut dirasakan saat klien terlalu lama berbaring, dan berkurang saat klien duduk atau berdiri. Data Obyektif Klien pre op, akan menjalani operasi 2 hari lagi, Masalah : Nyeri Kemungkinan penyebab : Proses penyakit sekunder terhadap adanya myoma uteri c. Analisa III

Data subyektif Klien mengatakan nyeri hebat pada luka bekas post op, nyeri dengan skala 9, nyeri terlokalisir pada daerah operasi, meningkat saat klien mobilisasi. Data obyektif Klien post Op hari ke 0, klien operasi

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Mekanisme koping inefektif yang berhubungan dengan kurangnya support social dan kurangnya sumber informasi mengenai operasi 3. Mekanisme koping efektif yang berhubungan dengan pengalaman menghadapi nyeri B. Rencana Tindakan 4. Diagnosa Keperawatan (1) a. Tujuan Klien memiliki koping efekti dalam menghadapi operasi yang akan dijalani. b. Kriteria Hasil Klien mampu memanajemen mekanisme koping efektif terhadap operasi yang akan dilakukan. c. Intervensi 1) Jalin hubungan saling percaya dengan klien R/ hubungan saling percaya dapat memaksimalkan efektifitas intervensi 2) Berikan klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya R/ untuk mengetahui alas an klien mencemaskan operasi yan akan berjalan 3) Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya R/ untuk mengetahui seberapa jauh klien mengerti tentang penyakitnya 4) Berikan informasi mengenai penyakit klien, pengobatan, prognosis R/ informasi yang tepat akan membuat klien mengerti akan tujuan dari setiap tindakan yang akan dilakukan kepada klien sehingga mengurangi kecemasan klien. 5) Berikan klien kesempatan untuk bertanya

R/ memberikan informasi yang mungkin belum dimengerti oleh klien 6) Berikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pendampingan keluarga ditengah-tengah klien R/ dukungan orang terdekat dapat memberikan motivasi kepada klien sehingga klien mampu beradaptasi terhadap kodisi pre operasi. 5. Diagnosa Keperawatan (2) a. Tujuan Klien mampu mempertahankan mekanisme koping efektif terhadap nyeri yang dirasakan b. Kriteria Hasil Klien mampu mengungkapkan tentang penggunaan koping selama klien mengalami nyeri, Klien mampu mendemonstrasikan teknik koping efektif saat nyeri c. Intervensi R/ mengidentifikasi lebih lanjut koping yang dimiliki klien 2) 3) Gali penggunaan koping selama nyeri terjadi R/ mengidentifikasi kemampuan koping klien terhadap masalah Diskusikan efektifitas koping yang selama ini digunakan dalam menghadapi masalah. R/ penggunaan koping yang efektif dapat mengkondisikan pasien 4) Diskusikan dengan klien tentang bagaimana jika mekanisme koping yang ada tidak mampu mengatasi masalahnya. R/ mengidentifikasi kemampuan klien dalam memilih alternative koping yang efektif 5) Diskusikan dengan klien tentang jenis-jenis koping yang adaptif dan kurang adaptif R/ pengetahuan klien tentang koping adaptif dapat meningkatkan kemampuan klien dalam memilih koping yang tepat. 1) Gali kemampuan dan penggunaan koping yang dimiliki klien selama ini.

C. Implementasi 6. Diagnosa (1) a. Berkenalan dengan klien dan menjalin hubungan saling percaya Respon : klien menerima ajakan perkenalan dan klien kooperatif dalam berinteraksi. b. Berikan klien kesempatan unuk mengungkapkan perasaannya Respon : klien mengungkapkan hal hal yang membuatnya cemas, klien takut apabila operasi yang dijalani menyakitkan, dank lien juga takut bila operasi gagal. c. tumor d. Berikan informasi mengenai penyakit klien, pengobatan, prognosis Respon : klien mendengarkan dengan seksama penjelasan yang diberikan, klien tampak lebih mengerti tentang penyakit, prognosis dan pengobatan terhadap penyakitnya e. Berikan klien kesempatan untuk bertanya Respon : klien menanyakan tentang operasi yang akan dijalani, berapa lama, apakah nantinya akan sakit. f. Berikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pendampingan keluarga ditengah-tengah klien Respon : keluarga mendengarkan dengan seksama penjelasan yang diberikan. Mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya Respon : klien mengatakan bahwa yang ia ketahui penyakitnya adalah penyakit

7. Diagnosa (2) a. ini. Respon : klien mampu mengguankan koping yang efektif saat nyeri timbul. b. Menggali penggunaan koping selama nyeri terjadi Respon : selama ini ketika nyeri klien mengatasinya dengan mengunakan teknik nafas dalam, dan mencari posisi yang nyaman untuk menghindari nyeri Menggali kemampuan dan penggunaan koping yang dimiliki klien selama

c.

Mendiskusikan efektifitas koping yang selama ini digunakan dalam

menghadapi masalah. Respon : klien mampu mengatakan bahwa selama ini tenik koping yang dipakai oleh klien mampu meminimalisir nyeri yang timbul d. Mendiskusikan dengan klien tentang bagaimana jika mekanisme koping yang ada tidak mampu mengatasi masalahnya. Respon : klien mengatakan bila mekanisme koping yang digunakan tidak mampu mengatasi nyeri klien memilih untuk menahan rasa nyeri yang ada, e. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam memilih alternative koping yang efektif Respon : klien belum mampu memilih alternative koping yang efektif dalam menghadapi masalah. f. Diskusikan dengan klien tentang jenis-jenis koping yang adaptif dan kurang adaptif Respon : klien mampu mengikuti diskusi dengan baik dank lien mengerti jenisjenis koping yang efektif dan maladaptive D. EVALUASI 8. Diagnosa Keperawatan (1) Subyektif : Klien belum mampu menyebutkan prognosis dan pengobatan untuk penyakitnya, Klien mampu mengerti tentang penyakitnya Obyektif : Klien menjalani operasi pengangkatan tumor untuk pertama kalinya, Analysa Klien belum mampu menggunakan koping yang efektif dalam menangani kondisi psikologis sebelum pre operasi Planing Memberikan intervensi ulang kepada klien sampai klien memiliki koping yang efektif dalam menghadapi kondisi pre operasi.

9. Diagnosa Keperawatan (1) Subyektif : Koping klien selama ini mampu mengatasi masalah nyeri ang dihadapi klien Obyektif : Klien mampu mendemonstrasikan teknik koping yang digunakan, wajah klien tampak rileks Analisa Mekanisme koping yang digunakan klien mampu mengatasi masalah nyeri yang dihadapi Planning : Menganjurkan klien untuk mempertahankan mekanisme koping efektif yang dilakukan oleh klien.

Você também pode gostar