Você está na página 1de 2

Analisis Struktur Perkotaan Dengan Teori Pertumbuhan Ditinjau Dari SudutEkonomi

Kota memiliki pengertian sebagai kesatuan ekonomi dan kesatuan politik. Secara ekonomi mencakup area dimana terdapat aktivitas ekonomi yang menyatu dan batas-batasnya ditentukan sejauh mana aktivitas ekonomi terintegrasi. Secara politik, kota mencakup area dimana pemerintah kota menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan. Dengan kata lain, kota merupakan konsentrasi kegiatan tidak saja ekonomis, melainkan politik, sosial, hukum, budaya, dan lain-lain, dalam suatu ruang tertentu. Memperhatikan mobilitas modal dan tenaga kerja yang lebih bebas berpindah dalam suatu negara, maka perbedaan pertumbuhan kota bukan bersumber dari ketersediaan tenaga kerja dan tingkat tabungan. Pertumbuhan kota berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas hidup tenaga kerja Glaeser et al.,1995), atau produktivitas tenaga kerja marginal dan disutilitas kerja marginal (Bradley dan Gans, 1998). Umumnya dalam analisis pertumbuhan ekonomi, pendapatan atau income dijadikan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kota di ukur dari tingkat pertumbuhan tenaga kerja atau populasi di kota (Glaeser et al, 1995). Disamping itu, pertumbuhan tenaga kerja dapat dijadikan sebagai ukuran pertumbuhan pendapatan. Dalam kaitan ini, Sullivan (1996) menjelaskan peningkatan total tenaga kerja, pada prinsipnya, berkorelasi dengan peningkatan pendapatan per kapita melalui peningkatan upah riil untuk setiap pekerjaan, promosi jabatan bagi tenaga kerja, peningkatan tingkat penyerapan tenaga kerja. Kota memberikan kemudahan proses produksi dan perdagangan, sehingga dapat meningkatkan standar kehidupan kota. Kota juga menyediakan fasilitas serta variasi barang dan jasa bagi penduduk, yang memungkinkan penduduk kota memiliki utilitas yang lebih tinggi. Semakin tinggi utilitasyang dapat dicapai suatu kota, mempengaruhi pertumbuhan penduduk kota semakin cepat. Di sisi lain, kota juga mempunyai berbagai permasalahan serius yang dapat menurunkan kualitas hidup di kota. Pertumbuhan produktivitas dan kualitas hidup kota dipengaruhi oleh karakteristik dasar kota. Beberapa karakteristik dasar kota yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup (Bradley dan Gans, 1998) yaitu pengaruh kepadatan, aglomerasi ekonomi, human capital, dan peran pemerintah. Teori Pertumbuhan Kota Pertumbuhan kota (urban growth) pada dasarnya di ukur dengan pertumbuhan penduduk. Ada tiga faktor yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan penduduk suatu wilayah, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan kota (urban growth) merupakan akibat dari urbanisasi, yaitu meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan. Proses migrasi terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan tempat dalam bentuk ekonomi, sosial, politik, demografi, geografi, lingkungan, dan sebagainya. Namun sebagian besar penelitian menunjukan bahwa faktor utama individu melakukan migrasi adalah karena faktor ekonomi (Sukamdi dan Abdul Haris, 1998; Godfrey, 1994; Sjaaftaad, 1962). Urbanisasi merupakan salah satu aspek migrasi yang diartikan sebagai perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan ataupemusatan penduduk di daerah perkotaan. Dengan demikian urbanisasi akan sangat mempempengaruhi petumbuhan kota. Teori pertumbuhan kota disini menyatakan bahwa wilayah yang mempunyai daya tarik akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap kota itu sendiri. Hal tersebut akan mengakibatkan banyaknya perusahaan baru bermunculan, lapangan kerja bertambah dan tingkat kehidupan lebih baik. Akibatnya, pendatang

baru mulai mencari keuntungan di kota itu sendiri dan fasilitas umum menjadi bertambah sesak sehingga kebutuhan berbagai sarana bertambah. Teori pertumbuhan kota (urban growth) ada dua, yaitu monocentric central place dan network city system. Pertama, dalam monocentric central place ukuran suatu kota menjadi sangat penting dan sifat kota cenderung menuju primacy. Monocentric central place mencakup aksesibelitas vertikal, berada pada satu aliran, barang dan jasa homogen, biaya transport, dan persaingan sempurna. Sedangkan, menurut network city system pertumbuhan kota diartikan sebagai dua atau lebih dari kota independen yang berdekatan dan saling memperoleh keuntungan dari kekuatan dinamis dari pertumbuhan, melalui pertukaran (timbal balik), knowledge exchange, dll. Network city system mencakup antara lain, nodality, ukuran netral, kecenderungan fleksibilitas dan saling melengkapi, barang dan jasa heterogen, aliran dua arah, biaya informasi, dan imperfect competition. Dari penjelasan teori diatas, dapat kita analisis keadaan kota pendukung dan kota kapitala di sumatera selatan. Palembang sebagai ibukota provinsi didukung oleh lebih kurang 13 kabupaten/kota. Palembang diposisikan sebagai ibukota karena memang memiliki kriteria sebagai kota kapital baik itu dari sisi historis, sumber daya maupun tata kota. Palembang yang pada zaman dahulu sudah menjadi jalur perdagangan yang sangat strategis menjadikan struktur dan kegiatan ekonomi berpusat di palembang. Demikian juga dalam sisi sumber daya, semua sumberdaya yang ada di setiap kabupaten kota, akan melewati palembang terlebih dahulu demi untuk di distribusikan ke luar sumsel maupun luar negeri. Alur ini akan selalu dilewati maka tidak heran kalau data menunjukkan lebih dari setengah jumlah kendaraan bermotor di sumatera selatan ini terdapat di kota palembang. Belum lagi berbagai sumber daya alam yang ada di sumatera selatan, baik itu minyak, sawit, karet, batubara, semen, teh/kopi, hutan, dll pendistribusiannya akan melewati palembang sebagai kota kapital di sumsel. Dilihta dari tata kota, palembang di lalui/beriring dengan sungai musi yang menjadi jantung kehidupan masyarakat sumsel. Dengan adanya jembatan ampera dan jembatan musi dua menjadikan palembang lalu lintas ekonomi terpadat dari semua kota yang ada di sumsel. Maka dari analisis sederhana penulis ini menyimpulkan bahwa tidak heran bila palembang akan selalu menjadi kota kapital di sumsel dan tidak menutup kemungkinan bahwasaya palembang akan menjadi opsi/rekomendasi kota kapital sebagai ibukota negara dengan berbagai pertimbangan dan keunggulan palembang. Semoga analisis sederhana ini bisa berguna bagi pembaca dan bisa di telaah demi kemajuan bersama indonesia ke depan. Amin.

Você também pode gostar