Você está na página 1de 2

1. Alkaloid Belladona Alkaloid belladonna termasuk dalam antagonis muskarinik atau penghambat reseptor muskarinik.

Alkaloid belladonna bekerja menghambat M.contrictor papillae dan M.ciliaris lensa mata yang mengakibatkan midriasis dan sikoplegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya kemampuan melihat jarak dekat. Efek ini dapat diatasi dengan pemberian pilokarpin, eserin, atau DFP. Adapun tekanan intraocular pada mata normal tidak banyak mengalami perubahan, namun pada pasien glaucoma, terutama glaucoma sudut sempit, penyalirn cairan intraocular melalui saluran Scjlemm akan terhambat karena muaranya terjepit dalam keadaan midriasis. Selain memberfi efek pada mata, obat ini juga mengurangi secret hidung, mulut, faring, dan bronkus sehingga digunakan sebagai pramedikasi anestesi untuk mengurangi resiko aspirasi saat pemulihan. Namun efek ini bersifat merugikan bagi penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Alkaloid belladona mudah diserap di semua tempat kecuali di kulit. Ekstrak belladona merupakan sediaan yang mengandung ekstrak campuran alkaloid. Sediaannya berupa tablet 10 mg. 2. Efedrin Efedrin termasuk dalam golongan obat adrenergik dan merupakan alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra atau ma huang. Efek efedrin menyerupai epinefrin namun bukan merupakan katekolamin sehingga efektif pada pemberian oral dengan masa kerja yang lebih panjang , efek sentral yang lebih kuat, namun memerlukan dosis yang lebih besar dari dosis epinefrin. Efedrin bekerja pada reseptor 1, 1, dan 2. Efek perifer dari efedrin adalah melalui kerja langsung dan pelepasan norepinefrin endogen. Efek kerja tidak langsung efedrin menjadi penyebab timbulnya takifilaksis terhadap efek perifernya. Adapun dalam klinik, eferdrin yang digunakan adalah l-efedrin dan efedrin rasemik. Efek kardiovaskular efedrin berlangsung sepuluh kali lebih lama dari efek epinefrin. Hal ini ditandainya dengan meningkatnya tekanan sistol dan biasanya juga tekanan diastol dan meningkatnya tekanan nadi. Peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh meningkatnya stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi dan curah jantung yang berakibat pada terjadinya vasokonstriksi. Walaupun demikian, denyut jantung mungkin tidak berubah akibat refleks kompensasi vagal terhadap kenaikan tekanan darah. Sekalipun aliran darah ke jantung, otak dan otot rangka meningkat, namun aliran darah ke ginjal dan visceral berkurang. Adapun reaksi bronkorelaksasi oleh efedrin bersifat lemah dan tidak berlangsung lama dibanding epinefrin. Selain itu efedrin juga dapat menguangi ektivitas uterus dan memiliki efek sentral yang menyerupai amfetamin namun lebih lemah. 3. Propanolol Propanolol adalah obat yang termasuk dalam antagonis adrenoreseptor atau bloker dan merupakan prototipe obat golongan ini. bloker sifatnya menghambat secara kompetitif efek obat adrenergic baik norepinefrin dan epinefrin endogen maupun eksogen pada adrenoreseptor . Propanolol merupakan bloker yang larut dalam lemak sehingga mudah masuk ke dalam otak. Obat ini memiliki bioavailibilitas oral 25-30%. Metabolisme lintas pertamanya ini cukup tinggi dan dieleminasi di hati dengan t 1/2 3-5 dan berikatan dengan protein plasma mencapai 90%. Metabolit aktif dari propanolol adalah 4-hidroksipropanolol yang memiliki aktivitas sebagai bloker. Sediaan obat ini adalah dalam bentuk tablet 10 dan 40 mg.

Propanolol termasuk dalam bloker yang memiliki aktivitas stabilizing membrane (MSA), dimana obat ini memiliki efek seperti anerstetik local atau seperti kuinidin. Adapun efek bloker yang terpenting adalah efeknya terhadap kardivaskuler, dimana bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard yang meningkat secara nyata pada jika sistem simpatis dipacu, salah satunya adalah dengan exercise. Walaupun demikian, peningkatan curah jantungnya hanya sedikit dikurangi sebab terjadinya peningkatan curah sekuncup saat exercise. Efek pada pembuluh darah adalah menurunkan tekanan darah pasien hipertensi namun tidak pada pasien normotensi. Selain itu obat golongan ini juga mempengaruhi ritme jantung dan automatisitas sel jantung melalui hambatan pada reseptor 1 dan 2. Propanolol sebagai bloker nonselektif menghambat efek vasodilatasi pembuluh darah. 4. Salbutamol Salbutamol atau albuterol adalah obat adrenergic agonis selektif reseptor 2. Efek dari obat golongan ini adalah sebagai bronkodilatator namun hanya menimbulkan sedikit perubahanan tekanan darah. Melalui aktivitas reseptor 2 maka obat-obat ini menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah otot rangka.

Você também pode gostar