Você está na página 1de 7

Tugas dr Anies, Sp.

A Ryan Permana Putra (FK YARSI) UJI WIDAL Uji widal positif artinya ada zat anti (antibodi) terhadap kuman Salmonella, menunjukkan bahwa seseorang pernah kontak/terinfeksi dengan kuman Salmonella tipe tertentu. Beberapa hal yang sering disalahartikan : Pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian yang salah. Uji widal hanya menunjukkan adanya antibodi terhadap kuman Salmonella. Pemeriksaan widal yang diulang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil positif dianggap masih menderita tifus, ini juga pengertian yang salah. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan. Hasil ulang pemeriksaan widal positif setelah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bilamana tidak lagi didapatkan gejala yang sesuai. Hasil uji negatif dianggap tidak menderita tifus : Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari, sering kali hasilnya masih negatif dan baru akan positif bilamana pemeriksaan diulang. Dengan demikian,hasil uji widal negatif,terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus. Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid : 1. Tetap harus didasarkan adanya gejala yang sesuai dengan penyakit tifus.
2. Uji widal hanya sebagai pemeriksaan yang menunjang diagnosis. Seorang tanpa

gejala,dgn uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus. Memang terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di daerah endemik,yang mana sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi, sehingga menunjukkan hasil uji widal positif. Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif pada 78% populasi orang dewasa. Untuk itu perlu kecermatan dan kehatihatian dalam interpretasi hasil pemeriksaan widal.

PENILAIAN
a) Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

Peningkatan

titer

uji Widal

4 x

(selama

2-3

minggu)

: dinyatakan

(+).

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+). b) Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas. Uji Widal didasarkan pada : Antigen O ( somatic / badan ) Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak ) Jika masuk ke dalam tubuh kita, maka timbul reaksi antigen-antibodi. Antibodi terhadap Antigen O : setelah 6 sampai 8 hari dari awal penyakit. Antigen H : 10-12 hari dari awal penyakit. Uji ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang (moderate). Pada kultur yang terbukti positif, uji Widal yang menunjukkan nilai negatif bisa mencapai 30 persen. Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah : 1. Negatif Palsu Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negara kita, demam > kasih antibiotika > nggak sembuh dalam 5 hari > tes Widal) menghalangi respon antibodi. Padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah. 2. Positif Palsu Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid). Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll. Pada daerah yang endemik seperti Indonesia (apalagi Jakarta, bagi yang hobi makan gado-gado, ketoprak). Uji Widal
2

DEFINISI : Suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi terhadap antigen somatik (O), flagel (H), banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin 1/40 dengan memakai uji widal slide agglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menunjukan nilai ramal positif 96 %. Artinya apabila hasil tes positif, 96 % kasus benar sakit demam tifoid, apabila negatif tidak menyingkirkan. Banyak senter mangatur pendapat apabila titer O aglutinin sekali periksa 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (carrier). Banyak peneliti mengemukakan uji serologic widal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada daerah endemis dan sebaliknya dapat timbul negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif. Referensi 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Hal : 343. Kemoprofilaksis TB anak Terdapat dua jenis kemoprofilaksis, yaitu kemoprofilaksis primer dan kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi TB, sedangkan kemoprofilaksis sekunder mencegah berkembangnya infeksi menjadi sakit TB. Pada kemoprofilaksis primer diberikan isoniazid dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari dengan dosis tunggal. Kemoprofilaksis ini diberikan pada anak yang kontak dengan TB menular, terutama dengan BTA sputum positif, tetapi belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif). Pada akhir bulan ketiga pemberian profilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika tetap negatif dan sumber penularan telah sembuh dan tidak menular lagi (BTA sputum negatif), maka INH profilaksis dihentikan. Jika terjadi konversi tuberkulin positif, evaluasi status TB pasien. Jika didapatkan uji tuberkulin negatif dan INH profilaksis telah dihentikan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin ulang 3 bulan kemudian untuk evaluasi lebih lanjut. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak yang telah terinfeksi, tetapi belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, sedangkan klinis dan radiologis normal. Tidak semua anak
3

diberi kemoprofilaksis sekunder, tetapi hanya anak yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi untuk berkembang menjadi sakit TB, yaitu anak-anak pada keadaan imunokompromais. Contoh anak-anak dengan imunokompromais adalah usia balita, menderita morbili, varisela, atau pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik dan kortikosteroid), usia remaja, dan infeksi TB baru (konvensi uji tuberkulin dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan). Lama pemberian untuk kemoprofilaksis sekunder adalah 6-12 bulan. Baik profilaksis primer, profilaksis sekunder dan terapi TB, tetap dievaluasi tiap bulan untuk menilai respon dan efek samping obat.

Referensi : 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Hal : 162 227. Panadol syrup Kandungan : paracetamol Indikasi : sakit kepala, nyeri, myalgia, demam, dismenore, sakit gigi. Perhatikan : gagal ginjal dan hati Efek samping: reaksi hipersensitifitas Kemasan: sirup 160mg/5ml x 60ml Dosis : 1. Dewasa : 3-4 kali sehari 3-6 sendok the. Maksimum 120ml/ hari 2. Anak berusia 7-12 tahun : 3-4 kali sehari 2 sendok teh 3. Anak berusia 4-6 tahun: 3-4 kali sehari 1 sendok teh 4. Anak berusia 1-3 tahun : 3-4 kali sehari sendok teh

Sanmol Syrup Kandungan : paracetamol Indikasi : meredakan nyeri termasuk sakit kepala dan sakit gigi
4

Meredakan demam akibat flu dan setelah imunisasi. Kontra indikasi : disfungsi ginjal dan hati Efek samping: reaksi kulit, darah, dan reaksi kulit lain Kemasan: sirup 120ml/5ml x 60ml Dosis : 1. Anak berusia 6-12 tahun :3-4 kali sehari 2-4 sendok teeh 2. Anak berusia 2-5 tahun : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh 3. Bayi : 3-4 kali sehari sendok teh Ottopan elixir Kandungan : paracetamol Indikasi : nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat atritis dan nyeri rematik Kontra indikasi : gagal ginjal dan hati Interaksi obat : alkohol, antikoagulan oral, kloramfenikol, aspirin, fenobarbital, penginduksi enzim hati, zat-zat yang dapat mengakibatkan hepatotoksis. Efek samping: reaksi hematologis, reaksi kulit dan reaks alergi lainnya Kemasan: elixir 120mg/5ml x 60ml Dosis : 1. Anak berusia lebih dari 10 tahun : 3-4 kali sehari 10ml 2. Anak berusia 5-10 tahun :3-4 kali sehari 5-10ml 3. Anak berusia 1-5 tahun : 3-4 kali sehari 2,5-5ml 4. Anak berusia 6-12bulan :3-4 kali sehari 2,5ml Tempra Forte Syrup Kandungan: paracetamol Indikasi: demam, menghilangkan sementara waktu rasa sakit ringan, nyeri dan rasa tidak enak yang berhubungan dengan masuk angin atau flu, vaksinasi inokulasi, tonsilektomi, Kontra indikasi: penyakit ginjal atau hati, kelainan jantung atau pembuluh darah Efek samping: ruam kulit, reaksi alergi lain Kemasan: sirup forte 250mg/5ml x 60ml

Dosis: 1. Syrup: a. anak-anak 6-8thn 2sendok obat (5ml) b. Anak-anak 4-5thn 1 sendok obat c. 2-3thn 1sendok obat 2. Drop: a. anak 10-24bln 1.2ml b. anak 3-9bl 0.8ml 3. Syrup forte: a. anak lebih dari 12thn 10-12,5ml
b. anak-anak 6-12 thn 5-10ml diberikan tiap 4 jam tidak boleh lbh dari 5x sehari.

GAMBAR 1. Coated Tongue / lidah kotor Lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan

PEMERIKSAAN ELASTISITAS KULIT / (TURGOR) Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan keseimbangan cairan tubuh. Secara sederhana dengan melakukan pemeriksaan turgor kulit dapat diketahui derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ). Nilai normalnya kurang dari 2 detik. 1). Persiapan alat 1. stop watch 2. tissue 2). Persiapan pasien 1. Posisi pasien berbaring, atau duduk. 2) cara pemeriksaan 1. pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan diperiksa terbuka 2. bersihkan kulit yang akan diperiksa dengan tissue 3. pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk pada kulit, 4. lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan kulit untuk kembali seperti semula 5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status

Você também pode gostar